V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Penggunaan klorin dengan level 0--200 berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap
total mikroba, dan tidak berpengaruh nyata P0,05 terhadap pH daging broiler; 2. Penggunaan klorin 50 ppm memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan kontrol
dalam menurunkan total mikroba pada daging broiler
B. Saran
1. Untuk produsen, tempat pemotongan ayam, dan penjual daging ayam agar lebih memperhatikan cara pemotongan dan kebersihan untuk menghasilkan karkas yang
sehat; 2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan tingkat klorin yang lebih tinggi
untuk mengetahui ambang batas konsentrasi klorin yang dapat digunakan pada daging broiler hasil pemotongan tradisional.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Daging broiler merupakan komoditas yang banyak diperdagangkan dan sangat diminati oleh konsumen karena merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan asam
amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler dilihat dari aspek ekonomi sangat menguntungkan karena diperoleh dari pertumbuhan
broiler yang cepat, mempunyai serat lunak sehingga mudah dicerna, mudah didapat, dan harganya pun relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Selain mempunyai keunggulan, daging broiler juga mempunyai kelemahan. Daging broiler merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroba, karena kandungan
nutrisinya yang tinggi. Kontaminasi mikroba dapat berasal dari berbagai tahapan yang dilewati selama proses produksi. Sebagian mikroba dapat berasal dari pakan dan
lingkungan ketika broiler masih hidup. Selama penyembelihan, penyimpanan, dan pengangkutan karkas sampai ke konsumen juga dapat terjadi kontaminasi mikroba.
Menurut Soeparno 1998, kontaminasi mikroba daging pada awalnya berasal dari mikroba yang masuk ke peredaran darah pada saat penyembelihan, jika peralatan yang
digunakan untuk pengeluaran darah tidak steril. Kontaminasi mikroba pada atau dalam daging broiler mengakibatkan rusaknya struktur fisik, kimia, dan mikrobiologis daging
tersebut. Hal ini berdampak terhadap penurunan kualitas dan daya simpan daging. Rumah Potong Ayam RPA dan Tempat Pemotongan Ayam TPA merupakan produsen
yang menunjang ketersediaan daging broiler saat ini. TPA diduga menghasilkan daging atau karkas broiler yang berkualitas rendah karena pada proses pemotongan,
penyimpanan, dan pendistribusian ke konsumen kurang memenuhi persyaratan higienis
dan sanitasi. Hal ini berbeda dengan daging broiler yang dihasilkan RPA, daging tersebut pada umumnya telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh peraturan
perundangan Kesehatan Masyarakat Veteriner ataupun standar yang ada. Daging yang dihasilkan TPA dengan proses pemotongan secara sederhana dan menggunakan peralatan
seadanya sangat rentan terkontaminasi oleh mikroba sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pada suhu kamar 28°C
°
C--35°C daging hanya bertahan 11 jam. Akan tetapi, daging yang mengalami penanganan baik akan bertahan hingga 16 jam
penyimpanan pada suhu kamar Triyanti, 2000. Upaya untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang daya simpan daging broiler
perlu dilakukan, diantaranya dengan metode penyimpanan yang aman dan tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi yang mengonsumsinya. Penyimpanan daging
menggunakan es batu merupakan cara yang telah lama dilakukan, akan tetapi konsumen cenderung tidak menyukainya karena menganggap daging yang didinginkan merupakan
daging yang telah rusak atau berkualitas rendah. Untuk mengatasi hal ini perlu diupayakan cara lain. Salah satunya adalah penggunaan bahan pengawet sanitizer yang
aman bagi konsumen, seperti klorin. Menurut Cunningham dan Cox 1987, klorin adalah salah satu bahan yang dapat
digunakan untuk mengontrol mikroba dan memperpanjang daya simpan karkas. Penambahan klorin pada air pencuci terakhir dengan konsentrasi yang berbeda
diharapkan dapat memperpanjang daya simpan dan mengurangi mikroba penyebab kerusakan daging broiler. Selain itu, klorinasi juga diharapkan dapat mempertahankan pH
daging pada kondisi normal dimana mikroba tidak dapat berkembang sehingga kualitas daging broiler dapat dipertahankan. Oleh sebab itu, penulis tertarik melalukan penelitian
ini karena pada saat ini belum ada data mengenai tingkat penggunaan klorin pada broiler yang dipotong di TPA dan di pasar tradisional.
B. Tujuan Penelitian