68
Rumah Sakit Petronella ini membuat zending di daerah-daerah lain di Jawa tertarik untuk mengirimkan tenaga-tenaga perawatnya agar mendapatkan
pendidikan di tempat ini. Rumah Sakit Petronella akhirnya juga menjadi sekolah yang menghasilkan Pramurukti tenaga jururawat.
J.F.H. De Graaf pada tahun 1932 menulis dalam tajuk rencana yang di muat majalah “Medische Nood”, tajuk rencana ini berisi tentang pekerjaan pendidikan
jururawat yang ada di Rumah Sakit Petronella.
12
Tajuk rencana ini telah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia di dalam buku rumah sakit Bethesda dari
masa ke masa yang ditulis oleh Sugiarti Siswandi;
13
Selanjutnya kami akan menyebut pekerjaan dr. Scheurer di poliklinik dan apa yang telah dilakukannya dalam bidang pendidikan ialah pengkaderan
pramurukti putera dan puteri dari kalangan rakyat biasa, atas dasar dari rakyat untuk rakyat. Kita tidak dapat membayangkan terlaksananya
pelayanan kesehatan di Indonesia baik bagi orang Indonesia atau orang- orang Eropa tanpa mengikut sertakan tenaga dari rakyat Indonesia. Yang
merintis jalan adalah dr. Scheurer, dialah yang menemukan metodenya
2. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Pada bulan Maret 1903, pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Petronella mulai direncanakan untuk diperluas. Scheurer sebelumnya telah meminta
tambahan subsidi kepada Pemerintah Belanda. Pada awalnya pemerintah memberikan subsidi sebesar ƒ. 250 kepada Rumah Sakit Petronella. Jumlah ini
masih belum dapat mencukupi kebutuhan Rumah Sakit Petronella sehingga Scheurer meminta kepada Pemerintah Belanda agar menaikkan jumlah subsidi
12
J.F.H. De Graaf adalah Mentri Jajahan Belanda yang bertugas di Hindia Belanda pada tahun 1919-1925 dan 1929-1933.
13
Sugiarti Siswadi, op.cit., hlm. 32-33.
69
menjadi ƒ. 500. Surat permohonan ini sebenarnya telah dikirimkan kepada Pemerintah Belanda sebelum Scheurer kembali ke Belanda, akan tetapi
pemerintah Belanda tidak dapat memproses permohonan ini karena direktur rumah sakit tidak di tempat. Setelah Scheurer kembali ke Yogyakarta, ia segera
melakukan klarifikasi dengan mengirim surat kepada Pemerintah Belanda.
14
Usaha perluasan kegiatan di Rumah Sakit Petronella juga dilakukan karena adanya wabah penyakit Malaria yang mulai menyebar di Yogyakarta. Wabah
penyakit ini terjadi ketika banyak pemilik perusahaan gula membuka lahan untuk penanaman tebu. Nyamuk yang tadinya berada di dalam hutan menyebar ke
wilayah pemukiman penduduk hingga menyebabkan terjadinya wabah Malaria. Para pemilik lahan ini kemudian meminta pertolongan kepada Rumah Sakit
Petronella dan kemudian dua orang tenaga perawat diutus untuk berkeliling membawa obat-obatan untuk memberi pertolongan di desa-desa yang
pemduduknya banyak terkena penyakit Malaria. Dua orang tersebut disamping ditugaskan untuk memberi pengobatan kepada masyarakat yang terkena penyakit
Malaria, juga ditugaskan untuk melakukan Pekabaran Injil dengan membawa Alkitab ketika berkeliling dan memberikan pertolongan.
15
Selama satu bulan, tercatat lebih dari 2000 orang telah ditangani oleh perawat dari rumah sakit ini.
Pada 1906, Scheurer terkena penyakit Beri-beri Tropik sehingga harus segera mendapatkan perawatan di Negeri Belanda. Setelah Scheurer kembali ke
Belanda, kepemimpinan di Rumah Sakit Petronella diberikan kepada dr. Hendrik
14
Lihat lampiran 1.
15
Tim Penyusun 1994, op.cit., hlm. 38.
70
Simon Pruys yang merupakan seorang bekas dokter tentara.
16
Dokter Pruys bersedia menerima tugas sebagai Direktur Rumah Sakit Petronella dengan syarat
bahwa tugasnya hanya bersifat sementara, ia berencana hanya akan memimpin Rumah Sakit Petronella sampai dokter Scheurer kembali dari Belanda.
Kepemimpinan dokter Pruys di Rumah Sakit Petronella pada akhirnya harus terus berlangsung sampai tahun 1918 karena dokter Scheurer tidak dapat kembali lagi
ke Yogyakarta.
B. Penerapan Sistem Referral