Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan

(1)

Pedoman Wawancara

Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan

A. Karakteristik Identitas Informan 1. INFORMAN UTAMA

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Apa yang menjadi alasan sehingga adik bisa berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

2. Sebelum berada disini, siapa yang mengasuh adik? 3. Apakah adik masih mempunyai kerabat?

4. Bagaimana hubungan adik dengan keluarga adik sebelumnya?

5. Sebelum masuk ke Yayasan SOS ini,apakah adik sebelumnya sekolah? 6. Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal adik sebelumnya?

7. Sebelum masuk ke Yayasan SOS inisiapa yang merawat adik ketika sedang sakit?


(2)

8. Berapa kali adik makan dalam sehari sebelum masuk ke Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

9. Kapan adik mulai bergabung di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

10.Sudah berapa lama adik berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

11.Apakah ada saudara adik yang lain yang juga ikut tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

12.Ketika adik pertama kali tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini, apa yang adik lakukan?

C. Peranan Keluarga Pengganti a. Kegiatan Harian

13.Bagaimana hubungan adik dengan saudara asuh yang lainnya? 14.Bagaimana sikap ibu asuh terhadap adik?

15.Apakah sikap ibu asuh dengan adik sama dengan saudara asuh lainnya? 16.Apakah ada bimbingan pribadi, seperti pemberian motivasi yang adik

dapatkan dari ibu asuh? Jika ada, apa saja?

17.Ketika memiliki masalah kepada siapa adik bercerita?

18.Bagaimana tindakan ibu asuh jika adik merasakan sakit atau gejala-gejala akan sakit?

19.Jika adik memiliki tugas sekolah apakah ibu asuh ikut membantu menyelesaikannya?


(3)

21.Adakah perubahan yang adik rasakan setelah memiliki ibu dan saudara asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

22.Adakah pengaruh terhadap adik selama diasuh oleh ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

23.Apakah adik sering membersihkan kamar dan rumah?

24.Jika makan, biasanya sendirian atau bersama-sama dengan ibu dan saudara asuh?

25.Kalau pulang sekolah pernah pulang terlambat?

26.Kegiatan apa yang paling disenangi diSOS Children’s Village Medan ini? 27.Selama tinggal di SOS Medan ini adik sering melakukan olahraga? 28.Olahraga apa yang paling disenangi di SOS Medan ini?

29.Bagaimana kegiatan kerohanian di SOS Children’s Village Medan ini? 30.Ibu asuh pernah mengajak adik untuk melakukan gotong royong

membersihkan rumah?

b. Pelayanan Lembaga

31.Apakah Yayasan SOS Children’s Village Medan pernah memberikan baju baru?

32.Bagaimana tindakan SOS Children’s Village Medan jika adik sakit? 33.Ketika tahun ajaran baru, apakah SOS Children’s Village Medan pernah

memberikan peralatan sekolah baru?

34.Apakah yayasan SOS pernah mengajak rekreasi?

35.Apakah adik bebas memilih tempat sekolah yang adik inginkan?


(4)

2. INFORMAN KUNCI Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Riwayat Pendidikan :

d. Agama :

e. Suku :

f. Alamat Asli :

g. Status :

h. Jumlah anak yang dimiliki :

B. Pertanyaan untuk Ibu Asuh

1. Apa yang menjadi alasan anda sehingga bisa menjadi ibu asuh dalam keluarga pengganti di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini? 2. Dari mana anda mendapatkan informasi bahwa Yayasan SOS Children’s

Village Medan membutuhkan ibu asuh untuk menjadi keluarga pengganti bagi anak-anak asuh?

3. Apakah sebelumnya anda mengetahui apa itu keluarga pengganti? 4. Sudah berapa lama anda menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s

Village Medan ini?

5. Bagaimana respon keluarga ketika anda memutuskan untuk menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

6. Apa saja yang anda lakukan saat pertama sekali mengadakan pertemuan dengan anak-anak asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?


(5)

7. Pendekatan seperti apa yang anda lakukan terhadap anak-anak asuh agar mereka mau terbuka terhadap anda?

8. Bagaimana cara anda menangani anak-anak yang terlibat pertengkaran dalam rumah yang anda tempati?

9. Apa saja kesulitan yang anda alami dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu asuh?

A. Karakteristik Identitas Informan 3. INFORMAN TAMBAHAN

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Riwayat Pendidikan :

d. Jenis Kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

g. Alamat :

h. Jabatan :

B. Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Keluarga Pengganti, Staff Administrasi dan Bapak Asuh

1. Mengapa Yayasan SOS Children’s Village Medan mendirikan pelayanan sosial anak berbasis keluarga?

2. Apa saja syarat untuk memenuhi kriteria sebagai ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?


(6)

3. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan keluhan dari ibu asuh dalam menangani anak asuh?

Jika pernah, apa saja?

4. Menurut bapak/ibu sejauh ini, apakah ibu asuh sudah berkompeten dalam melaksanakan peran nya untuk mengasuh anak-anak asuh disini?

5. Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak asuh di SOS Children’s Village Medan ini?

6. Apakah ibu asuh atau anak-anak asuh pernah mencoba kabur atau melarikan diri dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

7. Apakah ada kendala yang bapak/ibu dapatkan dalam pelaksanaan program pelayanan sosial anak berbasis keluarga ini?


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Martono, Nanang. (2013). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moleong, L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis PenelitianBidang Ilmu-ilmu Sosial danKesehatan. Medan: PT Grasindo Monoratama.

Suyanto, Bagong. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.

Suyanto, B & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sumber Online:

http://www.direktorat.jenderal.rehabilitasi.sosial.com diakses pada tanggal 28 Oktober pukul 14.00 WIB

WIB http://www.RumahKemuning.com.2013 diakses pada tanggal 2 November 2015

pukul 11.00 WIB

http : //ykai.net/index.com, diakses tanggal 2 November 2015 pukul 17.15 WIB 21.00 WIB 21.20 WIB http://www. fatayat. or. Id diakses tanggal 15 Janurai 2016 pukul 16: 30 WIB


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan keluarga pengganti dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yayasan SOS Children’s Village Medan di Jalan Seroja Raya No.150, Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan peneliti memeilih lokasi ini adalah karena Yayasan SOS Children’s Village Medan adalah salah satu yayasan yang melaksanakan program keluarga pengganti sejak tahun 2007 sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di yayasan tersebut.

3.3 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang


(9)

memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

3.3.1 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan kunci dalam penelitian ini adalah keluarga pengganti binaan Yayasan SOS Children’s Village Medan untuk memebrikan pengasuhan yaitu 5 keluarga pengganti.

3.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh keluarga pengganti binaan Yayasan SOS Children’s Village Medan sebanyak 10 orang.

3.3.3 Informan Tambahan

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso, dalam Sutinah, 2005: 171-172). Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab program keluarga pengganti sebanyak 1 orang, staff administrasi 1 orang dan bapak asuh Yayasan SOS Children’s Village Medan sebanyak 1 orang.


(10)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya.

b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Siagian, 2011:206)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data


(11)

yang terkumpul, mempelajari data, menelaahm menyususn dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dakam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.


(12)

BAB IV

DESRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Profil Yayasan SOS Children’s Village

4.4.1. Sejarah Berdirinya SOS Children’s Village

Herman Gmeiner (1919-1986) mendapat panggilan untuk berbuat sesuatu bagi perbaikan nasib anak-anak terlantar. Sebagai mahasiswa kedokteran di Innsburk, Austria, ia menyaksikan betapa kejamnya warisan perang dunia II yang telah menyebabkan ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di dalam kota-kota yang telah hancur akibat perang dunia II.

Keadaan tersebut menggerakkan hatinya, sehingga pada tahun 1949 ia meninggalkan bangku kuliah untuk melaksanakan cita-citanya. Segera ia mencari sumbangan-sumbangan uang yang disatukan dengan uang simpanannya sendiri sebesar 600 shiling Austria (US $ 30) dan pada november 1949, ia mendirikan Yayasan SOS Children’s Village, yang bila di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan SOS Desa Taruna.

Dasar pemikirannya untuk mendirikan SOS Children’s Village adalah sangat sederhana, yaitu bahwa anak-anak terlantar itu telah kehilangan orang tua yang sangat mencintai mereka. Oleh karena itu, mereka perlu dicarikan orang tua baru. Pada umumya, yang mampu mencintai anak-anak kecil secara penuh adalah para wanita. Ia merasa perlu untuk mencari wanita-wanita yang bersedia mencintai mereka dan sanggup menerima mereka bagaikan anak sendiri. Pada kenyataannya banyak sekali janda maupun wanita yang tidak bersuami yang ingin hidup mandiri. Kalau saja di antara wanita-wanita tersebut ada yang merasa terpanggil dan bisa


(13)

menyayangi anak-anak terlantar dan bersedia hidup bersama mereka, ia yakin bahwa dengan demikian akan tumbuh keluarga yang bahagia.

Pada tahun 1950 telah terkumpul sejumlah ibu pengasuh dan uang untuk membangun 5 buah rumah di atas tanah sumbangan pemerintah kotamadya Imst, sebuah kota kecil kira-kira 35 mil di sebelah barat kota Innsburk. Pada pertengahan dasawarsa tahun 50-an, SOS Children’s Village telah berkembang ke Prancis, Jerman Barat, Italia, dan Spayol. Dalam dasawarsa selanjutnya terus berkembang ke negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Arab. Konsep SOS Children’s Village cepat berkembang karena didasari oleh gagasan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang sifatnya sangat universal. Selain itu setiap SOS Children’s Village selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat, kebudayaan, dan agama setempat.

Yayasan SOS Children’s Village membuka cabang di Indonesia yang didirikan pada tahun 1970 oleh Agus Prawoto yang baru selesai menuntut ilmu di Austria. SOS Children’s Village yang didirikan di Indonesia, yang biasa disebut dengan SOS Desa taruna yang didirikan oleh Herman Gmeiner. Perkampungan SOS Children’s Village di Indonesia pertama kali beroperasi di Lembang, Jawa Barat pada tahun 1972. Sebanyak tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan menampung 165 anak. Sepuluh tahun kemudian menyusul, pendirian perkampungan di Cibubur, Jakarta Timur. Sekitar 150 anak bisa ditampung di kompleks ini, tak lama kemudian menyusul perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali) dan Maumere (Nusa Tenggara Timur).

Lain halnya di Sumatera, berdirinya SOS Children’s Village dilatarbelakangi oleh terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias yang mengakibatkan banyak anak kehilangan keluarga, orang tua, dan tempat tinggal,


(14)

sehingga mereka menjadi anak-anak terlantar. Oleh karena itu, didirikanlah SOS Children’s Village di Banda Aceh, Meulaboh, dan Sumatera Utara, yaitu Medan, yang disebut dengan SOS Children’s Village Medan.

SOS Children’s Village Medan adalah sebuah lembaga sosial non pemerintah berbentuk yayasan yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka panjang berbasis keluarga. Konsep yayasan ini adalah membantu mengasuh anak dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan yang kurang beruntung yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan ras. Memberikan kembali kasih sayang melalui rumah asuh, keluarga, dan kehidupan yang memadai agar kelak anak memiliki kehidupan yang mandiri, membantu anak untuk membentuk masa depannya sendiri, dan memberi kesempatan kepada anak untuk berkembang dalam masyarakat.

4.2 Visi dan Misi SOS Children’s Village 4.2.1. Visi Lembaga

Sesuai dengan visi dan misinya, SOS Children’s Village memiliki tujuan untuk memberikan masa depan yang lebih cerah bagi setiap anak yang tertuang dan terwujud melalui visi dan misi. Adapun Visi SOS Children’s Village yaitu, “Setiap Anak Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihargai, dan Rasa Aman”.

4.2.2. Misi Lembaga

Misi yang dilakukan untuk mewujudkan visi diatas adalah sebagai berikut: 1. Kami mendirikan keluarga-keluarga bagi anak-anak yang kurang beruntung


(15)

Kami berkarya bagi anak-anak yatim piatu, kurang beruntung atau keluarganya yang tidak mampu mengasuh mereka. Kami memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk membangun hubungan yang langgeng dalam sebuah keluarga. Pendekatan melalui keluarga di SOS Children’s Village ini didasarkan pada empat prinsip, yaitu: setiap anak membutuhkan seorang ibu, dan tumbuh secara alamiah dengan kakak dan adik, di dalam rumah mereka sendiri dan di dalam lingkungan desa yang mendukungnya.

2. Kami membantu mereka membentuk masa depannya sendiri

Kami memberikan kesempatan anak-anak untuk hidup sesuai budaya dan agama yang mereka anut dan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif. Kami membantu anak-anak untuk mengenali dan mengekspresikan kemampuan individualnya, minat dan bakatnya. Kami menjamin bahwa anak-anak menerima pendidikan dan pelatihan keterampilan yang mereka perlukan untuk dapat menjadi anggota masyarkat yang berhasil dan berguna.

3. Kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang dalam masyarakat

Kami berbagi dalam kehidupan bermasyarakat dan merespon perkembangan kebutuhan masyarakat bagi anak-anak dan remaja yang rawan. Kami menyediakan fasilitas dan program yang bertujuan untuk memperkuat keluarga-keluarga yang kurang beruntung dan mencegah penelantaran anak-anak. Kami bekerja sama dengan anggota masyarakat dalam penyediaan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta merespon keadaan darurat.


(16)

2.3. Letak Yayasan SOS Children’s Village Medan

Yayasan SOS Desa Taruna Medan beralamat di Jalan Seroja Raya No.150, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Telp (061) 8369080, email: medan@sos.or.id, Website: www.sos-kd.org.

Yayasan ini menempati tanah seluas 2 hektar dan memilki 24 unit bangunan yang terdiri dari rumah keluarga atau rumah asuh anak, ruang pusat kegiatan, aula. Kantor, rumah asisten ibu, rumah tamu, bengkel, rumah dewan pembina, rumah pimpinan, serta sebuah bangunan taman kanak-kanak dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas darana dan prasarana seperti ruang klinik, perpustakaan dan ruang komputer.

4.4. Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Children’s Village Medan

Sesuai dengan visi dan misi serta nilai-nilai/ prinsip SOS Children’s Village, maka yayasan ini memberikan sarana dan prasarana bagi anak-anak asuhnya. Hal ini dilakukan agar anak asuh tersebut dapat tumbuh dengan baik, ada rasa tenang dan sukacita, serta dapat menjadi matang dan bijaksana agar dapat berguna bagi masyarakat mendatang. Sarana dan prasarana adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yayasan. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, yaitu:

1. Sekolah TK/ Play Group

Taman kanak-kanak merupakan tempat belajar dan mengajar anak-anak TK/ Play Group yang berasal dari anak asuh SOS Children’s Village Medan sendiri maupun dari luar (masyarakat luar). Sekolah tersebut mempunyai 3 ruangan kelas


(17)

yang terdiri dari TK A, B dan Play Group. Setiap ruangan kelas memiliki 30 buah meja dan kursi, 1 buah lemari, 1 set rak tempat mainan anak-anak. Sekolah juga mempunyai fasilitas bermain anak-anak seperti ayunan, perosotan dan permainan lainnya.

2. Ruang komputer

Ruang komputer ini berguna untuk menambah keterampilan anak-anak dalam mengenal dan memahami komputer. Ruangan tersebut berada dalam kondisi yang baik. Fasilitas yang ada dalam ruangan tersebut terdiri dari 10 set komputer, 13 set meja dan kursi, I buah AC dan 1 buah papan tulis yang semuanya dalam kondisi baik.

3. Ruang perpustakaan

Yayasan ini juga memfasilitasi perpustakaan kepada anak asuh, agar mereka memiliki minat membaca dan dapat menambah wawasan anak. Dalam perpustakaan tersebut terdapat 4 rak besar tempat buku-buku dengan jumlah buku lebih kurang sebanyak 800 buku yang terdiri dari buku pelajaran, buku cerita, serta majalah dan terdapat 1 unit AC.

4. Ruang aktivitas

Ruang aktivitas adalah ruang dimana tempat anak untuk melakukan aktivitas seperti belajar menyanyi, menari, dan menonton bersama. Ruangan ini biasa disebut dengan ruang kesenian. Fasilitas yang terdapat dalam ruangan ini adalah, 1 set televisi, 2 set tape polytron besar, 1 set DVD, 1 set amplifier dan 4 buah speaker, 1 set keyboard, 2 buah gitar, 24 buah kursi plastik, 1 buah papan tulis dan 1 buah kipas angin yang semuanya dalam kondisi baik.


(18)

5. Gedung hall

Gedung hall ini berbentuk gedung terbuka yang biasanya digunakan untuk acara pertemuan dan berbagai kegiatan yang ada di SOS Children’s Village Medan.

6.Ruang klinik

Dalam ruang klinik atau ruang kesehatan, yayasan SOS memiliki seorang perawat yang selalu memperhatikan kondisi kesehatan anak asuh.

7. Lapangan olahraga

Lapangan olahraga ini dimanfaatnkan oleh anak asuh untuk bermain sepak bola dan latihan taekwondo setiap sore hari. Fasilitas yang diberikan adalah 2 buah bola kaki. Kondisi lapangan ini sangat baik.

8. Rumah asuh (Family house)

Yayasan SOS memiliki 15 unit rumah asuh dimana rumah ini merupakan tempat anak berlindung dan mendapatkan suasana keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Rumah asuh ini diberikan nama masing-masing dan setiap anak dikelompokkan sesuai agamanya masing-masing dan memiliki ibu asuh sesuai dengan agama yang dianut oleh anak-anak tersebut agar terjalin sebuah keluarga yang baik. Rumah ini memiliki fasilitas layaknya rumah keluarga yang ada di tengah-tengah masyarakat.

9. Kantor yayasan (Ruang sekretariat)

Kantor ini adalah tempat untuk melakukan kegiatan administrasi yayasan, terdapat staff pekerja yayasan yaitu, pimpinan yayasan, dewan Pembina, sekretaris dan bendahara.


(19)

4.5. Sumber Dana Yayasan SOS Children’s Village Medan

Menjalankan seluruh program pelayanan kepada masyarakat oleh SOS Children’s Village Medan tidak mungkin tanpa dukungan dana, untuk itu yayasan ini aktif dalam menggalang donasi baik dari dalam maupun luar negeri, ataupun masyarakat atau per orang yang sukarela memberi dana bagi SOS. Adapun beberapa donatur SOS Desa Taruna Medan, yaitu:

1. NUMICO

2. Sari Husada (Indonesia) 3. Heymans

4. Dagblad Norden

Setiap orang juga dapat berpartisipasi dan membantu SOS Children’s Village di dalam usahanya mengatasi masalah anak-anak terlantar, yaitu dengan menjadi Sahabat SOS Children’s Village. Partisipasi ini bersifat sukarela, dalam bentuk maupun bidang yang beraneka ragam, seperti:

a) Sumbangan sukarela secara berkala maupun insidental, baik berupa dana maupun barang.

b) Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau lebih, yang disebut sponsor.

c) Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS Children Village dan mengadakan kegiatan lainnya sebagai rasa ikut memiliki SOS Children Village.

d) Membantu anak remaja SOS untuk mendapatkan pendidikan keahlian dan keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang sesuai dengan keahlian dan keterampilannya.


(20)

4.6. Struktur Organisasi Yayasan SOS Children’s Village Medan

Pengorganisasian merupakan suatu proses merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang baik akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya dengan baik pula. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan adanya tindakan koordinasi terhadap setiap kegiatan diantara setiap bagian dalam struktur tersebut. Adapun struktur organisasi yayasan SOS Children;s Village Medan, yaitu:

Bagan 4.1

Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Village Director (VD/Pimpinan) SUMARDI, S.Pd.

Staf Pendidik SYAFRIZAL

TONNY KARTIWA

Sekretariat

1. NORA LAROSE TAMPUBOLON (Bendahara)

2. PERTIWI

PALENTINAGINTING(Administrasi)

Bagian Keterampilan ROHAYATI Bagian Rumah Tangga IBU ASUH Bagian Kesehatan TIURMA WATI SILABAN Bagian Akademis 1. ELSA I

BANGUN 2. RISDAYANI 3. ROHAYATI 4. DARLIAWATI Asrama Putra TALA LAUT SAMOSIR

FSP / SC 1. Silvia

Sembiring 2. Benedicta A 3. Beslita V.

Simanjunta k


(21)

Berikut ini adalah uraian tugas dari tiap-tiap bidang sesuai dengan fungsinya, yaitu: 1. Village Director (VD/ pimpinan)

a. Merencanakan kegiatan dan kebijakan yang akan diambil dan bekerjasama dengan dewan pembina untuk mengawasi perkembangan anak.

b. Memastikan semua perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh setiap departemen yang ada.

c. Mengawasi dan membuat evaluasi atas pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk mendukung kemajuan yayasan.

2. Sekretariat

a. Bidang Staff Administrasi: melaksanakan kegiatan korespondensi dan surat menyurat baik diluar kegiatan lingkungan yayasan maupun lembaga . b. Bidang Keuangan: bertanggung jawab atas arus kas masuk dan keluar

serta jurnal pembukuan. 3. Staf pendidik

Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SOS Children’s Village Medan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Bagian keterampilan

Bertanggung jawab atas perkembangan keterampilan anak. 5. Bagian rumah tangga

Tugas dari bagian rumah tangga ini dilakukan oleh ibu asuh. Tugas dari ibu asuh adalah merawat anak, memberi kasih sayang dan perhatian, membimbing anak-anak. Di dalam rumah asuh bertanggung jawab ibu asuh terhadap anak asuh selayaknya bagaimana tugas seorang ibu terhadap anaknya sendiri daalam sebuah keluarga. Jadi anak merasa mempunyai keluarga yang seutuhnya. Tugas ibu asuh juga di bantu oleh tante. Tante


(22)

adalah pendampingan ibu asuh apabila ibu asuh ada halangan, tante dapat mengambil alih atau mengganti ibu asuh bagi anak-anak.

6. Bagian kesehatan

Bertanggung jawab akan kesehatan anak dan juga karyawan di SOS Children’s Village Medan

7. Bagian akademis

Bagian akademis ini dilakukan oleh guru-guru TK/Play Group. Tugas dari guru-guru TK/Play Group ini adalah mengajar anak-anak yang bersekolah di TK/Play Group, baik itu anak-anak yang tinggal di yayasan SOS maupun anak-anak dari masyarakat luar.

8. Bagian keamanan

Bertanggung jawab akan keamanan di SOS Children’s Village Medan. 9. FSP (Family Strengthening Programme)

Program penguatan keluarga (Family Strethening Programs) ini dilakukan di desa binaan yaitu Namo Gajah, Sidomulyo, Tanjung Anom dan Ladang Bambu. FSP bertujuan untuk mencegah anak-anak dari kehilangan merawat keluarga mereka. Hal yang dilakukan FSP yaitu memberdayakan keluarga, untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan merawat anak-anak mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak-anak-anak yang rentan dan keluarga mereka dalam masyarakat. Mana anak-anak telah kehilangan perawatan keluarga biologis mereka, FSP menyediakan perawatan berbasis keluarga didalam SOS Children's Village.


(23)

4.7. Program Yayasan SOS Children’s Village Medan

4.7.1. Program Pelayanan Sosial Anak Berbasis Keluarga

Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS Children’s Village berdasarkan pada 4 prinsip, yaitu:

1. Ibu : Tiap anak memiliki orang tua yang mengasuhnya

2. Kakak dan adik : Ikatan keluarga tumbuh secara alami

3. Rumah : Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang nyaman

4. Desa : Keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat

Standar Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS Children’s Village, yaitu:

1. Pengasuhan anak dalam keluarga SOS merupakan kerangka kerja kita.

2. Ibu keluarga SOS memimpin keluarga SOS.

3. Anak mendapatkan suasana keluarga di rumah SOS sesuai dengan kebutuhan yang terbaik baginya.

4. Perkembangan anak didukung secara aktif.

5. Program remaja memberikan kesempatan untuk belajar pengembangan diri. 6. Tiap keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat.

7. Desa dan aset-aset digunakan secara bertanggung jawab.

8. Perencanaan dan evaluasi menjamin lingkungan pengasuhan anak yang berkualitas.

9. Proses belajar dan pengembangan diri pegawai didukung. 10. Seorang pimpinan desa memimpin SOS Children’s Village.

Adapun tanggung jawab yang ada di SOS Children’s Village adalah: 1. Ibu SOS, tanggung jawab utamanya adalah:


(24)

a. Menciptakan suasana kekeluargaan. b. Memimpin keluarga SOS.

c. Menjamin kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan anak melalui perannya sebagai orang tua.

d. Mengembangkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan dirinya. e. Melaksanakan pekerjaan rumah tangga.

f. Membimbing anak untuk dapat bertanggung jawab. g. Berinteraksi dan memberi sumbangsih bagi masyarakat.

2. Pembina remaja (staf pengasuh remaja), tanggung jawab utamanya adalah: a. Membimbing pengembangan pribadi remaja yang tinggal di rumah remaja b. Menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan keluarga dan

masyarakat

c. Mengembangkan pendidikan dan karir remaja

d. Mendukung ibu SOS dan remaja yang tinggal di rumah keluarga SOS

3. Staf pendukung, berperan untuk memperkuat keluarga SOS. Mereka

mendukung ibu SOS dengan memberi bantuan bila dibutuhkan dan memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Mereka berperan memberi panutan bagi anak-anak walaupun mereka tidak mempunyai tanggung jawab penuh dalam pengasuhan dan perkembangan anak-anak.

4. Tante SOS dan Asisten keluarga SOS, tanggung jawab utamanya adalah: a. Mendukung dan meringankan tugas ibu SOS

b. Membantu ibu SOS dalam aktifitas perkembangan abak-anak c. Berperan sebagai panutan pengasuhan lain bagi anak


(25)

a. Bekerja sama dengan ibu SOS dalam membuat rancangan perkembangan anak dan menentukan prioritas sumber daya dalam melaksanakan rancangan tersebut

b. Memastikan agar keluarga SOS mendapat dukungan seperti program terapi, kebutuhan khusus, dan pendidikan

c. Mendukung proses penerimaan anak dengan mengumpulkan informasi mengenai latar belakang anak serta situasinya saat ini, melalui jalur hukum dan resmi serta bekerja dengan keluarga biologisnya.

6. Staf Administrasi dan Pemeliharaan, tanggung jawab utamanya adalah: a. Mendukung ibu SOS dalam hal administrasi

b. Memastikan agar sistem administrasi desa berjalan dengan baik, yang mencakup pendanaan, informasi dan data desa, asset, halaman, gedung, kendaraan dan peralatan

c. Memastikan penyimpanan data anak dan pegawai dengan baik dan lengkap

7. Pimpinan desa, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Memimpin perkembangan desa dan keluarga secara menyeluruh b. Membimbing dan mendukung ibu SOS

c. Memastikan kestersediaan dukungan bagi keluarga SOS

d. Mengadakan pertemuan dengan ibu SOS paling tidak sebulan sekali e. Berperan serta dalam kegiatan di desa dan masyarakat

f. Memimpin tugas administrasi desa

g. Menggerakkan dan mendampingi keluarga SOS sebagai bagian dari masyarakat


(26)

i. Berpartisipasi dalam program pelatihan pimpinan desa secara berkesinambungan

j. Memberikan sumbangsih dalam perkembangan organisasi nasional SOS Children’s Village Medan

8. Dewan-dewan pendukung desa, tanggung jawab utamanya adalah: a. Bertukar informasi dan pengetahuan

b. Berbagi dan bertukar pendapat mengenai kegiatan desa c. Mengajukan usul dan menentukan prioritas

d. Membuat rencana tahunan desa dan mengevaluasi pelaksanaannya 9. Dewan penerimaan anak, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Menelaah permohonan pendaftaran anak, memastikan bahwa kriteria penerimaan anak telah sesuai dengan proses penerimaan sehingga dapat berjalan dengan benar

b. Menelaah keluarga SOS yang paling tepat bagi anak yang akan bergabung setelah berkonsultasi dengan ibu SOS yang terkait

c. Memastikan bahwa semua dokumen telah diterima dan mematuhu persayaratan hukum

d. Menyimpan dokumen proses penerimaan anak yang dipersyaratkan 10. Organisasi Nasional, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Berperan sebagai pimpinan eksekutif organisasi nasional dan merupakan penyedia langsung setiap pimpinan desa

b. Memberikan kesempatan pada pimpinan desa untuk memberi sumbangsih bagi perkembangan kebijakan, perencanaan dan prioritas nasional


(27)

c. Berbagi informasi mengenai rencana dan prioritass nasional dengan pimpinan desa, terutama hal-hal yang mengenai desa secara langsung. Membantu pimpinan desa dalam memastikan bahwa perancanaan tahunan desa sejalan dengan rencana dan prioritas nasional

d. Memastikan bahwa bantuan ahli dan dukungan administrasi disediakan oleh staf kantor nasional untuk desa

e. Memperhatikan secara aktif perkembangan pimpinan desa dan

memeberikan saran, bimbingan, serta dukungan yang

berkesinambungan. Memastikan bahwa pimpinan desa mendapatkan kesempatan pelatihan berkala sesuai dengan kebutuhan perkembangannya

f. Menciptakan kesempatan untuk bertukar gagasan dan pengalaman antar SOS

11. Yayasan, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Membimbing rencana penyusunan jangka panjang organisasi nasional dan menetapkan arah yang jelas untuk perkembangan kegiatan SOS Desa Taruna

b. Menelaah dan menyetujui rencana dan anggaran tahunan

c. Mengkonfirmasi pengangkatan pimpinan desa, dan bila diperlukan menyetujui pemutusan hubungan kerja

4.7.2. FSP (Family Strengthening Programme) SOS Children’s Village Ketidaksejahteraan anak menjadi latar belakang lahirnya program penguatan keluarga ini. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya,


(28)

karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak juga merupakan mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak, membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.

Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, dalam hal ini negara dapat melakukan berbagai usaha agar anak yang terlantar tersebut mendapatkan penghidupan yang layak. Usaha tersebut diantaranya adalah mencarikan keluarga alternatif melalui hukum adopsi atau lembaga asuh pengganti keluarga agar mereka dapat berkembang sebagaimana layaknya anak-anak yang hidup dalam keluarganya yang asli.

Keluarga, sebagai kelompok masyarakat yang fundamental dan lingkungan alami bagi pertumbuhan dan kesejahtraan dari seluruh anggota dan khususnya anak, harus diberikan perlindungan dan pelayanan yang diperlukan sehingga bisa memikul tanggung jawab sepenuhnya dalam masyarakat. Melihat keluarga keluarga yang kurang beruntung khususnya secara ekonomi, dikhawatirkan anak anak mereka terabaikan baik secara jasmani maupun rohani, seperti kurang bahkan tidak ada lagi perhatian mereka akan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan secara keseluruhan terabaikan kebutuhan anak anak mereka agar dapat berkembang layaknya sebagai seorang anak. Oleh karena itu SOS Children’s Village adalah salah satu yayasan yang menerapkan pola pelayanan sosial bagi anak asuh yang berbasis keluarga dan bersifat jangka panjang memiliki salah satu program yang disebut dengan Family


(29)

Strengtheing Programme atau program penguatan keluarga dimana program ini memiliki visi, misi, tujuan, strategi dan kegiatan.

Visi dari program penguatan keluarga yaitu memperkuat keluarga dan masyarakat dimana anak yang beresiko ditelantarkan dan tidak terlindungi keberadaannya serta anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan keluarga dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang menyayangi mereka.

Misi dari program penguatan keluarga adalah membantu membangun keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara ekonomi dan sosial untuk dapat mandiri dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga diharapkan setelah mandiri secara sosial dan ekonomi, para orang tua dari keluarga tersebut dapat memelihara dan menjaga anak anak mereka.

Tujuan dari program penguatan keluarga adalah:

1. Agar anak-anak yang beresiko kehilangan kasih sayang dan pengasuhan keluarga dapat tetap berkembang dan diasuh dalam lingkungan keluarga

2. Agar keluarga-keluarga dan komunitas diberi kekuatan untuk dapat secara efektif menjaga dan merawat anak-anaknya

Strategi dari program penguatan keluarga adalah:

1. Memastikan setiap anak mendapatkan akses pelayanan-pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan

2. Setiap keluarga dibangun kemampuannya agar dapat menjaga dan merawat anak-anak mereka

3. Memberikan bantuan bagi anak-anak dan keluarganya

Program penguatan keluarga yang ada di SOS Children’s Village Medan secara khusus berusaha membuat program yang disesuaikan dengan kebutuhan berjangka


(30)

pendek dan jangka panjang agar tercapai tujuan kemandirian keluarga keluarga tersebut. Adapun pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah:

1. Program pendidikan

Tujuan dari program pendidikan ini adalah agar anak-anak dapat mengikuti pendidikan formal dasar dengan melakukan pembayaran SPP bulanan, melengkapi perlengkapan sekolah, seperti seragam sekolah dan buku tulis, pembayaran buku paket dan pembentukan kelompok belajar bersama di lingkungan.

2. Program penguatan ekonomi keluarga

Berpikiran bahwa banyak orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan dasar anak-anak mereka dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas, maka program-program yang diharapkan nantinya akan memberikan kontribusi kepada kemandirian keluarga-keluarga tersebut secara finansial. Adapun program-program tersebut adalah:

a. Mengadakan kursus keterampilan penunjang

b. Pembentukan koperasi simpan pinjam pendukung program 3. Program kesehatan

Melihat kurang pedulinya orang tua akan kesehatan terhadap anak-anak, diri sendiri dan lingkungan, maka melalui program ini diberikan penyuluhan secara aktif dengan melibatkan dinas terkait di daerah seperti puskesmas atau posyandu. Para orang tua diberikan dorongan dan motivasi agar menghadiri program posyandu sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.


(31)

4.8. Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar

Keberadaan SOS Children’s Village dapat dirasakan dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas, khususnya bagi lembaga-lembaga di perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga sosial dan organisasi-organisasi wanita, diantaranya dipergunakan sebagai:

a. Panutan bagi masyarakat sekeliling dalam melaksanakan hidup yang sehat, teratur, dan bersih sekaligus hangat dan akrab dalam satu keluarga.

b. Turut membantu mengembangkan masayarakat sekeliling melalui proyek sosial masyarakat seperti posyandu, klinik, puskesmas, sekolah, taman kanak-kanak, pusat pelatihan keterampilan dan sebagainya.

c. Tempat kuliah, kerja dan riset untuk bidang-bidang yang menyangkut masalah sosial, psikologi, kesehatan anak-anak dan sebagainya.

d. Tempat praktek para calon pekerja sosial khusunya menangani masalah anak-anak terlantar.

Setiap orang dapat berpartisipasi pada usaha-usahanya mengatasi masalah-masalah anak yang kurang beruntung, yaitu dengan menjadi “Sahabat SOS Children's Village”, partisipasi semacam itu sifatnya sukarela dalam bentuk maupun bidang yang beraneka ragam, seperti:

a. Sumbangan sukarela secara berkala maupun incidental, baik berupa dana maupun barang.

b. Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau lebih disebut sponsor.

c. Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS Children’s Village dan mengadakan kegiatan lainnya sebagai rasa ikut memiliki.


(32)

d. Membantu anak remaja SOS untuk mendapat pendidikan keahlian dan keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang sesuai dengan keahlian dan keterampilannya. SOS Children’s Village adalah organisasi sosial non pemerintah yang independen serta berkarya bagi anak-anak.

e. Kami menghormati bermacam agama dan kebudayaan, misi kami bekerja agar dapat memberikan sumbangan untuk perkembangan generasi muda di berbagai negara dan masayarakat. Kami berkarya dengan jiwa semangat konvensi hak asuh Perserikatan Bangsa-bangsa serta kami mempromosikan hak-hak ini ke seluruh penjuru dunia.


(33)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan kunci terdiri 5 orang ibu asuh dalam setiap keluarga pengganti. Informan utama terdiri 10 anak asuh yang tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan. Sedangkan informan tambahan terdiri atas Penanggung Jawab Program, Staff Administrasi dan Bapak Asuh Yayasan SOS Children’s Village Medan. Lokasi dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini terletak di jalan Seroja Raya No.150 Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.


(34)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci 1

Nama : Monica Bangun

Umur : 46 Tahun

Riwayat Pendidikan : D3

Agama : Protestan

Suku : Karo

Alamat Asli : Jalan Bunga Kenanga No.36 Medan

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang

Monica Bangun merupakan salah satu ibu asuh yang rela meninggalkan keluarga demi untuk tinggal bersama anak-anak asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan. Awalnya Ibu Monica tidak sengaja dan tidak ada kepikiran untuk menjadi seorang ibu asuh. Pada tahun 2005 Pimpinan SOS Children’s Village Medan datang kerumah Ibu Monica untuk menawarkan agar ia menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village.

Sebelum menjadi ibu asuh, Ibu Monica melakukan training di Lembang, Bandung. Berikut penuturan Ibu Monica:

"Awalnya saya dan kawan-kawan mengontrak satu rumah di Bandung. Kami diajak oleh Pimpinan SOS Children’s Village Medan untuk melakukan training ke SOS Children’s Village pertama di Indoneisa yaitu di Lembang, Bandung. Sampai akhirnya kami dipindahkan ke Yayasan SOS Children’s Village di Medan.


(35)

Awalnya keluarga Ibu Monica tidak setuju dengan keputusan ia untuk menjadi ibu asuh, dengan alasan takut itu merupakan salah satu modus penipuan. Namun, setelah di telusuri lebih jauh akhirnya keluarga memberikan dukungan terhadap Ibu Monica.

Sebagai ibu asuh, hal yang dilakukan Ibu Monica saat pertama kali berhadapan dengan anak-anak asuh adalah mengenali watak dan karakter masing-masing anak serta membangun hubungan yang langgeng dengan ank-anak asuh. Menjalin pendekatan dengan anak-anak tidaklah mudah, bukan hanya antara ibu dengan anak asuh, tetapi juga antar sesama saudara asuh.

Tidak jarang pertengkaran terjadi antar anak asuh di dalam rumah yang Ibu Monica tempati. Biasanya pertengkaran disebabkan karena rebutan mainan, iri dan cemburu. Dengan memberikan nilai-nilai keagamaan terhadap anak-anak asuhnya bahwa sesama manusia harus saling mengasihi, merupakan salah satu cara agar anak-anak asuhnya bisa saling menyayangi dan tidak mau bertengkar antar sesama saudara asuh, untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Ibu Monica:

” Setiap hari kamis saya dan anak-anak yang saya asuh mengadakan acara kebaktian sendiri dirumah. Sesuai dengan keyakinan kami yaitu kristen, di dalam kebaktian itu saya sering menjelaskan tentang sesama saudara harus saling mengasihi. Tidak boleh ada pertengkaran, karena kalian adalah saudara. Tuhan mengajarkan kita untuk saling mengasihi, kita harus berhati-hati dalam bertindak. Nilai-nilai ini yang sampai sekarang saya ajarkan kepada mereka. Sampai saat ini jarang sekali terjadi pertengkaran di rumah saya sehingga tidak terlalu menjadi masalah untuk saya”.

Pengaruh dari lingkungan luar rumah merupakan salah satu kesulitan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh Ibu Monica, khususnya remaja. Remaja yang


(36)

sedang mengalami masa pubertas, akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan dan pergaulan. Menurut Ibu Monica:

“ Menghadapi remaja yang sedang pubertas termasuk salah satu kesulitan yang saya alami. Anak-anak yang baru masuk SMP, mereka sedang sibuk-sibuknya mencari jati diri. Pengaruh dari lingkungan luar rumah yang menjadi salah satu penyebabnya. Seperti remaja laki-laki yang sering berbicara dan mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, saya sering mengatakan kepada mereka untuk menanamkan sikap-sikap baik agar tidak salah nantinya, disinilah dilatih kesabaran saya dalam menghadapi masalah seperti ini.”

5.2.2 Informan Kunci 2

Nama : Bernadeta Munthe

Umur : 45 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Jl. Sempurna DesaPerdamaian, Stabat

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang

Bernadeta Munthe sudah 10 tahun menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village. Setelah berpisah dengan suaminya, Ibu Bernadeta merasa ingin memberikan kasih sayangnya terhadap anak-anak yang sudah kehilangan pengasuhan orang tua. Awalnya Ibu Bernadeta hanya coba-coba untuk menjadi ibu


(37)

asuh. Selama 3 tahun Ibu Bernadeta berperang dengan hatinya sendiri. Pada saat tahun pertama ia sempat kabur selama 10 hari dan sampai akhirnya kembali lagi karena merasa bersalah sudah meninggalkan anak-anak asuhnya. Sekarang Ibu Bernadeta merasa sudah sangat dekat dan telah menganggap anak-anak asuhnya seperti anak kandungnya sendiri.

Ibu Bernadeta mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village membutuhkan ibu asuh, dari ayahnya yang bekerja di bagian Penanggulangan Bencana yang mempunyai hubungan cukup akrab dengan Pimpinan SOS Children’s Village Medan. Ibu Bernadeta berangkat ke Bandung untuk melakukan training sebelum menjadi terjun menjadi seorang ibu asuh yang sesungguhnya. Berikut penuturannya:

“Saya awalnya cuma coba-coba,selama 3 tahun saya berperang dengan hati saya sendiri, rasanya berat kaki ini untuk melangkah. Saat tahun pertama saya sempat kabur. Selama 10 hari saya di biarkan oleh pihak Yayasan, namun setelah itu saya merasa bersalah dan ingin kembali lagi. Setelah sekian lama saya baru sadar bahwa seringnya bersama akan membentuk kekerabatan dan sekarang mereka sudah seperti keluarga saya sendiri”.

Sebelumnya, keluarga Ibu Bernadeta tidak setuju dengan keputusan ia untuk bergabung dengan SOS Children’s Village. Keluarga Ibu Bernadeta menganggap bahwa ibu asuh itu seperti asisten rumah tangga dan tidak ada untungnya. Namun, karena Ibu Bernadeta sudah sangat yakin dengan keputusannya, keluarga Ibu Bernadeta pun ikut mendukung.


(38)

Ketika berhadapan dengan anak-anak asuh pertama kali, Ibu Bernadeta masih merasa bingung. Tetapi, setelah beberapa lama ia mulai melakukan pendekatan terhadap anak-anak seperti duduk bersama saat menonton tv, menemani anak-anak belajar serta makan dan pergi rekreasi bersama.

Ibu Bernadeta mengasuh 8 orang anak yang tidak jarang terjadi pertengkarang dirumahnya. Maka daripada itu, Ibu Bernadeta selalu menanamkan rasa persaudaraan yang kuat terhadap anak-anak yang diasuhnya bahwa mereka merupakan saudara yang harus saling melindungi dan menyanyangi. Berikut menurut Ibu Bernadeta:

“ Sering terjadi pertengkaran di rumah yang saya tempati, dan saya selalu mengajarkan mereka tentang persaudaraa, dan saya juga sering mengatakan kalian itu saudara, jika kalian berkelahi berarti kalian senang jika saudara kalian di marahi dan sampai akhirnya mereka sadar sendiri dan diam”.

Menjelang remaja merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh Ibu Bernadeta. Perubahan usia yang menyebabkan anak-anak ingin bebas dan tidak lagi mau di perintah. Berikut penuturan Ibu Bernadeta:

“ Saat anak sudah mulai memasuki masa remaja atau pubertas, anak-anak tidak lagi mau mendengar dan di perintah yang biasanya masih bisa di suruh untuk melakukan pekerjaan rumah sekarang sudah mulai sulit. Mengarahkan mereka ke perbuatan yang baik mereka masih suka membangkang. Bagi saya itu merupakan kesulitan tetapi sekaligus juga menjadi sebuah tantangan yang harus saya hadapi dan menjadi sebuah


(39)

pelajaran buat saya bagaimana kedepannya agar saya bisa lebih baik lagi.”

5.2.3 Informan Kunci 3

Nama : Klementina Tampubolon

Umur : 42 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Jl. Sei Asahan, Medan

Status : Single

Jumlah Anak yang dimiliki : 10 orang

Ibu Klementina sudah 3 tahun sejak tahun 2012 menjadi seorang ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan yang mengasuh 10 orang anak. Ibu Klementina seorang wanita single yang belum pernah menikah dan memutuskan untuk menjadi ibu asuh. Menyukai anak-anak merupakan salah satu alasan ia sehingga ingin menjadi ibu asuh. Ibu Klementina mendapatkan informasi bahwa SOS Children’s Village Medan membutuhkan ibu asuh melalui teman dekatnya yang kebetulan satu gereja yang juga merupakan salah satu ibu asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan.

Sebelum menjadi seorang ibu asuh, Ibu Klementina berperan sebagai seorang Tante asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan sampai akhirnya bisa menjadi seorang ibu asuh sampai saat ini. Berikut penuturan Ibu Klementina:


(40)

“ Sebenarnya ini unsur ketidaksengajaan. Saya tidak pernah kepikiran untuk menjadi ibu asuh, tetapi karena saya sangat menyukai anak-anak akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan SOS Children’s Village. Saya mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village membutuhkan ibu asuh melalui teman satu gereja saya yang sudah lebih dulu bergabung. Awalnya saya masih menjadi tante asuh namun akhirnya saya bisa menjadi ibu asuh sampai saat ini.”

Tentu saja Ibu Klementina harus bersabar karena sebelumnya keluarga Ibu Klementina tidak setuju dengan keputusannya untuk menjadi ibu asuh. Keluarganya mengira bahwa ia akan menjadi seorang asisten rumah tangga atau menjadi seorang baby sitter. Keluarga merasa aneh, karena SOS Children’s Village belum terlalu dikenal oleh masyarakat medan. Namun Ibu Klementina menjelaskan kepada keluarganya dan membawa 2 orang anak yang ia asuh untuk menujukkan kepada keluarganya bahwa pekerjaannya merupakan pekerjaan yang baik dan sangat berarti bagi orang lain. Semenjak itulah akhirnya keluarga Ibu Klementina sangat mendukung dengan apa yang ia lakukan.

Ibu Klemetina tidak merasa canggung saat pertama kali berhadapan dengan anak-anak asuhnya, karena sebelumnya ia merupakan seorang tante yang sudah sering berkomunikasi dengan anak-anak asuh SOS Children’s Village Medan. Saat menjadi tante, Ibu Klementina sering melihat kondisi anak-anak asuh yang sudah kehilangan pengasuhan orang tua, sehingga muncul belah kasihnya untuk mejadi seorang ibu asuh.


(41)

Tidak mau mengalah biasanya menjadi konflik bagi anak-anak yang diasuh oleh Ibu Klementina. Namun ia mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi masalah seperti ini, menurut Ibu Klementina:

“ Kalau sudah berkelahi biasanya mereka saya kasih pilihan, mau pisau yang kecil atau yang besar untuk menyelesaikannya, maka setelah itu mereka akan sadar dan tidak berkelahi lagi. Tapi itu hanya sebagai candaan saja agar mereka sadar bahwa mereka sebagai saudara tidak boleh berkelahi.”

Sifat remaja yang sering membangkang merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh Ibu Klementina. Tidak jarang anak remaja yang ia asuh tidak mau mendengar nasehat dan perkataannya. Berikut penuturan Ibu Klementina:

“ Menghadapi anak remaja ini yang cukup sulit, sering melawan dan tidak mau menerima nasehat saya padahal niat saya kan baik untuk kebaikan mereka. Kalau sudah seperti itu biasanya saya diamkan sebentar, namun sering juga saya marahi, tapi tetap saya beri mereka nasehat bahwa mereka kesini bukan untuk gaya-gayan tetapi untuk belajar hidup mandiri agar kelak mereka bisa menjadi orang yang suskes.”

Dengan demikian, anak-anak dapat mengerti bahwa Ibu Klementina ingin mereka menjadi anak-anak yang sukses dan bisa dibanggakan dan mereka dapat hidup mandiri setelah keluar dari Yayasan SOS Children’s Village Medan.


(42)

5.2.3 Informan Kunci 4

Nama : Riste Hutabarat

Umur : 49 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Komplek Angkatan Laut, Medan

Status : Single

Jumlah Anak yang dimiliki : 7 orang

Ibu Riste Hutabarat merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village Medan yang sudah hampir 10 tahun ia bergabung. Ibu Riste merupakan wanita single yang belum pernah menikah, sehingga itu merupakan salah satu alasannya ingin menjadi seorang ibu asuh. Di SOS Children’s Village inilah menurutnya ia bisa mempunyai keluarga sendiri walaupun bukan keluarga sedarah, karena sebelumnya Ibu Riste pernah gagal untuk menikah sehingga ia memutuskan untuk bergabung dan menjadi seorang ibu asuh.

Ibu Riste mendapat informasi tentang SOS Children’s Village dari kerabatnya yang juga merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village di Bandung. Dari situlah ia memutuskan untuk pergi training di Bandung agar bisa menjadi seorang ibu asuh. Berikut penuturan Ibu Riste:

“Saya pernah gagal untuk menikah padahal saya ingin sekali punya keluarga sendiri. Setelah kejadian itu saya mendapatkan informasi dari kerabat yang kebetulan dia merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village


(43)

Bandung. Ya sudah saya ikut training di Bandung, dan akhirnya bisa menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan ini.”

Sebelumnya keluarga Ibu Riste tidak mengijinkan ia untuk menjadi ibu asuh, karena mengira bahwa ibu Riste bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga. Tapi setelah ia mengajak keluarga besarnya untuk melihat kondisi tempat ia bekerja dan anak-anak yang ia asuh, keluarga mulai memberikan dukungan dan respon yang positif terhadapnya.

Saat pertama kali berhadapan dengan anak-anak Ibu Riste merasa gugup. Apalagi ketika mendapatkan anak asuh pertamanya adalah kembar, ia mulai bingung karena anak tersebut sudah umur 2 tahun tapi belum bisa berjalan. Sempat ia ingin menyerah dan memutuskan untuk pulang dan meninggalkan anak tersebut, namun hati kecilnya tidak sanggup untuk melakukannya, pelan-pelan ia mengasuh anak-anak tersbeut dengan kasih sayang sehingga anak-anak tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pertengkaran juga sering terjadi di rumah yang ditempati oleh Ibu Riste. Anak-anak yang tidak mau disalahkan merupakan salah satu penyebabnya. Saling menuduh sama lain, sehingga tidak tahu siapa yang benar, maka Ibu Riste akan memberikan sanksi kepada anak-anak yang melakukan pertengkararan. Ibu Riste mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu Riste:

“ Sering sekali dirumah ini terjadi pertengkaran. Tidak mau disalahkan, saling menuduh, tidak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Biasanya kalau terjadi seperti ini, yang membuat perkelahian saya beri sanksi, walaupun saya tahu siapa yang benar tetapi tetap harus


(44)

mendapat hukuman dengan membersihkan kamar mandi, melipat pakaian dan merapikan tempat tidur. Selain itu juga saya sering menasehati mereka bahwa adik harus menuruti perkataan kakaknya, dan kakak harus mengalah kepada adiknya. Selalu saya tanamkan seperti ini.”

Pengaruh lingkungan dari luar menjadi salah satu kesulitan Ibu Riste dalam menghadapi anak-anak asuhnya, terutama yang remaja. Remaja yang suka membangkang, tidak mau mendengar perkataan Ibu Riste, yang semula tidak mau mengambil barang-barang dirumah, karena pengaruh dari teman-temannya di luar rumah anak-anak menjadi suka mengambil barang-barang orang lain. Berikut penuturan Ibu Riste:

“ Saya sering bingung kalau lihat anak-anak yang remaja ini. Yang awalnya dirumah penurut, tidak mau melawan, tidak mau mengambil barang-barang dirumah tetapi karena pengaruh dari luar, dari teman-temannya mereka menjadi anak yang suka membangkang, diluar rumah suka mengambil barang-barang orang lain atas dorongan teman-temannya, anak-anak beranggapan bahwa saya hanya mengoceh tidak jelas.

Kalau perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak yang diasuh oleh Ibu Riste melewati batas, biasanya ia akan mengadukan dengan pembina-pembina di Yayasan SOS Children’s Village Medan agar mendapat solusi untuk menyelesaikan masalahnya.


(45)

5.2.5 Informan Kunci 5

Nama : Salbiah

Umur : 54 Tahun

Riwayat Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat Asli : Jl. Titi Kuning, Medan

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 9 orang

Ibu Salbiah sudah 10 tahun bergabung dengan Yayasan SOS Children’s Village, sejak tahun 2005. Seorang single parent yang memiliki 2 orang anak. Sebelumnya Ibu Salbiah tidak mampu menghidupi anaknya, ia ingin anak-anaknya dapat bersekolah, mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga itulah yang menjadi alasan Ibu Salbiah ingin bergabung di Yayasan SOS Children’s Village.

Sebelum SOS Children’s Village Medan selesai dibangun, pemimpin SOS Children’s Village Medan yang sudah dibentuk mengunjungi kawasan-kawasan kumuh di Medan untuk menginformasikan dan menawarkan kepada wanita-wanita yang single dan single parent untuk menjadi seorang ibu asuh, termasuk Ibu Salbiah.

“ Pada saat itu saya tidak ada pekerjaan, saya ingin anak saya bisa sekolah, jadi ketika Pemimpin SOS Children’s Village Medan datang ke rumah saya, saya mau menerima tawarannya untuk menjadi ibu asuh. Jadi saya bawa juga anak-anak saya kesini.”


(46)

Tidak ada penolakan dari keluarga Ibu Salbiah saat ia memutuskan untuk menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan, justru sebaliknya keluarga Ibu Salbiah sangat mendukung dengan keputusannya, karena menurut keluarga Ibu Salbiah itu juga untuk kebaikan anak-anaknya.

Awal Ibu Salbiah berhadapan dengan anak-anak, ia harus melihat dan menerima karakter-karakter dari anak-anak asuhnya. Jika anak-anak asuhnya melakukan kesalahan ia tidak langsung memarahi tetapi dengan memberikan nasehat kepada anak-anak asuhnya agar anak-anak asuhnya juga dapat menerima Ibu Salbiah. Dengan duduk dan makan bersama anak-anak asuhnya, membantu menyelesaikan tugas sekolah merupakan cara-cara Ibu Salbiah melakukan pendekatan dengan anak-anak pertama kali.

Anak-anak yang diasuh oleh Ibu Salbiah juga sering terjadi pertengkaran, biasanya karena tidak ada yang mau mengalah anak-anak yang mau menang sendiri. Untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu Salbiah:

“ Biasanya kalau bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah, pengen menang sendiri. Kalau sudah seperti ini, saya sering menasehati mereka kalau sesama saudara tidak boleh bertengkar, malu sama keluarga yang lain. Harusnya saling mengasihi dan melindungi satu sama lain, setelah itu biasanya mereka akan meredah dan kembali baik seperti semula lagi.”

Dalam mengasuh anak-anak, Ibu Salbiah sering mengalami kesulitan terutama dalam mengarahkan anak-anak remaja ke jalan yang benar tetapi justru melakukan perbuatan-perbuatan yang salah. Dengan adanya anak-anak yang cukup


(47)

dewasa tidak menjamin bisa membuat keadaan rumah Ibu Salbiah lebih aman, justru sering memberikan contoh-contoh yang tidak baik kepada adik-adiknya.

” Kalau saya mengarahkan kejalan yang baik, anak-anak malah membelok ke jalan yang tidak baik. Yang sudah remaja dan cukup dewasa, dia tidak mau menerima nasehat saya, kalau yang masih kecil biasanya masih bisa saya bilangin. Awalnya saya pikir karena ada yang cukup dewasa dirumah bisa membantu saya mengurus adik-adiknya tetapi justru sebaliknya, mereka sering memberikan contoh yang tidak baik kepada adik-adiknya, ini kesulitannya kalau mengasuh mereka.”

5.2.6 Informan Utama 1

Nama : YY

Umur : 13 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status dalm Keluarga :Anak yang kehilangan pengasuhan

orang tua karena kemiskinan

YY merupakan siswi di salah satu sekolah negeri yang ada di kota Medan. Sehari-hari YY sangat aktif di sekolahnya, sehingga tidak heran jika YY termasuk anak yang cerdas di sekolahnya. Sebelumnya, YY tinggal dengan orang tuanya di Padang, namun karena terhimpit ekonomi YY terpaksa di masukkan ke SOS Children’s Village Medan. Berikut penuturan YY:


(48)

“Saya sudah berada disini sejak kelas 4 SD saat berumur 10 tahun, dulunya saya tinggal bersama orang tua saya tetapi karena orang tua saya miskin akhirnya saya dibawa kesini. Saya hampir putus sekolah karena orang tua saya tidak bisa membayar biaya sekolah saya.”

YY mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, YY hanya sekali makan dalam sehari. Selain itu juga saat YY merasakan sakit atau gejala-gejala akan sakit, YY hanya berusaha sendiri untuk mengobati dirinya, karena YY tidak mau membuat orang tuanya khawatir dan bingung karena YY tahu orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk berobat.

Lingkungan tempat YY tinggal sebelumnya tidak memungkinkan YY untuk tetap tinggal di sana sehingga tepat pada tahun 2012 YY dengan adiknya diantar oleh keluarga untuk tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan dan kemudian beberapa bulan disusul oleh abang kandungnya. YY bersama kedua saudara kandungnya tinggal bersama di SOS Children’s Village Medan. Berikut penuturan YY:

“ Tahun 2012 saya masuk ke sini. Tetapi saya tidak sendirian, saya masuk bersama adik saya, kemudian abang saya juga menyusul masuk kesini. Abang saya sekarang sekolah kelas 1 SMA, dan adik saya kelas 3 SD. Kami tinggal satu rumah disini.”

Awal masuk ke SOS Children’s Village Medan, YY masih merasa bingung dan ingin pulang karena sering rindu dengan orang tuanya. YY masih sering menangis karena belum terbiasa berada di Yayasan tersebut. YY Cuma bisa diam karena belum bisa bersosialisasi dengan anak-anak yang lain selain dengan adik dan


(49)

abang kandungnya. YY merasa bahwa orang tuanya tidak menyayanginya karena sudah memasukkannya ke Yayasan SOS. Namun, ibu asuh menyadarkannya bahwa alasan orang tua YY memasukkannya ke Yayasan SOS karena ingin melihat YY menjadi anak yang sehat, pintar dan sukses sehingga bisa membuat orang tuanya bangga kepada YY. Setelah mendengar perkataan dari ibu asuhnya YY akhirnya mengerti dan ia pun berjanji untuk rajin belajar dan menjadi anak yang baik.

YY mengaku setelah 3 tahun diasuh oleh ibu asuhnya, ia merasa sangat bahagia dengan perhatian dan kasih sayang ibu asuhnya. YY sering diajarkan memasak dan dibantu menyelesaikan tugas sekolah oleh ibu asuhnya. YY juga mengaku kalau ibu asuhnya tidak pernah pilih kasih atau berpihak pada yang satu, sikap ibu asuh terhadapnya sama dengan sikap ibu asuh ke saudaranya yang lain. Ibu asuh YY juga sering mengajak untuk bergotong royong membersihkan rumah di setiap hari minggu, mengajak makan bersama seperti sarapan dan makan malam dengan saudara-saudara asuh YY yang lain dirumah.

Hubungan YY dengan saudara asuh lainnya juga cukup akrab, tetapi tidak jarang di rumah yang YY tinggali terjadi pertengkaran. Namun, YY lebih sering memilih untuk mengalahagar tidak terjadi keributan di dalam rumahnya. Tidak hanya dengan saudara asuh di satu rumah dengannya tetapi dengan saudara-saudara asuh di rumah yang lain YY juga memilih untuk diam dan mengalah saat terjadi pertengkaran dan keributan. YY mengaku jika ia dan saudara-saudara lainnya membuat kesalahan, ibu selalu menasehati agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi. YY juga menjelaskan bahwa:

“ Ibu asuh sangat perhatian kepada saya, terutama ketika saya sedang sakit, ibu memberikan saya obat dan merawat saya sampai saya sembuh. Tetapi jika sakit saya cukup parah, ibu memanggil pembina agar segera


(50)

dibawa kerumah sakit. Ibu juga tidak pernah memukul saya dan saudara-saudara yang lain,kecuali kalau membuat kesalahan yang besar.”

YY juga sering mendapatkan motivasi dari ibu asuhnya agar bisa menjadi anak yang mandiri dan sukses sehingga bisa membanggakan keluarga nantinya. Saat memiliki masalah pun YY lebih sering bercerita dengan ibu asuhnya, agar bisa mendapatkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Ibu asuh YY selalu mengajak sarapan, dan makan malam bersama dirumah.

Pengasuhan yang diberikan ibu asuh YY memberikan perubahan dan pengaruh terhadap kehidupan YY yaitu menjadi lebih disiplin, mengerti bagaimana saling menyayangi sesama saudara, bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti mencuci piring, mencuci baju, dan menyetrika pakaian. Berikut penuturan YY:

“ Setelah beberapa tahun diasuh oleh ibu, saya menjadi lebih disiplin. Dulu saya selalu bangun siang tidak bisa bangun pagi. Ibu juga mengajarkan saya bagaimana sayang dengan saudara, selain itu sekarang saya sudah bisa mencuci baju dan piring, menyetrika juga sudah bisa itu semua ibu yang mengajarkan saya.”

Selama berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, YY menjalani berbagai kegiatan yang ada di Yayasan yang didampingi oleh Pembina. Kegiatan yang paling disukai oleh YY adalah kegiatan ibadah, disana YY setiap 3 kali seminggu dilakukan pengajian pada malam hari. YY merasa dengan kegiatan ibadah ini, ia semakin rajin beribadah dan lancar membaca kitab suci Al-Qur’an. YY juga menambahkan:


(51)

“ Yayasan SOS sering mengajak rekreasi ke tempat-tempat yang menarik untuk belajar bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Selain itu juga disini sering ada game yang seru, les bahasa inggris, les komputer, nari dan musik. Saya sering dapat baju baru apalagi kalau mau masuk sekolah biasanya dapat peralatan sekolah yang baru.”

Banyak hal yang diajarkan dan diberikan oleh ibu asuh dan yayasan kepada YY. Kasih sayang dan perhatian ibu asuh yang diberikan kepada YY seperti layaknya anak kandung sendiri. Begitupula dengan YY yang menganggap ibu asuhnya seperti ibu kandungnya sendiri. YY juga merasa dirinya lebih mandiri dan hidupnya ada perubahan.

5.2.7 Informan Utama 2

Nama : IG

Umur : 14 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Suku : Karo

Status dalam Keluarga : Anak yang kehilangan pengasuhan orang tua karena kemiskinan

IG adalah anak sulung dari 2 bersaudara. IG merupakan siswi di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kota medan. IG salah satu anak yang kehilangan pengasuhan orang tua, sehingga itu merupakan alasan ia bisa berada di


(52)

Yayasan SOS Children’s Village Medan. IG baru bergabung di yayasan SOS tahun 2013 yang lalu. Berikut penuturan IG:

“ Saya bergabung pada awal tahun 2013, pada saat itu saya masih kelas lima SD, sekarang saya sudah kelas satu SMP jadi baru sekitar satu tahun saya bergabung. Saya dengan adik masuk ke yayasan ini, sekarang adik saya kelas empat SD.”

Sebelum masuk ke yayasan SOS, IG tinggal bersama ibunya. Namun, karena sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi kepada keluarganya, IG dan adiknya terpaksa harus dimasukkan ke Yayasan SOS Children’s Village Medan. Sebelum masuk ke yayasan, IG dan adiknya terancam putus sekolah dikarenakan tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan. Begitupun dengan lingkungan tempat tinggal IG sebelumnya sangat tidak memungkinkan untuk ia dan adiknya tinggal disana. Saat tinggal bersama ibunya, pola makan IG sangat tidak teratur, bahkan ia tidak mendapatkan makanan yang bergizi. Jika IG sakit, ia hanya diberikan obat dari warung oleh ibunya. Berikut penuturan IG:

“Ketika saya tinggal dengan ibu saya, makan saya tidak teratur terkadang sama sekali tidak makan dalam sehari. Kalau saya sakit ibu saya hanya memberikan saya obat dari warung tidak pernah dibawa kerumah sakit karena tidak ada biaya untuk berobat.”

Awal tahun 2013, saat IG bergabung dengan Yayasan SOS Children’s Village Medan hal yang pertama kali ia lakukan adalah berkenalan dengan saudara-saudara asuh yang lain. Walaupun masih ada rasa takut dan bingung, tetapi IG tetap memberanikan dirinya untuk ikut bergabung dengan saudara-saudaranya yang lain.


(53)

Misalnya saat saudara-saudara asuhnya sedang menonton tv IG ikut bergabung untuk menonton tv, saat menyelesaikan tugas sekolah ia meminta bantuan oleh ibu asuhnya. Berikut penuturan IG:

“Ketika pertama saya dan adik saya masuk ke sini, saya masih takut dan bingung karena saya harus berhadapan dan satu rumah dengan orang-orang yang tidak saya kenal. Tapi saya beranikan diri saya untuk mendekati saudara-saudara yang lain, seperti ada tugas sekolah menyelesaikannya bersama-sama dan saat menonton tv saya ikut bergabung. Akhirnya lama-kelamaan saya bisa dekat dan akrab dan tidak ada rasa takut lagi dan menganggap seperti rumah dan keluarga sendiri.”

Jika mempunyai masalah IG biasanya menceritakan dan lebih terbuka kepada ibu asuhnya, baik masalah disekolah maupun masalah dirumah. IG juga selalu ingat dengan nasehat-nasehat ibu asuhnya untuk menjadi anak yang jujur dan tidak sombong. Hubungan IG dengan saudara-saudara asuh yang lain sangat akrab, tidak pernah terjadi pertengkaran diantara mereka. Ibu asuh IG tidak pernah membeda-bedakan ia dengan saudara-saudara yang lain. Walaupun IG baru setahun bergabung, namun IG merasa kasih sayang ibu asuh kepadanya sama seperti kepada saudara-saudaranya. IG mengaku selama diasuh oleh ibu asuhnya, ia sudah mengalami banyak perubahan kearah yang lebih baik. IG juga menambahkan:

“Kalau disini pola makan saya teratur, ibu asuh selalu menyiapkan sarapan dan makan malam. Selain itu kalau saya sakit ibu langsung memberikan saya obat dan menyuruh saya untuk istirahat. Ibu asuh juga sering mengingatkan saya untuk tidak boleh panjang tangan, harus jujur dan kalau sudah sukses tidak boleh sombong harus ingat kita dulunya


(54)

berasal dari yayasan SOS. Semenjak saya berada di yayasan SOS ini dan diasuh oleh ibu asuh, saya merasa sudah banyak perubahan. Prestasi saya meningkat, kalau dulu saya malas belajar, tidak disiplin tetapi sekarang saya termasuk siswa yang berprestasi di sekolah, saya juga pernah mendapat juara lomba menulis se-kota Medan.”

Memasuki tahun 2014, IG mulai mengikuti berbagai kegiatan yang ada di yayasan. Kegiatan yang di senangi IG adalah menari dan musik. Menari yang dilakukan setiap hari rabu sore, sedangkan musik dilaksanakan setiap hari kamis sore yang tetap didamping oleh pembina Yayasan SOS Children’s Village Medan. Bersama ibu asuh IG dan saudara-saudaranya sering melakukan gotong royong membersihkan rumah. IG juga menambahkan bahwa:

“Disini saya juga sering ikut olahraga, saya paling senang olahraga lari, bisa membuat badan saya sehat. Saya senang bisa tiggal disini, walaupun belum lama tetapi saya sudah merasa nyaman, ibu asuhnya yang baik dan perhatian kepada saya, pembina-pembinanya juga ramah. Selain itu juga setiap natal saya dapat baju baru, dan kalau tahun ajaran baru masuk sekolah saya juga dapat peralatan sekolah baru.”

IG berharap dengan pengasuhan ibu asuhnya ia bisa menjadi anak yang mandiri, sukses dan bisa membanggakan orang tua, keluarga dan yayasan SOS Children’s Village Medan.


(55)

5.2.8 Informan Utama 3

Nama : MS

Umur : 17 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 3 SMA

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Protestan

Suku : Karo

Status dalam keluarga : Anak yang kehilangan pengasuhan

orang tua karena kemiskinan

MS merupakan pelajar di salah satu sekolah menengah atas swasta di kota medan. MS adalah salah satu anak asuh yang usianya cukup dewasa jika dibandingkan dengan saudara-saudara asuhnya yang lain. Setelah lulus SMP, MS bergabung dengan Yayasan SOS Children’s Village Medan. MS bersama sepupunya masuk menjadi anak asuh ke yayasan SOS. Berikut penuturan MS:

“Saya sudah 3 tahun bergabung dengan yayasan SOS. Awalnya sepupu saya yang masuk, kemudian dia mengajak saya untuk ikut bergabung ke yayasan SOS. Saya dan sepupu saya satu rumah disini. Akhirnya setelah lulus SMP saya masuk kesini.”

Sebelum bergabung dengan yayasan SOS, MS tinggal bersama orang tuanya di Berastagi. MS terancam putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Lingkungan tempat tinggal MS sangat tidak memungkinkan untuk ia tinggal disana, karena membuat MS menjadi anak yang nakal, suka membantah orang tua dan sering pulang malam karena bermain. Berikut penuturan MS:


(56)

“Pergaulan ditempat tinggal saya sangat bebas. Teman-teman saya sering mengajak saya bermain sampai pulang malam, kalau pulang sekolah saya tidak pernah langsung pulang kerumah, pasti main dengan teman-teman saya. Orang tua saya takut kalau sampai saya putus sekolah, dan terjerumus ke hal-hal yang negatif. Sehingga, itu salah satu alasan mengapa saya bisa berada disini.”

Awal MS bergabung dengan saudara-saudara asuhnya, ia hanya bisa diam dan belum bisa membuka diri. MS mencoba untuk berbaur dengan saudara-saudaranya yang lain, dan akhirnya MS sudah bisa menjalin keakraban dengan saudara-saudara asuhnya layaknya seperti keluarga sendiri. MS mengaku hubungan ia dengan saudara-saudaranya yang lain sangat baik, jarang terjadi pertengkaran diantara mereka. MS juga menambahkan:

“ Saudara-saudara asuh saya baik-baik, mereka seru dan kompak bisa diajak bekerja sama. Ibu asuhnya juga baik, enak diajak ngobrol, tidak pernah pilih kasih dengan saya dan saudara-saudara yang lain. Ibu asuh selalu memberikan nasehat-nasehat yang sangat berguna untuk saya, jika saya salah selalu diingatkan dan tidak ringan tangan.”

MS mengaku ibu asuhnya selalu mengajarkan ia hal-hal yang baik. Ketika MS punya masalah ia lebih sering menceritakan masalahnya kepada ibu asuhnya, walaupun terkadang MS juga bercerita kepada saudara asuhnya yang lain atau dengan pembina yayasan SOS. MS sering mendapat dukungan dan motivasi dari ibu asuhnya. Jika MS melakukan kesalahan, ibu asuhnya selalu mengingatkan dan memberikan arahan kepadanya. Ibu asuh MS juga sering memberikan saran dan dorongan kepadanya dalam melakukan hal-hal yang baik. MS juga menambahkan:


(57)

“ Ibu asuh saya sangat perhatian, ketika saya sakit ibu saya langsung memberikan saya obat, terkadang saya juga dibawa ke klinik terdekat. Ibu asuh sering panik dan khawatir jika saya dan saudara yang lain sakit karena ia sudah menganggap saya dan saudara yang lain seperti anaknya sendiri. Tetapi kalau tugas sekolah biasanya saya bertanya oleh pembina, terutama tugas komputer. Ibu asuh lebih sering mengajarkan adik-adik karena mereka lebih membutuhkan ibu dalam urusan sekolah, kalau saya sudah bisa melakukannya sendiri. Ibu asuh selalu menemani saya dan saudara yang lain saat pergi ibadah ke gereja setiap minggu.”

Banyak kegiatan yang telah dilakukan MS di yayasan SOS, dari mengikuti olahraga, les bahasa inggris, les komputer sampai kegiatan kerohanian. Kegiatan yang disenangi oleh MS adalah les bahasa inggris. Kegiatan les bahasa inggris hanya dikhususkan untuk anak remaja dan tetap didampingi oleh pembina. MS juga sering mengikuti kegiatan kerohanian keluarga kristen yaitu kebaktian.

MS mengaku selama 3 tahun ia diasuh oleh ibu asuhnya di Yayasan SOS Children’s Village Medan, telah banyak perubahan yang dirasakannya. MS menjadi anak yang disiplin, tidak pernah terlambat pulang sekolah lagi. Berikut penuturan MS:

“ Banyak perubahan yang sudah saya rasakan selama tinggal disini. Kalau dulu saya tidak mendapatkan perhatian orang tua, disini saya mendapatkan perhatian ibu asuh seperti ibu saya sendiri. Saya sudah tidak pernah pulang terlambat lagi, dan menjadi lebih rajin belajar karena dukungan dan arahan dari ibu asuh saya.”


(58)

Setelah tamat sekolah nanti, MS berharap walaupun nantinya ia keluar dari village untuk melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan, ia bisa menjadi anak yang mandiri, cerdas dan bisa membanggakan orang tua dan keluarga Yayasan SOS Children’s Village Medan.

5.2.9 Informan Utama 4

Nama : LS

Umur : 15 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 3 SMP

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Suku : Batak

Status dalam Keluarga : Anak yang kehilangan pengasuhan

orang tua karena kemiskinan

LS adalah anak sulung dari 4 bersaudara. LS merupakan siswa di salah satu sekolah menengah pertama di kota medan. Sebelumnya LS tinggal bersama orang tuanya, namun karena orang tuanya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bisa membiayai kehidupan LS dan tiga adiknya . Sehingga itu menjadi salah satu alasan LS dan tiga adiknya berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, karena menyebabkan LS dan tiga adiknya kehilangan pengasuhan orang tuanya.

Pada akhir tahun 2013 LS bersama tiga adiknya bergabung ke Yayasan SOS Children’s Village Medan. LS anak yang mudah bergaul tidak heran saat pertama kali bergabung dengan saudara-saudara asuhnya yang lain ia tidak merasa canggung


(59)

dan bingung. LS ikut bermain dengan saudara-saudara asuhnya layaknya seperti bermain dengan teman-temannya disekolah. Berikut penuturan LS:

“Akhir tahun 2013 saya dan tiga adik saya masuk ke Yayasan SOS Children’s Village Medan. Saat itu saya masih kelas satu SMP dan tiga adik saya masih kecil-kecil yaitu kelas empat SD, kelas dua SD dan masih umur lima tahun. Ketika pertama kali masuk kesini, saya tidak ada malu-malu. Saya langsung berbaur dan bermain dengan saudara-saudara asuh yang lain.”

Hubungan LS dengan saudara-saudara asuhnya yang lain cukup baik. LS termasuk anak yang supel atau mudah bergaul dengan orang lain sehingga tidak membuat LS sulit untuk berbaur dengan saudara-saudara asuhnya yang lain. Namun, tidak jarang ada terjadi pertengkaran diantara LS dengan saudara asuhnya yang lain, biasanya disebabkan karena rebutan mainan.

Rumah yang ditempati LS terdapat seorang ibu asuh dan sebelas orang saudara asuh dengan berbeda-beda usia dan jenis kelamin. LS mengaku ibu asuhnya tidak pernah membeda-bedakan perhatian dan kasih sayangnya kepada ia dan saudara asuhnya yang lain. LS mengaku, jika ia sakit maka ibu asuhnya akan langsung memberikan obat. LS juga menambahkan:

“Saya hampir dua tahun berada disini, tetapi ibu asuh saya tidak pernah membeda-bedakan perhatiannya antara saya dengan saudara-saudara lainnya yang sudah lebih dulu tinggal disini. Siapapun yang berbuat salah akan diberikan sanksi dan nasihat, tidak pernah memihak pada yang satu. Ibu asuh juga sering membantu saya menyelesaikan PR sekolah. Kalau


(60)

saya sakit ibu langsung memberikan saya obat dan merawat saya sampai sembuh.”

Selama berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, LS sering diajak bergotong royong membersihkan rumah dan kamar oleh ibu asuhnya. Sarapan dan makan malam bersama-sama membuat hubungan LS dengan ibu dan saudara-saudara asuhnya menjadi sangat akrab. Berikut penuturan LS:

“ Sebelum pergi sekolah biasanya kami gotong royong untuk membersihkan kamar dan rumah, setelah itu baru mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Ibu asuh selalu menyiapkan makanan untuk saya dan saudara yang lain, sarapan dan makan malam selalu ditemani sama ibu, hanya makan siang yang masing-masing karena pulang sekolahnya berbeda-beda.”

Sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh LS di yayasan SOS, diantaranya adalah atletik dan bola kaki. Atletik dan bola kaki menjadi kegiatan yang disenangi oleh LS karena menurutnya ia bisa berolahraga agar tubuhnya bisa sehat, yang tetap didampingi oleh para pembina Yayasan SOS Children’s Village Medan. Berikut penuturan LS:

“Saya suka berolahraga. Disini olahraga yang saya ikuti adalah atletik dan bola kaki. Di atletik diajarkan lari, maraton dan estafet. Jika saya sudah mahir, maka saya bisa diikutkan ke dalam perlombaan atletik. Sedangkan bola kaki dilatih bagaimana bermain bola kaki yang baik dan benar. Keduanya dilakukan di lapangan yayasan SOS ini. Banyak saudara-saudara asuh lain yang ikut atletik dan bola kaki ini.”


(61)

LS mengaku selama tinggal dengan ibu asuhnya di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini, ia mengalami banyak perubahan. LS menjadi anak yang disiplin, sudah bisa bangun lebih pagi, lebih penyayang kepada adik-adiknya, bisa lebih bertanggung jawab dan menjadi lebih rajin belajar. pengaruh ibu asuh terhadap LS cukup besarr yaitu ibu asuh menjadi penyemangat dan pemberi motivasi kepadanya tentang bagaimana mencapai cita-cita agar bisa menjadi orang yang sukses dan LS bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu asuh layaknya ibu kandungnya sendiri.

5.2.10 Informan Utama 5

Nama : DA

Umur : 15 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Protestan

Suku : Batak

Status dalam Keluarga : Anak Yatim

DA merupakan siswa di salah satu sekolah menengah pertama swasta di kota medan. DA adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2006 ayah DA meninggal dunia, dan ibu DA tidak mampu memenuhi kebutuhan ia dan beberapa saudaranya, sehingga itulah sebabnya mengapa DA dan beberapa saudaranya bisa berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan. Bersama tiga saudaranya, tepat


(62)

pada tahun 2007 DA bergabung di Yayasan SOS Children’s Village Medan. Saat itu DA masih berusia tujuh tahun dan baru duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Ketika pertama kali berhadapan dengan ibu dan saudara-saudara asuh di

SOS, DA masih merasa bingung dan hanya bisa diam karena belum ada yang ia kenal. DA mengaku ia baru bisa berbaur dengan saudara-saudara asuh yang lain setelah hari kedua DA berada di SOS. Berikut penuturan DA:

“Saya masuk ke SOS saat usia saya 7 tahun. Saat pertama kali bergabung saya hanya bisa diam dan bingung karena masih anak-anak belum mengerti. Saya baru bisa berbaur dengan saudara yang lain dihari kedua. Saya sudah bisa diajak bermain dan melakukan aktifitas-aktifitasseperti anak-anak yang lainnya.

Rumah yang DA tempati terdapat seorang ibu dan 9 orang saudara asuh yang masing-masing berbeda usia dan jenis kelaminnya. Hubungan DA dengan saudara-saudara asuhnya sangat baik, jarang sekali terjadi pertengkaran. Selain itu DA mengaku ibu asuhnya sangat menyayanginya, tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya antara DA dengan saudara yang lain, kecuali terhadap adik-adiknya yang masih balita. Ibu asuh DA sering menyiapkan sarapan dan makan malam untuk ia dan saudara-saudara asuhnya. DA juga menambahkan:

“ Ibu asuh saya sangat perhatian, kalau saya sakit dia akan membawa saya ke kerumah sakit. Sarapan, makan siang dan makan malam juga disiapin ibu. Saya dengan ibu dan saudara asuh yang lain selalu makan bersama jika sarapan dan makan malam. Kalau makan siang masing-masing karena pulang sekolahnya berbeda-beda.”


(1)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Tipe Penelitian ... 34

3.2 Lokasi penelitian ... 34

3.3 Informan ... 34

3.3.1 Informan Kunci ... 35

3.3.2 Informan Utama ... 35

3.3.3 Informan Tambahan ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 38

4.1Profil Yayasan SOS Children’s Village ... 38

4.4.1 Sejarah Berdirinya SOS Children’s Village ... 38

4.2 Visi dan Misi SOS Children’s Village ... 40

4.2.1 Visi Lembaga ... 40

4.2.2 Misi Lembaga ... 40

4.3 Letak Yayasan SOS Children’s Village Medan ... 42

4.4 Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Children’s Village Medan ... 42

4.5 Sumber Dana Yayasan SOS Children’s Village Medan ... 45

4.6 Struktur Organisasi Yayasan SOS Children’s Village Medan ... 46

4.7 Program Yayasan SOS Children’s Village Medan ... 49

4.7.1 Program Pelayanan Sosial Anak Berbasis Keluarga ... 49

4.7.2 FSP (Family Strengthening Programme) SOS Children’s Village .... 53

4.8 Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar ... 57

BAB VANALISIS DATA ... 59


(2)

8

5.2 Hasil Temuan... 60

5.2.1 Informan Kunci 1 ... 60

5.2.2 Informan Kunci 2 ... 62

5.2.3 Informan Kunci 3 ... 65

5.2.4 Informan Kunci 4 ... 68

5.2.5 Informan Kunci 5 ... 71

5.2.6 Informan Utama 1 ... 73

5.2.7 Informan Utama 2 ... 77

5.2.8 Informan Utama 3 ... 81

5.2.9 Informan Utama 4 ... 84

5.2.10 Informan Utama 5 ... 87

5.2.11 Informan Utama 6 ... 90

5.2.12 Informan Utama 7 ... 93

5.2.13 Informan Utama 8 ... 97

5.2.14 Informan Utama 9 ... 100

5.2.15 Informan Utama 10 ... 103

5.2.16 Informan Tambahan 1 ... 106

5.2.17 Informan Tambahan 2 ... 110

5.2.18 Informan Tambahan 3 ... 113

5.3 Analisis Data ... 116

5.3.1 Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak ... 119

5.3.1.1 Menciptakan Keluarga Baru ... 119

5.3.1.2 Memberikan Bimbingan dan Kasih Sayang ... 122


(3)

5.3.1.4 Memberikan Perlindungan dari Segala Bentuk Kekerasan

dan Hukuman Fisik ... 129

5.3.2 Keberfungsian Sosial Anak ... 132

BAB VI PENUTUP ... 135

6.1 Kesimpulan ... 135

6.2 Saran... ... 136 DAFTAR PUSTAKA


(4)

10 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 15 Gambar 2.2 ... 30


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.3 Bagan Alur Pikir ... 33 Bagan 4.1 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas ... 46


(6)

12 DAFTAR LAMPIRAN

1. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

2. Suyurat ijin Penelitian dari Yayasan SOS Children’s Village Medan 3. Lampiran Pedoman Wawancara Informan