Merokok Kurang olahraga aktivitas fisik

risiko stroke yang tinggi. Penyempitan arteri karotis dapat bersifat simtomatik yang dikenal dengan terjadinya stroke atau transient ischaemic attack TIA, atau asimtomatik tidak menunjukkan gejala klinis apapun. Hal ini bergantung pada keutuhan permukaan plaque robek atau tidak, peningkatan terbentuknya trombus sebagai sumber emboli, dan sistem kolateral yang efektif. Apabila diameter arteri karotis menyempit lebih dari 70 maka disarankan untuk dilakukan operasi. Penyempitannya kurang dari 30 cukup diberi obat tertentu, misalnya statin dan antiplatelet . 12, 21

f. Merokok

Kebiasaan merokok meningkatan risiko terjadinya stroke . dan meningkat dengan beratnya kebiasaan merokok. Perokok ringan atau kurang dari 20 batang perhari risiko stroke sebesar 2,02 dan perokok lebih dari 20 batang perhari risiko stroke 2,52 kali dibanding bukan perokok. Perokok sigaret merupakan faktor risiko aterosklerosis, karena meningkatkan oksidasi lemak, dimana karbon monoksida diyakini sebagai penyebab utama kerusakan vaskuler, terbentuknya aneurisma penyebab perdarahan subarachnoid, sedangkan proses iskemik terjadi akibat perubahan pada arteri karotis. Merokok meningkatkan risiko stroke sesudah faktor risiko lainnya dikendalikan. Risiko pada perokok berat lebih tinggi daripada perokok ringan. Penelitian secara cohort menunjukkan bukti bahwa merokok merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya stroke iskemik. Risiko pada perempuan lebih tinggi daripada laki laki. Banyak bukti bahwa penghentian merokok sangat bermanfaat untuk pencegahan stroke. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com Setelah berhenti merokok maka risiko terkena stroke menurun dalam waktu 2 sampai 5 tahun. 12,21 2.2.2.3. Faktor risiko yang potensial dapat diubah dan belum banyak didokumentasikan .

a. Kurang olahraga aktivitas fisik

Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya stroke dan penyakit jantung. Olahraga secara cukup jalan cepat, berkebun, berenang, erobik dsb rata rata 30 menit hari dapat menurunkan risiko stroke. Olahraga dapat mengendalikan obesitas dan diabetes melitus, meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein HDL, dan pada sekelompok individu dapat menurunkan tekanan darah. Inaktivitas fisik lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki laki, orang kulit hitam daripada kulit putih, individu senior daripada dewasa muda, dan pada kelompok masyarakat dengan status sosio ekonomi yang rendah. 12, 21

b. Obesitas