BAB V PEMBAHASAN
5.1 GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE
Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting terutama dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat.
Dengan adanya gangguan tersebut akan meningkatkan pengeluaran biaya oleh rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya pengobatan perawat yang sakit
maupun biaya yang hilang akibat perawat yang mangkir atau tidak masuk kerja karena menderita gangguan tersebut Setyawati, 2007 dan Maniadakins , Gray,
2000. Berdasarkan distribusi keluhan yang didapatkan dari hasil pretest,
perbandingan keluhan yang dirasakan perawat pada tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri terlihat mempunyai kemiripan, baik bagian tangan maupun bagian
kaki. Keluhan tertinggi untuk tingkat keluhan sakit sekali adalah pinggang. Kondisi ini cukup beralasan, karena perawat sering diharuskan membungkuk saat
menangani pasien serta ambulasi mengangkat dan memindahkan pasien. Perawat sering melakukan pekerjaan mengangkat, memindahkan atau
memposisikan kembali pasien moving, transfering and repositioning dengan posisi lengan perawat yang tidak tepat dan sering kali membungkuk terlalu ke
depan. Sikap badan tersebut dapat meningkatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal Yip, 2001
Beberapa jenis aktivitas menangani pasien secara umum yang dilakukan perawat yaitu yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal: 1 mengangkat
Universitas Sumatera Utara
pasien di tempat tidur; 2 membantu pasien pindah dari dan ke tempat tidur; 3 merubah posisi tempat tidur; 4 mengangkat pasien dari tempat tidur ke brankar
dan sebaliknya; 5 memindahkan peralatan medis atau perabot dengan berat lebih dari 15 kg; 6 membungkuk untuk mengangkat sesuatu dari lantai Nelson, 2003.
5.2GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden SesudahWSE
Setelah diberikan perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise WSE dan dilakukan posttest, didapatkan gambaran keluhan pada masing-masing
anggota tubuh mengalami penurunan. Pada bagian tubuh tertentu bahkan mengalami penurunan hingga diperoleh hasil keluhan sebesar 0.
Bagian pinggang masih terlihat memiliki jumlah tertinggi tingkat keluhan sakit sekali yaitu sebanyak 2 orang 5,9. Namun angka ini mengindikasikan
penurunan jika dibanding pada saat pretest di mana keluhan sakit sekali pada pinggang adalah sebanyak 5 orang 14,7. Pada posttest juga dapat dilihat
bahwa semua jenis keluhan baik itu bagian atas, tengah, maupun bawah tubuh menunujukkan penurunan dibandingkan dengan hasil yang didapat saat pretest.
5.3Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum dan Sesudah WSE
Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka adalah gangguan yang dialami karena kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligamen, persendian,
kartilago, dan diskus invertebralis. Cara mengukur keluhan muskuloskeletal pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map
NBM yang menggunakan skor: 1 tidak sakit, 2 agak sakit, 3 sakit, dan 4 sakit sekali. Kemudian dilakukan uji menggunakan Paired T Test parametric paired
Universitas Sumatera Utara
sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan keluhan muskuloskeletal pada perawat sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise WSE. Hasil uji
dijelaskan pada Tabel 5.1 di bawah ini: Tabel 5.1 Perbedaan Mean Nilai Total Pretestdan Total PosttestKeluhan
Muskuloskeletal pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan 2015 Mean SD
Perbedaan t-hitung
p.
Pretest 45,12 14,270
11,412 6,196
0,000 Posttest
22,71 7,082
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Paired T Testdiketahui bahwa meankeluhan responden pada pretest adalah 45,12 dan mean pada posttest
menjadi 22,71.Hal ini menandakan bahwa mean mengalami penurunan dengan perbedaan 11,412.
Nilai t-hitung adalah t=6,196 dan nilai probabilitas p=0,000. Oleh karena nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel t-tabel=0,025dan p0,05
maka H ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada variabel keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise WSE.
Jika ditilik per bagian tubuh, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keluhan muskuloskeletal pada semua bagian tubuh melalui hasil pretest
dan posttestsetelah menerima perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise WSE kecuali lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, dan tangan kiri.
1. Lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan
Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan keluhan pada lengan bawah kiri p=0,059 dan lengan bawah
Universitas Sumatera Utara
kanan p=0,292 pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini diperkirakan, sehubungan dengan aktivitas perawat dalam menangani kasus gawat, ambulasi
mengangkat dan memindahkan pasien, dan mengangkat barang, otot-otot pada lengan bagian atas-lah yang lebih dimanfaatkan.
Dibandingkan lengan
atas, lengan
bawah diasumsikan
kurang dimaksimalkan penggunaannya sehingga keluhan yang tergambar pun tidak
terlalu tinggi baik sebelum maupun sesudah Workplace Stretching-Exercise WSE. Otot-otot pada lengan bawah terdiri atas beberapa otot kecil yang
kompleks yang bertugas untuk memutar dan menggerakkan tangan telapak tangan. Hal ini dapat menjadi dasar mengapa keluhan pada lengan bawah kanan
dan lengan bawah kiri tidak memiliki nilai beda yang signifikan. 2.
Tangan kiri Bagian lain yang tidak memiliki nilai beda yang signifikan adalah tangan
kiri. Hampir 90 manusia menggunakan tangan kanan. Jika dilihat dari segi sejarah manusia yang dikaji melalui gambar di dinding-dinding gua, alat-alat dari
zaman batu, atau pecahan tulang kera dan babon, menunjukkan bahwa mayoritas mereka menggunakan tangan kanan. Penggunan tangan kanan sudah setua usia
manusia Pasiak, 2006. Fakta ini seolah mendukung dominasi aktivitas tangan kanan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa keluhan pada tangan kiri rendah baik
saat pretest maupun posttest dikarenakan fakta dominasi tersebut. Workplace Stretching-Exercise WSE sebagai upaya interfensi yang
dilakukan dengan tujuan menurunkan keluhan muskuloskeletal pada perawat pada penelitian ini memiliki masa efektif 21 hari 3 minggu, di mana latihan dilakukan
Universitas Sumatera Utara
1 kali pada setiap shift setiap harinya. Sesuai dengan kebijakan pemilik rumah sakit, pengenalan Workplace Stretching-Exercise WSE dilakukan 3 jam setelah
masing-masing shift dimulai. Latihan di bawah pengawasan langsung peneliti dan asisten peneliti adalah selama minggu pertama sejak dimulainya pretest dan
program intervensi. Dua minggu selanjutnya perawat tetap mempraktikkan Workplace Stretching-Exercise WSE di bawah instruksi kepala perawat dan
pengawasan langsung pemilik rumah sakit, sedangkan peneliti memiliki kuasa mengawasi jalannya program intervensi pada 1 shift setiap harinya secara bebas.
Menurut Appleton 1998 seperti yang dikutip oleh Wahyono dan Saloko pada 2014 Workplace Stretching-Exercise WSE menggunakanprinsip gerakan
peregangan atau
stretching pada
kelompokototleher sampai
dengankelompokototkaki. Menurut penelitian Wahyono dan Saloko pada pekerja bagian sewing, gerakan-gerakan Workplace Stretching-Exercise WSE hanya
membutuhkan waktu selama kurang-lebih 8 menit pada setiap sesinya. Perubahan
dan penurunan
nilai keluhan
pada responden
dimungkinkankarena berbagai hal yang berkaitan dengan proses intervensi berupa Workplace Stretching-Exercise WSE diantaranya adalah gerakan pada
Workplace Stretching-Exercise WSE yang walaupun sederhana dan dapat dilakukan kapan saja-di mana saja tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan, namun
dapat memberikan efek peregangan pada setiap anggota tubuh yang difokuskan dalam latihan. Selain itu kepatuhan responden dalam melaksanakan latihan juga
memberi andil besar.
Universitas Sumatera Utara
Faktor penyebab tingginya keluhan muskuloskeletal secara subjektif
adalah sikap kerja yang lebih banyak membungkuk, sehingga tulang belakang terlalu
melengkung atau
membungkuk ke
depan. Kondisi
tersebut mengakibatkanpenimbunan asam laktat akibat kurangnya suplai oksigen pada
bagian otot punggung, pinggang, dan bokong. Pheasant 1991 dan Helander 1995 seperti yang dikutip oleh Komang 2011 memperkirakan bahwa 30
cedera otot skeletal khususnya bagian pinggang dan punggung disebabkan karena sikap kerja membungkuk dan memutar badan.
Apabila diperhatikan secara seksama,gerakan yang banyak dolakukan perawat kurang lebih sebagai berikut:
1 Kepala menunduk ke bawah untuk mendapatkan posisi visual yang mantap ketika menangani pasien
2 Dengan sendirinya tubuh akan dipaksa terlalu membungkuk ke depan dengan posisi kepala menunduk, sehinggamengakibatkan otot punggungsebagai
penahan posisi tubuh terpaksa harus berkontraksi secara statis. 3 Posisi tangan selalu menggantung karena ketinggian meja yang
terlalurendah tidak mampu menopang tangan ketika mengepak jamu, sehinggamengakibatkan otot tangan juga akan mengalami kontraksi secara statis.
Masa puncak dari kekuatan otot untuklaki-laki dan perempuan adalah sama, yaituakan dicapai pada usia 25
– 35 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulaidirasakan pada usia kerja, yaitu padarentang usia 25
– 65 tahun. Keluhanpertama biasanya dirasakan pada usia 35tahun dan tingkat keluhan akan
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada
Universitas Sumatera Utara
umursetengah baya, kekuatan dan ketahananotot akan mulai menurun sehingga risikoterjadinya keluhan otot akan semakinmeningkat Tarwaka, 2004.
Najarkola 2012 dalam Auliya 2013 menyatakan bahwa gerakan berulang, posisi janggal dan statis meningkatkan tekanan pada jaringan dan
menyebabkannya tidak memiliki cukup waktu untuk mendapatkan pasokan energi kembali dan hal ini dapat memicu atau menyebabkan terjadinya proses
patologisyang dapat bermanifestasi pada gangguan muskuloskeletal. Stretching bertujuan memperkuat otot dan dengan memperkuat otot, maka
kerja tulang dan otot menjadi seimbang. Selain itu dengan dilakukannya stretching maka secara tidak langsung akan menaikkan suplai oksigen dalam otot
sehingga akan menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi dan rasa nyeripun akan berangsur-angsur berkurang.
Mekanisme penurunanderajat nyeriyang terjadipadaresponden penelitian iniadalahberhubungan dengan menurunnya spasme ototdan peningkatan sirkulasi
darah pada otot. Hal ini sejalan dengan teori gerbang kontrol gate controltheory yaitu melalui efek stretching dari Workplace Stretching-Exercise WSE.
Pada otot yang mengalami spasme, akanterjadi pemendekanmusclefiber karena anyaman-anyaman myofilamen mengalami overlapping satu sama lain.
Pada saat dilakukan stretching dengan penahanan beberapa detik pada posisi otot memanjang, struktur muscle fiber terutama sarcomer akan mengalami
peregangan karena anyaman-anyaman myofilamen yang overlapping akan berkurang dan secara otomatis menyebabkan struktur muscle fiber menjadi
memanjang. Dengan pemanjangan struktur muscle fiber tersebut, maka spasme
Universitas Sumatera Utara
dapat berkurang. Pemberian stretching dapat mengurangi spasme karena proprioceptor
ototatau muscle spindle yang teraktivasi saat stretching terjadi. Muscle spindle bertugas untuk mengatur sinyal ke otak tentang perubahan panjang otot dan
perubahan tonus yang mendadak dan berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot yang mendadak dan berlebihan, maka muscle spindle akan mengirimkan sinyal
ke otak untuk membuat otot tersebut berkontraksi sebagai bentuk pertahanan dan mencegah cedera.
Oleh karena itu, saat melakukan stretching dilakukan penahanan beberapa saat dengan tujuan untuk memberikan adaptasipada muscle spindle terhadap
perubahan panjang otot yang kita berikan, sehingga sinyal dari otak untuk mengkontraksikan otot menjadi berkurang. Dengan kontraksi otot yang minimal
pada saat stretching, akan memudahkan muscle fibers untuk memanjang dan spasme otot dapat berkurang.
Menurut Cameron 1999, bahwa pemberian stretching juga dapat merangsang serabut saraf berpenampang tebal A alpha dan A beta sehingga
mampu menutup gerbang kontrol nyeri. Mekanisme stretching termasuk dalam kategori stimulasi mekanik yang dapat mengaktivasi fungsi serabut saraf
berpenampang tebal non-nociceptif A alpha dan A beta dan menutup gerbang kontrol sehingga nyeri yang dibawa serabut saraf berpenampang tipisA delta dan
C tidak dapat diteruskan keotak. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian Workplace Stretching-Exercise WSE dapat memberikan efek positif
Universitas Sumatera Utara
mengurangi keluhan muskuloskeletal pada responden.
Perawat melakukan pelayanan kepada pasien dan bersiaga selama waktu
shift dengan kegiatan dalam kategori manual material handling maka sangat dibutuhkan kondisi tubuh yang maksimal. Ketika terjadi keluhan muskuloskeletal,
maka pelayanan oleh perawat yang diberikan kepada pasien tidak maksimal sehingga akan menjadi salah satu faktor berpengaruh dalam kualitas pelayanan
rumah sakit. Jadi perlu bagi perawat yang berperan sebagai care giver untuk memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuh dengan melakukan stretching
secara rutin untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan dan mengurangi risiko dari gangguan muskuloskeletal yang lebih serius. Workplace
Stretching-Exercise WSE ini merupakan tindakan yang sangat praktis dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN