Pertimbangan Hukum Dalam Perkara Antara CV. Pangrango dan Yayasan Karya Cipta Indonesia.

atau musik tanpa izin penggugat dan menghukum tergugat membayar kerugian materil sebesar Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah beserta biaya perkara sebesar Rp.5.000.000lima juta rupiah. Adanya putusan Pengadilan Niaga tersebut, pihak CV. Pangrango sangat keberatan atas pertimbangan hukum pada putusan tersebut. Akhirnya melalui kuasa hukumnya, Ezrin Rosep, SH mengajukan permohonan kasasi di Mahkamah Agung pada tanggal 16 Agustus 2006. Sebagaimana tertuang dari Akta Permohonan Kasasi Nomor: 25 Kas HKI-Hak Cipta 2006 PN.Niaga Jkt Pst. jo. Nomor 22 HKI-Hak Cipta 2006 PN.NIAGA JKT.PST yang dibuat oleh Panitera Pengadilan NegeriNiaga Jakarta Pusat. Permohonan kasasi tersebut diajukan atas keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi, antara lain mengenai judex facti 2 dalam perkara bersangkutan a quo tidak menerapkan hukum serta melanggar hukum. Antara pemohon kasasi dengan termohon kasasi belum pernah mengadakan pertemuan, hanya dalam bentuk surat peringatan saja. Selain itu, termohon kasasi dahulu penggugat dalam memungut royalti pernah dapat somasi dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia ASIRI dalam Harian Kompas 10 Juli 2006. Dengan adanya somasi dari ASIRI, maka legalitas dari YKCI dalam memungut royalti dan memberikan izin untuk mengumumkanmenyiarkan lagu-lagu tidak sah. Oleh karena itu, cukup 2 Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi adalah judex facti, yang berwenang memeriksa fakta dan bukti dari suatu perkara. Judex facti memeriksa bukti-bukti dari suatu perkara dan menentukan fakta-fakta dari perkara tersebut alasan dan dasar hukumnya bagi Pemohon Kasasi untuk mengajukan permohonan kasasi. Permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi kepada majelis hakim Mahkamah Agung dalam memori kasasinya tersebut. Menurut majelis hakim Mahkamah Agung, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah salah menerapkan hukum yaitu kurang mempertimbangkan persona standi in judicio 3 dari Penggugat. Persona standi in judicio dari penggugat sangat penting dipertimbangkan lebih dahulu untuk menghindari terjadinya kekeliruan siapa yang sebenarnya berwenang untuk bertindak menagih suatu royalti atas suatu hak cipta. Hakim Mahkamah Agung berpendapat bahwa di dalam Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002, hanya disebut tentang hak dari pencipta, yaitu antara lain memberikan lisensi kepada pihak lain Pasal 45 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002, yang artinya mereka inilah yang dapat menuntut hak-haknya bila ada yang melanggar. Atas dasar pertimbangan tersebut maka legal standing 4 Yayasan Karya Cipta Indonesia dalam mewakili para pencipta tidak ada. Sehingga Majelis Hakim Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi CV Pangrango tersebut, dan membatalkan putusan 3 Persona standi in judicio adalah setiap person atau orang yang mempunyai kepentingan hukum dapat mengajukan gugatanpermohonan ke Pengadilan 4 Legal standing adalah keadaan dimana seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu mempunyai hak untuk mengajukan permohonan perselisihan atau sengketa atau perkara di depan Mahmakah Konstitusi. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 20 Juli 2006 Nomor 22 HAK CIPTA 2006 PN.NIAGA.JKT.PST

B. Legal Standing Yayasan Karya Cipta Indonesia

Yayasan Karya Cipta Indonesia merupakan sebuah lembaga manajemen kolektif di Indonesia berbentuk badan hukum nirlaba di Indonesia untuk memungut royalti atas karya cipta lagu oleh para pengguna yang bersifat komersial. Tugas dari Yayasan Karya Cipta Indonesia ini adalah memungut royalti untuk para pemilik atau penciptapemberi kuasa dari pengguna maupun pelaku usaha yang bersifat komersial dan mendistribusikannya kembali kepada para pemilik atau pencipta tersebut. Pada kasus antara Yayasan Karya Cipta Indonesia dan CV. Pangrango dalam hal kegiatan mengumumkan karya cipta lagu atau musik tanpa seizin pemegang hak cipta. Yayasan Karya Cipta Indonesia mengajukan gugatan terhadap CV. Pangrango, karena telah mempergunakan karya cipta musik atau lagu dari dalam maupun luar negeri kepada para konsumennya dengan cara memutar, memperdengarkan, menyiarkan karya cipta lagu atau musik melalui alatsarana pesawat televisi, radiotape recorderbackground music, serta dalam bentuk live show. Dalam pertimbangan Hakim Mahkamah Agung, Majelis Hakim berpendapat bahwa legal standing Yayasan Karya Cipta Indonesia dalam mewakili para pencipta tidak ada. Selain itu, Hakim Mahkamah Agung berpendapat bahwa di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, hanya menyebut tentang hak dari pencipta, yaitu antara lain memberikan lisensi kepada pihak lain Pasal 45 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, yang artinya mereka inilah yang dapat menuntut hak-haknya bila ada yang melanggar. Berdasarkan yurisprudensi Putusan MA No. 038 KNHaKI2005 terjadi kasus antara YKCI melawan Hotel Sahid Jaya Internasional serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI yang dimenangkan oleh pihak YKCI. Hakim Mahkamah Agung berpendapat bahwa Yayasan Karya Cipta Indonesia berhak memberikan izin lisensi dan memungut royalti atas penggunaan karya cipta lagu yang bersifat komersial. Kewenangan YKCI tersebut didasarkan pada Pasal 45 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta dan surat kuasa perjanjian kerja sama antara YKCI dengan para pencipta. Menurut penulis, jika dikaitkan dengan yurisprudensi Putusan MA No. 038 KNHaKI2005, pertimbangan hakim mahkamah agung dalam memutuskan perkara antara YKCI dengan Hotel Pangrango tidak tepat karena tidak sesuai dengan yurisprudensi sebelumnya. Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam menyelesaikan perkara antara YKCI dengan Hotel Pangrango telah salah menafsirkan Pasal 45 yang terdapat di Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pasal 45 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 diatur tentang hak pemberian lisensi, bahwa: “Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. “ Pada pasal 45 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 disebutkan bahwa pihak yang berhak memberikan lisensi kepada pihak lain adalah pemegang hak cipta. Namun, hakim Mahkamah Agung malah menafsirkan pasal 45 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 dengan menyebutkan bahwa pihak yang berhak memberikan lisensi kepada pihak lain adalah “pencipta”. Di sini terdapat perbedaan antara penafsiran hakim Mahkamah Agung mengenai siapa yang berhak memberikan lisensi kepada pihak lain. Jika kita kaitkan dengan pengertian pemegang hak cipta pada Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 yang berbunyi: Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut. Pengertian pemegang hak cipta ini menurut penulis bisa pencipta itu sendiri atau bisa pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari pencipta. Dalam hal ini, pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari pencipta adalah Yayasan Karya Cipta itu sendiri sebagai pemegang hak cipta Menurut penulis, jika hakim Mahkamah Agung berpendapat bahwa pihak yang dapat menuntut hak-haknya bila ada yang melanggar dalam hal ini mengajukan gugatan adalah pencipta. Berarti Hakim Mahkamah Agung telah salah menafsirkan pasal-pasal yang terdapat di Undang-Undang Hak cipta. Pemegang Hak Cipta dalam hal ini Yayasan Karya Cipta Indonesia, juga berhak menuntut hak-haknya dan mengajukan gugatan kepada CV. Pangrango. Selama pencipta tersebut telah memberikan kuasanya kepada Yayasan Karya Cipta Indonesia dalam mengurus royalti atas karya cipta lagu atau musik. Perihal surat kuasa yang diajukan, apakah surat tersebut dapat dijadikan legal standing Yayasan Karya Cipta Indonesia untuk mewakili para pencipta? Dari surat kuasa yang diajukan, yaitu surat kuasa dari Anton Sastra Wijaya, Direktur Suara Mobishindo memberikan kuasanya kepada YKCI. Surat kuasa ini berlaku sampai dengan tanggal 18 November 1999 dan dapat diperpanjang 3 tahun berikutnya. Begitu juga dengan surat kuasa dari Johannes AK. Soerjoko, Direktur Utama AquariusEMI, surat kuasa ini berlaku sampai dengan tanggal 7 Febuari 1997 dan dapat diperpanjang 3 tahun. Atas pertimbangan tersebut, surat kuasa sudah tidak berlaku lagi. Dalam hal surat kuasa yang diajukan, Hakim Mahkamah Agung berpendapat bahwa surat kuasa yang diajukan sudah tidak berlaku lagi. Atas pertimbangan tersebut, legal standing Yayasan Karya Cipta Indonesia dalam mewakili para pencipta tidak ada. Sehingga gugatan yang diajukan Yayasan Karya Cipta Indonesia harus dinyatakan tidak dapat diterima. Namun penulis tidak sependapat dengan Hakim Mahkamah Agung, karena Hakim Mahkamah Agung kurang teliti dalam melihat surat kuasa yang diajukan. Pada surat kuasa tersebut sudah menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan perjanjian kerja sama antara pencipta dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia. Berdasarkan surat kuasa yang tertuang dalam surat

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Karya Cipta Lagu dan Musik Dalam Bentuk Ringtone Pada Telepon Seluler

13 202 108

Analisis Yuridis mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format Mp3 (Motion Picture Experts Layer III)

1 107 90

Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik

3 107 147

Perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap pemberi lisensi karya cipta lagu

0 9 0

PERAN KARYA CIPTA INDONESIA DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA LAGU YANG DIGUNAKAN SECARA KOMERSIAL Peran Karya Cipta Indonesia Dalam Perlindungan Hak Cipta Lagu Yang Digunakan Secara Komersial(Studi Perlindungan Hukum Terhadap Lagu).

1 11 17

PERAN KARYA CIPTA INDONESIA DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA LAGU YANG DIGUNAKAN SECARA KOMERSIAL Peran Karya Cipta Indonesia Dalam Perlindungan Hak Cipta Lagu Yang Digunakan Secara Komersial(Studi Perlindungan Hukum Terhadap Lagu).

0 4 12

PENDAHULUAN Peran Karya Cipta Indonesia Dalam Perlindungan Hak Cipta Lagu Yang Digunakan Secara Komersial(Studi Perlindungan Hukum Terhadap Lagu).

0 4 11

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP KARYA SENI Perlindungan Hak Cipta Terhadap Karya Seni (Studi Perlindungan Hukum Terhadap Lukisan).

0 4 19

PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Musik (Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu).

0 2 14

PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Musik (Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu).

0 2 22