KESIMPULAN Jurnal Staatrechts Volume 1 No 2 | Jurnal Staatrechts Vol 1 No 2 | JURNAL HUKUM STAATRECHTS 123 265 1 SM

akses tersebut melalui enkripsi encryption dan Public Key Infrastructure PKI. Cukup banyak negara telah dan ada pulanya yang telah mengeluarkan hukum nasionalnya mengenai kerahasiaan pribadi termasuk juga hukum nasional mengenai tandatangan digital. Misalnya Indonesia saat ini telah merumuskan RUU tentang kerahasiaan informasi publik 29 . Ketiga, Pelaksanaan putusan arbitrase secara online. Masalah utama dalam arbitrase online adalah masalah pelaksanaan putusan yang dilakukan melalui ADR online khususnya arbitrase online. Masalah ini menjadi utama karena pelaksanaan putusan arbitrase online yang menjadi indikator apakah arbitrase online ini akan prospektif di masa depan 30 . Dalam perjanjian para pihak ditambahkan klausul untuk penyelesaian secara arbitrase online. Pemberitahuan mengenai berlakunya syarat berarbitrase, diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang berbunyi : “1Dalam hal timbul sengketa, pemohon harus memberitahukan dengan surat tercatat, telegram, teleks, faksimili, e- mail, atau dengan buku ekspedisi kepada termohon bahwa syarat arbitrase yang diadakan oleh pemohon atau termohon berlaku. 2 Surat pemberitahuan untuk mengadakan arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 memuat dengan jelas : a. nama dan alamat para pihak ; b. penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku; c. perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa ; 29 Emerson Yuntho dan Wahyu Wagiman, Tindak Pidana Informasi Rahasia dalam Rancangan KUHP : Ancaman Bagi Hak Asasi Manusia dan Hak Sipil, Jakarta : ELSAM dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2007, hlm. 52. 30 Huala Adolf, dkk., Op.Cit., hlm. 91-92. d. dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada ; e. cara penyelesaian yang dikehendaki ; dan f. perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.” Lembaga arbitrase menentukan apakah akan melaksanakan proses online atau tidak karena hanya menerima kasus yang berkaitan dengan aktivitas secara online, seperti wanprestasi e-commerce, pelanggaran hak cipta, paten di dunia maya, pencemaran nama baik. Dalam hal ini lembaga arbitrase menyusun peraturan prosedur mengenai arbitrase online. Jika para pihak menunjuk penyelesaian sengketa melalui suatu lembaga arbitrase tertentu maka para pihak dengan sendirinya juga menyetujui berlakunya prosedur online yang disediakan penyedia jasa yang bersangkutan.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama, Prospek penerapan arbitrase online di Indonesia sebagai sarana penyelesaian sengketa komersial adalah berdasarkan undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif. Pasal 4 ayat 3 menyebutkan: “Dalam hal disepakati penyelesaian engketa melalui arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat, maka pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para pihak”. Ketentuan arbitrase online bisa dilaksanakan di Indonesia, meskipun masih terlalu sederhana dan tidak memberikan jaminan efektivitas dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan proses arbitrase online. Kedua, Dalam menjalankan arbitrase online di Indonesia, ada kendala yang dihadapi. Kendala tersebut adalah tidak tersedianya undang-undang khusus yang mengatur arbitrase online, sehingga menimbulkan ketidakjelasan bagi para pihak dalam proses beracara secara online. Selain itu, tidak adanya lembaga arbitrase online menjadi kendala tersendiri, sementara Badan Arbitrase Nasional Indonesia tidak memiliki infrastruktur khusus untuk menyelenggarakan arbitrase secara online. Ketiga, Perlu dilakukan penyusunan rancangan undang-undang tentang arbitrase online, yang secara khusus menangani sengketa online. Rancangan undang-undang tentang arbitrase online tersebut setidaknya mengatur beberapa hal, seperti, kelembagaan arbitrase online, hukum acara arbitrase online, syarat arbiter serta syarat-syarat lain yang menjadi standar bagi arbiter dalam menangani sengketa secara online. DAFTAR PUSTAKA Adolf, Huala, Hukum Arbitrase Komersial Internasional , Raja Grafindo Persada, Jakarta. Adolf, Huala dkk., Masalah Hukum Arbitrase Online , Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2010. Alboukrek, Karen, Adapting to A New world of E-Commerce: The Need for Uniform Consumer Protection in the International Electronic Marketplace , George Washington International Law Review, 2003. Asyhadi, Zaeni, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia , Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2005. Basarah, Moch, Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa Arbitrase Internasional , Jakarta: Genta Publishing, 2011. Barkatullah, Abdul H., Penerapan Arbitrase Online dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi E-Commerce, Jurnal Hukum , Volume IV Nomor 3, Juli 2010. Brunner, Laurel dan Zoran Jevtic, Mengenal Komputer untuk Pemula, Terjemahan, Bandung : Mizan, 2001. Harianto, Dedi, Arbitrase Online Sebagai Sarana Penyelesaian Sengketa, Jurnal Hukum Bisnis, Volume VI Nomor 3, Agustus 2009 Kurniawan, Agus, Cryptography dengan Net, Depok : Dian Rakyat, 2008 Makarim, Edmon, Pengantar Hukum Telematika : Suatu Kompilasi Kajian , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Priowirjanto, Enni Soerjati, Mencermati Ketentuan Bab V Undang-Undang No.11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Perkembangan Praktek E-Commerce di Indonesia ”, dalam Mieke Komar, Rajagukguk, Erman, Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan , Jakarta : Chandra Pratama, 2000. Rahimsyah, MB, Kamus Komputer dan Internet , Aprindo, Jakarta, tt Zamroni Abdussamad, Modernisasi dan Pembaharuan Hukum Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Volume IV Nomor 4, Februari 2011 Siburian, Paustinus, Arbitrase Online APS Perdagangan Secara Elektronik , Jakarta : Djambatan, 2004. Soemartono, Gatot, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006 Sunarto, Andi, Seluk Beluk E-Commerce, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. Toffler, Alfin, The Third Wave, Toronto,New York, London,Sydney, Buntam Books,1982 Tumpa, Harifin A, Memahami Sumber Hukum,Jenis, Azaz-azas dan Prinsip- Prinsip Dalam Arbitrase di Indonesia , PUKAP,2010. Yuntho, Emerson dan Wahyu Wagiman, Tindak Pidana Informasi Rahasia dalam Rancangan KUHP : Ancaman Bagi Hak Asasi Manusia dan Hak Sipil, Jakarta : ELSAM dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2007 ASAS JUJUR OLEH CALON KEPALA DAERAH INCUMBENT DALAMPEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH YANG DEMOKRATIS ERLIH PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA ABSTRACT This study aims to investigate whether the implementation of local elections that followed the incumbent candidate can run democratically. Other purpose is to know how local elections system that can support the basic honesty of time dating. This study is a normative legal research and analyze the qualitative descriptive analysis. The results found that: First, the implementation of local elections that followed by incumbent candidates in local elections are particularly vulnerable to breaches basics of elections. Where the candidate is the incumbent power holder will be very ambitious legitimize its authority by all means to win the election. Second, the implementation of local elections should be organized on the incumbent candidate in local elections participation is to limit the authority of the incumbent candidates to anticipate the use of the state budget, deployment, and an emphasis on civil servants to win the local elections which is followed by the incumbent candidate to win election general head area. until the General Election district head can go according to the basics of elections and run according to the basic honesty in order to achieve a democratic election. Keywords: Basic Honest, System General Election, election to the District, ABSTRAK Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diatur dalam Pasal 18 Ayat 4 UUD 1945 serta Pasal 56 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diikuti oleh calon Incumbent tidak berjalan secara demokrasi yang semestinya dan jauh dari asas-asas pemilihan umum yaitu asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Apakah pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang diikuti calon incumbent dapat berjalan secara demokratis dan bagaimanakah sistem pemilihan kepala daerah yang dapat menunjang asas jujur di masa datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat yuridis normatif. Di mana penulis memulai penelitian dari titik berdiri internal dengan menggunakan disiplin ilmu hukum. Untuk menemukan sumber-sumber di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan studi kepustakaan dan bahan-bahan hukum. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan, pertama, pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang diikuti oleh calon incumbent tidak dapat berjalan secara demokratis. Kedua, untuk sistem pemilihan kepala daerah di masa datang yang dapat menunjang asas jujur ialah dengan membatasi kewenangan calon incumbent agar pemilihan umum kepala daerah dapat berjalan sesuai dengan asas-asas pemilihan umum. Berdasarkan kesimpulan- kesimpulan yang dikemukakan di atas penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut, Pertama, Untuk membuat incumbent dapat berpartisipasi secara demokratis dalam pemilihan umum kepala daerah sebaiknya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 sebaiknya diubah dalam rangka membuat peraturan yang mewajibkan calon incumbent harus mengundurkan diri dari jabatannya sehinga pelaksanaan pemilihan kepala daerah dapat berjalan demokratis. Kedua, Sistem pemilihan kepala daerah tidak diatur dalam satu undang-undang sehingga membuat aturan mengenai pemilihan kepala daerah menjadi terbatas. Oleh sebab itu, sebaiknya pemilihan umum kepala daerah harus diatur secara tersendiri dalam satu undang-undang supaya pemilihan kepala daerah dapat berjalan demokratis. Kata Kunci: Asas Jujur, Sistem Pemilihan Umum, Pemilihan Kepada Daerah,

A. Pendahuluan