bersumber dari sel imun, neuron dan glia, maupun dari pembuluh darah. Aktifasi berlebihan dari second messengers intraseluler oleh ion Ca akan meningkatkan
produksi radikal bebas dan hipoksia, selanjutnya akan memicu ekspresi sejumlah gene pro-inflamatorik untuk mensintesa faktor transkripsi, antara lain nuclear
faktor NF-kB, heat shock protein Hsps dan interferon. Hal ini akan merangsang sel yang rusak untuk memproduksi bahan mediator proinflamatorik,
misalnya tumor nekrosis faktor TNT- dan interleukin I IL-I . Lebih lanjut keadaan ini akan memicu ekspresi adhesion molecule pada permukaan sel
endothel, termasuk di sini intercellular adhesion moleculer 1 ICAM1, P- selectins dan E-selectins. Molekul ini akan mengaktifasi neutropil untuk melekat
dan menerobos dinding pembuluh darah sawar darah otak masuk ke parenkim otak. Hal ini kemudian diikuti sel makrofag dan monosit berbondong-bondong
menguasai jaringan otak yang rusak sampai dengan hari 5 atau ke 7 sesudah iskemia dan akan memenuhi seluruh lesi 3-14 hari setelahnya. Sel glia, terutama
astrosit dan mikroglia di tempat iskemia teraktifasi sejak 4–6 jam pertama iskemia, menjadi hipertrofi dan aktif. Kegiatannya lebih menonjol pada daerah
penumbra.
16
2.1.4. Paska stroke iskemik
Proses patogenesis yang menjadi dasar tatalaksana stroke dibagi menjadi beberapa stadium. Stadium pra patogenesis yaitu keadaan sebelum terjadi lesi
patologis, stadium patogenesis yaitu sesudah terjadi lesi dan stadium paska patogenesis yaitu saat lesi patologis dianggap sudah menetap.
17
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
Saat kejadian stroke, secara patologik akan terbentuk lesi initial primer pada otak yang mengakibatkan jaringan otak mati terjadi infark dalam 2-5
menit. Keadaan ini diikuti dengan pembentukan lesi sekunder berupa daerah penumbra dan lesi imbas diaschisis. Lesi primer berupa lesi struktural dan lesi
fungsional sedangkan lesi sekunder hanya merupakan lesi fungsional yang berpotensi untuk pulih kembali.
17
Lesi penumbra umumnya terbentuk di sekeliling lesi primer akibat tekanan perfusi lokal pada daerah tersebut sehingga menyebabkan terjadi iskemia. Sel
neuron di daerah tersebut menjadi tidak berfungsi. Lesi sekunder lain yang umumnya terletak jauh dari lesi akan tetapi mempunyai kontak neuronal dengan
daerah lesi primer disebut fenomena diaschisis. Hal ini terjadi oleh karena otak dalam berfungsi mempunyai sistem kerjasama network=jejaring sehingga dalam
melakukan suatu fungsi terarah beberapa pusat akan bekerjasama. Bila terjadi suatu lesi pada sebagian jejaring tersebut maka seluruh sistem akan menyesuaikan
diri untuk menetralisir kondisi yang terjadi. Oleh karena itu bila sebagian sistem saraf yang terkena lesi akut, akan terjadi keadaan “shock throughout” sehingga
banyak bagian saraf yang tidak berfungsi tetapi potensial untuk pulih kembali. Dalam klinis dikenal natural recovery. Pola pemulihan dini lebih banyak
disebabkan oleh 3 fenomena yaitu : pemulihan fungsi neuron, resorbsi darah dan edema serta daerah diaschisis yang pulih kembali.
17
Sepertiga pasien stroke akan meninggal pada fase akut, sepertiga lagi akan mengalami stroke ulang dan dari 50 yang selamat akan mengalami kecacatan.
Pengelolaan penderita paska stroke agar tidak menjadi stroke berulang tidaklah
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
mudah, hal ini disebabkan karena berbagai faktor antara lain faktor intrinsik penderita menyangkut dalam memodifikasi gaya hidup serta faktor ekstrinsik
yang meliputi lingkungan dan upaya untuk mengendalikan faktor risiko. Upaya pencegahan stroke ulang meliputi perilaku gaya hidup sehat, pengendalian faktor
risiko dan tindakan medis untuk mencegah stroke sekunder. Salah satu tindakan invasif untuk mencegah stroke sekunder adalah endarterectomi karotis, yaitu
suatu tindakan reseksi plak dengan atau tanpa tambalan vena pada arteri karotis.
18
2.2 Aterosklerosis