68
meminta agar Soeharto segera mundur dari jabatannya.
56
Amien Rais menyebutkan pemerintahan B.J.Habibie sebagai pemerintah transisi yang mempunyai tugas konstitusional menyiapkan ketetapan-ketetapan terkait
perubahan sistem politik. Amien Rais menanggapi pemerintahan Habibie sebagai pemerintahan transisi yang masih sangat rentan, karena Habibie mewariskan suatu
kerusakan multi dimensional selama 32 tahun lamanya, Habibie memikul tugas yang begitu besar terutama masalah kerusakan moral bangsa yang rusak akibat praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme KKN. Amien Rais adalah sebagai teman baik Setelah mendapat serangan
terus-terusan dari mahasiswa, cendikiawan, masyarakat luas, kerusuhan massal, bahkan anak-anak yang duduk dijajaran Menteri, akhirnya Soeharto menyerah,
ambisi kekuasaannya mencair. Soharto memanggil Yusril Ihza Mahendra yang menjabat sebagi penulis pidato presiden untuk menyatakan kesediannya
mengundurkan diri.
3.5.2. Pemerintahan B.J.Habibie
Setelah lengsernya rezim Orde Baru dari puncak kepresidenannya B.J.Habibie memegang tampuk kepemimpinan pemerintahan transisi dan mengemban amanat
reformasi. Disebut pemerintahan transisi, karena B.J.Habibie menjabat presiden melalui proses peralihan akibat pengunduran diri Soeharto, dan tidak meneruskan
pemerintahan kabinet pembangunan VII yang ditinggalkan Soeharto.
56
Zaim Uchrowi, Mohammad Amien Rais, hal.211.
Universitas Sumatera Utara
69
Habibie di ICMI, Amien Rais memberikan dua terobosan penting kepada Habibie dengan istilah BigBang, dalam BigBang itu Amien Rais meminta Habibie perlu
melakukan Crack Down, terhadap fenomena KKN baik yang berlangsung sejak zaman Orde Baru. Dan Habibie bersama Kejaksaan Agung, serta aparat keamanan
benar-benar melakukan pengusutan terhadap kekayaan Soeharto, walaupun untuk yang terakhir ini Amien Rais menyadari akan sulit bagi Habibie, karena Habibie
termasuk orang yang dibesarkan Soeharto. Maka tidak heran jika banyak dari kalangan yang memandang bahwa pemerintahan Habibie adalah merupakan
kepanjangan dari rezim Orde baru. Pandangan tersebut banyak datang dari kalangan mahasiswa, bahkan mereka menolak pemerintahan transisi tersebut dan mengajukan
presidium nasional. Tapi Amien Rais, tokoh yang dikenal keras menyeruakan reformasi justru
memberikan legalitas pemerintahan transisi dengan catatan pemerintah Habibie dan DPR diberi semacam batas waktu selama enam bulan atau paling lama satu tahun,
untuk menyiapkan undang-undang politik mengenai kepartaian baru, pelasanaan pemilu yang mengandung nilai demokrasi sejati. Amien Rais tidak sepakat dan
menghindari cara lain selain pemilu. Menurutnya hanya melalui pemilu akan muncul jajaran legislatif dan eksekutif yang benar-benar dipilih oleh rakyat.
57
Dalam 512 hari habibie memangku jabatannya sebagai presiden, terjadi tarik- menarik kepentingan politik mengiringi proses rekontruksi iklim politik yang
57
Ibid .,hal.23
Universitas Sumatera Utara
70
dibebankan kepada pemerintahan trasnsisi itu. Gejolak politik itu melibatkan berbagai spectrum kelompok meliputi apa yang sering disebut sebagai status quo yang
biasanya diidentifikasikan dengan Golkar dan ABRI, dan kalangan yang terkait dengan Orde Baru. Tarik menarik yang terjadi begitu kuat mengenai kedudukan
pemerintah transisi. Gejolak politik itu ditunjukan pada reaksi berbagai kalangan terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa MPR SI MPR pada bulan November 1998
yang terpecah menjadi tiga kelompok: Petama,
kelompok yang menolak total SI MPR, kelompok ini diwakili oleh mahasiswa yang menganggap MPR adalah bagian elemen Orde Baru yang harus di
reformasi secara total. Kedua,
kelompok yang yang menerima SI dengan catatan SI harus sejalan dengan tuntutan reformasi. Tuntutannya adalah penghapusan Dwi Fungsi ABRI, pembersihan
KKN secara menyeluruh, dan mengadili Soeharto beserta kroninya. Ketiga,
adalah kelompok yang menerima SI dan mendukung penuh pemerintahan B.J.Habibie.
Dari ketiga kelompok itu saling berhadapan terutama antara pendukung SI MPR dan yang menolaknya. Bahkan para pendukung SI yang dinamakan dirinya
PAM SWAKARSA membawa bambu runcing untuk turut mengamankan berjalannya SI MPR yang saat itu juga mahasiswa bergerak ke gedung DPRMPR untuk
menggelar aksi unjuk rasa. Keberadaan massa yang saling pro kontra ini membuat
Universitas Sumatera Utara
71
suasana di luar gedung MPRDPR memanas. Keadaan itu memicu bentrokan berdarah disekitar jembatan Semanggi. Dalam tragedi Semanggi itu korban dari
kalangan mahasiswa kembali berjatuhan mengiringi penutupan SI MPR pada 13 November 1998.
58
Amien Rais memberikan sikap tegas menolak fungsi SI MPR sebagai mekanisme pemilihan presiden. Amien Rais memberikan warning kepada pihak yang
menghendaki Sidang Istimewa MPR sebagai mekanisme pemilihan presiden dan wakil presiden. Menurut Amien, jika Sidang Istimewa diperkenankan memilih
presiden dan wakilnya maka perubahan yang dicita-citakan reformasi sulit tercapai, karena akan lagi muncul presiden dan wakil presiden bukan pilihan rakyat tetapi
masih dipilih oleh komposisi MPR yang masih terkontaminasi dengan Orde Baru. Secara tegas Amien Rais melontarkan syarat mutlak, bahwa untuk menegakan
demokrasi, perbaikan ekonomi, rekrutmen politik yang cerdas dan jelas, maka harus diadakan perpisahan total dengan Orde Baru. Jadi Amien Rais menghendaki hanya
melalui meknisme pemilu yang sejati jujur, dan adil akan terwujud DPR dan MPR serta pemerintahan eksekutif yang sejati.
59
Harapan Amien Rais yang menganjurkan percepatan pemilu untuk mencapai cita-cita reformasi ternyata membuahkan hasil. Dalam SI MPR mengahsilkan agenda
percepatan pemilu dan membahas beberapa rancangan ketetapan yang cukup
58
Thamrin Sonata, Tragedi Semanggi 13 November 1998 Jakarta: Pariba, 1998, hal.18-19.
59
Mohammad Amien Rais, Melangkah Karena dipaksa, hal.23-24.
Universitas Sumatera Utara
72
signifikan bagi kemajuan demokrasi, diantaranya adalah Rantap pemilu, Rantap kedudukan ABRI, Rantap pencabutan P4.
60
Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, dimana masing-masing komponen diberi kebebasan unutk berserikat, yang dalam bentuk nyatanya berupa pendirian partai
politik, keberadaan partai politik baru masih belum beranjak dari politik aliran. Bahkan situasinya hampir seperti pada masa tahun 1950-an. Hasil pemilu 6 Juli 1999
yang menempatkan PDI Perjuangan, Partai Golkar, PKB, PPP, PAN, dan PBB sebagai peraih suara terbanyak pertama sampai keenam, setidaknya menggambarkan
Melalui rancangan ketetapan itu kemudian terselenggara pemilu pada bulan Juni yang diikuti oleh 48 partai politik
termasuk Partai Amanat Nasional PAN yang didirikan oleh Amien Rais. Melalui pemilu 1999 yang dianggap demokratis ini juga mengantarkan Amien Rais
menduduki jabatan ketua MPR melalui dukungan partai-partai Islam yang tergabung poros tengah. Dan bagi Habibie justru sebaliknya, melalui pemilu 1999 dan manuver
politik poros tengah Habibie harus ikhlas melepas jabatannya. Pasca pemerintahan Habibie jatuh, kontribusi Amien Rais terus berlanjut
kearah perubahan format politik. Amien Rais melakukan terobosan dengan perubahan secara mendasar melalui amandemen UUD 1945 yang berimplikasi pada persoalan
dwi fungsi ABRI, sistem pemilu, jabatan presiden dan lain sebagainya.
3.5.3. Politik Poros Tengah