b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.
Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut :
Tabel 3.8.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Korelasi sangat rendah
0,20 - 0,399 Korelasi Rendah
0,40 - 0,599 Korelasi Sedang
0,60 - 0, 799 Korelasi Kuat
0,80 - 1,000 Korelasi Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, 2010;184
d. Koefisiensi Determinasi Analisis Koefisiensi Determinasi KD digunakan untuk melihat
seberapa besar variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen Y yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien
determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono, 2010
Keterangan : Kd = Nilai koefisien determinasi
r
2
= Koefisien korelasi Berganda
Kd = r² x 100
Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi berganda. Pada metode koefisien determinasi, kita dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh nilai Kebijakan pajak dan Self Assesment System terhadap Kepatuhan Pajak tapi bukan taraf hubungan
seperti pada koefisien berganda lebih memberikan gambaran fisik atau keadaan sebenarnya dari kaitan pengaruh Kebijakan Pajak dan Self
Assesment System terhadap Kepatuhan Pajak.
3.8.4 Rancangan Pengujian Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik,
perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis alternatif Ha menunjukkan
adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independen X yaitu Kebijakan Pajak X
1
dan Self Assesment System X
2
terhadap Kepatuhan Pajak sebagai variabel dependen Y, hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji Statistik t.
Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variabel - variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, selanjutnya pengujian dilakukan
dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah - langkah sebagi berikut: a Menentukan hipotesis parsial antara variabel bebas Kebijakan Pajak
terhadap variabel terikat Kepatuhan Pajak. Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah :
Ho : β ₁ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Kebijakan Pajak
terhadap Kepatuhan Pajak. Ha : β
₁ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan Kebijakan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak.
b Menentukan hipotesis parsial antara variabel bebas Self Assesment System terhadap variabel terikat Kepatuhan Pajak. Hipotesis statistik
dari penelitian ini adalah : Ho : β
₁ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Self Assesment System terhadap Kepatuhan Pajak.
Ha : β ₁ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan Self Assesment System
terhadap hasil Kepatuhan Pajak c Menentukan tingkat signifikan. Ditentukan dengan 5 dari derajat
bebas dk = n - k - l, untuk menentukan t
tabel
sebagai batas daerah
penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5 karena dinilai cukup untuk mewakili
hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.
d Menghitung nilai t
hitung
dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :
dan
Sumber: Sugiyono, 2005
Dimana : r
= Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel
t = t
hitung
e Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipótesis setelah dibandingkan antara t
hitung
dan t
tabel
dengan kriteria : 1. Tolak Ho jika t
hitung
t
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien positif. 2. Tolak Ho jika t
hitung
t
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien negatif. 3. Tolak Ho jika nilai t sign penelitian ɑ 0,05.
n – k – 1 t
1
= r
x1
y 1 – r
x1
y
2
ERROR: syntaxerror OFFENDING COMMAND: --nostringval--
STACK: ds
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak
4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak
Kantor Pajak sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia dan bernama “Kantor Inspeksi Keuangan Bandung” untuk wilayah Jawa Barat, tetapi dalam
perkembangannya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Cooperative dan kelompok Non Cooperative akibat dari Agresi Militer Belanda I. Kelompok
Cooperative bekerjasama dengan Belanda dan berkedudukan di Jalan Asia Afrika, sedangkan kelompok Non Cooperative lebih memihak ke Republik Indonesia dan
pindah ke Tasikmalaya. Pada agresi Belanda II bubarlah Kantor Inspeksi Keuangan yang berada di
Tasikmalaya dan yang masih aktif adalah kelompok Cooperative. Pada tahun 1965 Kantor Inspeksi Keuangan berubah nama menjadi “Inspeksi Pajak
Bandung”. Berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pajak, berada di lingkungan Departemen Keuangan.
Pada tanggal 1 Januari 1980 Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua wilayah kerja, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat, di jalan Soekarno
Hatta No. 216 Bandung dan Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur, di jalan Kiara Condong No. 327 Bandung.