konstruksi dan analisis dampak lingkungan, sistem manajemen K3 serta penyusunan laporan Balai.
1.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut:
11
KASUBBID. WILAYAH BARAT
KEPALA PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGAR
AAN KONSTRUKSI
KEPALA SUBBAG TATA USAHA
KABID.KUALITAS KONSTRUKSI
DAN ANDAL KONSTRUKSI KASUBBID. KUALITAS
KONSTRUKSI KASUBBID. ANDAL
KONSTRUKSI KASUBBID. WILAYAH
TIMUR KABID. PENGADAAN JASA
KONSTRUKSI KABID.ADMINISTRASI
KONTRAK KONSTRUKSI
KASUBBID. PENGATURA
N KASUBBID PEMBERD.
MONITORI NG
KA. BALAI KAJIAN PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI
KASUBBAG TU. BALAI KAJIAN PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI KASI. PELAYANAN TEKNIS BALAI
KAJIAN PENYELENGGAR
AAN KONSTRUKSI
JAFUNG
STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
12
Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, saat ini terdapat 39 personil yang terdiri dari 37 orang PNS dan 2 Pegawai Harian dengan
klasifikasi dan kualifikasi sebagaimana pada Tabel 1.1, 1.2, dan 1.3 berikut: Tabel 1.1 Klasifikasi Golongan PNS Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi
No Golongan
Jumlah 1.
II 2
Orang 2.
III 29
Orang 3.
IV 6
Orang Total
37 Orang
Tabel 1.2 Kualifikasi Pendidikan PNS Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi
No Pendidikan
Jumlah 1.
SLTA 18
Orang 2.
D3 3
Orang 3.
D4 Orang
4. S1
8 Orang
5. S2
10 Orang
6. S3
Orang Total
37 Orang
Tabel 1.3. Klasifikasi Golongan dan Tingkat Pendidikan Pegawai Harian
No Golongan
SLTA Jumlah
1. II
2 Orang 2
Orang
13
1.3. Lingkungan Strategis 1.3.1. Lingkungan Strategis Internal
Dengan pendekatan SWOT Strength, Weakness, Opportunity dan Threat atau KEKEPAN
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman lingkungan strategis internal di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi BPKSDM terdiri dari kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Kekuatan
a. Tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah cukup jelas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
01PRTM2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum. b. Undang-Undang Nomor 181999 tentang Jasa Konstruksi UUJK dan peraturan
pelaksanaannya sebagai landasan hukum pengaturan Jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu, dan menyeluruh. UUJK adalah modal utama bagi
Pemerintah untuk mengembangkan industri jasa konstruksi menuju tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan peningkatan kompetensi
stakeholder jasa konstruksi. Serta adanya peraturan pemerintah pendukung UUJK yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Konstruksi
dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
c. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah dan perubahannya.
d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09PRTM2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum. g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04PRTM2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu SMM Departemen Pekerjaan Umum. h. Pedoman pelaksanaan pengadaan barangjasa dari Menteri Pekerjaan Umum.
14
i. Kebijakan pimpinan Eselon I dan Eselon II dalam melaksanakan kegiatan pembinaan penyelenggaraan konstruksi setiap tahun anggaran berjalan.
j. Tersedianya SDM sejumlah 39 orang yang terdiri dari PNS sebanyak 37 orang dan Non-PNS sebanyak 2 orang dengan tingkat pendidikan yang cukup baik S2 10
orang; S1 8 orang, D3 3 orang, SLTA sebanyak 18 orang. k. Tersedianya narasumber yang kompeten di bidangnya termasuk purnabakti Dep.
PU. l. Tersedianya prasarana dan sarana untuk mendukung pelaksanaan tugas yang
cukup memadai; seperti antara lain alat pengolah dataunit komputer. m. Pengalaman para pejabat struktural cukup baik, yang umumnya berasal dari
satminkal teknis Ditjen SDA, Bina Marga dan Cipta Karya sehingga memberikan dinamika dan peluang koordinasi dan networking yang baik.
n. Sebagian personil Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah memiliki sertifikat yang berkaitan dengan penyelenggaraan konstruksi.
o. Tersedia anggaran kegiatan pembinaan penyelenggaraan konstruksi DIPA. p. Telah tersedianya program tahunan dan program jangka menengah 5 tahun
B. Kelemahan
Kelemahan internal yang ditemukan pada Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, adalah sebagai berikut:
a. Terbatasnya jumlah SDM yang memiliki keahlian menjadi instruktur di bidang pembinaan penyelenggaraan konstruksi dalam proses pengadaan barangjasa,
administrasi kontrak, mutu kualitas konstruksi, dan ANDAL konstruksi. b. Koordinasi antar bidang dilingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan
Konstruksi belum berjalan dengan baik. c. Kurang tertibnya penanganan pengendalian dokumen rekaman kegiatan yang
sudah dilaksanakan sehingga terjadi keterlambatan bila diperlukan untuk penyusunan program berikutnya.
d. Kurangnya kaderisasi personil untuk persiapan penggantian personil yang akan memasuki masa purnabakti.
e. Kurang tepatnya penyusunan program kegiatan dengan rencana penarikan keuangan sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai rencana.
15
1.3.2. Lingkungan Strategis Eksternal
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan lingkungan strategis eksternal Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi adalah unit kerja yang secara langsung maupun tidak
langsung berinteraksi dengan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, baik Pusat- pusat yang ada di BPKSDM, Ditjen-Ditjen di lingkungan Dep. Pekerjaan Umum, Institusi
DinasLembaga di Daerah, dan Masyarakat Jasa Konstruksi yang berkenaan dengan penyelenggaraan konstruksi.
Dengan memperhatikan pendekatan eksternal Departemen Pekerjaan Umum dalam pembinaan penyelenggaraan konstruksi, maka strategis eksternal Pusat Pembinaan
Penyelenggaraan Konstruksi dapat di kelompokan peluang dan tantangan terhadap eksistensi dari visi dan misi organisasi.
A. Peluang
a. Adanya tuntutan transparansi, akuntabel, bebas KKN dalam pelaksanaan pengadaan, perlu di imbangi dengan pemahaman dan penguasaan Keppres Nomor
80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa pemerintah, melalui kegiatan Pembinaan Teknis, baik di tingkat Pusat maupun daerah.
b. Tuntutan masyarakat akan mutu konstruksi yang handal, keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja konstruksi dan kebutuhan akan
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan suistainable development.
c. Adanya komitmen pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk memberantas KKN di segala bidang, termasuk dalam proses pengadaan
barangjasa dan penyelenggaraan konstruksi. d. Adanya tawaran pelatihan dan kerjasama dengan lembaga terkait atau di
lingkungan Departemen PU yang dapat meningkatkan kompetensi SDM. e. Semakin tingginya kesadaran pelaku jasa konstruksi terhadap pentingnya
pemahaman dan penerapan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen K3 Konstruksi pada proyek-proyek pelaksanaan konstruksi.
f. Tuntutan masyarakat akan reformasi dalam pelayanan kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi pelayanan prima.
g. Berkembangnya Tata Kelola Informasi IT Governance di lingkungan pemerintahan pada umumnya dan Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya.
16
h. Adanya pakta komitmen dari Menteri Pekerjaan Umum beserta seluruh jajaran Eselon I dan Masyarakat Jasa Konstruksi pada tanggal 12 Februari 2009 untuk
menerapkan SMK3 Konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04PRTM2008 tentang Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum. i. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04PRTM2009 tentang
Sistem Manajemen Mutu SMM Departemen Pekerjaan Umum. j. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09PRTM2009 tentang
Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum.
B. Tantangan
a.Masih adanya upaya terjadinya KKN dari penyedia barangjasa maupun pengguna jasa.
b.Masih kurangnya pemahaman para pelaksana dan pejabat berwenang dalam
penyelenggaraan pengadaan barangjasa. c.Perubahan tatanan organisasi di tingkat provinsi dan kabupaten di era otonomi
daerah. d.Belum terpenuhinya target pembinaan disebabkan adanya kegiatan di daerah
yang waktu pelaksanaanya bersamaan dengan jadwal pembinaan yang sudah direncanakan.
e.Masih kurangnya pemahaman pentingnya dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Konstruksi.
f.Masih perlu ditingkatkan komitmen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten dan terpadu.
1.3.3. Analisis Terhadap Kondisi Lingkungan Strategis
INTERNAL EKSTERNAL
KEKUATAN STRENGTHS PELUANG OPPORTUNITIES
a. Tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan
Penyelenggaraan Konstruksi sudah cukup jelas
sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 01PRTM2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum. a.
Adanya tuntutan
transparansi, akuntabel, bebas KKN dalam
pelaksanaan pengadaan, perlu di imbangi dengan pemahaman dan
penguasaan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan BarangJasa pemerintah, melalui kegiatan Pembinaan Teknis,
17
b. Undang-Undang Nomor 181999 tentang Jasa Konstruksi UUJK dan
peraturan pelaksanaannya sebagai landasan hukum pengaturan Jasa
konstruksi yang terencana, terarah, terpadu, dan menyeluruh. UUJK
adalah modal utama bagi Pemerintah untuk mengembangkan
industri jasa konstruksi menuju tertib
usaha, tertib
penyelenggaraan, dan peningkatan kompetensi
stakeholder jasa
konstruksi. Serta adanya peraturan pemerintah pendukung UUJK yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Konstruksi dan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
c. Keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan BarangJasa Pemerintah dan perubahannya.
d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004
tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
e. Pedoman pelaksanaan pengadaan barangjasa dari Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum
Nomor baik di tingkat Pusat maupun daerah.
b. Tuntutan masyarakat akan mutu
konstruksi yang handal, keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga
kerja konstruksi dan kebutuhan akan pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan suistainable development.
c. Adanya komitmen pemerintah dan
seluruh elemen masyarakat untuk memberantas KKN di segala bidang,
termasuk dalam proses pengadaan barangjasa dan penyelenggaraan
konstruksi. d.
Adanya tawaran pelatihan dan kerjasama dengan lembaga terkait atau
di lingkungan Departemen PU yang dapat meningkatkan kompetensi SDM.
e. Semakin tingginya kesadaran pelaku
jasa konstruksi terhadap pentingnya pemahaman dan penerapan Sistem
Manajemen Mutu, Sistem Manajemen K3 Konstruksi pada proyek-proyek
pelaksanaan konstruksi. f.
Tuntutan masyarakat akan reformasi dalam pelayanan kecepatan dan
ketepatan mendapatkan informasi pelayanan prima.
g. Berkembangnya Tata Kelola Informasi
IT Governance di lingkungan pemerintahan pada umumnya dan
Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya.
h. Adanya pakta komitmen dari Menteri
Pekerjaan Umum beserta seluruh
18
43PRTM2007 tentang Pedoman Standar Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah. f. Kebijakan pimpinan Eselon I dan
Eselon II dalam melaksanakan kegiatan
pembinaan penyelenggaraan konstruksi setiap
tahun anggaran berjalan. g. Tersedianya SDM sejumlah 39
orang yang terdiri dari PNS sebanyak 37 orang dan Non-PNS
sebanyak 2 orang dengan tingkat pendidikan yang cukup baik S2 10
orang; S1 8 orang, D3 3 orang, SLTA sebanyak 18 orang dan CPNS 2
orang h. Tersedianya narasumber yang
kompeten di bidangnya termasuk purnabakti Dep. PU.
i. Tersedianya prasarana dan sarana untuk mendukung pelaksanaan
tugas yang cukup memadai; seperti antara lain alat pengolah dataunit
komputer. j. Pengalaman para pejabat struktural
cukup baik, yang umumnya berasal dari satminkal teknis Ditjen SDA,
Bina Marga dan Cipta Karya sehingga memberikan dinamika
dan peluang koordinasi dan networking yang baik.
k. Sebagian personil Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah
memiliki sertifikat yang berkaitan dengan
penyelenggaraan jajaran Eselon I dan Masyarakat Jasa
Konstruksi pada tanggal 12 Februari 2009 untuk menerapkan SMK3
Konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04PRTM2008
tentang Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
i. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09PRTM2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen
Pekerjaan Umum.
19
konstruksi. l. Tersedia anggaran kegiatan pada
Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi DIPA.
m. Tersedia program tahunan dan program jangka menengah 5
tahun KELEMAHAN WEAKNESS
TANTANGAN THREATS a. Terbatasnya jumlah SDM yang
memiliki keahlian
menjadi instruktur di bidang pembinaan
penyelenggaraan konstruksi dalam proses pengadaan barangjasa,
administrasi kontrak, mutu kualitas konstruksi, dan ANDAL konstruksi.
b. Koordinasi
antar bidang dilingkungan Pusat Pembinaan
Penyelenggaraan Konstruksi belum berjalan dengan baik.
c. Kurang tertibnya penanganan pengendalian dokumen rekaman
kegiatan yang sudah dilaksanakan sehingga terjadi keterlambatan bila
diperlukan untuk penyusunan program berikutnya.
d. Kurangnya kaderisasi personil untuk persiapan penggantian
personil yang akan memasuki masa purnabakti.
e. Kurang tepatnya penyusunan program kegiatan dengan rencana
penarikan keuangan sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai
rencana. a.
Masih adanya upaya terjadinya KKN dari penyedia barangjasa maupun pengguna
jasa. b.
Masih kurangnya pemahaman para
pelaksana dan pejabat berwenang dalam penyelenggaraan pengadaan
barangjasa. c.
Perubahan tatanan organisasi di tingkat provinsi dan kabupaten di era otonomi
daerah. d.
Belum terpenuhinya target pembinaan disebabkan adanya kegiatan di daerah
yang waktu pelaksanaanya bersamaan dengan jadwal pembinaan yang sudah
direncanakan. e.
Masih kurangnya
pemahaman pentingnya dalam penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Konstruksi.
20
Strategi Pencapaian Sasaran Kegiatan .
Untuk mencapai sasaran kegiatan Tahun Anggaran 2009 Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi akan melakukan strategi sebagai berikut:
1.
Pembinaan, Bantuan Teknis, Bimbingan Teknis, Sosialisasi sesuai Tupoksi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi baik di tingkat Pusat maupun Daerah
. 2.
Advis Teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan konstruksi.
3.
Rekomendasi Teknis dalam proses penyelenggaraan koknstruksi.
4.
Sosialisasi NSPK Penyelenggaraan Konstruksi.
5.
Outsourcing narasumberpakarpraktisi baik dilingkungan Dep PU maupun profesional.
6.
Memperkuat sinergi diantara SDM internal Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dengan pelatihan.
7.
Pemanfaatan DIPA untuk melakukan sosialisasi sehingga pemahaman dapat meningkat.
8.
Pemanfaatan Balai di lingkungan Dep. PU yang berada di Daerah untuk kegiatan sosialisasi.
9.
Bekerja sama dengan LPJKD atau Assosiasi di Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.
10.
Melakukan pembinaan dalam bentuk TOT kepada pimpinan penyelenggara konstruksi di daerah dengan harapan dapat menjadi instruktur di wilayah
kewenangannya.
11.
Melakukan sinkronisasi program baik antar unit maupun institusilembaga di Pusat dan Daerah.
BAB II PERENCANAAN STRATEGIK
Sebagai langkah-langkah mencapai visi dan menjalankan misi Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi, Pusat
Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi perlu menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan konstruksi yang profesional, dengan cara pembinaan bidang
pengadaan jasa konstruksi, pembinaan bidang pengembangan kualitas konstruksi dan
21