Rancang Bangun Mesin Pendingin Tanpa Listrik Untuk Mendinginkan Sayur- Sayuran Dan Buah- Buahan Dengan Menggunakan Air Melalui Pipa Kapiler Sebagai Refrijeran
GRAFIK PENGUKURAN TEMPERATUR DARI DATA AKUSISI TERMOKOPEL
COLE PARMER 18200-40
(2)
DAFTAR PUSTAKA
[1]
https://www.alpensteel.com/311-213-energi-angin-wind-turbine-mill/3656--pemakaian -listrik-indonesia-asian-yang-boros (20 September 2015) [2]
https://www.scribd.com/doc/139236602/Sejarah-Mesin-Pendingin (20 September 2015)
[3]
Young & Freedman. 2002. College Physics. San Francisco: Pearson Education ,Inc, publishing as Addison-Wesley
[4
http://catatan-teknik.blogspot/2016/12/sejarah-refrigerasi-teknik-pendingin.html (20 September 2015)
[5]
www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30782/4/Chapter%20II.pdf (21 September 2015)
[6]
http://infohikmatuliman.wordpress.com/2013/08/28/pendingin-sederhana-dari-pot-bunga/ (21 September 2015)
[7]
http://huishujia.com/RefrigeratorWithoutElectricity.html (21September 2015) [8]
S.K. Wang,Handbook of Air Conditioning and Refrigeration,Edisi 5, John Wiley & Sons.Inc.,2006.
[9]
http://aayfazema.blogspot.com/2012/10/refrigerant-cairan-pendingin.html (23September 2015)
[10]
Mutiara Septiani, Cindy. 2013. Makalah Air Pendingin, Malang [11]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu (25 September 2015) [12] ]
http://hutankita.com/2013/01/kayu-tahan-air--dan-kelembaban.html (25 September 2015)
[13]
(3)
[14]
http://rimbakita.blogspot.com/2013/01/kayu-bangkirai.html (25 September 2015)
[15]
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_K EHUTANAN/INFO_V02/VII_V02.htm (28 September 2015)
[16]
http://id.wikipedia.org/wiki/Karung_goni (29 September 2015) [17]
http://wwwcoolingspaepart.co.id/article/2014/1/216-Pipa-Tembaga-Pendingin-Evaporator.html (30 September 2015)
[19]
Incropera. 1998. Fundamentals of Heat and Mass Transfer, Sixth Edition. New York : Wiley
[20]
ASHRAE,ASHRAE Handbook 1997,Fundamentals,Atlanta,GA,1998. [21]
Cengel. A. Yunus. 2003. Heat Transfer Second Edition. New York : Mc Graw- Hill
[22]]
Refrigeration and Air Conditioning, EE IT,Khangpur,India.2008 (22 Januari 2016)
[23]
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi.html (22 Januari 2016)
[24]
Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
[25]
Sjaifullah.1997.Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kesegaran Buah. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT. Rineke Cipta, Jakarta
[26]
(4)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu 3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lantai 4 dan Lantai 3 gedung Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun letak penelitiana ini seperti ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar.3.1 Tata Letak Lokasi Penelitian 3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 4(empat) bulan, yaitu mulai bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Hal itu sudah termasuk penyediaan bahan dan pengolahan data hasil penelitian.
3.2Bahan dan Peralatan 3.2.1 Bahan
Berikut ini adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam pengerjaan lemari pendingin tanpa listrik.
(5)
1. Goni
Goni memiliki daya serap air yang tinggi. Oleh karena itu, goni digunakan sebagai tempat penyimpanan air yang diperlukan untuk menyerap panas sayur dan buah. Pada konstruksi ini digunakan jenis goni yang bersih..
Gambar 3.2. Kain Goni
2. Kayu Suren/Ingul
Kayu ingul merupakan bahan dasar pembuatan pondasi lemari pendingin tanpa listrik. Penggunaan kayu ingul dikarenakan sifatnya yang tahan air dan murah.
Gambar 3.3. Kayu ingul 3. Triplek
Triplek digunakan sebagai alas rak daripada lemari pendingin tanpa listrik.
(6)
4. Paku
Paku digunakan sebagai alat penyambung antara kayu dengan Kain goni. Selain itu, paku juga digunakan dalam pemasangan goni pada kayu.
Gambar 3.5. Paku 5. Baut
Baut digunakan sebagai alat pengunci antar kayu sehingga kayu dapat berdiri kokoh. Jenis baut yang digunakan adalah baut M-12 X 80
Gambar 3.6. Baut M-12 X 80
6. Pipa Kapiler
Pipa Kapiler digunakan untuk mengalirkan air sebgagai media pendingin kedalam peti pendingin,
7.
8. Gambar 3.13. Pipa Kapiler
(7)
7. Plat Aluminium
Plat Seng Aluminium digunakan untuk dibentuk sebagai reservoir air diatas dan dibawah lemari pendingin.
Gambar 3.8. Plat Seng Aluminium
3.2.2. Peralatan
Berikut ini adalah alat- alat yang diperlukan dalam pengerjaan lemari pendingin tanpa listrik.
1. Martil / palu
Alat ini digunakan untuk memalu paku- paku pada sambungan antar kayu sehingga kayu dapat merekat dengan erat.
Gambar 3.9. Martil
Panjang : 30cm
(8)
2. Gunting
Alat ini digunakan untuk menggunting kain goni yang akan digunakan sebagai alat penyerap air.
Gambar 3.10 Gunting
3. Gergaji Listrik
Gergaji listrik digunakan untuk menggergaji kayu yang akan digunakan sehingga mendapatkan ukuran yang sesuai.
Gambar 3.11. Gergaji Listrik Merek BOSCH 4. Bor listrik
Digunakan dalam membuat lubang pada kayu sehingga dapat menggunakan baut sebagai pengunci antar kayu.
Gambar 3.12. Bor Listrik Merek BOSCH
Panjang : 21 cm
Berat : 0,3 kg
BOSCH Jigsaw (GST 80 PBE)
Kecepatan potong : 500 - 3100
rpm
Sudut kemiringan : 45°
Konsumsi daya : 580Watt
Berat : 2,4 kg
Drill BOSCH GBM 13 RE
Daya listrik : 600 Watt
Kapasitas bor kayu : 30 mm
Kecepatan tanpa beban : 0 -
2600rpm
(9)
5.Tube Bender
Digunakan untuk membengkokkan pipa tembaga sehingga dapat membentuk pipa evaporator.
Gambar 3.13.Tube Bender
6.Tube Cutter
Digunakan untuk memotong pipa tembaga yang dipakai sebagai pipa kapiler.
Gambar 3.14.Tube Cutter 7.Flaring
Digunakan untuk memperbesar diameter ujung pipa tembaga.
(10)
5. Laptop
Laptop digunakan dalam pembuatan pemograman pada Excel dan pendesainan lemari pendingin dengan menggunakan software Autocad.
Gambar 3.16. Laptop Acer
6. Data Akusisi Thermocouple
Thermocouple digunakan untuk mengukur temperatur pada kentang, dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran dalam bentuk file Ms. Excel.
Gambar 3.17. Thermocouple merek Cole Parmer Spesifikasi :
Tipe : Cole Parmer 18200-40
Buatan : USA
Jumlah sensor termokopel : 8 channels multiplexer
Volt : +5 V
Tipe Sensor :
Processor: AMD E350 (2.0GHz, 2MB L2 Cache, 800Mhz FSB) Chipset: AMD Vision 40GL Chipset Memory: 4GB DDR2 PC5200, up to
4GB (2 DIMMs)
Hard Drive: 500GB SATA Optical Drive: DVDRW±RW
Display: 14.1” WXGA BrightView
TFT with 1280x800 Max Resolution Graphic: AMD Radeon TM Graphics
(11)
Tabel 3.1 Spesifikasi Tipe Sensor Data Akusisi
Yang digunakan dalam penelitian sensor tipe k
Dimensi : 12 cm x 9 cm x 3,5 cm
Berat : 0,23 kg
Interval pengukuran :1-24 jam per tampilan (number of sample displayed)
Sampling rate :0-100 secs/sample 7. Hobo Microstation Data Logger
Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke komputer untuk diolah datanya.
Spesifikasi Alat :
a. Skala pengoperasian: 20 oC-50 oC dengan baterai alkalin 40 oC-70 oC dengan baterai lithium
b. Input Processor: 3 buah sensor pintar multi channel monitoring c. Ukuran: 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm
d. Berat: 0,36 kg
e. Memori: 512 kilobyte. Penyimpanan data nonvolatile flash f. Interval Pengukuran: 1 detik - 18 jam (tergantung pengguna) g. Akurasi Waktu: 0 detik - 2 detik
(12)
Gambar 3.18 Hobo Microstation data logger
8. Komponen percobaan lainnya
Komponen percobaan yang dimaksud di sini adalah:
- Selotip hitam, berfungsi untuk menempelkan kabel termokopel dalam lemari pendingin pada tempat yang diinginkan.
- Air, digunakan sebagai media pendingin.
- Sayur dan buah, digunakan sebagai objek yang akan didinginkan.
3.3Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Desain Lemari pendingin Tanpa Listrik
Dalam rancang bangun sebuah lemari pendingin tanpa listrik, maka terlebih dahulu dibuat desain dari dimensi- dimensi rangka lemari pendingin tersebut. Dimensi- dimensi yang digunakan ini haruslah juga dipertimbangkan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan jenis sayur dan buah yang akan didinginkan. Setelah memiliki dimensi yang pasti, maka perancangan desain lemari pendingin ini dilakukan. Perhitungan besar dimensi dapat dilakukan dengan program Excel. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi hasil perhitungan dimensi- dimensi daripada lemari pendingin yang akan dibangun .
(13)
Tabel 3.2 Dimensi Lemari Pendingin
Gambar 3.19 Lemari Pendingin
3.3.2 Penyiapan Alat dan Bahan
Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan bahan- bahan yang diperlukan dalam pengkonstruksian lemari pendingin tanpa listrik ini.
3.3.3 Perakitan Lemari Pendingin Tanpa Listrik
Pembuatan lemari pendingin ini cukup sederhana, namun dibutuhkan ketelitian yang cukup tinggi dalam pembuatannya. Jika ketelitian kurang tinggi, hal ini dapat menyebabkan susahnya suhu dalam lemari turun atau dapat kita katakan terjadi kebocoran udara. Kebocoran udara memang tetap terjadi, tetapi dapat kita minimalisir.
Pertama, untuk membuat kerangka dan rak lemari pendingin yang berbahan baku kayu suren dan triplek untuk rak-nya dibutuhkan gergaji listrik untuk memotong kayu suren dan triplek dengan dimensi yang telah ditentukan. Setelah kerangka lemari telah terbentuk sesuai dimensinya, maka kayu dilubangi dengan bor listrik untuk jalur baut yang menghubungkan tiap rusuk lemari pendingin agar lemari pendingin kokoh dan dapat dibongkar ulang dalam pemasangannya dan dipasangkan rak penampung buah dan sayur.
Kedua, setelah kerangka terbentuk kita membentuk tangki air berbahan plat aluminium. Tangki dibentuk dengan cara membentuk jaring balok dari Nama Simbol Dimensi Satuan
Panjang p 0.47 m
Lebar l 0.58 m
(14)
plat aluminium dan dihubungkan dengan cara pematrian. Tangki dibuat sebanyak dua buah, yaitu untuk tangki atas dan bawah.Tangki atas sisi bawah dilubangi di sisi lebarnya dan dipasang katup kuningan untuk jalur keluar air yang akan terhubung ke pipa tembaga, sedangkan tangki bawah dilubangi bagian sisi atasnya.
Ketiga, pipa tembaga yang dibeli berbentuk roll diluruskan sepanjang 6 m dan dipotong menggunakan tube cutter, kemudian dibentuk menjadi pipa evaporator dengan tube bender agar tidak terjadi defleksi atau penyok di bengkokan pipa tembaga. Kedua ujung pipa tembaga dibesarkan diameternya menggunakan flaring tool agar pipa dapat dihubungkan ke katup tangki aluminium di sisi atas dan bawah. Pipa tembaga yang sudah berbentuk evaporator diperlukan sebanyak dua buah untuk di sisi kiri dan kanan lemari pendingin tanpa listrik.
Keempat, kain goni digunting sesuai dimensi yang sudah dirancang, kemudian kain goni dipasang ditiap sisi lemari pendingin dengan pinggiran kain goni direkatkan menggunakan paku. Ujung sisi atas dan bawah kain goni dimasukkan kedalam tangki air agar air diserap secara kapilarisasi oleh kain goni,
Dengan begini lemari pendingin ini siap digunakan untuk percobaan.
(15)
3.4. Skema Pengujian
Pengujian kemudian dilakukan dengan menggunakan alat termokopel, dimana alat temokopel mengukur besar suhu dalam lemari pendingin tersebut. Tititk suhu yang diukur sebanyak 5 buah yaitu pada kiri, kanan, belakang lemari pendingin, dan 2 titik lagi pada tempat diletakkannya sayur dan buah. Kemudian data- data hasil percobaan dapat di input ke dalam Excel dan dapat dihitung besar beban pendingin.
(16)
KESIMPULAN
3.5Kerangka Konsep Penelitian
Dalam rancang bangun sebuah lemari pendingin tanpa listrik, sebelumnya diperlukan tahapan- tahapan dalam proses pembuatannya hingga menghasilkan sebuah prototipe
PENENTUAN DIMENSI LEMARI PENDINGIN DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN KAPASITAS SAYUR DAN BUAH YANG AKAN DISIMPAN
MENGGAMBAR DESIGN DENGAN AUTOCAD
PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN
PERAKITAN LEMARI PENDINGIN
APAKAH AIR BOCOR ?
YA
TIDAK
PENGAMBILAN DATA TEMPERATUR DINDING LEMARI PENDINGIN DAN DATA HOBO
MULAI
SELESAI ANALISA DATA
PEMASANGAN ALAT TERMOKOPEL
(17)
(18)
BAB IV
ANALISA DIMENSI DAN BEBAN PENDINGIN
4.1. Analisa Penentuan Dimensi
Sebelum melakukan perancangan mesin pendingin ini, terlebih dahulu haruslah dihitung seberapa besar mesin pendingin ini perlu dibangun.Perancangan ini tentulah dengan mempertimbangkan faktor ukuran objek yang akan dimasukkan ke dalam pendingin. Selain itu, faktor berat daripada objek juga merupakan salah satu pertimbangan cukup besar agar lemari pendingin tidak roboh setelah dibangun. Untuk mempermudah perhitungan dimensi, maka penulis menggunakan software Excel. Hasil dan proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1.
Pertama- tama, dilakukan beberapa asumsi. Berikut ini adalah beberapa asumsi yang diberikan dalam perhitungan dimensi lemari pendingin:
1. Pendingin terdiri atas dua tingkat, dimana tingkat pertama berisi sayur- sayuran dan tingkat kedua diisi dengan buah- buahan
2. Besar atau ukuran daripada sayur dan buah semuanya dianggap sama besar 3. Bentuk buah dianggap menyerupai bola dan bentuk sayur berupa tabung
Diketahui :
Panjang sayur ( lsayur ) = 0,50 m Diameter sayur ( dsayur ) = 0,1 m / ikat Massa sayur ( msayur ) = 1 kg / ikat
Banyak sayur yang dapat dimasukkan ( nsayur ) = 5 kg = 10 ikat Diameter buah ( d buah ) = 0,06 m
(19)
Massa buah ( mbuah ) = 0,4kg
Banyak buah yang dapat dimasukkan ( nbuah ) =10 kg = 40 buah
Melalui data diatas dapat dihitung besar volume total daripada sayur dan buah, dengan rumus :
Vtotalsayur =nsayur 1
4
p
d2
sayur dan Vtotalbuah =nbuah
4 3
p
r3 buah
... (4-1) Dimana :
Vtotal sayur = volume total sayur ( m3 ) Vtotal buah = volume total buah ( m3 ) nsayur = banyak sayur (ikat)
nbuah = banyak buah ( buah) dsayur = diameter sayur (m) rbuah = jari- jari buah (m)
Sehingga diperoleh,
dan
Jadi, dapat diketahui volume total minimum daripada sebuah mesin pendingin adalah
Vtotal = Vtotal sayur + Vtotal buah
Vtotal = 0,0682831 m3 + 0,0209439 m3 V total = 0,089227 m3
V totalbuah n 4 3 r
3
buah
V totalbuah 4 0 4 3
0 , 1 2
3
V totalbuah 0 , 0 2 0 9 4 3 9 m 3 V totalsayur n 1
4 d
2
sayur
V totalsayur 8 1
4 0 , 1
2
(20)
Setelah mengetahui volume total minimum daripada sebuah mesin pendingin yang akan dirancang, barulah merencanakan ukuran daripada mesin pendingin ini. Melalui panjang sayur, dapat diketahui bahwa lebar minimum ( lmin ) mesin pendingin adalah 0,5 meter.
Asumsi buah hanya dapat disusun 2 tingkat (bertumpuk 2 saja), maka tinggi minimum ( tmin 2 ) mesin pendingin tingkat 2 adalah
tmin 2 = 2 × dbuah tmin 2 = 2 × 0,1 m tmin 2= 0,2 m
Dengan diketahuinya tinggi minimum mesin pendingin tingkat 2 , lebar minimum mesin pendingin dan volume total buah, dapat dihitung besar panjang minimum ( pmin ) dengan rumus :
pmin= Vtotalbuah
lmin´ tmin1 ... (4-2)
Dimana :
p min = panjang minimum (m) Vtotal buah = volume total buah (m) l min = lebar minimum (m)
t min 1 = tinggi mesin pendingin tingkat 2 (m)
Sehingga besar panjang minimum
p min V totalbuah
l min t min1 p min 0 , 0 2 0 9 4 3 9
0 , 5 0 , 3 p min 0 , 139626 m
(21)
Namun karena sebuah mesin pendingin pasti membutuhkan pintu, dan pembuatan pintu tidak mungkin hanya dengan panjang kurang dari 0,2 meter dan kiri dan kanan dipasang pipa tembaga yang diameternya 7,9 mm maka dalam rancangan mesin pendingin ini, panjang yang digunakan adalah 0,45 meter.
Selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi minimum mesin pendingin tingkat 1, yaitu dengan rumus :
tmin1=
Vtotalsayur
lmin´ p ... (4-3)
Dimana :
tmin 1 = tinggi mesin pendingin tingkat 1(m) Vtotal sayur = volume total sayur (m3)
lmin = lebar minimum (m)
p = panjang mesin pendingin (m)
Sehingga besar tinggi minimum mesin pendingin tingkat 1 adalah
Mesin pendingin ini memerlukan 2 tangki air yaitu tangki penyuplai air dan tangki penenerima air.Tangki penyuplai air berada di atas mesin pendingin dan tangki penerima air berada di bawah mesin pendingin.Tangki dirancang menyatu dengan mesin pendingin,maka dimensi tangki haruslah mengikuti panjang dan lebar mesin pendingin yang telah diketahui,diasumsikan air yang dibutuhkan untuk mendinginkan buah dan sayur adalah 10% dari volume mesin pendingin yaitu 23 liter (0.230 m3)
t min1 V totalsayur
l min p min t min1 0 , 0 6 8 2 8 3 1
0 , 5 0 , 45 t min1 0 , 8 2 8 5 7 1 3 8 m
(22)
Volume dari tangki atas dan bawah haruslah sama agar tekanan ruang tetap,maka tinggi minimumnya pun haruslah sama.Dengan mempertimbangkan toleransi dan volume udara yang dibutuhkan , maka jenis ukuran yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Tabel dimensi Lemari Pendingin tanpa listrik
Nama Dimensi Satuan
Panjang total 0,47 meter
Lebar total 0,52 meter
Tinggi pendingin tingkat 1 1 meter
Panjang Tangki 0,45 meter
Lebar Tangki 0,5 meter
Tinggi pendingin tingkat 2 0.28 meter
Tinggi tangki atas 0.10 meter
Tinggi tangki bawah 0.10 meter
Tinggi total 1.5 meter
Gambar4.1 Lemari pendingin tanpa listrik
t min V Mesin pendingin
l min p min t min 0 , 2 3 0
0 , 5 0 , 45 t min 0 , 1 0 2 2 2 2 2 2 2m
(23)
4.2 Analisa Beban Pendingin
Sebelum dilakukan perhitungan terhadap beban pendingin, terlebih dahulu dilakukan percobaan terlebih dahulu untuk memperoleh sejumlah data. Data temperatur pada dinding pendingin dan pada buah dan sayur dapat diperoleh dari data akusisi (alat termokopel). Sedangkan besar nilai temperatur lingkungan dan kelembaban udara dapat diperoleh dari alat HOBO.
Misalkan perhitungan beban pendingin mesin pendingin pada tanggal 13 Januari jam 01.00. Melalui percobaan diperoleh data sebagai berikut.
- T1 = Temperatur dinding belakang jam 01.00 = 25.06 °C - T2 = Temperatur dinding kanan jam 01.00 = 24,90°C - T3 = Temperatur dinding kiri jam 01.00 = 25,3°C - T∞1 = Temperatur buah jam 01.00 = 25,3°C
- T∞2= Temperatur sayur jam 01.00 = 24,9°C
- To = Temperatur ruangan (drybulb) jam 01.00 = 30.1 °C - T0 rata- rata = Temperatur rata- rata = 304.62 K
- RH = Rasio Humiditas rata- rata = 98,2 %
Melalui data diatas , dihitung terlebih dahulu panas sensibel dan laten akibat infiltrasi (kebocoran udara).
Asumsi :
- N = Banyak pembukaan lemari pendingin = 1 kali/ jam - μ = Standar kebocoran udara = 2,8 m3
- Patm = Tekanan atmosfer = 101325 Pa - w1 = 0,0104 kg uap/ kg udara
Pertama- tama dihitung terlebih dahulu besar tekanan uap saturasi ( Pws ), dengan rumus :
ln(pws)=C1
T +C2+C3T+C4T 2+
(24)
Dimana :
pws = tekanan uap saturasi (Pa)
C1 = konstanta sebesar -5,8002206 x 103 C2 = konstanta sebesar 1,3914993 C3 = konstanta sebesar 4,8640239 x 10-2 C4 = konstanta sebesar 4,1764768 x 10-5 C5 = konstanta sebesar -1,4452093 x 10-8 C6 = konstanta sebesar 6,5459673 T = To rata- rata = Temperatur rata- rata (K)
Sehingga diperoleh :
Selanjutnya dihitung besar tekanan parsial uap air ( pw ) dengan rumus : pw=RH´ pws ... (4-5)
Dimana :
pw = tekanan parsial uap air ( Pa ) RH = kelembaban udara ( % ) pws = tekanan uap saturasi ( Pa )
Sehingga diperoleh :
Pa p
p
p RH p
w w
ws w
2 4619,91294
132052 .
4655 % 2 , 98
Dengan adanya nilai tekanan parsial uap udara, didapat hitung besar kelembaban udara ruangan yaitu dengan rumus :
(25)
w ATM w p p p
w0 0,62198 ... (4-5)
Dimana :
wo = kelembaban udara ruangan ( kg uap/ kg udara ) pw = tekanan parsial uap air ( Pa )
patm = tekanan atmosfer ( Pa )
Sehingga diperoleh :
3 0,02915406 245228 , 3533 101325 245228 , 3533 62198 , 0 62198 , 0 0 0 0 w w p p p w w ATM w
Laju aliran udara luar yang masuk ke dalam ruangan pendingin dihitung dengan rumus :
Q=N´
m
´ 10003600 ... (4-6)
Dimana :
Q = laju aliran udara luar yang masuk ke dalam ruangan pendingin N = Banyak pembukaan lemari pendingin
μ = Standar kebocoran udara
Sehingga diperoleh :
watt Q Q N Q 777777778 , 0 3600 1000 8 , 2 1 3600 1000
(26)
Setelah diperoleh semua perhitungan diatas, dapat dihitung panas sensible ( Qs ) dan laten ( Ql ) dengan persamaan (2-1) dan (2-2). Sehingga diperoleh :
watt Q Q T T Q Q s s s 0124235333 , 7 ) 205 , 24 536 , 31 ( 7778 , 0 23 , 1 ) ( 23 ,
1 0 1
Dan watt 02 28,2623457 ) 0104 , 0 022472323 , 0 ( 7778 , 0 3010 ) (
3010 0 1
l l l Q Q w w Q Q
Setelah menghitung besar beban pendingin akibat infiltrasi, maka selajutnya dihitung pula besar beban pendingin total. Besar beban pendingin total berasal dari konveksi, konduksi dan radiasi.
4.2.1 Beban Pendingin Akibat Terjadinya Konveksi
Konveksi yang terjadi pada mesin pendingin ini adalah konveksi alamiah. Besar kecilnya konveksi ini bergantung pula pada banyak hal, seperti temperatur pendingin dan koefisien konveksi. Konveksi terjadi pula pada sisi depan, belakang, kiri, kanan dan atas daripada tangki aluminium dan pipa tembaga,goni dan kayu.
Diketahui :
- T∞ = Temperatur dalam mesin pendingin = 25,1°C - Ts = Temperatur rata- rata dinding pendingin = 25,06°C
- Tf = Temperatur antara dinding pendingin dengan dalam pendingin =298,8 K - TAl= Temperatur Air dalam Tangki = 24,450C
- Tcop= Temperatur Permukaan Pipa Tembaga = (24,9 dan 25,3) °C - Properti udara pada Tf = 300 K : [21]
ρ = 1,1614 kg/m3 cp= 1.007 kJ/kg . K
(27)
v = 0,00001589 m2/ s k = 0,0263 W/m. K α= 0,0000225 m2/s β = 0,003333333 K-1 Pr = 0,707
- Properti air pada Tf = 300 K[21] Uf = 113,24kJ/kg
vf = 1,0034 x 10-3 m3/kg hf = 113,25 kJ/kg
- g = Gravitasi bumi = 9,8 m/s2
- p = panjang lemari pendingin = 0,47 m - l = lebar lemari pendingin = 0,52 m - t = tinggi lemari pendingin = 1,5 m - ttriplek = tebal triplek = 0,01 m
Melalui data di atas dapat dihitung besar Bilangan Rayleigh (Rayleigh Number Ral). Perhitungan dihitung dengan persamaan 2-6. Besar angka Rayleigh berbeda- beda pada tiap sisi akibat perbedaan luas permukaan. Oleh karena itu dilakukan perhitungan secara terpisah.
Besar Rayleigh Number untuk dinding depan dan belakang adalah :
8 152622613, 00001589 , 0 0000225 , 0 5 , 1 1 , 25 1 06 , 25 00333 , 0 8 , 9 1 3 1 al al R RBesar Rayleigh Number untuk dinding atas adalah :
6 9169987,05 00001589 , 0 0000225 , 0 47 , 0 1 , 25 1 06 , 25 00333 , 0 8 , 9 ) 1 ( 2 3 ) 1 ( 2 al al R R dan(28)
1 12418958,6 00001589 , 0 0000225 , 0 52 , 0 1 , 25 1 25 00333 , 0 8 , 9 ) 2 ( 2 3 ) 2 ( 2 al al R RBesar Rayleigh Number untuk dinding kiri dan kanan adalah :
8 152622613, 00001589 , 0 0000225 , 0 5 , 1 1 , 25 1 06 , 25 00333 , 0 8 , 9 3 3 3 al al R RJika nilai Ral berada di antara 104 dan 109, maka ini merupakan aliran laminar. Sedangkan jika nilai Ral berada di antara 109 dan 1012, maka aliran yang terjadi adalah aliran tubulen. Karena nilai Ral di atas diantara 104 sampai 109 maka termasuk aliran laminar, sehingga perhitungan bilangan Nussel menggunakan persamaan 2-7. Sehingga diperoleh :
5 57,8105604 ) 707 , 0 / 492 , 0 ( 1 8 152622613, 387 , 0 825 , 0 1 2 27 8 16 9 6 1 1 uL uL N N 9 28,9649843 ) 707 , 0 / 492 , 0 ( 1 097 , 4628383 387 , 0 825 , 0 ) 1 ( 2 2 27 8 16 9 6 1 ) 1 ( 2 uL uL N N
(29)
4 31,1930104 ) 707 , 0 / 492 , 0 ( 1 95 , 15620792 387 , 0 825 , 0 ) 2 ( 2 2 27 8 16 9 6 1 ) 2 ( 2 uL uL N N 5 57,8105604 ) 707 , 0 / 492 , 0 ( 1 8 152622613, 387 , 0 825 , 0 3 2 27 8 16 9 6 1 3 uL uL N N
Setelah diperoleh nilai bilangan Nusselt, didapat menghitung besar koefisien konveksi dan besar konveksi dengan persamaan 2-9 dan 2-5.
kJ/kg. 1,267 5 , 1 0263 , 0 8105604 , 57 1 1 h h kJ/kg. 1,62 47 , 0 0263 , 0 8105604 , 57 ) 1 ( 2 ) 1 ( 2 h h kJ/kg. 1,57 52 , 0 0263 , 0 8105604 , 57 ) 2 ( 2 ) 2 ( 2 h h kJ/kg. 1,266 5 , 1 0263 , 0 8105604 , 57 3 3 h h watt 4 0,91634520 ) 4135 , 24 1 205 , 24 ( ) 2 , 1 4 , 0 ( 205971263 , 1 2 1 1 konv konv Q Q
(30)
watt 6 0,01020872 ) 4135 , 24 1 205 , 24 ( ) 01 , 0 4 , 0 ( 205971263 , 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( 2 konv konv Q Q watt 9 0,01472772 ) 4135 , 24 1 205 , 24 ( ) 01 , 0 6 , 0 ( 205971263 , 1 ) 2 ( 2 ) 2 ( 2 konv konv Q Q watt 3 1,26710478 ) 4135 , 24 1 205 , 24 ( ) 6 , 0 4 , 0 ( 205971263 , 1 2 3 3 konv konv Q Q
4.2.2 Beban Pendingin Akibat Terjadinya Konduksi
Dalam perhitungan konduksi, terlebih dahulu perlu diketahui konduktivitas termal suatu barang atau material. Dalam hal ini, konduktivitas termal yang akan diperlukan adalah kayu jati dan kain goni. Berikut ini adalah beberapa data yang telah diketahui sebelumnya, yaitu :
- kkayu = konduktivitas termal kayu surian = 0,09 W/m. K (pada suhu 300K) - kgoni = konduktivitas termal kain goni = 0,06 W/m. K (pada suhu 300K) - kaluminium =konduktivitas termal aluminium = 205 J/m.oC
- ktembaga = konduktivitas termal tembaga =109 J/m.oC
- pkayu = panjang kayu lemari = 0,47 m - lkayu = lebar kayu lemari = 0,52 m - tkayu = tinggi kayu lemari = 1,5m - Lkayu = tebal kayu lemari = 0,025 m - ptriplek = panjang kayu triplek = 0,45 m - ltriplek = lebar kayu triplek = 0,5 m - ttriplek = tinggi kayu triplek = 0,01 m - pgoni = panjang goni = 0,45 m - lgoni = lebar goni = 0,52 m - tgoni = tinggi goni = 1,7 m - Lgoni = tebal goni = 0,001 m
(31)
Melalui data di atas, dapat dihitung besar konduksi dari tiap sisi lemari yang terjadi pada kayu lemari dan goni. Perhitungan konduksi dihitung dengan rumus pada persamaan 2-4.
- Besar konduksi kayu pada sisi kiri dan kanan dinding lemari
watt 4,42 035 , 0 205 , 24 536 , 31 5 , 1 5 , 0 5 , 1 52 , 0 09 , 0 2 1 1 kondkayu kondkayu Q Q- Besar konduksi goni pada sisi kiri dan kanan dinding lemari
watt 384,6528 001 , 0 205 , 24 53 , 31 5 , 1 5 , 0 06 , 0 2 1 1 kondgoni kondgoni Q Q- Besar konduksi kayu pada sisi depan dan belakang dinding lemari
watt 11,5711522 035 , 0 205 , 24 536 , 31 5 , 1 47 , 0 47 , 0 52 , 0 09 , 0 2 3 3 kondkayu kondkayu Q Q- Besar konduksi goni pada sisi depan dan belakang dinding lemari
watt 420,2026 001 , 0 205 , 24 536 , 31 5 , 1 47 , 0 06 , 0 2 3 3 kondgoni kondgoni Q Q- Besar konduksi kayu pada sisi atas lemari pendingin
watt 6 0,02246093 035 , 0 205 , 24 536 , 31 01 , 0 6 , 0 12 , 0 2 ) 1 ( 2 ) 1 ( 2 kondkayu kondkayu Q Q
watt 1,6538736 035 , 0 205 , 24 536 , 31 2 , 1 47 , 0 12 , 0 2 ) 2 ( 2 ) 2 ( 2 kondkayu kondkayu Q Q- Besar konduksi aluminium pada sisi atas lemari pendingin
watt 586,50064 003 , 0 205 , 24 536 , 31 5 , 0 47 , 0 74 , 0 2 ) 1 ( 2 ) 1 ( 2 min kondgoni ium alu Q Q(32)
watt 232,2656 1 003 , 0 205 , 24 536 , 31 5 , 1 47 , 0 74 , 0 2 ) 2 ( 2 ) 2 ( 2 kondgoni kondgoni Q Q4.2.3 Beban Pendingin Akibat Terjadinya Radiasi
Perhitungan radiasi dapat dilakukan dengan menggunakan data- data sebagai berikut.
- εgoni = emisivitas goni = 0,77 - εkayu = emisivitas kayu = 0,82
- σ = konstanta Stefan- Boltzman = 5,67 x 10-8 W/m2 . K4 - pkayu = panjang kayu lemari = 0,47 m
- lkayu = lebar kayu lemari = 0,52 m - tkayu = tinggi kayu lemari = 1,5 m - Lkayu = tebal kayu lemari = 0,035 m - ptriplek = panjang kayu triplek = 0,45 m - ltriplek = lebar kayu triplek = 0,5 m - ttriplek = tinggi kayu triplek = 0,01 m - pgoni = panjang goni = 0,45 m - lgoni = lebar goni = 0,53 m - tgoni = tinggi goni = 1,7 m - Lgoni = tebal goni = 0,001 m
Perhitungan besar radiasi yang terjadi pada lemari pendingin diitung dengan persamaan 2-10.
- Besar radiasi kayu pada sisi kiri dan kanan dinding lemari
watt Q Q radkayu radkayu 001493625 , 0 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 , 1 53 , 0 5 , 1 52 , 0 10 67 , 5 82 , 0 2 1 4 4 8 1 - Besar radiasi goni pada sisi kiri dan kanan dinding lemari
watt Q Q radgoni radgoni 00359686 , 0 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 , 1 53 , 0 10 67 , 5 77 , 0 2 1 4 4 8 1 (33)
watt Q Q radkayu radkayu 0003011341 , 0 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 . 1 53 , 0 5 . 1 52 , 0 10 67 , 5 82 , 0 2 3 4 4 8 3 - Besar radiasi goni pada sisi depan dan belakang dinding lemari
watt Q Q radgoni radgoni 002714614 , 0 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 , 1 4 , 0 10 67 , 5 77 , 0 2 3 4 4 8 3 - Besar radiasi kayu pada sisi atas lemari pendingin
watt Q Q radkayu radkayu 5 ) 1 ( 2 4 4 8 ) 1 ( 2 10 6979 , 2 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 01 , 0 52 , 0 10 67 , 5 82 , 0 2
watt Q Q radkayu radkayu 5 ) 2 ( 2 4 4 8 ) 2 ( 2 10 1134 , 2 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 01 , 0 47 , 0 10 67 , 5 82 , 0 2 - Besar radiasi goni pada sisi atas lemari pendingin
watt Q Q gki gki 5 ) 1 ( 2 tan 4 4 8 ) 1 ( 2 tan 10 x 1,65257 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 . 1 53 , 0 10 67 , 5 77 , 0 2
watt Q Q radgoni radgoni 5 ) 2 ( 2 4 4 8 ) 2 ( 2 10 381516 , 1 ) 4135 , 24 205 , 25 ( 5 , 1 4 , 0 10 67 , 5 77 , 0 2 4.2.4 Analisa Performansi di luar Ruangan
Data yang diperlukan untuk menganalisa performansi lemari pendingin pada saat pengujian di luar ruangan yaitu temperatur lingkungan,kelembaban relatif udara dan intensitas radiasi yang diperoleh dari Data HOBO dan temperatur dalam lemari pendingin yang diperoleh dari Data Termokopel Cole-Parmer 18200-40.
Tabel 4.2 Tabel Performansi Lemari Pendingin di Luar Ruangan
TANGGAL EFISIENSI
TEMPERATUR LINGKUNGAN
(0C)
KELEMBABAN RELATIF %
RADIASI INTENSITAS
(W/m2)
KALOR DALAM LEMARI (Watt) 12 Januari 4,22% 32,37405556 83,10 208,57 1106,34 13 Januari 4,25% 30,66819444 89,69 155,53 1045,59 14 Januari 4,94% 30,06825342 90,26 144,49 956,62 15 Januari 4,51% 31,25628796 86,64 165,83 954,05 16 Januari 3,94% 32,76208796 82,48 228,63 1013,81
(34)
4.2.5 Analisa Performansi di dalam Ruangan
Data yang diperlukan untuk menganalisa performansi lemari pendingin pada saat pengujian di dalam ruangan yaitu temperatur ruangan,dan temperatur dalam lemari pendingin yang semuanya diperoleh dari Data Termokopel Cole-Parmer
Tabel 4.3 Tabel Performansi Lemari Pendingin di dalam Ruangan
4.3 Total Beban Pendingin dan Efisiensi
Total beban pendingin dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh beban pendingin ( Beban pendingin konduksi, konveksi dan radiasi). Sedangkan panas yang dikeluarkan oleh sayur dan buah dapat dihitung dengan cara mengurangkan besar total pendingin dengan panas sensibel dan laten akibat infiltrasi. Rumus- rumus yang digunakan telah dibahas pada bab II yaitu dengan menggunakan rumus pada persamaan 2-3 dan 2-11.
Besar beban pendingin dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,yaitu intensitas matahari,kelembaban relatif dan temperatur lingkungan.Data mengenai hal tersebut diperoleh dari Data HOBO dan diolah menggunakan microsoft excel sehingga menghasilkan grafik seperti dibawah ini.
TANGGAL EFISIENSI TEMPERATUR RUANGAN (0C)
KALOR DALAM LEMARI (Watt) 18 Januari 5,03% 29,69122685 1116,13 19 Januari 5,20% 28,81661111 1005,37 20 Januari 6,62% 28,16709972 834,90 21 Januari 5,29% 28,68214532 901,37 22 Januari 5,96% 29,38423126 1013,21
(35)
Gambar 4.2 Grafik Temperatur Lingkungan dan Kelembaban Relatif terhadap Hari Temperatur lingkungan terendah pada hari pertama penelitian di tanggal 12 Januari 2016 yaitu 230C dan tertinggi pada hari 5 yaitu 31,760C.Pada pengukuran kelembaban relatif,kelembaban relatif tertinggi yaitu pada hari ke 8 yaitu 94,57% dan terendah di hari ke 6 yaitu 86,8%.Data intensitas radiasi ditampilkan pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.3 Grafik Radiasi Intensitas
Dari grafik diatas intensitas radiasi tertinggi pada hari ke 4 yaitu 228,62 W/m2 dan untuk yang terendah di hari ke 8 yaitu 153,97 W/m2.Data diolah dengan menghitung beban pendingin dengan rumus perpindahan panas dan perhitungan panas laten dan sensibel maka diperoleh beban pendingin yang ditampilkan pada grafik di bawah ini.
0 100 200 300
0 2 4 6 8 10
W/
M2
HARI
RADIASI INTENSITAS
RH%
84 86 88 90 92 94 96
0 10 20 30 40
0 2 4 6 8 10
Temp
er
a
tu
e
(0C
)
Hari
Temperatur Lingkungan - Kelembaban
Lingkungan per Hari
TEMPERATUR LINGKUNGAN
KELEMBABAN RELATIF
(36)
Gambar 4.4 Grafik Beban pendingin per hari
Beban pendingin yang tertinggi terjadi pada hari ketiga di saat temperatur lingkungan 31,210C,kelembaban 88,89% dan intensitas radiasi 196,57 W/m2.Beban pendingin yang terendah pada hari ke 6 dengan temperatur lingkungan 31,260C,kelembaban 86,8% dan intensitas radiasi 184,40 W/m2,dan pada hari ke enam adalah hari pertama di dalam ruangan dengan buah dan sayur yang masih segar,maka tentunya beban pendingin masih rendah.Untuk keseluruhan dihitung beban pendingin atau panas total dari semua proses perpindahan panas yang terjadi dan panas dari sayur dan buahnya dan diperolehlah efisiensi kalor yang terjadi di dalam ruang lemari pendingin.Berikut adalah perhitungan total beban pendingin dan efisiensinya.
Besar panas total :
watt 8 1111,99190 9 0,00982334 7 1109,57540 2,406678 total total Q Q
Besar panas dari sayur dan buah :
watt 1063,80253 ) 43,90572 4,82116323 ( 1112,52913 x x Q Q 0 500 1000 1500 2000 2500 3000
0 2 4 6 8 10
K AL O R ( W ATT ) HARI
(37)
Besar efisiensi :
4,33%
974 0,04333607
8 1111,99190
1063,80253
-1111,99190
4.4 Kapasitas Air yang Diperlukan Sebagai Media Pendingin
Kapasitas rata- rata air yang diperlukan untuk menjaga suhu mesin pendingin adalah
kJ
m=
kg digunakan dengan syarat :
- Trata- rata lingkungan = 30,6 °C sampai 31°C / hari - Kelembaban relatif = 88,10 – 90,69 % / hari - Intensitas Radiasi rata- rata = 184,49 W/m2/hari
Dengan mengetahui Kalor total dari buah dan sayur yang disimpan, yaitu sekitar 15 kg maka banyak air yang diperlukan dalam pendinginan adalah
maka
(38)
4.5 Kesegaran Buah dan Sayur
Pada awal buah dibeli dari pasar kondisi buah masih segar dan kekerasan buah masih padat dan warna hijau kekuningan dan sayur masih memiliki warna daun yang hijau gelap hal tersebut menandakan masih segar dan baik untuk dikonsumsi.Berikut ini adalah gambar 4.5 kondisi buah dan sayur di hari pertama.
Gambar 4.5. Kondisi buah dan sayur pada hari pertama diluar ruangan
Kemudian di hari kedua buah masih segar dan layak untuk dikonsumsi dilihat dari warna buah dan kekerasan buah yang masih sama dengan hari yang pertama sedangkan sayur sudah mulai terlihat beberapa daun yang menguning menandakan adanya penurunan kesegaran sayur sehingga tidak layak dikonsumsi. Gambar 4.6 menunjukkan kondisi kesegaran buah dan sayur di hari kedua di luar ruangan
(39)
Gambar 4.6. Kondisi sayur dan buah pada hari kedua di luar ruangan
Pada hari ketiga buah masih keras padat,warna sedikit semakin menguning dan layak dikonsumsi sedangkan sayur daunnya sudah banyak yang menguning serta layu dan batang daun keriput.Pada hari ketiga sayur sudah tidak layak untuk dikonsumsi.Gambar 4.7 menampilkan kondisi kesegaran buah dan sayur pada hari ketiga.
(40)
Pada hari keempat buah masih segar dan berwarna hijau kekuningan tetapi sudah mengalami sedikit penurunan kekerasan buah dari hari sebelumnya tetapi masih layak dikonsumsi,sedangkan sayur kangkung sudah hampir menyeluruh berwarna kekuningan dan sudah lembab dan tidak layak dikonsumsi.Dibawah ini gambar 4.8 menampilkan kondisi buah dan sayur pada hari keempat.
Gambar 4.8. Kondisi buah dan sayur pada hari keempat diluar ruangan
Pada hari kelima atau hari terakhir penelitian di luar ruangan kekerasan buah tidak berbeda dengan hari keempat dan warna sudah semakin menguning tetapi masih layak konsumsi,sedangkan sayur dilihat dari daunnya sudah berwarna coklat dan batangnya keriput sehingga sudah pati tidak layak konsumsi.Untuk lebih jelas dapat dilihat kondisi buah dan sayur pada hari kelima di gambar 4.9 dibawah ini.
(41)
Gambar 4.9. Kondisi sayur dan buah pada hari kelima diluar ruangan
Pada penelitian hari pertama di dalam ruangan digunakan buah dan sayur yang baru dan segar.Buah masih berwarna hijau kekuningan dan kondisi sayur masih berwarna hijau dan batangnya tebal karena mengandung banyak air.Gambar 4.10 menampilkan kondisi buah dan sayur di hari pertama.
(42)
Pada hari kedua didalam ruangan tidak terjadi perubahan signifikan terhadap buah,tetapi pada sayur kangkung sudah ada sedikit daun yang
menguning,tetapi secara menyeluruh sayur masih layak untuk dikonsumsi manusia.Kondisi buah dan sayur ditampilkan pada gambar 4.11 dibawah ini.
Gambar 4.11. Kondisi buah dan sayur pada hari kedua didalam ruangan
Pada hari ketiga buah masih memiliki struktur kulit yang ketat dan kekerasannya masih seperti hari pertama tetapi warnanya sudah mengalami perubahan sedikit semakin menguning sedangkan sayur sudah semakin banyak daunnya yang berwarna kuning tetapi batangya masih segar dan beberapa daun masih ada yang berwarna hijau tapi tidak layak dikonsumsi. Kondisi buah dan sayur ditampilkan di gambar 4.12
(43)
Pada hari keempat didalam ruangan buah dari warna tidak mengalami banyak perubahan tetapi kekerasan buah sudah mulai menurun tetapi masih layak konsumsi sedangkan sayur sudah semakin banyak daun yang kecoklatan tetapi batang sayur masih tampak segar.Di bawah ini gambar 4.10 menampilkan kondisi buah dan sayur pada hari keempat didalam ruangan.
Gambar 4.13 Kondisi Buah dan Sayur pada hari keempat didalam ruangan
Pada hari kelima atau hari terakhir penelitian di dalam ruangan,buah masih memiliki warna yang sama dengan hari keempat tetapi kekerasan buah semakin menurun tetapi masih layak dikonsumsi,sedangkan sayur sudah sekitar 90% daunnya berwarna kecoklatan dan batangnya mulai
mengering.Gambar 4.11 menampilkan kondisi buah dan sayur dihari kelima.
(44)
Buah dan sayuran mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangatlah mudah mengalami kerusakan karena peningkatan suhu.
Suhu adalah factor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan 10oC laju kemunduran kualitas meningkat dua sampai tiga kali[25].Data temperatur sayur dan buah yang diperoleh dari data akusisi termokopel Cole-Parmer dihubungkan terhadap indeks kesegaran buah dan sayur sehingga diperoleh grafik indeks kesegaran buah dan sayur terhadap perubahan temperatur yang ditampilkan pada gambar 4.12 dan 4.13 dibawah ini.
Gambar 4.15 Grafik Indeks Kesegaran Buah Jeruk terhadap temperatur
Indeks kesegaran buah dan sayur pada saat pertama dibeli diasumsikan 10 dari skala 1-10,sehingga setiap peningkatan suhu 100C terjadi kemunduran 2 kali,maka apabila mengalami penurunan 10C terjadi kemunduran 0,2 kali dan ditampilkan kemunduran indeks kesegaran buah dan sayur pada grafik di gambar 4.12 dan gambar 4.13
0 2 4 6 8 10 12
24 26 28 30
IN
D
EK
S
K
ES
EG
ARAN
TEMPERATUR 0C
Grafik Indeks Kesegaran Buah
Jeruk vs Temperatur
(45)
Gambar 4.16 Grafik Indeks Kesegaran Sayur terhadap Temperatur 0
2 4 6 8 10 12
24 26 28 30
IN
D
EK
S
K
ES
EG
ARAN
TEMPERATUR 0C
Grafik Indeks Kesegaran
Sayur vs Temperatur
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa rancang bangun mesin pendingin tanpa listrik adalah sebagai berikut :
1. Dimensi hasil rancangan untuk lemari pendinginan (470x 520 x 1500)mm dan tangki air aluminium (450x500x100)mm.
2. Bahan dasar pembuatan mesin pendingin tanpa listrik adalah kayu Suren dan kain goni,dan pipa tembaga berdiameter 7,93mm. Alat yang digunakan gergaji listrik, bor, tube bender, dan flaring.
3. Efisiensi kalor lemari pendingin saat diuji di luar ruangan yaitu 4,94% dan sayur dapat bertahan 3 hari dan efisiensi kalor lemari pendingin di dalam ruangan yaitu 5,96% dan sayur dapat bertahan 4 hari.
4. Perpindahan suhu uap air dari pipa tembaga ke dalam lemari pendingin dengan aliran laminar dan maksimum entalpi (h21) = 1,62kJ/kg dengan kalor konveksi (Qkonv2(1))0,010208726 watt.
5. Total kalor yang diperoleh yaitu 1112kJ dengan air yang dibutuhkan sebagai refrijeran hingga suhu pendingin 24,9○C adalah 44,3 Liter.
(47)
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :
1. Perlakuan perbandingan antara buah dan sayur yang diletakkan di dalam lemari pendingin tanpa listrik dengan diletakkan pada kondisi udara bebas. 2. Pemanfaatan triplek tebal sebagai alas sebaiknya diganti dengan bahan lain
seperti anyaman bambu dikarenakan triplek yang terkena air mudah rusak. 3. Penggunaan air pada tangki diganti per hari dikarenakan suhu air pada tangki
dan pipa setelah beberapa hari menjadi sama dengan ruang lemari pendingin. 4. Penggunaan es batu atau zat kimia CaCl2 untuk membantu penyerapan uap
panas yang dihasilkan buah dan sayur sehingga mampu meningkatkan performansi mesin pendingin.
5. Perhitungan efektif daripada panjang pipa kapiler yang digunakan. 6. Rasio pendinginan yang diberikan oleh kayu dan refrijeran.
(48)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Pendingin
Teknik pendingin atau teknik refrijerasi adalah semua teknik yang digunakan untuk menurunkan temperatur suatu medium sampai lebih rendah daripada temperatur lingkungannya[3]. Dalam melakukan proses penurunan suhu ini, maka sejumlah energi dalam bentuk panas harus diambil dari medium tersebut dan dibuang ke lingkungan. Secara alami, panas hanya akan berpindah dari medium yang temperaturnya lebih tinggi ke medium yang temperaturnya lebih rendah. Dengan kata lain, perpindahan panas dari medium yang dingin ke medium yang lebih panas tidak akan mungkin terjadi secara alami. Maka untuk membuat proses ini terjadi, digunakanlah teknik refrijerasi. Karena refrijerasi adalah sebuah proses yang bertujuan menurunkan temperatur, maka proses ini sering disebut dengan istilah fungsi refrijerasi yang artinya proses yang berfungsi menurunkan temperatur sampai dapat mencapai temperatur lingkungan. Dalam teknik pendingin banyak menggunakan aliran konveksi, dan aliran konveksi terbagi dua jenis aliran konveksi,yaitu aliran konveksi alamiah dan konveksi paksa. Aliran konveksi alamiah adalah pergerakan atau aliran energi kalor terjadi karena akibat perbedaan massa jenis[26]. Konveksi alamiah terjadi pada sistem ventilasi rumah, peristiwa angin darat dan angin laut,serta aliran asap pada cerobong asap pabrik. Aliran konveksi paksa adalah suatu kejadian dimana aliran panas dipaksa dialirkan ke tempat yang dituju dengan bantuan alat tertentu, misal dengan kipas angin atau blower[26]. Penelitian ini menggunakan prinsip konveksi alamiah karena proses perpindahan panas yang dialami terjadi secara langsung oleh temperatur lingkungan dan tidak menggunakan bantuan alat atau
(49)
dikenai kerja untuk mengalirkan panas dan hanya meninjau efisiensi kalor yang didapat dari perubahan kalor dari lingkungan ke kalor di dalam ruang lemari pendingin.
2.1.1 Istilah-istilah dalam Teknik Pendingin
1. Tekanan
Tekanan ialah gaya yang bekerja secara vertikal pada bidang datar luas 1 cm2,oleh benda padat, cair atau gas. Pada umumnya satuan kg/cm.
2. Bahan Pendingin (Refrigerant).
Refrigerant adalah suatu zat yang mudah menguap dan berfungsi sebagai penghantar panas dalam sirkulasi pada saluran instalasi mesin pendingin. Bahan pendingin (refrigerant) adalah suatu zat yang mudah berubah wujud dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Dapat mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. Untuk instalasi Refrigerator/kulkas, AC dipakai freon R-12 atau R-22 sebagai refrigerant.
3. Efek Pendinginan adalah kemampuan membawa kalor dari bahan pendingin atau jumlah kalor yang dapat diserap oleh 1 pound bahan pendingin waktu mulai evaporator. Satuannya dalam K Cal/Kg.
4. Kapasitas Pendinginan untuk menyatakan efek pendinginan, banyaknya kalori panas yang di serap dalam satuan waktu dinyatakan dengan K Cal/Jam. 5. Frost,
bila kita mendinginkan udara terus-menerus, volume uap air dalam udara menjadi kecil, dan sebagian uap air yang menyentuh pada permukaan suatu benda yang rendah suhunya akan berbentuk embun-es yang halus. Peristiwa demikian disebut Frost.
(50)
6. Dingin
Dingin adalah suhunya rendah atau tidak ada panas. Dingin adalah akibat dari pengambilan kalor. Lemari es menghasilkan dingin dengan mengambil kalori dari bagian dalamnya. Lemari es tidak dapat menghilangkan kalor, tetapi dapat memindahkan melalui bahan pendingin.
7. Tekanan Maksimum
Temperatur Maksimum benda gas seperti freon, bila di beri tekanan dalam silinder tertutup di bawah suhu udara bebas, menjadi uap air jenuh dan
akhirnya berubah menjadi cairan melalui fase pengembunan. Akan tetapi, bila suhu naik sampai suatu derajat, gas tersebut tidak mengembun lagi sekalipun di beri tekanan. Benda gas mempunyai batas kemampuan di mana sudah tidak berdaya untuk mengubah fase gas ke fase cair. Temperatur yang terdapat pada batas tersebut disebut temperatur maksimum dan tekanan pada gas yang terjadi pada batas tersebut dikatakan tekanan maksimum.
8. Temperatur/Suhu adalah derajat panas atau tingkat kedinginan.Ukuran suhu dinyatakan dengan angka ini disebut seperti 0C (derajat celcius),0F (Fahrenheit).
9. Kalor (Panas ) adalah energi yang diterima oleh benda,sehingga suhu benda atau wujudnya berubah.Jika kalor dilepaskan suhu dibenda akan turun.Kalor adalah suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan,tretapi tidak dapat dihilangkan.Satuan dari kalor joule (J).
2.1.2 Aplikasi Teknik Pendingin
(51)
mengorbankan banyak biaya untuk mendapatkan kondisi lebih dingin dari lingkungan.Berikut adalah aplikasi dari refrijerasi :
Industri Manufaktur, misalnya untuk mendinginkan fluida yang disemprotkan pada kontak antara mesin perkakas dengan logam yang diproses.
Industri Makanan, misalnya penurunan temperatur agar bakteri tidak dapat berkembang biak dan membekukan makanan.
Industri Pengeringan, misalnya mengurangi kandungan uap air di udara dengan mendinginkannya sampai di bawah temperatur saturasi.
Industri Konstruksi, misalnya dalam pembuatan balok-balok concrete yang mendinginkan dulu komponennya agar setelah selesai dicetak, thermal stress di dalam balok akan kecil.
Industri Pengkondisian Udara, misalnya mengkondisikan udara ruangan agar nyaman dengan menurunkan suhu dan kelembabannya.
2.1.3 Sejarah Teknik Pendingin
Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia di wilayah sub-tropik. Secara alamiah, manusia yang tinggal di wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak ternyata dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin dibandingkan dengan pada saat musim panas. Kesadaran inilah yang
memandu manusia pada saat itu mulai memanfaatkan “es alam” untuk
(52)
Penggunaan es alam ini bahkan masih dilakukan hingga abad ke-20, dan bahkan menurut catatan IIR (Intenational Institute of Refrigeration) hingga awal abad ke-20 penggunaan es alam masih lebih banyak dibandingkan “es buatan”[2]. Es alam adalah es yang dihasilkan tanpa peralatan refrijerasi, baik yang diperoleh dari sungai atau danau yang membeku pada musim dingin atau yang sengaja dibekukan secara alamiah akibat radiasi termal dari permukaan air ke langit[4].
Di wilayah dengan kelembaban udara yang rendah, seperti Timur Tengah, sejarah pendinginan dimulai dengan pendinginan evaporatif, yaitu dengan menggantungkan tikar basah di depan pintu yang terbuka untuk mengurangi panasnya udara dalam ruangan. Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci telah merancang suatu mesin pendingin evaporatif ukuran besar. Konon, mesin ini dipersembahkan untuk
Beatrice d’Este, istri Duke of Milan (Pita, 1981). Mesin ini mempunyai roda besar, yang diletakkan di luar istana, dan digerakkan oleh air (sekali-sekali dibantu oleh budak) dengan katup-katup yang terbuka-tutup secara otomatis untuk menarik udara ke dalam drum di tengah roda. Udara yang telah dibersihkan di dalam roda dipaksa keluar melalui pipa kecil dan dialirkan ke dalam ruangan[4].
Perkembangan teknik pendinginan selanjutnya masih terjadi secara tidak sengaja, yaitu penggunaan larutan air-garam untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah. Menurut catatan Ibn Abi Usaibia, seorang penulis Arab, penggunaan larutan air-garam ini sudah dilakukan di India sekitar abad ke-4. Garam yang digunakan pada larutan tersebut adalah potasium nitrat, sebagaimana dicatat oleh seorang dokter Italia bernama Zimara pada tahun 1530 dan dokter Spanyol bernama Blas Villafranca pada tahun 1550. Fenomena pencampuran garam pada salju untuk mendapatkan suhu lebih
(53)
rendah baru dapat dijelaskan oleh Battista Porta pada tahun 1589 dan Trancredo pada tahun 1607[4].
Teknik pendinginan mulai berkembang secara ilmiah sejak abad ke-17, dimulai dari penelitian tentang pemantulan melalui efek panas dan dingin yang dilakukan oleh Robert Boyle (1627-1691) di Inggris dan Mikhail Lomonossov (1711-1765) di Rusia. Selanjutnya, penelitian mengenai termometri yang dimulai oleh Galileo dikembangkan kembali oleh Guillaume Amontons (1663-1705) di Perancis, Isaac Newton (1642-1727) di Inggris, Daniel Fahrenheit (1686-1736) orang German yang bekerja di Inggris dan Belanda, René de Réaumur (1683-1757) di Perancis dan Anders Celsius (1701-1744) di Swedia. Tiga ilmuwan yang disebutkan terakhir merupakan penemu sistem skala pengukuran suhu, dan masing-masing namanya diabadikan pada sistem skala tersebut yaitu Fahrenheit, Reaumur dan Celsius. Setelah Anders Celsius menemukan termometer skala centesimal pada tahun 1742 di Swedia, disepakati bahwa sistem skala yang digunakan pada Sistem Internasional adalah Celsius[4].
Pada awal abad ke-18, William Cullen (1710-1790) menemukan terjadinya penurunan suhu pada saat ethyl ether menguap. Cullen, bahkan, pada tahun 1755 berhasil mendapatkan sedikit es dengan cara menguapkan air di labu uap. Murid dan penerus Cullen, yaitu seorang Scotland yang bernama Joseph Black (1728-1799) berhasil menjelaskan pengertian panas dan suhu, sehingga sering dianggap sebagai penemu kalorimetri. Bidang ini akhirnya dikembangkan dengan sangat baik oleh para ilmuwan Perancis, seperti Pierre Simon de Laplace (1749-1827), Pierre Dulong (1785-1838), Alexis Petit (1791-1820), Nicolas Clément-Desormes (1778-1841) dan Victor Regnault (1810-1878) [4].
(54)
Tulisan Sadi Carnot (1796-1832), seorang Perancis, yang sangat terkenal pada tahun 1824 menjadi inspirasi bagi banyak penelitian yang dilakukan mengenai berbagai konsep termodinamika dan sistem pendinginan, termasuk James Prescot Joule (Inggris, 1818-1889), Julios von Mayer (Jerman, 1814-1878), Herman von Helmholtz (Jerman, 1821-1894), Rudolph Clausius (Jerman, 1822-1888), Ludwig Boltzmann (Austria, 1844-1906), dan William Thomson (Lord Kelvin, Inggris, 1824-1907) [4].
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam sejarah penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya. Perkembangan ini dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang Amerika bernama Oliver Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus refrijerasi kompresi uap. Pada tahun 1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-1849) berhasil mendapatkan paten untuk mesin pendingin temuannya yang bekerja berdasarkan siklus kompresi uap tersebut[4].
Fluida kerja (refrijeran) yang digunakan Perkins pada mesin pendinginnya tersebut adalah ethyl ether. James Harrison (1816-1893), seorang Skotlandia yang pindah ke Australia, berhasil membuat mesin pendingin yang dapat bekerja dengan baik pada skala industrial. Mesin tersebut dipatenkan oleh Harrison pada tahun 1855, 1856, dan 1857. Mesin pendingin Harrison, yang diproduksi di Inggris, masih menggunakan ethyl ether sebagai fluida kerja, dan mampu menghasilkan es maupun larutan pendingin (refrijeran sekunder) [4].
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi perkembangan yang cepat dalam penemuan zat-zat pendingin (refrijeran). Charles Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan dimethyl ehter
(55)
sebagai refigeran. Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti penggunaan amonia (NH3) sebagai refrijeran, meskipun penggunaannya secara luas pada skala industrial baru dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von Linde (1842-1934). Refrijeran amonia masih banyak digunakan hingga sekarang, khususnya pada industri pembekuan pangan[4].
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulai menggunakan karbon-dioksida (CO2) sebagai refrijeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrijeran yang ramah lingkungan. Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrijeran oleh ahli fisika Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak digunakan lagi sesaat sebelum perang dunia II. Metil-klorida (Ch3Cl) juga digunakan oleh orang Perancis C. Vincent sebagai refrijeran pada tahun 1878, meskipun akhirnya hilang dari peredaran pada tahnun 1960-an[4].
Didasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama kurun 1893-1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika, yang dipimpin oleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrijeran fluoro-carbon pertama pada tahun 1930. Refrijeran fluoro-carbon dianggap sebagai refrijeran yang aman karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah terbakar. Refrijeran CFC (chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R12 (CF2Cl2) mulai dilepas ke pasar pada tahun 1931, diikuti dengan refrijeran HCFC (hidro-chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R22 (CHF2Cl) pada tahun 1934. Pada tahun 1961, campuran azeotropik pertama, yaitu R502 (R22/R115), diperkenalkan ke pasar sebagai refrijeran[4].
Refrijeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat istimewa sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga pemenang Nobel
(56)
dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina) mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1974. Rowland dan Molina menyimpulkan bahwa klorin yang dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon menyebabkan terjadinya perusakan lapisan ozon di angkasa. Untuk menganggapi temuan ini, pada tahun 1987 telah disepakati Protokol Montreal mengenai pelarangan penggunaan zat-zat yang bersifat merusak lapisan ozon[4].
Refrijeran CFC dan HCFC termasuk pada kategori zat perusak ozon, sehingga penggunaannya sebagai refrijeran juga dilarang. Sebagai gantinya, disarankan penggunaan HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrijeran yang dihalogenasi tapi tidak diklorinasi. Akan tetapi, refrijeran HFC, baik yang murni (R134a) maupun campurannya (R410A, R407A, R404A, dll), juga menimbulkan efek lingkungan yaitu pemanasan global. Pada Protokol Kyoto, yang ditanda-tangani pada 11 Desember 1997, refrijeran HFC termasuk zat yang dilarang peredarannya karena menyebabkan pemanasan global. Indonesia, sebagai negara yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol Kyoto, berkewajiban untuk melaksanakan setiap fasal dalam protokol yang disepakati tersebut[4].
Perkembangan lain dalam sistem kompresi uap adalah pada komponen peralatannya. Pada awalnya mesin pendingin sistem kompresi uap menggunakan kompresor dengan piston yang besar dan lambat, tetapi sejak akhir abad ke-19 berubah menjadi lebih ringan dan cepat. Pada tahun 1934 A. Lysholm berhasil mengembangkan kompresor ulir dengan rotor ganda di Swedia, sedangkan pada tahun 1967 B. Zimmern mengembangkan kompresor ulir rotor tunggal di Perancis[4].
Kompresor scroll sebenarnya telah dipatenkan oleh seorang Perancis bernama Leon Creux pada tahun 1905, tetapi baru dapat dikembangkan pada tahun
(57)
1970-an. Kompresor sentrifugal dikembangkan atas dasar penelitian seorang Perancis bernama Auguste Rateau tahun 1890 dan orang Amerika bernama Willis Carrier tahun 1911. Kompresor hermetik dikembangkan untuk mengatasi kebocoran refrijeran oleh Father Audiffren pada tahun 1905 di Perancis, dan digunakan sangat banyak saat ini[4].
2.1.4 Sistem Kerja Teknik Pendingin atau Refrijerasi
Pada dasarnya sistem refrijerasi dibagi menjadi dua[5], yaitu: 1. Sistem refrijerasi mekanik
Sistem refrijerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrijerasi mekanik di antaranya adalah:
a. Siklus Kompresi Uap (SKU) b. Refrijerasi siklus udara
c. Kriogenik/refrijerasi temperatur ultra rendah d. Siklus sterling
2. Sistem refrijerasi non mekanik
Berbeda dengan sistem refrijerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrijerasi non mekanik di antaranya:
a. Refrijerasi tradisional b. Refrijerasi termoelektrik c. Refrijerasi siklus absorbsi d. Refrijerasi steam jet
(58)
Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refijerasi, yang paling umum digunakan adalah refrijerasi dengan sistem kompresi uap. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, para ilmuwan sedang berusaha mengembangkan teknologi mesin pendingin yang lebih ramah lingkungan. Dimulai dari pengembangan mesin pendingin hemat energi, dimana konsumsi listrik oleh refrijerasi ditekan hingga sekecil mungkin. Pada masa kini, banyak ilmuwan mulai menciptakan mesin pendingin tanpa listrik dimana tanpa listrik sekalipun barang- barang seperti sayur- sayuran dan buah- buahan dapat terjaga kesegarannya selalu. Teknik pendingin ini sebenarnya telah lama ditemukan dan digunakan oleh manusia terutama manusia yang tinggal di daerah tropis.
2.2 Mesin Pendingin
Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya lebih tinggi.Di dalam sistem pendinginan dalam menjaga temperatur rendah memerlukan pembuangan kalor dari produk pada temperatur rendah ke tempat pembuangan kalor yang lebih tinggi [4].Sekarang ini terdapat berbagai jenis mesin pendingin,antara lain :
Pendingin Ruangan (AC)
Mesin pendingin jenis ini dipakai untuk menyejukkan hawa atau udara didalam ruangan seperti kantor, bar, bioskop, dan dipakai juga dalam kendaraan seperti mobil,gerbong kereta api, bus, kamar kapal laut, kapal udara, dan lain sebagainya.
(59)
Refrigerator (Kulkas)
Mesin ini pada umumnya digunakan dalam rumah tangga. Fungsi utama dari mesin ini adalah meningkatkan daya tahan buah-buahan, sayur-sayuran serta bahan makanan yang lainnya agar tetap segar. Freezer (Lemari Pendingin)
Mesin pendingin jenis ini banyak digunakan direstoran-restoran. Pada umumnya, mesin ini digunakan untuk membuat es.
2.3 Refrijerasi Tradisional
Sistem refrijerasi tradisional telah banyak ditinggalkan dikarenakan berkembangnya jaman. Sistem refrijerasi yang paling banyak digunakan pada jaman sekarang adalah refrijerasi yang menggunakan siklus kompresi uap (SKU). Namun beberapa jenis sistem pendingin tradisional masih digunakan hingga sekarang dengan tujuan tertentu. Misalnya, pedagang sayur dan buah masih menggunakan sistem pendingin tradisional. Sayur sayur atau buah- buah yang belum terjual habis disimpan di dalam karung goni dan kemudian karung goni tersebut dibasahi dengan air. Dengan begitu, suhu dalam goni akan tetap terjaga dan kadar air daripada sayur atau buah juga terjaga.Namun sistem pendinginan dengan goni ini kurang higienis.
Selain penggunaan goni, juga ada sistem pendingin dengan menggunakan
pot.Pendingin dari pot ini ditemukan oleh Mohammed Bah Abba, pria berkebangsaan
Nigeria[6]. Kerja kerasnya mampu menyelamatkan jutaan hidup warga afrika yang hidup didaerah terpencil dan sangat membutuhkan sistem pengawetan bahan makanan sederhana dimana didaerah tersebut belum ada instalasi listrik. Dengan sistem pendingin yang diciptakanya tomat dan cabai merah dapat bertahan selama tiga minggu, sedangkan terong dapat bertahan dalam keadaan layak makan selama 27 hari.
(60)
Sistem pendingin pot-in-pot dibuat dengan menempatkan pot yang terbuat dari tanah liat (tembikar) ke dalam pot tembikar yang lebih besar. Ruang diantara kedua pot kemudian diisi bahan pasir basah yang terjaga kelembapanya. Evaporasi dari pasir basah pada ruang antara pot kecil dan pot besar menyebabkan efek dingin pada area dalam pot kecil. Sangat sederhana namun dapat berkerja sebagai pendingin. Gambar 2.1 merupakan gambar pendingin dengan sistem pot-in-pot.
Gambar 2.1. Pendingin Tradisional Sistem Pot-In-Pot[6]
Mohammed Bah Abba juga mengatakan bahwa dari hasil percobaan tersebut diketahui bahwa sistem pendingin ini dapat mencapai suhu 19,4°C dalam waktu 13 jam. Data hasil pengukuran pada pendingin pot-in pot ditampilkan pada tabel 2.1
(61)
Tabel 2.1. Hasil pengukuran menggunakan termometer pada pendingin sistem pot-in-pot[6] :
Di China, tepatnya Shanghai, ilmuwan- ilmuwan bekerja keras dalam mengembangkan mesin pendingin tanpa listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah untuk mendinginkan makanan mereka. Pada musim kemarau, suhu di daerah terbuka pada siang hari dapat mencapai 41°C dan pada malam hari sekitar 37°C. Hal ini tentu saja menyebabkan makanan cepat rusak.
Gambar 2.2. menunjukkan mesin pendingin yang dirancang oleh seorang ilmuwan asal China dimana lemari pendingin ini tidak menggunakan listrik dan refrijeran. Mesin pendingin ini hanya memanfaatkan air sebagai media pendingin . Refrijerasi ini dapat dikatakan menggunakan sistem evaporasi dan memanfaatkan cuaca dalam menghasilkan dingin[7].
Waktu pendinginan Suhu dalam pot (°C) Suhu udara luar (°C)
15 menit 23,7 23,8
20 menit 23,6 24,0
30 menit 23,2 23,8
45 menit 21,7 24,7
1 jam 21,0 24,8
1 jam 15 menit 20,4 25,0
1 jam 30 menit 20,1 24,7
1 jam 40 menit 19,9 24,7
2 jam 30 menit 19,5 24
2 jam 40 menit 19,4 24.4
(62)
Gambar 2.2. Lemari Pendingin Tradisional dengan Air Sebagai Media Pendingin[7]
2.4 Refrijeran, Media Pendingin dan Absorbent
Refrijeran adalah fluida fluida kerja utama pada suatu siklus refrijerasi yang bertugas menyerap panas pada temperatur dan tekanan rendah dan membuang panas pada temperatur dan tekanan tinggi[8] .Umumnya refrijeran mengalami perubahan fasa dalam suatu siklus kecuali pada siklus gas.
Media pendingin (cooling media) adalah media yang digunakan untuk mengantarkan efek refrijerasi ke tempat yang membutuhkan[8].Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem pendingin udara pada unit yang besar, seperti bangunan komersial, menempatkan siklus pendingin terpusat pada suatu tempat. Dan ruangan yang menggunakan efek refrijerasi relatif jauh dari unit ini, untuk keperluan ini adalah lebih baik menggunakan medium lain daripada harus menggunakan medium lain daripada harus mensirkulasikan refrijeran ke tiap ruangan. Medium yang lain inilah yang disebut sebagi medium pendingin atau sering juga disebut sebagai refrijeran sekunder. Medium yang biasanya sering digunakan adalah air, glycol, dan larutan garam.
(63)
Cairan absorben (liquid absorbent) adalah cairan yang digunakan untuk menyerap uap refrijeran dan membentuk ikatan kimia (chemical bonding). Kemampuan absorben mengikat refrijeran ini disebut sebagai afinitas. Istilah ini jarang digunakan dan hanya dapat ditemui pada siklus absorpsi. Zat yang umum digunakan sebagai absorbent antara lain : Air, Lithium Bromida (LiBr), dan Amonia[8].
2.4.1 Syarat Refrijeran ( Bahan Pendingin)
Suatu bahan pendingin mempunyai syarat–syarat untuk keperluan proses pendinginan antara lain[9] :
a. Tidak beracun dan tidak berbau dalam semua keadaan.
b. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, minyak pelumas dan sebagainya
c. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem pendingin.
d. Bila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat–alat yang sederhana maupun dengan alat detector kobocoran
e. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah
f. Mempunyai kalor laten penguapan yang besar, agar panas yang diserap evaporator sebesar–besarnya.
g. Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah agar aliran refrijeran dalam pipa sekecil mungkin.
h. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh. i. Konduktifitas thermal yang tinggi.
(64)
j. Konstanta dieletrika dari refrijeran yang kecil, tahanan lisrtrik yan besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik.
2.4.2 Jenis- Jenis Refrijeran
Secara umum, refrijeran terbagi atas 2 jenis yaitu[9] : 1. Refrijeran Primer
Refrijeran adalah zat yang berfungsi sebagai media pendingin dengan menyerap kalor dari benda atau bahan lain seperti air atau udara ruangan, sehingga refrijeran tersebut dapat dengan mudah merubah phasanya dari cair menjadi gas. Sedangkan pada saat terjadinya pelepasan kalor oleh refrijeran terjadi perubahan phasa dari gas bertekanan tinggi jenuh menjadi cair.Refrijeran primer yang biasa digunakan dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Senyawa Halokarbon
Refrijeran yang memiliki satu atau lebih atom dari salah satu halogen yang tiga (klirin, fluorin, bromin). Ketentuan bilangan, nama kimia, dan rumus kimia sejumlah anggota kelompok ini yang ditemukan diperdagangan
(65)
Tabel 2.2. Senyawa Halokarbon[9] Ketentuan
Panorama
Nama Kimia Rumus Kimia
R-11 R-12 R-13 R-22 R-40 R-113 R-114
Trikloromonofluorometana Diklorodifluorometana Monoklorotrifluorometana Monoklorodifluorometana
Meniklorida Triklorotrifluoroetan Diklorotetrafluoroetana
CCl3F CCl2F2
CClF3 CHClF2 CCH3Cl CCl2FCClF2
CClF2CClF2
b. Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik sering digunakan pada masa awal perkembangan bidang refrijerasi dan pengkondisian udara.Beberapa senyawa anorganik diuraikan pada tabel 2.3
Tabel 2.3. Senyawa Anorganik[9]
Ketentuan
Panorama Nama Kimia Rumus Kimia
717 718 729 744 764
Amoniak Air Udara
Karbondioksida Sulfur dioksida
NH3 H2O O2 CO2 SO2
c. Senyawa Hidrokarbon
Banyak senyawa hidrokarbon yang cocok digunakan sebagai refrijeran, khususnya dipakai untuk industri perminyakan dan petrokimia.
d. Azeotrop
Campuran Azeotrop dua substansi adalah campuran yang tidakdapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan caradestilasi. Azeotrop menguap dan mengembun sebagai substansitunggal yang sifatnya berbeda
(66)
dengan sifat pembentukannya. Azeotrop yang paling banyak dikenal adalah R-502 yang merupakan campuran 48,8% R-22 dan 51,2% R-115.
2. Refrijeran sekunder
Refrijeran sekunder adalah fluida yang mengangkut kalor dari bahan yang sedang didinginkan ke evaporator pada sistem refrijerasi. Refrijeran sekunder mengalami perubahan temperatur bila menyerap kalor dan membebaskannya pada evaporator, tetapi tidak mengalami perubahan phasa. Anti beku yang banyak digunakan adalah larutan air dan glikol etalin, glikol propelin, ataupun kalsium klorida. Salah satu sifat larutan anti beku yang penting adalah titik pembekuannya.
Berikut ini adalah jenis-jenis refrigran dan penggunaannya. a. Udara
Penggunaan umum refrigran udara sebagai refrigran adalah di pesawat terbang,sistem udara yang ringan menjadi kompensasi bagi COP-nya yang rendah.
b. Ammonia
Jenis ini digunakan pada instalasi suhu rendah pada industri besar. Banyak sistem ammonia yang baru, mulai yang digunakan pada setiap tahun.
c. Karbondioksida
Refrigran ini kadang-kadang digunakan untuk pembekuan dengan cara sentuhan langsung dengan bahan makanan. Tekanan pengembunannya yang tinggi biasanya membatasi penggunaannya hanya pada bagian suhu yang rendah dalam sistem kaskada (Cascade), yang untuk bagian suhu tingginya digunakan refrigran lain.
(67)
d. Refrijran 11
Bersama dengan refrijran 113, refrijran ini populer untuk sistem-sistem kompresor tunggal.
e. Refrijran 12
Refrijran ini terutama digunakan dengan kompressor torak untuk melayani refrijerasi rumah tangga dan didalam pengkondisian udara kendaraan otomotif. f. Refrijran 22
Karena biaya kompressor dapat lebih murah jika menggunakan refrijran 22 dibandingkan dengan refrigran 12, maka refrijran ini telah banyak mengambil peranan refrijran 12 untuk keperluan pengkondisian udara.
g. Refrijran 502
Refrijran ini adalah jenis refrijran yang terbaru, dengan sejumlah keuntungan seperti yang dimiliki refrijran 22, tetapi mempunyai kelebihan dari sifatnya terhadap minyak, dan suhu buang (discharge temperature) yang lebih rendah dibanding refrijran 22.
2.5 Air Sebagai Media Pendingin
Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain dalamsuatu industri. Penggunaan air industri dapat memanfaatkan air permukaan, air sebagai sumberair. Penggunaan air permukaan dan air tanah mengharuskan untuk mengolah air. Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain dalam suatuindustri.[10] Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standaryang berlaku dan secara kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya standar baku mutu untuk air bersih industri, setiap industri memiliki pengolahan air sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan industri .[10]
(68)
Air sebagai media pendingin telah digunakan sejak lama. Bahkan sebelum ditemukannya jenis- jenis refrijeran lainnya, air telah digunakan sebagai media pendingin. Pada masa sekarang ini, pengggunaan air sebagai media pendingin telah semakin berkurang dikarenakan kemampuan air dalam menurunkan suhu lebih lambat daripada refrijeran lainnya. Namun dikarenakan beberapa hal, air juga memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan refrijeran- refrijeran lainnya. Beberapa faktor yang membuat air menjadi coolant yang baik adalah :
1. Sangat berlimpah dan tidak mahal
2. Dapat ditangani dengan mudah dan aman digunakan
3. Dapat membawa panas per unit volume dalam jumlah besar
4. Mengalami pengembangan atau penyusutan volume dalam jumlah cukup kecil pada perubahan suhu dalam range normal
5. Tidak bersifat beracun dan ramah lingkungan
Pada umumnya air digunakan sebagai media pendingin karena faktor- faktor sebagai berikut :
1. Air merupakan materi yang mudah diperoleh dalam jumlah besar 2. Mudah dalam pengaturan dan pengolahan
3. Menyerap panas cukup tinggi per satuan volume
4. Tidak mudah menyusut secara berarti dalam batasan dengan adanya perubahan temperatur pendingin
(69)
Adapun syarat- syarat air yang digunakan sebagai media pendingin :
1. Jernih, maksudnya air harus bersih, tidak terdapat partikel- partikel kasar yaitu batu, kerikil, atau partikel- partikel halus seperti pasir, tanah dan lumut yang menyebabkan air kotor
2. Tidak menyebabkan korosi
2.6 Pemilihan Kayu Sebagai Bahan Dasar dalam Pembuatan Rangka Mesin Pendingin Tanpa Listrik
Kayu adalah batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang telah mengeras dan mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu terbentuk akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan pada batang. Kayu banyak digunakan dalam kehidupan sehari- hari mulai dari memasak, pembuatan perabot rumah tangga ( meja, kursi dan lain lain), bahan bangunan ( pintu, jendela dan lain- lain), bahan utama pembuatan kertas dan lain- lain.[11]
Penggunaan kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan rangka lemari pendingin tanpa listrik ini didasari oleh beberapa hal antara lain:
1. Kayu mudah didapatkan
2. Mudah dibentuk dan tidak memerlukan keahlian yang cukup tinggi dalam proses pengolahannya (Bila dibandingkan dengan pembuatan mesin pendingin dari logam lainnya yang memerlukan keahlian khusus dalam penempaannya) 3. Kayu sangat kokoh dan tahan lama (Bergantung pada jenis kayu yang
digunakan)
4. Tujuan pembuatan lemari pendingin tanpa listrik ini adalah agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat pedesaan atau kurang mampu dalam
(70)
menyimpan makanan berupa sayur atau buah sehingga tahan lama. Oleh karena itu, penggunaan kayu sebagai bahan dasar juga merupakan salah satu opsi yang bagus dalam pembuatan rangkanya.
Salah satu syarat utama daripada kayu yang boleh digunakan dalam pembuatan rangka lemari pendingin ini adalah kayu harus tahan air. Hal ini dikarenakan rangka kayu ini juga memiliki kontak langsung dengan air. Untuk mencegah kelapukan pada kayu, pemilihan kayu juga merupakan salah satu hal yang penting. Kayu- kayu yang tahan air antara lain[12] :
1. Kayu bingkarai 2. Kayu ulin 3. Kayu jati 4. Kayu Ingul
Kayu bingkarai adalah kayu yang memilki kualitas cukup tinggi. Selain itu, kayu bingkarai mudah diproses seperti diserut, dipotong dan diukir sehingga kayu jenis ini masuk ke dalam katagori kayu pertukangan. [11] Kayu ini juga dikenal sebagai kayu yang tahan terhadap cuaca ( tahan panas dan dingin serta hujan). Kekerasan kayu Bangkirai cukup tinggi, antara 880-990 kg/m3 (pada level MC 12%). Gambar 2.3. [11] menunjukkan gambar kayu bingkarai.
(1)
vii
4.2.3 Beban Pendingin Akibat Terjadinya Radiasi ... 69
4.2.4 Analisa Performansi diluar Ruangan... 70
4.2.5 Analisa Performansi didalam Ruangan... ... 71
4.3 Total Beban Pendingin dan Efisiensi ... 71
4.4 Kapasitas Air yang Diperlukan Sebagai Media Pendingin ... 74
4.5 Kesegaran Buah dan Sayur... .. 75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
... 83
5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA
... 85
LAMPIRAN
(2)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pendingin Tradisional Sistem Pot-In-Pot ... 17
Gambar 2.2 Mesin Pendingin Tradisional dengan Air Sebagai Media Pendingin ... 19
Gambar 2.3 Kayu Bingkarai ... 27
Gambar 2.4 Kayu Ulin ... 28
Gambar 2.5 Kayu Jati ... 29
Gambar 2.6 Kayu Ingul atau Suren ... 29
Gambar 2.7 Beban Pendingin ... 33
Gambar 3.1 Tata Letak Lokasi Penelitian ... 42
Gambar 3.2 Kain Goni ... 43
Gambar 3.3 Kayu ingul ... 43
Gambar 3.4 Triplek ... 43
Gambar 3.5 Paku ... 44
Gambar 3.6 Baut M-12 X 80 ... 44
Gambar 3.7 Pipa Kapiler ... 44
Gambar 3.8 Plat Seng Aluminium ... 45
Gambar 3.9 Martil ... 45
Gambar 3.10 Gunting ... 46
Gambar 3.11 Gergaji Listrik Merek BOSCH35 ... 46
Gambar 3.12 Bor Listrik Merek BOSCH ... 46
Gambar 3.13 Tube Bender ... 47
Gambar 3.14 Tube Cutter ... 47
Gambar 3.15 Flaring Tool ... 47
Gambar 3.16 Laptop Acer ... 48
Gambar 3.17 Thermocouple merek Cole Parmer ... 48
Gambar 3.18 Hobo Microstation data logger ... 50
(3)
ix
Gambar 3.19 Lemari Pendingin ... 51
Gambar 3.20 Hasil Perakitan Lemari Pendingin Tanpa Listrik ... 52
Gambar 3.21 Skema Pengujian ... 53
Gambar 3.22 Diagaram Alir Pembuatan Mesin Pendingin Tanpa Listrik ... 54
Gambar 4.1 Lemari Pendingin Tanpa Listrik ... 59
Gambar 4.2 Grafik Temperatur lingkungan dan kelembaban relatif ... 72
Gambar 4.3 Grafik Radiasi Intensitas ... 72
Gambar 4.4 Grafik Beban pendingin per hari ... 73
Gambar 4.5 Kondisi buah dan sayur pada hari pertama diluar ruangan ... 75
Gambar 4.6 Kondisi sayur dan buah pada hari kedua diluar ruangan... 76
Gambar 4.7 Kondisi buah dan sayur pada hari ketiga diluar ruangan ... 76
Gambar 4.8 Kondisi buah dan sayur pada hari keempat diluar ruangan ... 77
Gambar 4.9 Kondisi sayur dan buah pada hari kelima diluar ruangan ... 78
Gambar 4.10 Kondisi buah pada hari pertama didalam ruangan ... 78
Gambar 4.11 Kondisi buah dam sayur pada hari kedua didalam ruangan ... 79
Gambar 4.12 Kondisi Buah dan Sayur pada hari ketiga didalam ruangan ... 79
Gambar 4.13 Kondisi Buah dan Sayur pada hari keempat didalam ruangan ... 80
Gambar 4.14 Kondisi Buah dan Sayur pada hari kelima didalam ruangan ... 80
Gambar 4.15 Grafik Indeks Kesegaran Buah Jeruk terhadap Temperatur ... 81
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran pada Pendingin Sistem Pot-In-Pot ... 18
Tabel 2.2 Senyawa Halokarbon ... 22
Tabel 2.3 Senyawa Anorganik ... 22
Tabel 2.4 Tabel Perbedaan Keunggulan dan Kekurangan Jenis Kayu ... 30
Tabel 2.5 Tabel Konduktivitas Termal... ... 36
Tabel 2.6 Tabel Emisivitas ... 39
Tabel 3.1 Spesifikasi Tipe Sensor Data Akusisi ... 49
Tabel 3.2 Tabel Dimensi Lemari Pendingin ... 51
Tabel 4.1 Tabel dimensi Lemari Pendingin tanpa listrik ... 59
Tabel 4.2 Tabel Performansi Lemari Pendingin diluar Ruangan ... 70
Tabel 4.2 Tabel Performansi Lemari Pendingin didalam Ruangan ... 71
(5)
xi
DAFTAR SIMBOL
Huruf Latin
Simbol Keterangan Satuan
A Luas Penampang m2
C Konstanta -
h Entalpi W/m2K
I Nilai Insulasi Ruangan -
K Konduktifitas Termal W/m.K
L Panjang m
m Massa kg
Nul Bilangan Nusselt -
n Jumlah Pemmbukaan Pintu -
P Panjang m
Q Kalor Watt
Qdalam Panas dari Dalam Refrijerasi Watt
Qkond Panas Konduksi Watt
Qkonv Panas Konveksi Watt
Ql Panas Laten Watt
Qrad Panas radiasi Watt
Qs Panas Sensibel Watt
Qtotal Panas Total Watt
Ral Rayleigh Number -
T Tinggi m
V Volume m3
(6)
Huruf Yunani
Simbol Keterangan Satuan
μ viskositas fluida kg/m.s
ε emisivitas -
σ konstanta Stefan Boltzman W/m-2 K-4
ρ rapat massa fluida kg/m3
η Efisiensi -
ΔT Perubahan Suhu -