Implementasi Program Pelayanan Sosial Berbasis Keluarga Bagi Anak Asuh Oleh Yayasan SOS Kinderdorf (Childrents Village) Medan

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL

BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH

OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF

(CHILDRENTS VILLAGE) MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HOTNIDA PURBA

050902001

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENT VILLAGE) MEDAN” yang disusun oleh: Hotnida Purba, Nim: 050902001 dibimbing oleh Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si.

ABSTRAK

Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) secara garis besar hak-hak anak meliputi hak bertahan hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Dalam perkembanganya anak membutuhkan orang lain, keluarga adalah tempat yang terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Mengingat tidak semua keluarga dapat mengasuh anaknya dengan baik dan memberikan apa yang sudah menjadi haknya untuk itu perlu adanya pengasuhan alternatif berbasis keluarga seperti yang dilaksanakan oleh SOS Kinderdorf. Hal tersebut juga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di SOS kinderdorf dengan mengangkat judul implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh SOS Kinderdorf Medan.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan pengimplementasian program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilaksanakankan oleh SOS Kinderdorf. Penelitian dilaksanakan di SOS Kinderdorf yang berada di Jl. Seroja raya No , Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang ada di SOS Kinderdorf yang berjumlah 97 anak. dengan menggunakan teknik penarikan sampel non random secara Purposive Sampling dengan jumlah sampel 21 anak. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara. Kemudian untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelayanan sosial berbasis keluarga tersebut SOS memberikan berbagai pelayanan bagi anak yaitu: menciptakan lingkungan sosial yang disebut desa, memberikan rumah sebagai tempat berlindung, membentuk keluarga baru yang terdiri dari orang tua (ayah/ibu), saudara (kakak dan adik), tante, dan bimbingan dan kehangatan kasih sayang, pelayanan pendidikan formal dan informal, pelayanan kesehatan, dan penyediaan fasilitas pendukung program. Dengan pelayanan yang diberikan oleh yayasan SOS melalui program tersebut maka anak-anak yang dulunya terlantar mendapatkan haknya kembali.

Kata kunci: pelayanan sosial anak berbasis keluarga KATA PENGANTAR


(3)

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENTS VILLAGE) MEDAN” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Ayahanda J. Purba dan ibunda T. Br Napitu yang sudah menjadi spirit buat saya serta semua saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. Selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen wali penulis selama kuliah di departemen ilmu kesejahteraan sosial FISI USU dan juga selaku dosen


(4)

dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih banyak pak sudah berkenan membagi ilmu dan waktunya kepada Saya.

3. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Tatang kurnia selaku pimpinan SOS Kinderdorf yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SOS, dan kepada seluruh staf yang ada di SOS yang telah membantu penulis dalam proses penelitian untuk penyelesaian skripsi ini pak Mardi, ka Vona, ka Anggel, ka Debora dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. 5. Kepada semua anak asuh yang ada di desa SOS, ibu-ibu asuh, bapak SOS

dan tante SOS yang sudah membantu penulis dalam hal pengumpulan data 6. Buat kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi bapak J. Purba dan

mama T. Br Napitu yang dengan tulus memberikan kasih sayangnya buat penulis. Terimakasih buat semua kasih sayang, pengorbanan doa dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini, Tuhan selalu menyertai keluarga kita.

7. Buat saudara-saudaraku broth Marik abangku yang paling baik, sabar dan penyayang, broth Rian adekku yang selalu purlem, ster Darma yang selalu menyebalkan dan ster santy yang baik hati I luv U all.

8. Terkhusus buat yang tercinta, yang selalu setia dan sabar memberikan dukungan pada penulis sejak mengawali kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini “katanya sih abang baiku” M. Andreas Hutahaean, SE. thx for all.


(5)

9. Buat teman-teman Kezouz ’05 (KOMA)……. Kita yang terbaik woi. Katanya anak Kezouz hehehe. Buat Kariz Gurkey: tetap semangat shob !, Poote: jangan suka ngibul say!, Ninot S.sos, Chie, Nuva, Hanie, Samri, JD, Ico, Jolli, Rudi, Jonis, tina, Timoty, Ramot, Tio, Etty, Maxwel, Erni, Nurhayati, Mexxi, S.Sos, Theo, S.Sos, Watiek, S.Sos, Eva, S.Sos, Ocyk, S.Sos dan yang lainya. Semua senior dan juniorku di Kezouz….dan semua yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu….thanx buat semuanya….

10.Sobat-sobatku yang pada kece Evong , koeat , zhoes twu ga sih kmu semua nyebelin shob….!

11.Buat keluargaku disimalinggkar abang J. Purba & kak ilde sekeluarga, novi, dikky & briyan yang cakep, dan buat keluarga ka micael yang sudah banyak membantu selama ini adek-adekku claudia, anggel, jemi, dan micael Manurung yang cakep-cakep.

12.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih dan sukses buat kita semua.


(6)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih

Medan, juni 2009 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ... 1

B Perumusan Masalah ... 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian ... 9

C.2 Manfaat Penelitian... 9

D Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Implementasi ... 11

B Defenisi dan Fungsi Pelayanan Sosial B.1 Defenisi Pelayanan Sosial ... 14

B.2 Fungsi Pelayanan Sosial ... 20

C Pengertian Anak dan Hak-Hak Anak C.1 Pengertian anak ... 23

C.2 Hak-Hak Anak... 23

D Fungsi Sosial Keluarga... 29

E Yayasan... 33

F Kerangka Pemikiran... 34

G Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional G.1 Defenisi Konsep ... 37

G.2 Defenisi Operasional ... 38


(8)

C Populasi dan Sampel

C.1 Populasi ... 42

C.2 Sampel ... 43

D Teknik Pengumpulan Data ... 43

E Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A Profil Yayasan SOS Kinderdorf A.1 Sejarah Berdinya SOS Kinderdorf ... 46

A.2 Visi dan Misi SOS Kinderdorf A.2.1 Visi SOS Kinderdorf………... 50

A.2.2 Misi SOS KInderdorf………. 51

A.3 Nilai-nilai/Prinsip SOS Kinderdorf……… 52

B Program SOS Kinderdorf B.1 Program Pelayanan Sosial Anak Berbasis Keluarga... ... 53

B.2 FSP (Family Strengthening Programme) SOS Kinderdorf... .. 57

C Fasilitas, Sarana dan Prasarana Lembaga... 59

D Pendidikan Pengelola Lembaga D.1 Daftar Nama-nama Staf Pekerja Yayasan SOS Desa Taruna Medan... 67

D.2 Daftar Nama-nama Ibu Asuh dan Rumah Keluarga yang diasuh ... 69

E Donatur Lembaga... .... 70

F Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar... 71

G Struktur Organisasi Dan Pembagian Tugas……… 72

BAB V ANALISA DATA A Identitas Responden ... .. 76 B Implementasi Program pelayanan sosial Berbasis Keluarga


(9)

Bagi Anak Asuh Oleh Yayasan SOS Kinderdorf Medan

B.1 Desa (village)... 82

B.2 Rumah (home)... . 88

B.2.1 Orang Tua (Ibu dan Bapak SOS... 92

B.2.2 Saudara (kakak dan adik) ... 94

B.2.3 Tante SOS ... 97

B.2.4 Bimbingan dan Kehangatan Kasih Sayang ... 98

B.3 Pelayanan Pendidikan dan Keterampilan B.3.1 Pendidikan Formal... 103

B.3.2 Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan ... 106

B.4 Pelayanan dan Perawatan kesehatan ... 112

B.5 Fasilitas Hidup... 116

BAB VI PENUTUP A Kesimpulan dan Saran A.1 Kesimpulan ... . 120

A.2 Saran ... . 123

Daftar Pustaka Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Inventaris Rumah Asuh/FH per rumah asuh dari

15 rumah asuh Yayasan SOS Kinderdorf …...………... 63 Tabel 2 Daftar Inventaris Klinik Yayasan SOS

Kinderdorf Medan………... 66 Tabel 3 Daftar Nama Staf Pekerja Yayasan SOS Kinderdorf

Medan………..………...……… 67 Tabel 4 Daftar Nama-nama Ibu Asuh dan Rumah Keluarga

yang mereka asuh………. ………...………… 69 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… ..…... 76 Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ……… 77 Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……… 78 Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan suku bangsa………... 79 Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Lama

Tinggal di SOS……….. 80 Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Status

Orang tua Kandung……… 81 Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Merasa

Senang Tidaknya Tinggal di Desa SOS……… 82 Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan kenal tidaknya

Semua Anak yang ada di Desa SOS……… …. 83 Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan sering tidaknya

Anak Berinteraksi di SOS……… 83 Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Senang tidaknya

Berinteraksi dengan anak beda Agama atau Suku………... 84 Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah tidaknya

Membedakan Agama atau Suku Dalam Berteman………... 85 Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi


(11)

Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Mengikuti

Kegiatan Gotong Royong……….. 86 Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah memiliki

Waktu Luang Untuk Bermain……… 87 Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan

Penyelesaian Pekerjaan Rumah Diterapkan……….. 88 Tabel 20 Distribusi Responden Berdasarkan Adil Tidaknya Peraturan

Yang Diterapkan Dirumah SOS……...……….. 89 Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Suka Tidaknya

Dengan Peraturan yang Diterapkan di SOS……… 90 Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan

Perasaan Selama Tinggal Dirumah Keluarga SOS………. 91 Tabel 23 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Mempunyai

Ibu yang Tetap di SOS……… 92 Tabel 24 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Ibu

SOS Setiap Hari Mengurus Rumah……… 93 Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Memiliki

Bapak yang Tetap di SOS………. 93 Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Menganggap atau Tidaknya

Teman Satu Rumah Sebagai Kakak dan Adik………. 94 Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya

Bermasalah Dengan Saudara di SOS………. 95 Tabel 28 Distribusi Responden Berdasarkan Senang atau Tidaknya

Memiliki Saudara di SOS……… 96 Tabel 29 Distribusi Responden Berdasarkan Senang atau Tidaknya

Memiliki Tante SOS……… 97 Tabel 30 Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa

Diberitahu Jika Sedang Sakit……… 98 Tabel 31 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Keluarga SOS Jika Sedang Sakit………..………. 99 Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Membantu atau Tidaknya


(12)

Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan yang Dilakukan

Ibu/Bapak SOS jika Berbuat Salah……… 101 Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah tidaknya Ibu/Bapak SOS

Melakukan Kekerasan Fisik……… . 101 Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ibu/Bapak SOS

Membimbing Dalam Belajar……….… 102 Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ibu?Bapak SOS

Memberikan Bimbingan Keagamaan……….. 103 Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Adil Tidaknya Perhatian dan

Kasih Sayang Orang tua SOS Pada Semua Anak………..………. .. 104 Tabel 38 Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan…... 104 Tabel 39 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Mengalami Masalah Biaya Pendidikan……… 105 Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengikuti

Pembinaan dan Pelatihan yang Ada di SOS………. 106 Tabel 41 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan

Mengikuti Pembinaan dan Pelatihan……….. 107 Tabel 42 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pembinaan

Dan Pelatihan Sesuai Dengan Minat dan Bakat………. 107 Tabel 43 Distribusi Responden Berdasarkan Senang Tidaknya

Dengan Adanya Pembinaan Dan Pelatihan……… 108 Tabel 44 Distribusi Responden Berdasarkan Terjadwal Tidaknya Pembinaan

Dan Pelatihan ………..………... 109 Tabel 45 Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai Tidaknya Pelaksanaan

Pembinaan dan Pelatihan dengan Jadwal……….. …….. 110 Tabel 46 Distribusi Responden Berdasarkan Pembina

Sudah Memiliki Keterampilan Dalam Memberikan Pembinaan… 111 Tabel 47 Distribusi Responden Berdasarkan Bermanfaat Tidaknya Pembinaan

dan Pelatihan ………….. ……… 112 tabel 48 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan


(13)

Tabel 49 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi

Terhadap Nasi Perharinya……… 113 Tabel 50 Distribusi Responden Berdasarkan Memenuhu Gizi atau

Tidaknya Menu Makanan di SOS ……… 114 Tabel 51 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi

Terhadap Susu……… 115 Tabel 52 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi

Mengganti Pakayan Bersih……….. ………. 116 Tabel 53 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan

Fasilitas yang Ada di SOS……… 116 Tabel 54 Distribusi Responden Berdasarkan Layak Pakai Tidaknya Semua

Fasilitas di SOS ……….……….. 117 Tabel 55 Distribusi Responden Berdasarkan Puas Tidaknya

Dengan Fasilitas yang Ada di SOS……… 118 Tabel 56 Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya Adanya


(14)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Kerangka Pemikiran………... 36 2. Bagan Struktur organisasi SOS Kinderdorf……….…… 75


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

3. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian 4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi

5. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

6. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Yayasan SOS Kinderdorf


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENT VILLAGE) MEDAN” yang disusun oleh: Hotnida Purba, Nim: 050902001 dibimbing oleh Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si.

ABSTRAK

Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) secara garis besar hak-hak anak meliputi hak bertahan hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Dalam perkembanganya anak membutuhkan orang lain, keluarga adalah tempat yang terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Mengingat tidak semua keluarga dapat mengasuh anaknya dengan baik dan memberikan apa yang sudah menjadi haknya untuk itu perlu adanya pengasuhan alternatif berbasis keluarga seperti yang dilaksanakan oleh SOS Kinderdorf. Hal tersebut juga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di SOS kinderdorf dengan mengangkat judul implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh SOS Kinderdorf Medan.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan pengimplementasian program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilaksanakankan oleh SOS Kinderdorf. Penelitian dilaksanakan di SOS Kinderdorf yang berada di Jl. Seroja raya No , Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang ada di SOS Kinderdorf yang berjumlah 97 anak. dengan menggunakan teknik penarikan sampel non random secara Purposive Sampling dengan jumlah sampel 21 anak. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara. Kemudian untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelayanan sosial berbasis keluarga tersebut SOS memberikan berbagai pelayanan bagi anak yaitu: menciptakan lingkungan sosial yang disebut desa, memberikan rumah sebagai tempat berlindung, membentuk keluarga baru yang terdiri dari orang tua (ayah/ibu), saudara (kakak dan adik), tante, dan bimbingan dan kehangatan kasih sayang, pelayanan pendidikan formal dan informal, pelayanan kesehatan, dan penyediaan fasilitas pendukung program. Dengan pelayanan yang diberikan oleh yayasan SOS melalui program tersebut maka anak-anak yang dulunya terlantar mendapatkan haknya kembali.

Kata kunci: pelayanan sosial anak berbasis keluarga KATA PENGANTAR


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak juga merupakan mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak, membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya (Fitri, 2008. http : // duniapsikologi . dagdigdug. com diakses tanggal 7 Februari 2009 pukul 15: 37 wib).

Masa kanak-kanak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa kanak-kanaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun emosionalnya. Berkualitastidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanak. Dengan kata lain, kondisi seseorang di masa dewasa adalah merupakan hasil dari proses pertumbuhan yang diterima di masa anak-anak.


(18)

dalam pasal 1 berikut “setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal, kewajiban orang tua mengasuh dan mendidik anak-anaknya sampai dengan mereka berusia 18 tahun”. Setelah usia tersebut diasumsikan bahwa anak sudah menjadi dewasa, sehingga tidak lagi menjadi tanggungan orang tua, meskipun secara ekonomi dan psikis seringkali masih bergantung pada orang tuanya karena kedewasaannya belum matang.

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan anak adalah orang tua, sekolah dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam konteks pengasuhan dan perlindungan anak, orang tua dan keluarga mempunyai peran sentral, karena dalam hal ini anak sangat tergantung pada orang dewasa. Bagi anak yang memiliki orang tua, pengasuhan anak menjadi tanggung jawab orang tuanya, tetapi bagi anak-anak terlantar dan yang dalam kondisi tertentu tidak memiliki orang tua, maka anak tersebut menjadi tanggung jawab negara.

Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara” (Tim redaksi Fokus media, 2004: 79). Dalam hal ini negara dapat melakukan berbagai usaha agar anak yang terlantar tersebut mendapatkan penghidupan yang layak. Usaha tersebut diantaranya adalah mencarikan keluarga alternatif melalui hukum adopsi atau lembaga asuh pengganti keluarga agar mereka dapat berkembang sebagaimana layaknya anak-anak yang hidup dalam keluarganya yang asli.

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari


(19)

perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya (Anshor dan Ulfah, 2007, http://www. fatayat. or. Id diakses tanggal 7 februari 2009 pukul 16: 30 wib).

Sesuai data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada 2008 mencapai 2.815.393 anak. Jumlah terbanyak di Jawa Timur sebanyak 347.297 anak, Sumatera Utara 333.113 anak, Jawa Barat 246.490 anak, Jawa Tengah 190.320 anak, dan Sumatera Selatan 146.381 anak. Jumlah anak terlantar di DKI Jakarta sebanyak 14.804 anak (Tem

Hingga saat ini keadaan dan kondisi anak-anak terlantar tersebut masih sangat memprihatinkan, bahkan anak-anak yang dipelihara di dalam suatu lembaga atau panti asuhan pun belum mendapatkan kehidupan layak seperti yang diharapkan. Hal ini disebapkan oleh banyak hal termasuk di antaranya karena jumlah pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia masih sangat minim.

Kondisi itu membuat anak asuh di banyak panti asuhan di Tanah Air tidak mendapat perhatian. Untuk itu, perlu ada sistem pengasuhan alternatif yang berbasis kekeluargaan bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Sistem itu bisa berdasarkan kekerabatan, perwalian, orang tua asuh, dan lain sebagainya termasuk di dalamnya penerapan pelayanan sosial berbasis keluarga di yayasan atau di panti asuhan-panti asuhan.

Berdasarkan penelitian Save The Childrent UNICEF dan Depsos mengenai panti asuhan (YKAI, 2008) dari sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar di seluruh


(20)

anak dengan maksimal dan keberadaan pengasuh profesional dengan jumlah memadai belum diprioritaskan.

Berdasarkan penelitian tersebut mayoritas panti yang diteliti memiliki rasio kurang dari satu staf berbanding 10 anak, selain itu pengasuh panti yang bekerja secara penuh di panti asuhan relatif sedikit. Staf yang ditugaskan di panti asuhan kebanyakan ditempatkan di berbagai posisi pada saat yang sama dan hanya sedikit yang ditugaskan untuk benar-benar bekerja dengan anak (Bactiar dan Tutur. 15: 05 wib).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Save the Children tersebut ditemukan bahwa dari seluruh anak yang tinggal di panti asuhan, hanya 6 persen diidentifikasi sebagai anak yatim piatu, selebihnya memiliki salah satu atau kedua orang tua. Sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar diseluruh Indonesia hanya sedikit diantaranya yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia, lebih dari 99 persen panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat terutama organisasi keagamaan (YKAI. 2008 7 Februari 2009 pukul 17: 15 wib).

Dapat diketahui secara jelas bahwa keluarga adalah lingkungan terbaik bagi anak-anak untuk tumbuh, ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa kebutuhan anak-anak yang memerlukan pengasuhan alternative dipenuhi dengan profesionalisme dan pengasuhan yang berkualitas. Banyak anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. Pada kenyataannya, kebanyakan


(21)

panti asuhan tidak memberikan ‘pengasuhan’ sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan saja.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa hampir tidak ada penerapan tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama maupun selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak untuk masuk kepanti asuhan sangat mirip di hampir semua panti asuhan. Mereka fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua untuk mengasuh sendiri.

Temuan lapangan lainnya, peneliti menemukan bahwa pada kenyataannya, ‘pengasuhan’ di panti asuhan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana sampai lulus dari SMA kecuali mereka melanggar peraturan atau tidak berprestasi di sekolah.

Selama menempati panti asuhan, bahkan selama 12 tahun, hubungan dengan keluarga terbatas. Kebanyakan panti asuhan membolehkan anak-anak pulang ke rumah hanya sekali setahun pada hari raya, itupun kalau mereka menginginkannya. Anak-anak berhak tumbuh dan berkembang bersama keluarganya dan berhak mendapatkan pendidikan. Anak dan keluarganya tidak boleh diminta memilih dua hak tersebut.

Selanjutnya diketahui juga bahwa pengasuhan dimengerti dalam konteks merespon masalah dan terkait isu-isu disiplin, sehingga panti asuhan membuat


(22)

Untuk itu diharapkan adanya panti asuhan yang memiliki kebijakan perlindungan anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan merespon kekerasan terhadap anak. Penelitian ini memasukkan sejumlah rekomendasi untuk menanggapi kebutuhan mencegah penempatan anak di panti asuhan yang tidak perlu dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pengasuhan yang diberikan oleh panti asuhan-panti asuhan.

Melalui penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa dalam usaha perlindungan anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan merespon kekerasan terhadap anak dibutuhkan suatu program pelayanan sosial bagi anak seperti program pelayanan sosial berbasis keluarga (YKAI. 200 wib).

SOS Kinderdorf (childrents village) adalah salah satu yayasan yang menerapkan pola pelayanan sosial bagi anak asuh yang berbasis keluarga dan bersifat jangka panjang. Anak-anak diharapkan mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan adik-kakak layaknya dalam sebuah keluarga. Anak-anak baru dilepas dari desa setelah mandiri. Aturan bagi para ibu asuh untuk tidak menikah, merupakan upaya agar anak-anak bisa menerima kasih sayang ibu sepenuhnya. Ibu asuh yang menikah terpaksa diberhentikan. Adapun sosok ayah digantikan beberapa bapak pembina yang juga tinggal di desa.

Yayasan SOS Kinderdorf didirikan di Indonesia pada 1970 oleh Agus Prawoto, yang baru selesai menuntut ilmu di Austria. SOS Kinderdorf yang didirikan di Indonesia, yang biasa disebut dengan nama SOS Desa Taruna merupakan perpanjangan SOS Kinderdorf yang didirikan oleh Hermann Gmeiner


(23)

pada 1949 di Imst, Austria. Gmeiner mendirikan SOS Kinderdorf untuk menolong anak-anak yang telantar akibat perang dunia. Perkampungan SOS Kinderdorf di Indonesia pertama beroperasi tahun 1972 di Lembang, Jawa Barat. Tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan menampung 165 anak. Sepuluh tahun kemudian, menyusul pendirian perkampungan di Cibubur, Jakarta Timur. Di kompleks ini 150 anak bisa tertampung. Tak lama kemudian menyusul perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali), dan Maumere (Nusa Tenggara Timur). Kemudian dilatarbelakangi terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias yang mengakibatkan banyaknya anak yang kehilangan keluarga, orang tua dan tempat tinggal mereka. Dimana akibat dari bencana alam tersebut banyak anak-anak yang terlantar, maka berdirilah SOS Kinderdorf di Banda aceh, Meulaboh dan Sumatra utara yaitu di Medan yang disebut dengan nama SOS Kinderdorf Medan yang menjadi tempat penelitian penulis.

Di SOS Kinderdorf selain bantuan uang untuk hidup dan sekolah, anak-anak juga diasuh didalam sebuah rumah keluarga, dimana anak-anak-anak-anak tumbuh dan berkembang didalam layaknya sebuah keluarga dan komunitas bagi anak-anak. Rumah-rumah SOS kinderdorf berada dalam sebuah kompleks yang biasa disebut

village (desa). Didesa tersebut anak-anak banyak dibantu, setiap sore yayasan melaksanakan berbagai program, termasuk pemberian pelajaran tambahan seperti matematika dan bahasa Inggris. Ada pula pelatihan keterampilan seperti komputer atau menari, desa juga menyediakan lapangan tempat anak-anak bisa berolahraga bersama (Ahmad dan Prabandari


(24)

SOS Kinderdorf adalah sebuah organisasi social independent non pemerintah yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pelayanan sosial anak jangka panjang berbasis keluarga. Konsep SOS Kinderdorf adalah membantu mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung, yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras. Memberikan kembali kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga dan kehidupan yang memadai agar kelak anak memiliki kehidupan yang mandiri. Membantu anak untuk membentuk masa depanya sendiri, dan memberi kesempatan kepada anak untuk berkembang dalam masyarakat

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh yang dilaksanakan oleh yayasan SOS Kinderdorf khususnya yang ada di Medan dengan mengangkat judul “Implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh yayasan SOS Kinderdorf (childrents village) Medan.”

B. Perumusan Masalah

Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998: 47). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh Yayasan SOS Kinderdorf?”


(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh Yayasan SOS Kinderdorf

C.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dalam rangka memperhatikan masalah pelayanan sosial bagi anak terlantar dan anak asuh, yang dipelihara atau diasuh di dalam suatu yayasan atau panti asuhan, terutama program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh yang dilaksanakan oleh yayasan SOS Kinderdorf Medan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait baik pemerintah maupun swasta dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah pelayanan sosial bagi anak terlantar yang di asuh atau di pelihara dalam suatu yayasan atau panti asuhan.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.


(26)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi

Van Mater dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai ” tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diartikan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Wahab, 1991: 49).

Selanjutnya Jeffery L.Pressman dan Aaron B.Wildansky dengan tepat mendefinisikan implementasi sebagai berikut ”implementasi penerapan mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara sebuah perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya” (Wahab, 1991: 50).

Sementara Daniel A.Mazmania dan Paul A.Sakatrer 1979, mendefinisikan implementasi adalah ”memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yaitu kejadian-kejadian yang timbul sesudah disahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan ataupun untuk menimbulkannya akibat /dampak masyarakat atau kejadian-kejadian (Wahab, 1991: 51).

Sedangkan menurut Webster pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana ”to implementasi” (mengimplementasikan) berarti ”to provide means for carrying out; to give practical effec to” yang artinya menyajikan alat


(28)

bantu untuk melaksanakan, menimbulkan dampak/berakibat sesuatu (Wahab, 1991: 64).

Dari beberapa defenisi diatas dapat dipahami bahwa implementasi merupakan suatu proses pelaksanaan suatu kebijakan organisasi dalam bentuk program. Sebelum adanya suatu implementasi maka diadakan terlebih dahulu suatu kebijakan.

Tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut Identifikasi Program

Pengembangan Program Proses Pengambilan Keputusan

Hasil-hasil Program Implementasi

Evaluasi (Jones, 1996: 67)

Program adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraannya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana. Program juga merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mengimplementasikan suatu program atau kebijakan ada 3 kegiatan yaitu:

1. Organisasi adalah pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan.


(29)

pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan

3. Penerapan adalah ketentuan rutin dari pelayanan pembayaran atau yang lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan dari program (Jones, 1996: 296).

Berdasarkan penjelasan dan pengertian implementasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa awalnya program merupakan sesuatu yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Selanjutnya adanya kelompok yang menjadi sasaran program sehingga kelompok menjadi ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya program dan peningkatan dalam kehidupannya. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek yaitu:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dinilai.

4. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Dalam prakteknya implementasi program sering mendapatkan masalah-masalah baru yaitu umumnya disebabkan kesenjangan-kesenjangan antara waktu penetapan atau kebijaksanaan dengan pelaksanaannya. Sehingga oraganisasi yang mengoperasionalkan implementasi program memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjalankannya. Organisasi yang mengoperasionalkan implementasi program harus memiliki hirarki dalam kepengurusannya. Jadi program dapat


(30)

dikatakan sebagai kebijaksanaan yang telah disepakati dan dikomunikasikan untuk dilaksanakan dari atas hingga ke bawah

B. Defenisi dan Fungsi Pelayanan sosial B.1 Defenisi Pelayanan Sosial

Konsep pelayanan berasal dari usaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi individu, kelompok dan masyarakat. Ini sama halnya dengan pelayanan sosial pada umumnya dilakukan oleh seorang pekerja sosial. Untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok atau individu yang mengalami masalah baik dalam diri, kelompok dan lingkungan sosialnya. Pada umumnya masyarakat awam belum begitu tahu dengan apa yang di maksud dengan pelayanan sosial itu sendiri dan siapa saja yang terlibat dalam melakukan pelayanan sosial itu. Hal tersebut disebabkan karena mereka hanya mengetahui pelayanan yang bersifat menolong ’sesaat’ atau dengan kata lain hanya mengenal pelayanan itu dalam bentuk bantuan langsung.

Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanan sosial sebagaimana dikemukakan Romanyshyn 1971, bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektifitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta masyarakat. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara individualisasi langsung dan terorganisir, yang bertujuan membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya saling penyesuaian. Disebut pelayanan dalam arti bahwa


(31)

program ini memberikan jasa kepada orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau kepentingan sendiri (Nurdin, 1990: 50).

Menurut Walter.A.Ffriedlander, kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang mungkin mereka mengembangkan kemampuanya sepenuh mungkin dan meningkatkan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Defenisi di atas menjelaskan bahwa:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem yang berintikan lembaga-lembaga pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti : pangan, sandang, papan, kasehatan, juga relasi-relasi sosial dengan lingkunganya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan saran meningkatkan kemampuan individu-individu dalam memecahkan masalah maupun memenuhi kebutuhannya (Muhidin 1992: 1-2).

Adapun kegiatan-kegiatan utama di dalam lapangan pekerja sosial itu dapat diklasifikasikan menurut jenis atau pelayanan yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut:


(32)

Pelayanan sosial bagi orang-orang yang membutuhkan biaya, termasuk bantuan sosial atau asistensi sosial untuk menanggulangi kemiskinan, bantuan untuk lansia, orang-orang cacat dan anak-anak yatim piatu. 2. Asuransi sosial (social insurance).

Bantuan bagi para karyawan yang memiliki asuransi, bantuan bagi para buruh serta keluarganya untuk menanggulangi hilangnya mata pencaharian mereka karena disebapkan umur yang lanjut, pengangguran, kecelakaan di dalam industri, dan penyakit selama bekerja, meninggalnya aggota keluarga yang menanggung biaya rumah tangga, serta usaha untuk mengatasi aspek-aspek tertentu dari penyakit yang lain dengan jalan memberikan bantuan pemeliharaan kesehatan, perawatan rumah sakit dan di tempat-tempat rehabilitasi.

3. Pelayanan kesejahteraan keluarga (family services).

Memberikan petunjuk dan penyuluhan tentang hubungan-hubungan pribadi dan keluarga, tentang soal-soal perkawinan, kesehatan dan masalah keluarga lainya.

4. Pelayanan kesejahteraan anak (child welfare service).

Menempatkan anak-anak yatim di rumah-rumah orng tua angkat dan di rumah-rumah perawatan anak-anak (panti-panti asuhan) tempat-tempat penitipan anak pada siang hari, supervisi asuhan keluarga dan adopsi anak, pelayanan berupa perlindungan anak untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang salah (menyimpang) serta perilaku yang a-sosial, pemeliharaan bagi bayi serta anak-anak sebelum masa sekolah, pelayanan sosial di dalam sekolah dan melindungi anak-anak yang bekerja sebagai buruh.


(33)

5. Pelayanan kesehatan dan pengobatan (health and medical services).

Mendirikan pelayanan kesehatan bagi para ibu dan anak mendirikan pusat-pusat kesehatan bagi anak-anak, kunjungan juru rawat (perawat kerumah-rumah, pemberian perawatan dan pengobatan bagi orang-orang mendapat tunjangan dari masyarakat, memberikan bantuan financial, pengobatan, serta mengusahakan rehabilitasi bagi anak-anak cacat penderita penyakit seperti kanker, paru-paru, penyakit lumpuh pada anak-anak, keduanya dibawah pimpinan lembaga pemerintahan swasta.

6. Pelayanan kesejahteraan kesehatan jiwa (mental higiene service).

Pelayanan di rumah sakit dan sanabrium untuk orang-orang yang sakit jiwa dan yang jiwanya lemah, pengawasan serta penempatan para pasien yang menderita penyakit syaraf baik iyu anak-anak mauun orang dewasa. 7. Pelayanan kesejahteraan dalam bidang kejahatan (corektinol services).

Pelayanan bagi pemuda yang mendapat pelayanan percobaan dan pengadilan kriminal, pelayanan-pelayanan diagnosa dan pengobatan, bimbingan sosial perorangan (case work) dan bimbingan sosial kelompok

(social group work) di dalam rumah-rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, bantuan agar para tahanan dapat menyesuaikan serta mempersiapkan diri untuk kembali ketengah kehidupan masyarakat.

8. Pelayanan kesejahteraan para pemuda di dalam pengisian waktu luangnya

(youth leure-time service).

Mendirikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dan pemuda, rumah-rumah penampungan, rumah-rumah rukun tetangga, serta menyediakan


(34)

fasilitas-pemuda dan pemudi seperti klub-klub anak-anak, kepramukaan (kependuan) putra dan putri, maupun organisasi pemuda lainnya.

9. Pelayanan kesejahteraan bagi veteran (veteran’s services).

Pelayanan yang diberikan demi kesejahteraan veteran, diantaranya bimbingan sosial perorangan dan bimbingan sosial kelompok bagi para veteran yang cacat dan para veteran perang yang membutuhkan perawatan medis atau perawatan jiwa di rumah sakit dan klinik-klinik: bimbingan sosial perorangan bagi para keluarga veteran, usaha rehabilitasi serta bimbingan jabatan (pekerjaan), usaha bantuan pendidikan dan bantuan lainya.

10. Pelayanan kesejahteraan di bidang penempatan tenaga kerja (employment services)

Mencarikan lapangan bagi para karyawan, membantu perindustrian dan pertanian guna mendapatkan para karyawan yang cakap, memberikan bimbingan jabatan (pekerjaan), memberikan perlindungan bagi kepentingan buruh, memberikan pendidikan keselamatan kerja, memberikan bantuan terhadap usaha rehabilitasi jabatan (pekerjaan).

11. Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang perumahan (hausing services).

Pelayanan yang diberikan pada individu atau keolompok untuk mendapatkan perumahan, seperti pelayanan keluarga dan anak-anak untuk meperoleh tempat pada proyek-proyek perumahan bagi umum (rakyat) serta pada rumah-rumah yang baru di bangun (semacam perumnas), usaha-usaha untuk membersihkan daerah kumuh dan pembangunan kota kembali dan pelayanan lainya.


(35)

12. Pelayanan-pelayanan sosial internasional

Pada lembaga-lembaga seperti misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, WHO, Program bantuan teknik PBB, Dana anak-anak PBB, Konfrensi internasional mengenai pekerja sosial, Uni Pan-Amerika, Komite palang merah internasional, Federasi Kesehatan Mental sedunia, Lembaga Sosial Internasional, dan persatuan pemuda sedunia, atau di lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di negara-negara asing.

13. Pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat (comunity walfare service).

Usaha-usaha untuk perencanaan, pengorganisasian, dan dana-dana sosial kesehatan melalui media-media seperti misalnya badan kesejahteraan masyarakat dan badan lainya (Hariwoerjanto 1986: 43)

Kemudian secara garis besarnya pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas yaitu pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya. Defenisi ini biasanya berkembang di negara-negara maju.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan-golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, orang cacat, tuna susila dan sebagainya. Defenisi sering digunakan oleh negara-negara yang sedang berkembang (Muhidin, 1992: 410).


(36)

B.2 Fungsi pelayanan sosial

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosialsebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat, untuk tujuan pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisir dapat berfungsi.

Sementara Ricart M. Titmus mengemukakan fungsi pelayanan sosial di tinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut:

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang di perlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial (suatu program tenaga kerja).

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial (misalnya kompensasi kecelakaan industri dan lainya)


(37)

Sedangkan Alfred j. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah:

1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan.

2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi. 3. Pelayanan akses.

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal), dan pengembangan. Tujuanya untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan yang dimaksut tersebut diantaranya adalah:

1. Program penitipan anak.

2. Program-program kegiatan remaja/pemuda.

3. Program-program pengisian waktu luang bagi anak dan remaja dalam keluarga.

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan pada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain: a. Bimbingan sosial bagi keluarga.


(38)

d. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat. e. Program-program bagi lanjut usia.

f. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental. g. Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami masalah

dalam bidang pendidikan.

h. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit. Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan karena:

a. Adanya birokrasi modern.

b. Perbedaan akan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hal-hal dan kewajiban/tanggung jawabnya.

c. Diskriminasi.

d. Jarak geografi antara lambaga-lembaga pelayanan dan orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial.

Dengan adanya berbagai kesenjangan tersebut, maka pelayanan sosial mempunyai fungsi sebagai ”akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat berfungsi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkanya. Pelayanan akses juga menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang diperlukan (Muhidin, 1992: 42-44).


(39)

C. Pengertian Anak dan Hak – Hak Anak C.1 Pengertian Anak

Menurut Bab I (satu) peraturan Perundang-undangan tentang perlindungan dan kesejahteraan anak bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Anak asuh adalah anak terlantar yang hidup atau kehidupanya tidak mendapatkan pemenuhan yang wajar baik materi maupun non materi dan dipelihara di yayasan atau panti asuhan. Kemudian kesejahteraan anak dapat diartikan sebagai keadaan hidup yang mengandung rasa aman, tentram dan makmur secara jasmaniah dan rohaniah bagi anak sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar (Suparlan, 1983: 53 dan 57).

C.2 Hak-Hak Anak

Sebagaimana Undang-undang pada umumnya, undang-undang perlindungan anak diperlukan guna memberikan jaminan atau kepastian hukum dalam pengertian terhadap hak-hak anak, mengingat:

1. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

2. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. 3. Anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan


(40)

4. Pada kenyataannya masih terdapat banyak anak yang:

a. Belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi

b. Masih hidup terlantar dan tidak mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang wajar, apalagi memadai.

Anak merupakan sumber modal bagi keberlangsungan pemerintahan, karena tanpa mereka maka sebuah pemerintahan akan berada pada ambang yang tidak menguntungkan dimana tidak adanya generasi penerus (lose generation), oleh karena itu sudah sepatutnya kita/negara memberikan apa yang menjadi hak anak.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Dalam UNICEF 1993, hak-hak anak yang dimaksud disini paling tidak meliputi 4 kategori utama hak anak yang diklasifikasikan oleh Republik Indonesia tahun 1990, yaitu:

1. Hak-hak bertahan hidup (survival rights) adalah hak anak untuk hidup dan memperoleh semua kebutuhan hidup dasar seperti standart hidup yang layak, tempat berlindung/rumah, nutrisi/makanan bergizi, akses pada pelayanan kesehatan.

2. Hak-hak tumbuh kembang (development rights) adalah hak-hak yang harus ada agar anak dapat mencapai potensi yang tertinggi, seperti hak untuk memperoleh pendidikan, bermain dan rekreasi, kegiatan kebudayaan, akses pada informasi dan kebebasan berfikir dan beragama. 3. Hak-hak perlindungan (protection rights) adalah melindungi anak dari


(41)

menyediakan tempat dan pelayanan bagi anak yang mengalami siksaan dan kekerasan dalam sistem pengadilan, perlindungan bagi anak-anak yang dieksploitasi secara seksual, buruh anak dan lain-lain.

4. Hak-hak partisipasi (participation rights) adalah yang memungkinkan anak-anak berperan dan terlibat aktif dalam masyarakat atau bangsanya seperti kebebasan berpendapat dalam hal-hal yang menyangkut kehidupannya, bergabung dalam organisasi dan berkumpul secara aman dan damai berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat agar siap menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab (Joni dan Tanamas, 1999: 35). Disamping hak diatas, dalam hal ini komite hak-hak anak PBB telah mengembangkan KHA menjadi 8 kategori. Berdasarkan kategori tersebut, secara substansial hak-hak anak meliputi:

1. Hak sipil dan kemerdekaan, yang memberikan jaminan mencakup hak untuk mendapat dan dipertahankan identitasnya dan kewarganegaraannya, kebebasan berekspresi, berfikir, beragama, dan berhati nurani, kebebasan berserikat, mendapat perlindungan dan kehidupan pribadi, memperoleh informasi yang layak serta perlindungan dan penganiayaan dan perenggutan atas kebebasan.

2. Hak atas lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif yang memberikan jaminan mencakup tanggung jawab dan bimbingan orang tua, hak anak yang terpisah dari keluarganya, pemulihan dan pemeliharaan anak, anak yang terenggut dari lingkungan keluarganya, adopsi, dan peninjauan berkala atas penempatan anak serta jaminan perlindungan dari kekerasan


(42)

3. Hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar yang memberikan jaminan, diantaranya mencakup akses kesehatan dan pelayanan kesehatan, jaminan sosial serta pelayanan dan fasilitas perawatan anak dan standart kehidupan. 4. Hak atas pendidikan waktu luang dan budaya.

5. Hak atas perlindungan khusus yang memberikan jaminan terhadap perlindungan anak dari situasi darurat (pengungsi anak dan anak dalam konflik bersenjata, anak yang berkonflik dalam hukum, situasi eksploitatif (eksploitatif ekonomi, drug abuse, eksploitasi seksual, penjualan dan perdagangan anak, dan berbagai eksploitasi lainnya) dan perlindungan khusus untuk anak kelompok minoritas.

Konvensi Hak Anak merupakan komitmen dan pemenuhan kebutuhan dasar agar anak dapat bertumbuh secara wajar. Di Indonesia hak anak tersebut diatur dalam Undang-undang No.4 1979 tentang Kesejahteraan anak sebagai berikut:

1. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.

2. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, dan sosial.

3. Kesempatan pemeliharaan dan berusaha menghilangkan hambatan tersbut hanya dapat dilaksanakan dan diperoleh bila mana kesejahteraan anak terjamin (Joni dan Tanamas, 1999: 78).


(43)

Menurut Oswald Kroh bahwa didalam perkembangan anak sangat memerlukan kebutuhan yang meliputi:

1. Kebutuhan fisik biologi, sebagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh makhluk jasmaniah, sebab kalau tidak terpenuhi maka dapat terlambat pertumbuhan fisiknya.

2. Kebutuhan mental fisikis, yaitu untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk metal fisikis.

3. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berkitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain.

Selanjutnya Mrs. Engglatine jebb, pendiri save dhe children fund mengembangkan tujuh gagasan mengenai hak-hak anak yaitu:

1. Anak harus dilindungi di luar dari segala pertimbangan mengenai ras, kebangsaan dan kepercayaan.

2. Anak harus tetap di pelihara dengan tetap menghargai kebutuhan keluarga. 3. Bagi anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan

secara normal.

4. Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak cacat mental atau cacat tubuh harus dididik, anak terlantar dan anak yatim piatu harus diurus dan diberi perumahan.

5. Anaklah pertama-tama yang harus mendapatkan bantuan/pertolongan saat terjadi kesengsaraan.


(44)

6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapat pelatihan agar saat diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, serta harus dilindungi dari segala jenis eksploitasi.

7. Anak harus diasuh dan dididik dengan suatu pemahaman bahwa bakatnya dibutuhkan untuk pengabdian kepada sesama umat (Joni dan Tanamas, 1999: 30).

Dengan kata lain bahwa terpenuhinya kebutuhan akan kebutuhan dasar yang diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri adalah merupakan wujud dari pemenuhan akan hak-hak anak yang tentunya sudah merupakan kewajiban kita sebagai orang dewasa yang berada di lingkungannya ataupun orang yang peduli akan kebutuhan dan hak mereka.

D. Fungsi Sosial Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak (Ahmadi, 2002: 239).

Menurut Prof.DR.J.Verkuyl ada tiga tugas dan panggilan dari orang tua yaitu:

1. Mengurus keperluan materil anak-anak.

Merupakan tugas pertama dimana orang tua harus memberi makan, tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak sepenuhnya


(45)

masih tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu mencukupi kebutuhannya sendiri.

2. Menciptakan suatu ”home” bagi anak-anak.

”Home” disini berarti bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumahlah anak merasa tenteram, tidak pernah kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas pendidikan.

Tugas mendidik merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap anak-. Tujuan pendidikan disini adalah mengajar dan melatih orang-orang muda sehingga mereka dapat memenuhi tugas mereka terhadap Tuhan, sesama manusia dan sekeliling mereka sebagai anak kerajaan. (Ahmadi, 2002: 245)

Menurut Ogburn fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga di dalam masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa tugas atau fungsi keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tugas orang tua adalah:

1. Situasi keluarga: dalam arti stabilisasi situasi ekonomi rumah tangga. 2. Mendidik anak.

3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religius (Ahmadi, 2002: 246).

Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga funda mental bagi kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun lembaga masyarakat


(46)

hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat berpengaruh secara psikologis

Dalam usaha kesejahteraan anak ada Program penting untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak baik fisik, mental maupun sosial. pelayanan kasejahteraan sosial anak termasuk asuhan bagi anak di dalam keluarganya sendiri, di dalam keluarga pengganti (substitute family homes),

atau di dalam lembaga. Dalam bukunya, Muhidin membagi empat jenis pelayanan bagi anak yaitu:

1. Bantuan finansial. 2. Adopsi.

3. Asuhan keluarga.

4. Bimbingan keluarga (Muhidin 1992: 49).

Di dalam bukunya Muhidin juga membagi tiga jenis asuhan bagi anak yaitu:

1 Asuhan keluarga (foster care).

Asuhan anak (foster care) adalah asuhan yang dilaksanakan kepada anak diluar lingkungan keluarganya sendiri, baik di lingkungan keluarga maupun di dalam panti asuhan. Di dalam panti biasanya untuk jangka waktu tertentu dan sebagian diakhiri dengan adopsi atau di kembalikan pada keluarganya sendiri, baik di lingkungan keluarga maupun di dalam panti asuhan. Sebagian lagi harus tinggal lama di dalam panti dan dapat dikeluarkan dari panti apabila telah mendapat pekerjaan. foster home care

tidak hanya ditujukan kepada anak-anak tetapi juga kepada bayi. Agar asuhan berhasil, maka anak-anak harus mampu menyesuaikan diri dengan


(47)

keluarga dan sebaliknya tingkah laku keluarga asuhan (foster parent) tidak berbahaya bagi anak.

2. Asuhan dalam panti (institutional care).

Asuhan dalam panti diberikan kepada anak-anak yang sangat terlantar atau karena tingkah lakunya tidak bisa diterima oleh keluarga asuhnya. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti bagi anak yang berasal dari keluarga besar dan anak merasa terjamin hidup dalam kelompok anak-anak.

3. Asuhan non panti.

Asuhan non panti adalah asuhan secara berkelompok dalam rumah bagi anak-anak remaja yang tidak menyesuaikan diri dengan keluarga asuh. Setting ini biasanya digunakan bagi anak-anak yang mengalami masalah-masalah konflik seperti: fisik, intelektual dan emosional (Muhidin, 1992: 50).

Selain fungsi di atas keluarga juga berfungsi sebagai unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedang lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadian anak (Kartono, 1986: 57). Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan tentang arti pentingnya keluarga dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun psikologis.


(48)

E. Yayasan

Pendirian sebuah yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar pada kebiasaan dalam masyarakat dan Yurespudensi Mahkamah Agung, karena belum ada undang-undang yang mengaturnya. Dalam Undang-undang No 28 Tahun 2004 Republik Indonesia tentang yayasan bahwa pendirian sebuah yayasan dilakukan dengan akte notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akte pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

Yayasan merupakan suatu hunian dan perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan pengertian yang dinyatakan dalam Undang-undang No 28 tahun 2004 tentang yayasan yaitu suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Berdasarkan definisi tersebut yayasan memiliki ciri-ciri khas yaitu: 1. Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

2. Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mencuri penghasilan yang sebesar-besarnya.

3. Tidak mempunyai anggota .

Yayasan sebagai badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat permanen, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya.

Yayasan juga memiliki hak dan kewajiban yaitu: 1. Hak yaitu hak untuk mengajukan gugatan.


(49)

2. Kewajiban yaitu wajib mendaftarkan yayasan tersebut pada instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum (Tim redaksi Fokus media, 2004)

Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan yayasan mempunyai organ yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dilakukan sepenuhnya oleh pengurus oleh karena itu pengurus wajib memberikan laporan tahunan yang disampaikan pada pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Selanjutnya terhadap yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kekayaan wajib diaudit oleh akuntan publik dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat

F. Kerangka Pemikiran

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Perkembangan sosial anak membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak.


(50)

Negara. adapun hak anak tersebut adalah hak untuk hidup layak, hak untuk berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk berperan serta, dan hak untuk memperoleh pendidikan. Oleh karena hal tersebut diatas maka anak harus mendapatkan pembinaan dan pengasuhan yang layak agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar sehingga pada giliranya, mampu meneruskan cita-cita perjuangan dan eksistensi bangsa dan Negara.

Secara nyata dapat kita lihat bahwa tidak semua anak lahir sebagai manusia yang sempurna, ketidak sempurnaannya menyebabkan ia menghadapi berbagai permasalahan sosial. Ketidaksempurnaan disini yaitu karena dilatar belakangi banyak hal, diantaranya perceraian orang tua, yatim piatu, kemiskinan, dan lain sebagainya dimana hal tersebut menyebabkan anak tidak dapat memperoleh haknya atau dengan kata lain anak kehilangan haknya.

Berdasarkan hal tersebut yayasan sosial SOS Kinderdorf menyelenggarakan pelayanan sosial untuk menangani masalah kesejahteraan anak terlantar dan kurang beruntung dengan pola.” pengasuhan anak jangka panjang berbasis keluarga.” Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan sosial bagi anak dengan menciptakan keluarga baru (orang tua/saudara) , pelayanan pendidikan, keterampilan, kesehatan, lingkungan sosial berupa desa (village), tempat tinggal/rumah (home), taman bermain, bimbingan dan kasih sayang dari ibu serta fasilitas hidup bagi anak, disana setiap anak dibesarkan dalam keluarga, tumbuh dalam kasih sayang dan cinta dan rasa dihargai, rasa aman, dan disana anak-anak yang dahulunya terlantar dan kurang beruntung mendapatkan keluarga baru dan memiliki ibu asuh tetap, kakak adik, rumah yang nyaman dan desa sebagai lingkungan sosialnya.


(51)

Program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilakukan oleh yayasan SOS Kinderdorf bertujuan untuk memberikan dan melindungi hak anak-anak terlantar yang telah disebutkan sebelumnya dengan harapan agar anak dapat memperoleh haknya kembali sebagai mana layaknya seorang anak, agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.


(52)

Melalui uraian di atas maka dapat dibuat skema yang menggambarkan sebuah kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Yayasan SOS Kinderdorf

(Childrends Village)

Medan

Program Pelayanan sosial Berbasis Keluarga 1. Desa (village):

• Tempat bermain 2. Rumah (home)

• Orang tua (ibu/bapak) SOS • Saudara (adik dan kakak) • Tante SOS

• Bimbingan/kehangatan dan kasih sayang 2. Pendidikan :

• Pendidikan formal

• Pembinaan dan pelatihan keterampilan 3. Perawatan kesehatan

4. Fasilitas hidup

Anak Asuh

Tujuan yang diharapkan 1. Hak anak dapat terpenuhi 2. Anak dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik 3. Anak mandiri dan

memiliki masa depan yang lebih baik


(53)

G. Definisi Konsep dan Definisi Operasional G.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.

1. Implementasi adalah pelaksanaan dari suatu kebijakan dan strategi organisasi yang dilakukan oleh individu atau anggota organisasi.

2. Progaram adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraannya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana.

3. Pelayanan sosial dalam arti sempit adalah pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.

4. Pelayanan sosial berbasis keluarga adalah suatu program pelayanan pengasuhan alternatif bagi anak terlantar dimana anak diasuh di dalam layaknya sebuah keluarga yang dilaksanakan dengan tujuan agar anak terlantar atau anak yang diasuh di yayasan atau panti asuhan mendapat perhatian yang lebih baik dan agar kesejahteraan dan hak anak tersebut


(54)

5. Anak asuh adalah anak terlantar yang hidup atau kehidupanya tidak mendapatkan pemenuhan yang wajar baik materi maupun non materi dan dipelihara di yayasan atau panti asuhan.

6. Kesejahteraan anak adalah keadaan hidup yang mengandung rasa aman, tentram dan makmur secara jasmaniah dan rohaniah bagi anak sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar

7. Kesejahteraan sosial adalah merupakan keadaan yang sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang menyangkut keseluruhan syarat yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam mengembangkan kepribadiannya secara sempurna

G.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variable (Singarimbun, 1981: 33). Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan bertujuan untuk menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh yayasan SOS Kinderdorf adalah pelaksanaan program pelayanan sosial berbasis keluarga dengan indikator sebagai berikut: 1. Desa (village)

Keluarga SOS tinggal bersama, membentuk lingkungan desa yang mendukung anak-anak menikmati kegembiraan masa kanak-kanak. Di


(55)

desa mereka juga hidup sebagai angota yang berinteraksi dan memberikan sumbangsih bagi masyarakat setempat, di desa SOS juga disediakan tempat bermain sebagai tempat menghabiskan waktu luang bagi anak-anak, dan di desa tersebut anak-anak dari keluarga SOS saling berinteraksi dan bersosialisasi.dengan teman dan lingkungan mereka.

2. Rumah (home)

Adalah tempat tinggal keluarga dengan perasaan, irama dan rutinitasnya masing-masing. Di dalam rumah keluarga SOS anak diharapkan mendapatkan rasa aman dan saling memiliki, anak tumbuh dan berkembang, berbagi tanggung jawab, berbagi suka dan duka di kehidupan keseharian dan di rumah tersebutlah SOS menciptakan keluarga baru bagi anak-anak yatim piatu, anak kurang beruntung atau anak yang keluarganya tidak mampu mengasuh mereka, dimana di dalam keluarga dibangun hubungan yang langgeng, setiap anak tumbuh dalam kasih sayang dan cinta, rasa aman dan rasa dihargai. Di rumah tersebut jugalah terbentuk keluarga sempurna yang terdiri dari:

a. Orang tua (Ibu /Bapak) SOS

Dalam keluarga ibu asuh berperan sebagai kepala keluarga yang menjalankan kegiatan rumah tangga bersama anak-anaknya, membangun hubungan yang harmonis dengan setiap anak yang dipercayakan kepadanya. Memberikan rasa aman, kasih sayang dan keseimbangan yang diperlukan oleh setiap anak, adapun sosok seorang ayah digantikan oleh bapak pembina yang juga tinggal di dalam desa.


(56)

b. Saudara (Kakak/adik)

Dalam keluarga SOS anak laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama sebagaimana layaknya kakak beradik, dan saudara sekandung yang tinggal dalam keluarga SOS yang sama.

c. Tante SOS

Tante SOS juga merupakan bagian dari keluarga SOS yang juga tinggal di dalam desa. Jika ibu SOS sedang sakit atau cuti maka urusan rumah tangga untuk sementara diambil alih oleh tante SOS.

d. Bimbingan dan kehangatan kasih sayang

Di dalam keluarga SOS anak-anak dibimbing dengan kehangatan dan kasih sayang oleh orang tuanya selayaknya dalam sebuah keluarga. 3. Pendidikan dan Keterampilan

Di dalam pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh yang diberikan oleh yayasan SOS Kinderdorf juga disediakan pelayanan pendidikan dan keterampilan bagi anak asuh yang terdiri atas:

a. Pendidikan formal, dimana setiap anak mendapatkan kesempatan untuk mengecap pendidikan di sekolah formal.

b. Pembinaan dan pelatihan keterampilan, dimana di dalam SOS Kinderdorf yayasan juga menyediakan pembinaan dan pelatihan keterampilan bagi anak asuh seperti les komputer, olah raga, tekwondo dan juga belajar kelompok yang diberikan oleh dewan pembina.


(57)

4. Perawatan kesehatan

Selain memberikan keluarga baru, rumah, pelayanan pendidikan bagi anak asuh yayasan juga menyediakan pelayanan kesehatan dan perawatan bagi anak asuh muai dari pengobatan, pangan dan sandang.

5. Fasilitas hidup

Di dalam desa yayasan menyediakan fasilitas hidup yang di butuhkan oleh keluarga SOS. Fasilitas-fasilitas yang disediakan tersebut diantaranya adalah fasilitas yang dapat mendukung belajar anak (misalnya komputer), peralatan rumah tangga bagi setiap keluarga (seperti peralatan dapur, peralatan mandi, kamar tidur) dan fasilitas penting lainya.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif yakni suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 63).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yayasan SOS Kinderdorf di Jalan Seroja Raya No.150, Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena Yayasan SOS Kinderdorf adalah salah satu yayasan yang melaksanakan program pelayanan sosial berbasis keluarga sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di yayasan tersebut.

C. Populasi dan Sampel C.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141). Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi


(59)

dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak asuh di Yayasan SOS Kinderdorf yang berjumlah 97 anak.

C.2Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya. Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik sampel diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1998 : 120). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara non random dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu secara purposive (purposive sampling) dengan pertimbangan usia anak asuh yang peneliti anggap dapat mengerti manfaat dari program pelayanan sosial yang diberikan oleh yayasan SOS Kinderdorf adalah anak yang berusia minimal 12 tahun yaitu berjumlah 21 anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan.

Teknik pengumpulan data atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah, artikel, buletin dll yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.


(60)

2. Studi Lapangan.

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung, turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan program pelayanan sosial berbasis keluarga di Yayasan SOS Kinderdorf

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian

b. Angket (Questioner) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada anak asuh yang menjadi responden

c. Wawancara yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dimana data yang didapat dari hasil wawancara mendalam kemudian diolah secara manual, karena data yang didapat dari lapangan sifatnya sangat luas dan banyak sehingga tidak semua data tersebut dibutuhkan untuk memperkuat analisa data dan mendukung tujuan penelitian. Informasi yang didapat dari lapangan dikelompokkan dan lebih disederhanakan dengan sistematis untuk membuat deskripsi kualitatif yang jelas menggambarkan proses implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh Yayasan SOS Kinderdorf.


(61)

sehingga jawaban relevan yang didapat pada saat wawancara dapat dipakai dalam analisa data.


(62)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Profil Yayasan SOS Kinderdorf A.1 Sejarah Berdinya SOS Kinderdorf

Herman Gmeiner (1919-1986) mendapat panggilan hati untuk berbuat sesuatu bagi perbaikan nasib anak-anak terlantar. Sebagai mahasiswa kedokteran di Innsbruck, Austria, ia menyaksikan betapa kejamnya warisan perang dunia II, yang telah menyebabkan ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di dalam kota-kota yang telah hancur akibat perang.

Keadaan tersebut telah menggerakkan hatinya, sehingga pada musim panas tahun 1949 ia meninggalkan bangku kuliah untuk melaksanakan cita-citanya. Segera ia mencari sumbangan-sumbangan uang yang disatukan dengan uang simpanannya sendiri sebesar 600 shiling Austria (US $ 30) dan pada bulan November 1949 ia mendirikan Yayasan SOS Kinderdoft, yang bila di Indonesia lebih di kenal dengan sebutan SOS Desa Taruna.

Dasar pemikirannya untuk mendirikan SOS Kinderdorf adalah sangat sederhana, yaitu bahwa anak-anak terlantar itu telah kehilangan orang tua yang sangat mencintai mereka. Oleh karena itu, mereka perlu dicarikan orang tua baru. Pada umumya, yang mampu mencintai anak-anak kecil secara penuh adalah para wanita. Ia merasa perlu untuk mencari wanita-wanita yang bersedia mencintai mereka dan sanggup menerima mereka bagaikan anak sendiri. Pada kenyataannya banyak sekali janda maupun wanita yang tidak bersuami yang ingin hidup mandiri. Kalau saja di antara wanita-wanita tersebut ada yang merasa terpanggil


(63)

dan ingin menyayangi anak-anak terlantar dan bersedia hidup bersama mereka, ia yakin bahwa dengan demikian akan dapat tumbuh suatu keluarga yang bahagia.

Pada tahun 1950 telah terkumpul sejumlah ibu pengasuh dan uang untuk membangun 5 buah rumah di atas tanah sumbangan pemerintah kotamadya Imst, suatu kota kecil kira-kira 35 mil di sebelah barat kota Innsbruck. Pada pertengahan dasawarsa tahun 50-an SOS Kinderdoft telah berkembang ke Prancis, Jerman Barat, Italia, dan Spanyol. Dalam dasawarsa selanjutnya berkembang terus ke negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Arab.

Konsep SOS Kinderdoft cepat berkembang karena didasari oleh gagasan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang sifatnya sangat universal. Disamping itu, setiap SOS Kinderdoft selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat, kebudayaan, dan agama setempat.

Pada saat ini terdapat 54.000 orang anak yang ditampung di dalam 423 SOS Kinderdoft dan Rumah Remaja yang terbesar di 132 negara di dunia. Selain itu, masih ada lebih dari 1000 proyek tambahan yang didirikan oleh SOS Kinderdoft yang berupa sekolah, Balai Kanak, Pusat Pengembangan Remaja serta Program Bantuan Bencana dan Pengungsian. Meskipun demikian, hal ini belum memenuhi harapan Herman Gmeiner, karena cita-citanya adalah agar setiap negara di dunia ini dapat memiliki sekurang-kurangnya sebuah SOS Kinderdoft. Diakuinya bahwa untuk membiayai kegiatan-kegiatan SOS Kinderdoft akan dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Namun ia yakin bahwa dengan banyaknya pendukung atas gagasan SOS Kinderdoft, maka hal tersebut dapat diselesaikan.


(64)

Di Indonesia Yayasan SOS Kinderdorf didirikan pada tahun 1970 oleh Agus Prawoto, yang baru selesai menuntut ilmu di Austria. SOS Kinderdorf yang di dirikan di Indonesia, yang biasa disebut dengan nama SOS Desa Taruna merupakan perpanjangan SOS Kinderdorf yang didirikan oleh Hermann Gmeiner. Perkampungan SOS Kinderdorf di Indonesia pertama beroperasi tahun 1972 di Lembang, Jawa Barat. Tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan menampung 165 anak. Sepuluh tahun kemudian, menyusul pendirian perkampungan di Cibubur, Jakarta Timur. Di kompleks ini 150 anak bisa tertampung. Tak lama kemudian menyusul perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali), dan Maumere (Nusa Tenggara Timur).

Kemudian dilatar belakangi terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias yang mengakibatkan banyaknya anak yang kehilangan keluarga, orang tua dan tempat tinggal mereka, dimana akibat dari bencana alam tersebut banyak anak-anak yang terlantar, maka berdirilah SOS Kinderdorf di Banda aceh, Meulaboh dan Sumatra utara yaitu di Medan yang disebut dengan nama SOS Kinderdorf Medan.

Adapun yayasan SOS Kinderdorf yang ada di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut:

1. SOS Kinderdorf di Bandung 2. SOS Kinderdorf di Jakarta 3. SOS Kinderdorf di Bali 4. SOS Kinderdorf di Semarang 5. SOS Kinderdorf di Flores 6. SOS Kinderdorf di Banda aceh


(1)

a. Pernah

b. Tidak pernah

27. Jika ‘pernah’ biasanya apa penyebabnya? Sebutkan………. 28. Apakah adik merasa senang memiliki saudara (adik dan kakak) di rumah SOS tersebut?

a. Senang b. Tidak senang Alasan….

B.3 Tante SOS

29. Apakah adik senang memiliki tante di SOS ? a. Senang

c. Tidak senang Alasan…..

B.2.3 Bimbingan dan Kehangatan Kasih Sayang

30. Jika adik sedang punya masalah, atau adik sedang sakit kepada siapa adik beritahu?

a. Ibu asuh

b. Bapak Pembina c. Kakak/adik di SOS d. Yang lainya, sebutkan…..

31. Jika adik sedang sakit bagaimana tindakan keluarga SOS adik? a. Merawat dan memperhatikan

b. Acuh tak acuh (membiarkan begitu saja)

32. Apakah ibu/bapak SOS selalu membantu adik jika adik punya masalah? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak pernah

33. Jika adik berbuat kesalahan apa yang dilakukan ibu/bapak SOS terhadap adik? a. Menghukum


(2)

b. Diam saja (jika menjawab ‘b’ langsung kepertanyaan no 37) 34. Hukuman apa yang biasanya diberikan ibu/bapak SOS terhadap adik? a. Nasehat

b Memarahi c. Dipukul

d.Yang lainya, sebutkan……

35. Apakah ibu/bapak SOS pernah melakukan kekerasan fisik (mis: memukul) pada

adik? a. Selalu b. Jarang c. Tidak pernah

36. Apakah Ibu/bapak SOS selalu membimbing adik dalam belajar di rumah? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak pernah

37. Apakah ibu/bapak SOS memberikan bimbingan keagamaan pada adik di rumah?

a. Selalu b. Jarang

b. Tidak Pernah

38. Menurut adik apakah perhatian dan kasih sayang ibu adik terhadap semua anak-anaknya di keluarga SOS sama (tidak pilih kasih)?

a. Sama (tidak pilih kasih) b. Tidak sama (pilih kasih) Alasan…..

C. Pelayanan Pendidikan Dan Keterampilan C.1 Pendidikan Formal

39. Apa jenjang pendidikan adik sekarang? a. SD


(3)

c. SMU

40. Apakah adik pernah mengalami masalah dengan biaya pendidikan adik di sekolah?

a. Pernah

b. Tidak pernah (jika menjawab ‘b’ langsung kepertanyaan no 43) 41. Jika pernah apa alasanya,……

C.2 Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan

42. Apakah adik mengikuti pembinaan dan pelatihan yang diberikan oleh SOS di luar jam sekolah?

a. Mengikuti

b. Tidak pernah mengikuti (jika menjawab ‘c’ langsung kepertanyaan no 59)

Alasan……

43. Apakah alasan adik mengikuti pembinaan dan pelatihan yang diberikan tersebut?

a. Keinginan sendiri b. Diwajibkan

c. Yang lainnya, sebutkan…..

44. Apakah pembinaan dan pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan minat, bakat, dan kemauan adik?

a. Disesuaikan b. Tidak Disesuaikan

45. Apakah adik merasa senang dengan adanya pembinaan dan pelatihan tersebut? a. Sangat senang

b. Senang

c. Kurang senang b. Tidak senang Alasan……

46. Apakah pembinaan dan pelatihan yang dilakukan memiliki jadwal yang tetap? a. Ditentukan


(4)

b. Tidak ditentukan

47. Apakah pembinaan dan pelatihan selalu dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan?

a. Sesuai b.Tidak sesuai

48. Menurut pendapat adik apakah Pembina sudah memiliki keterampilan dalam memberikan pembinaan dan keterampilan?

a. Sudah

b. Sebagian saja c. Belum

49. Menurut pendapat adik apakah pembinaan yang diberikan itu bermanfaat buat adik?

a. Sangat bermanfaat b. Bermanfaat

c. Kurang bermanfaat d. Tidak bermanfaat Alasan……

D. Pelayanan Perawatan Kesehatan

50. Jika adik sakit, bagaimana tindakan pengobatan yang dilakukan oleh SOS? a. Cepat

b. Lama

c. Tergantung parah penyakitnya

51. Kemanakah adik biasanya berobat kalau sedang sakit? a. Rumah sakit/puskesmas

b. Dengan mendatangkan dokter atau bidan c. Yang lainya, sebutkan…….

52. Berapa kalikah adik makan nasi dalam satu hari? a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali


(5)

53. Bagaimana pola konsumsi makanan adik di SOS perharinya? a. Teratur

b. Tidak teratur

54. Bagaimana pola konsumsi adik terhadap susu? a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah.

55. Apakah menurut adik menu makanan di SOS sudah memenuhi gizi? a. Memenuhi

b. Kurang memenuhi c. Tidak memenuhi Alasan…………..

56. Apakah adik selalu mengganti pakaian adik dengan pakaian yang bersih? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak pernah

E. Fasilitas Hidup

57. Menurut adik bagaimana keadaan fasilitas hidup (mis: peralatan mandi, peralatan

Belajar, dll) yang ada di SOS ini? a. Memadai

b. Kurang memadai c. Tidak memadai

58. Menurut pendapat adik apakah seluruh fasilitas hidup yang ada di SOS ini dalam kondisi layak pakai (tidak rusak)?

a. Layak pakai b. Sebagian saja c. Tidak layak pakai

59. Apakah adik merasa puas dengan fasilitas yang ada di SOS ini? a. Sangat puas


(6)

c. Kurang puas d. Tidak puas

60. Apakah menurut adik perlu adanya penambahan atau perbaikan fasilitas yang ada di SOS ini?

a. Perlu b. Tidak Perlu Alasan………….