Kemampuan Berpikir Kreatif TINJAUAN PUSTAKA

D. Kemampuan Berpikir Kreatif

Belajar tentu melibatkan proses berpikir. Berpikir menurut de Bono 2007, dalam Kusumadyani, 2010:17 adalah keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman. Kecerdasan sendiri meliputi kreativitas dan kemampuan memecahkan permasalahan. Presseisen menyebutkan bahwa berpikir secara umum diasumsikan sebagai proses kognitif, yaitu suatu tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan Costa, 1985 dalam Kusumadyani, 2010:17. Pengetahuan yang kita miliki dapat diterapkan dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul. Diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi keterampilan berpikir kritis dan kreatif critical and creative thinking, keterampilan memecahkan masalah problem solving, dan mengambil keputusan decision making Zuchdi, 2008:128. Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Supriadi 2001:7 menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan sebelumnya. Berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan membangun pengetahuan yang telah dimiliki, menanyakan suatu kekhawatiran terhadap suatu masalah yang mungkin diperlukan di masa depan, mempertinggi perhatian terhadap satu permasalahan, dan merancang hasrat serta rasa ingin tahu. Kreativitas menurut Torrance 1998, dalam Munandar, 2004:27 adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil- hasilnya. Sedangkan menurut Guilford 1967, dalam Munandar, 2004:31 kreativitas atau berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Berpikir kreatif ini merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran berpikir logis. Munandar 1985:47 menyatakan bahwa “Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.” Menurut Cropley dalam Munandar 1985:9 “kecakapan berpikir kreatif adalah kecakapan menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, dan memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak biasa. Dengan kata lain keterampilan berpikir kreatif adalah kecakapan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Menurut Munandar 1985:48, “berpikir kreatif adalah berpikir untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan penekanan pada ketepatgunaan dan keragaman jawaban”. Jadi secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memerinci suatu gagasan, seperti dijelaskan Munandar 1985:47, proses berpikir kreatif dapat dilihat melalui: 1. Kelancaran Kelancaran sebagai kemampuan untuk: a mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, b memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan c selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Keluwesan Keluwesan sebagai kemampuan untuk: a menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, b dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, c mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan d mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3. Keaslian Keaslian sebagai kemampuan untuk: a melahirkan ungkapan yang baru dan unik, b memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan c mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4. Keterperincian Keterperincian sebagai kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan, mememerincinya sehingga menjadi lebih menarik. Munandar 1992, dalam Wulan, 2010:14 mengemukakan pula alasan mengapa kreativitas pada diri sendiri perlu dikembangkan: Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya self actualization, dan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mewujudkannya. Kedua, sekalipun setiap orang memandang bahwa kreativitas itu perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan kreativitas itu belum memadai khususnya dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitas yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk hal ini kita menyadari bagaimana para pendahulu kita yang kreatif telah banyak menolong manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan yang menghimpit manusia. Untuk lebih mudah dalam melihat apakah seseorang itu kreatif atau tidak, bisa dilihat dari ciri kemampuan berpikir kreatif yang terbagi dalam berpikir kreatif yang ada kaitannya dengan unsur aptitude maupun ciri non aptitude Munandar, 1992 dalam Wulan, 2010:14. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan kognitif, dengan proses berpikir. Sedangkan ciri- ciri non aptitude yaitu yang berhubungan dengan sikap dan perasaan. Proses berpikir kreatif utamanya digunakan seseorang untuk memecahkan masalah. Wallas Jamaris, 2006 dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:86 menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam empat fase, yaitu: 1 fase persiapan; berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipecahkan; 2 fase pematangan; informasi yang telah terkumpul berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha memahami keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalam rangka pemecahan masalah; 3 fase iluminasi; berupa penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah; dan 4 fase verifikasi; berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan dalam pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai. Kemampuan berpikir kreatif menurut Williams 1977, dalam Munandar, 1985:88 mencakup lima indikator, yaitu: berpikir lancar fluency, berpikir luwes flexibility, berpikir orisinal originality, kemampuan memerinci elaboration, dan kemampuan menilai evaluation. Adapun definisi dan perilaku siswa yang mencerminkan kelima indikator tersebut dipaparkan pada Tabel 2. berikut: Tabel 2. Indikator Berpikir Kreatif No. Indikator Berpikir Kreatif Definisi Perilaku siswa 1. Berpikir lancar fluency  Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan  Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal  Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban  Mengajukan banyak pertanyaan  Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan  Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah  Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya  Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain  Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi 2. Berpikir luwes flexibility  Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi  Dapat melihat suatu masalah dari sudut  Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim tehadap suatu obyek  Memberikan macam-macam penafsiran interpretasi terhadap pandang yang berbeda- beda  Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda- beda  Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran suatu gambar, cerita atau masalah  Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda- beda  Memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain  Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok  Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam- macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya  Menggolongkan hal-hal menurut pembagian kategori yang berbeda-beda  Mampu mengubah arah berpikir secara spontan 3. Berpikir orisinal originality a. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur- unsur  Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal lain yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain  Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru  Memilih asimetris dalam menggambar atau membuat desain  Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain  Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip  Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru  Lebih senang menyintesis daripada menganalisa situasi 4. Kemampuan memerinci elaboration a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk b. Menambah atau memerinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi menjadi lebih menarik  Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci  Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.  Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh  Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana  Menambahkan garis-garis, warna- warna dan detil-detil bagian- bagian terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain 5. Kemampuan menilai evaluation a. Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana b. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka c. Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya  Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri  Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal  Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”  Mempunyai alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan  Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus  Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis  Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

E. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Assalam Lampung Selatan Se

2 27 65

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SURVEY, QUESTION, READ, RECITE AND REVIEW (SQ3R) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA YP Unila

2 22 52

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/

0 6 70

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Semester Genap

0 7 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri

1 14 63

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semeste

0 14 68

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X MA Nurul Ulum Kotagajah Semes

1 10 64

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA

1 22 65

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

0 7 63

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Neger

0 20 129