PENDAHULUAN Analisis Potensi Pengembangan Objek Wisata Alam Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

1.1.1 Latar Belakang

Petualangan kelompok manusia di muka Bumi, umumnya dirangsang oleh adanya daya tarik yang lebih kuat dari tempatnya bermukim dan bermasyarakat. Selain berpetualang, banyak pula kelompok manusia yang berkelana di alam bebas untuk melihat dan menyaksikan sesuatu yang belum pernah dijumpanya. Petualangan atau perkelenaan, memang banyak dilakukan oleh manusia atau kelompok manusia hingga sekarang. Hadirnya manusia membuat tata alam senantiasa berubah. Perubahan ini juga dipacu oleh perkembangan IPTEK, hingga semakin merangsang manusia untuk keluar dari lingkungan hidupnya untuk melawat ke belahan bumi yang lain. Melawat keluar dari lingkungan hidupnya selama beberapa hari atau lebih untuk menyaksikan keindahan tata alam, masyarakat, dan atau hasil binaan disebut pariwisata. Berwisata memang memiliki arti luas, tetapi pada hakekatnya ada beberapa tujuan, antara lain disebabkan oleh kebutuhan untuk menyegarkan kembali rohani dan jasmani sesudah jenuh oleh kesibukan kerja sehari-hari (Darsoprajitno, 2002).

Pada dasarnya dimana saja unsur wisata selalu sama, tetapi sesuai dengan kedudukan geografinya di permukaan Bumi, tidak satu pun tata alam atau bentukan alam yang sama di belahan Bumi lainnya. Demikian pula masyarakat, atau hasil binaannya. Perbedaan inilah yang selalu merangsang seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjunginya. Rangsangan atau daya tarik yang kemudian dikembangkan untuk kepentingan kepariwisataan, disebut daya tarik wisata (Darsoprajitno, 2002).

Menurut Sunaryo (2013), secara sederhana daya tarik wisata seringkali diklasifikasikan berdasarkan pada jenis dan temanya, yaitu dibagi menjadi tiga jenis tema daya tarik wisata sebagai berikut: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata minat khusus. Berbagai jenis atraksi dan daya tarik wisata tadi mempunyai kedudukan yang sangat penting pada sisi produk wisata, terutama dalam rangka menarik kunjungan wisatawan ke destinasi.


(2)

Indonesia dengan bentangan wilayah yang sangat luas yang didukung sumber daya alam yang beraneka ragam serta berpotensi untuk diolah dan dimanfaatkan. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional. Indonesia memiliki berbagai macam potensi pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya karena Indonesia memiliki bermacam-macam suku, adat-istiadat, dan kebudayaan yang karena letak geografis negara Indonesia sebagai negara tropis yang menghasilkan keindahan alam dan satwa (Yoeti, 2008).

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu daerah yang secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Pada perkembangan pembangunannya telah banyak mengalami kemajuan dalam hal infrastruktur. terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi memanjang dari

utara ke selatan, tepatnya pada 3°37’ - 4°738’ lintang selatan dan 121°05’-121°46’ bujur timur. Wilayah ini terletak ±165 km dari Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Kota Kendari), merupakan pintu gerbang ekonomi sebelah barat Provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat diakses dengan mudah melalui transportasi darat, laut, dan udara.

Objek wisata didaerah ini sangat beragam mulai dari objek wisata alam, wisata buatan, dan wisata minat khusus. Keberadaan objek wisata alam Kolaka tidak bisa dipungkiri oleh tiap wisatawan yang berkunjung karena memiliki panorama yang indah dan eksotis, namun sampai saat ini pengembangan yang dilakukan terhadap objek wisata alam di Kolaka mengalami kendala. Beberapa kendala tersebut dapat dijelaskan pada tabel 1.1 dihalaman berikut.


(3)

Tabel 1.1. Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan

No Urusan Pilihan Permasalahan

1. Urusan Pariwisata 1. Daya tarik obyek wisata belum optimal dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan belanja wisatawan. 2. Belum optimalnya upaya promosi dan

pemasaran dari produk-produk wisata. 3. Stagnasi pengembangan produk pariwisata

karena terbatasnya investasi di bidang pariwisata.

4. Penyediaan sarana dan prasarana obyek wisata belum memadai.

5. Aksesibilitas untuk transportasi menuju tiap objek wisata masih belum memadai. Sumber: RPJMD Kabupaten Kolaka tahun 2014 - 2019.

Objek wisata alam yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan pertimbangan dari data-data sekunder yang diperoleh dan merujuk pada tolak ukur jumlah kunjungan wisatawan, aksesibilitas, dan keunikan objek wisata, maka akan terdeskripsikan pada tabel 1.2 dan 1.3 berikut.

Tabel 1.2 Data Statistik Wisatawan Kabupaten Kolaka No Objek Wisata

Jumlah Kunjungan Wisatawan/Tahun

2012 2013 2014 2015 2016*

Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing Domestik Asing

1. Sungai Tamborasi

16.257 11 21.078 27 21.467 22 23.256 31 26.465 35

2. Tanjung Malaaha 3.021 2 3.217 - 4.977 2 6.321 4 7.745 7

3. Tanjung Kayu Angin

9.879 7 11.265 12 12.947 7 14.669 11 15.653 10

4. Pantai Poturua Watubangga

6.702 5 8.076 8 7.760 4 9.837 7 8.871 8 Ket*= Data sementara pada tahun berjalan.

Sumber: DISBUDPAR Kabupaten Kolaka, 2016.

Data statistik kunjungan objek wisata alam di Kabupaten Kolaka menunjukkan bahwa wisatawan domestik mengalami peningkatan dari tahun 2012-2016, sedangkan untuk kunjungan wisatawan asing mengalami penurunan yang signifikan dalam 5 tahun tersebut. Tren pengunjung pada objek wisata alam di daerah ini tidak jauh beda dari objek wisata alam yang ada di daerah lainnya. Lonjakan pengunjung terjadi pada setiap hari-hari besar seperti libur hari raya lebaran, libur hari kerja dan lain-lain.


(4)

4 km kea rah utara dari Ibukota Kabupaten, karena

letak posisinya yang berada tepat dipinggir jalan maka objek wisata ini sangat mudah dijangkau bagi wisatawan daj posisinya strategis karena berada dijalur Trans Sulawesi.

Akses untuk sampai diobjek wisata ini dibutuhkan dua jenis transportasi, tahap pertama melalui jalur darat kearah utara ±30 km dari Ibukota Kabupaten, selanjutnya menggunanakan perahu tradisional untuk mencapai tanjung tersebut yang hanya berjarak ±20 m dari daratan.

Akses untuk mencapai objek wisata ini lebih mudah di jangkau melalui jalur darat ±20 km kea rah utara dari Ibukota Kabupaten menuju ke Kecamatan Samaturu Desa Sani-sani dengan kondisi jalan beraspal menuju objek sebagian kecil masih tergolong kurang baik.

Berjarak kurang lebih 30 km dari bandara Sangia Ni bandera Kolaka, objek wisata ini merupakan yang paling dekat untuk dijangkau oleh wisatawan dari luar Provinsi yang menggunakan jalur udara untuk ke objek tersebut.

lokasi:

 Sumber mata air yang keluar dari sela-sela batu dengan debit yang cukup deras menyerupai sungai dan langsung bermuara di pantai yang jarakanya ±20 meter sehingga dikenal sebagai sungai terpendek didunia.  Tak Juah dari muara sungai terdapat

pantai yang memisahkan air sungai yang tawar dan air laut yang asin.

Panorama alam yang indah, air yang jernih, dan ombak yang tenang.

Panorama alam yang indah, dengan hamparan pasir putih yang ekstotik.

Pasir yang memanjang mengikuti garis pantai, dengan panorama alam yang indah serta merupakan habitat kelelawar yang tinggal di pohon cemara dengan jumlah banyak.

Kec. Iwomendaa

Desa Malaaha, Kec. Samaturu

Desa Sani-sani, Kec. Samaturu

Desa Poturua, Kec. Watubangga Tammborasi

Tanjung Malaaha

Tanjung Kayu Angin

Pantai Poturua

2.

3.

4.


(5)

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. bagaimana tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Kolaka?, dan 2. faktor dominan apa yang menjadi pendukung dan penghambat

pengembangan objek wisata alam?

3. Bagaimana strategi pengembangan objek wisata alam?

1.1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengklasifikasi tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Kolaka, 2. mengetahui faktor dominan pendorong dan penghambat pengembangan

objek wisata alam, dan

3. mengetahui stategi pengembangan yang dilakukan untuk pengembangan objek wisata alam.

1.1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pengembangan objek wisata alam di Kabupaten Kolaka, dan

2. sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait perencanaan pariwisata.

1.2 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.2.1. Telaah Pustaka

A. Konsep Geografi Pariwisata

Secara etimologis geografi terdiri dari kata geo atau gea yang artinya bumi, dan grafein yang artinya lukisan atau gambaran, jadi geografi diartikan sebagai ilmu yang melukiskan atau menggambarkan tentang bumi (Arjana, 2015). Menurut Alfandi (2001), dalam Arjana (2015), berpendapat bahwa geografi adalah ilmu


(6)

yang menggunakan pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem serta historis untuk mendeskripsikan dan menganalisis, struktur, pola, fungsi dan proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian, dari kehidupan manusia (penduduk), kegiatannya, budidayanya dengan keadaan lingkungannya di permukaan bumi.

Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta ialah pari yang berarti sempurna atau lengkap dan wisata yang berarti perjalanan, sehingga pariwisata berarti perjalananan yang lengkap atau sempurna (Arjana, 2015). Menurut World Tourism Organization (1995), dalam Arjana (2015), pariwisata adalah kegiatan orang-orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan biasanya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun secara berturut-turut untuk memanfaatkan waktu senggang, urusan bisnis dan tujuan lainnya. Menurut Arjana (2015), geografi pariwisata adalah studi yang menganalisis dan mendeskripsikan berbagai fenomena fisiogeografis (unsur-unsur lingkungan fisikal) dan fenomena sosiogeografis (unsur-unsur lingkungan manusia atau sosial budayanya) yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai, menarik untuk dikunjungi sehingga berkembang menjadi destinasi pariwisata.

Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business) maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest) disebut sebagai wisatawan. Wisatawan yang memiliki kewarganegaraan yang sama dengan destinasi yang sedang dikunjunginya, maka kemudian wisatawan tadi disebut sebagai wisatawan domestik, sedangkan bilamana wisatawan yang melakukan kunjungan wisata tadi mempunyai status kewarganegaraan yang berbeda dengan destinasi yang dikunjunginya, maka kategori wisatawan ini disebut sebagai wisatawan internasional. Cara untuk melakukan kategorisasi atau pembedaan terhadap wisatawan berdasarkan pada status kewarganegaraannya tadi juga diberlakukan sama dalam melakukan penggolongan dan penyebutan some day visitors atau pelancong, dengan demikian akhirnya dikenal juga di Indonesia istilah


(7)

penyebutan pelancong nusantara (domestic some day visitors) ataupun pelancong mancanegara (international some day visitors) (Sunaryo, 2013).

Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan daya tarik wisata dikelompokkan menjadi tiga jenis berikut (Sunaryo, 2013).

a. Daya tarik wisata alam; adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam, seperti: Pantai dengan keindahan pasir putihnya, laut dengan kekayaan terumbu karang maupun ikannya, danau dengan keindahan panoramanya, gunung dengan daya tarik vulcanonya, maupun hutan dan sabana dengan keaslian flora dan faunanya, sungai dengan kejernihan air dan kedahsyatan arusnya, air terjun dengan panorama kecuramannya, dan lain sebagainya.

b. Daya tarik wisata budaya; adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya (situs/heritage) maupun nilai budaya yang masih hidup (the living culture).

c. Daya tarik wisata minat khusus; adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk pemenuhan keinginan secara spesifik, seperti: pengamatan satwa tertentu, memancing, berbelanja, kesehatan, dan penyegaran badan. Menurut beberapa pakar seperti Marioti (1985) dan Yoeti (1987) dalam Sunaryo (2013); mengemukakan bahwa daya tarik dari suatu destinasi merupakan faktor yang paling penting dalam rangka mengundang wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama, berikut.

a. Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan

something to see”, Destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan, disamping itu juga harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai


(8)

b. Destinasi tersebut juga harus mempunyai “something to do”, selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus juga disediakan beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan tempat atau wahana yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti olahraga, kesenian maupun kegiatan yang lain dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama.

c. Destinasi juga harus mempunyai “something to buy”, ditempat tersebut harus tersedia barang-barang cindra mata (souvenir) seperti halnya kerajinan rakyat setempat yang bisa dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

B. Konsep Pengembangan Pariwisata

Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata seperti halnya diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan oleh para pakarnya, pada intinya mengandung tujuan yang sama bahwa kerangka pengembangan destinasi pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama sebagai berikut (Sunaryo, 2013).

a. Objek dan daya tarik (atraksi) yang mencakup: daya tarik yang berbasis utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan.

b. Aksesibilitas, yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi lainnya.

c. Amenitas, yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi: akomodasi, rumah makan, took cinderamata, fasilitas penukaran uang, agen perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.

d. Fasilitas pendukung, yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan. Seperti bank, telekomunikasi, pos, layanan kesehatan, dan sebagainya.


(9)

e. Kelembagaan, yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.

C. Faktor Penarik dan Penghambat Objek Wisata 1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, online). Faktor penarik dan pendorong suatu produk wisata (tourism supply side) yang biasanya berwujud sistem destinasi pariwisata akan terdiri atau menawarkan paling tidak beberapa komponen pokok sebagai berikut (Sunaryo, 2013).

a. Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya atau minat khusus.

b. Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara, darat, dan laut).

c. Fasilitas umum.

d. Fasilitas pendukung pariwisata.

e. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi. 2. Faktor Penghambat

Pengembangan objek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-faktor penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik objek wisata yang ada ialah belum dikelolanya dengan baik oleh pihak pemerintah yang berwenang dan belum tertatanya dengan baik aspek prasarana dan sarana yang sebenarnya dapat dijadikan daya dukung untuk pengembangan objek wisata di daerah ini. Keterbatasan prasarana dan sarana serta pengelolaan terhadapa potensia wisata masih belum optimal. Hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya alokasi anggaran dana yang diperuntukkan bagi pengembangan sektor pariwisata.


(10)

1.2.2 Penelitian Sebelumnya

Untuk perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya, penyusun telah melakukan beberapa penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang terkait dengan analisis pengembangan potensi objek wisata, diantaranya dijabarkan dalam tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4 Perbandingan Penelitian Penulis dengan Penelitian Terdahulu No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode

Analisis Hasil

1. Marjoko, 2010. Analisis potensi dan pengembangan obyek wisata air umbul ingas di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten tahun 2008.

1. Mengetahui potensi obyek wisata air umbul ingas sebagai obyek tujuan wisata. 2. Mengetahui usaha

pengembangan potensi obyek wisata air umbul ingas sebagai obyek tujuan wisata.

Analisis skoring dan analisis SWOT

Obyek wisata air umbul ingas mempunyai kelas potensial sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua karakteristik maupun potensi yang ada di obyek wisata umbul ingas merupakan faktor pendorong dalam usaha pengembangan obyek wisata, namun juga ada faktor penghambatnya. 2. Kartini La Ode Unga, 2011.

Strategi pengembangan kawasan wisata Kepulauan Banda.

1. Menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung dan menghambat pengembangan pariwisata Kepulauan Banda. 2. Menentukan strategi

pengembangan kawasan wisata Kepulauan Banda.

Analisis SWOT

Faktor-faktor Internal yang mendukung pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah keragaman atraksi, image, kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat keterbukaan, keamanan, dan kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang menghambat adalah belum adanya pusat informasi pariwisata, sifat terhadap lingkungan masih rendah, SDM masih rendah, dan belum memadainya infrastruktur pendukung. Faktor-faktor eksternal yang mendukung pengembangan pariwisata Kepulauan Banda adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi


(11)

informasi, regulasi serta tingginya minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah interusi budaya dan pengrusakan lingkungan. Strategi prioritas berdasarkan SWOT adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan wisata lain, bekerjasama dengan agen perjalanan, dan membuat website.

3. Armin Subhani, 2010. Potensi Obyek Wisata Pantai di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010.

1.Mengkaji berapa besar potensi obyek wisata pantai di Kabupaten Lombok Timur.

2.Membuat strategi pengembangan obyek wisata Pantai di Kabupaten Lombok Timur.

Analisis skoring (pengharkatan) dan Analisis SWOT.

Potensi obyek wisata Pantai Lombok Timur sebagian besar memiliki potensi sedang untuk dikembangkan.

Sumber: Penulis, 2016

1.2.3 Kerangka Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pemikiran penelitian ini mengarah ke potensi objek wisata alam sebagai tujuan. Untuk mengetahui potensi obyek wisata alam di Kabupaten Kolaka perlu dilakukan penskoran terhadap variabel-variabel berdasarkan parameter yang telah ditentukan, setelah dilakukan penskoran maka dapat diketahui variabel-variabel apa saja yang mendukung maupun menghambat dalam pengembangan objek wisata alam, lalu dapat diketahui potensi masing-masing objek wisata alam dan diklasifikasikan berdasarkan nilai potensi obyek wisata alam. Suatu wilayah yang memiliki obyek wisata sangat mengandalkan potensi internal dan potensi eksternal. Baik potensi internal maupun potensi eksternal pasti mempunyai keuntungan dan kelemahan.


(12)

Penentuan strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan analisis S-W-O-T (Strength-Weakness-Opportunity-Threats) yang mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) merupakan sebagai faktor internal, Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats) sebagai faktor eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang objek yang diteliti dibutuhkan informasi dari hasil observasi, wawancara, dan pengambilan data sekunder terhadap instansi terkait dan orang-orang yang dianggap tahu hal itu. Penekanannya adalah bagaimana potensi yang ada dioptimalkan dengan mengurangi resiko atau hambatan yang dihadapi.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 1.1 dihalaman berikut. Dari gambar tersebut mempermudah untuk memahami langkah-langkah dan tahap yang dilakukan oleh peneliti.


(13)

Sumber: Penulis, 2016.

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian

Analisis ODTW

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Skoring

Klasifikasi Daya Tarik Wisata alam:

Potensi Tinggi

Potensi Sedang

Potensi Rendah

Analisis S-W-O-T

Strategi

Pengembangan Saran

Observasi

Wawancara

Data Sekunder Objek Wisata


(14)

1.3 Metode Penelitian

Metode merupakan kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Penelitian adalah penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistematis untuk mempelajari sebuah fenomena alam/sosial guna mendapatkan jawaban atau penjelasan atas berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan (Wardiyanta, 2006).

Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fenomena objek wisata secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan melakukan survei lapangan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode kuantitatif adalah alat analisis yang dapat membantu pelaku usaha dalam dunia bisnis, termasuk bisnis pariwisata dalam pengambilan keputusan, karena keputusan dalam dunia bisnis dapat dalam bentuk atau berkaitan dengan, antara lain: optimasi, estimasi, identifikasi, maupun eksplorasi masalah yang dihadapi (Moleong, 2006 dalam Rai Utama, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penggalian data melalui observasi lokasi yaitu pada tiap-tiap objek wisata alam serta melakukan wawancara terhadap para informan yang dipilih dari berbagai macam lapisan masyarakat yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti, responden pada penelitian ini terdiri dari wisatawan yang berkunjung ke objek wisata alam, serta informasi yang didapatkan melalui wawancara pemerintah atau pihak pengelola terkait. Dengan pertimbangan agar data yang didapatkan akan lebih dapat mewakili populasi dalam penelitian ini. Komponen dalam metode penelitian ini meliputi penentuan daerah penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, metode pengolahan data, dan metode analisis data.


(15)

1.3.1 Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) atau berdasarkan tujuan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Peneliti memilih lokasi tersebut karena obyek wisata alam di daerah ini memiliki potensi untuk dikembangkan secara professional yang dapat membantu perekonomian daerah, namun pengembangan obyek wisata alam masih belum optimal dan sampai saat ini masih belum adanya pengkajian secara ilmiah dari akademisi dalam hal pengembangan dan tata kelolanya. Peneliti bermaksud membuat penelitian di daerah tersebut untuk nantinya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama yang ingin mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan potensi pengembangan objek wisata.

1.3.2 Populasi dan Sampel Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Wardiyanta, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung obyek wisata alam (wisatawan) yang memanfaatkan obyek wisata di Kabupaten Kolaka dan masyarakat setempat yang telah berdiam di daerah tersebut minimal 5 tahun.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data (Sukadarrumidi, 2006 dalam Rai Utama, 2012). Sampel penelitian untuk wisatawan ditetapkan secara accidental Sampling

yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di objek wisata alam dan dianggap cocok sebagai sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel. Setiap wisatawan yang dijumpai langsung diambil sebagai responden dan ditetapkan sebanyak 5 sampai 10 orang. Sementara untuk sampel masyarakat lokal ditetapkan sebanyak 5 sampai 10 orang.


(16)

1.3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data yang terdiri dari: a. Data Primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh

langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Wardiyanta, 2006). Data primer pada penelitian ini diperoleh dari survey lapangan menyangkut objek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan pengamatan langsung mengenai kondisi tiap-tiap obyek wisata alam di Kabupaten Kolaka. Data juga diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa wisatawan dan masyarakat lokal pada lokasi penelitian.

b. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Wardiyanta, 2006). Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut berupa: data kunjungan wisatawan, data objek wisata alam, data prasarana dan sarana, data aksesibilitas, data yang diperoleh dari BPS. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kolaka untuk memperoleh data kunjungan wisatawan, fasilitas, dan kebijakan sektor pariwisata di lokasi penelitian.

1.3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terbagi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap objek penelitian melalui pengamatan/observasi langsung, wawancara (interview), sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian, serta mencocokkan dengan data yang lain dan terbaru.

1. Pengumupulan data primer.

a. observasi adalah cara mengumpulkan data berlandaskan pada pengamatan langsung terhadap gejalan fisik obyek penelitian.


(17)

Observasi langsung digunakan untuk memperoleh data dan informasi secara langsung mengenai keadaan tiap-tiap obyek wisata alam melalui kunjungan lapangan.

b. Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi fisik masing-masing obyek wisata alam dan kondisi tentang keadaan obyek wisata alam yang ditujukan kepada wisatawan, masyarakat lokal, pengelola/pemerintah terkait.

c. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dengan mencatat data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaan. Data tersebut berupa buku-buku, arsip-arsip, tabel-tabel, dan bahan-bahan dokumentasi lainnya yang bermanfaat sebagai sumber data. Metode dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data terkait baik menggunakan media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau dokumentasi telah melakukan penelitian.

1.3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan catatan observasi, catatan wawancara, serta kamera sebagai alat dokumentasi.

1.3.6 Metode Pengolahan Data

Mengolah data merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan penelitian. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa untuk memperoleh kesimpulan berupa kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai sebagai jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Dalam mengolah data, data-data primer dan sekunder yang diperoleh akan diolah melalui beberapa tahapan, berikut.

1. Data naratif merupakan penyajian data ke dalam bentuk narasi dalam sebuah paragraf, digunakan untuk menyajikan data kualitatif.


(18)

2. Tabulasi merupakan penyajian data-data ke dalam tabel.

3. Data diagram merupakan penyajian data dalam bentuk diagram agar mudah dipahami oleh pembaca.

4. Data peta merupakan penyajian data yang dituangkan dalam perspektif spasial dengan menggambarkan dalam bentuk peta

Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini diolah ke dalam bentuk naratif, diagram, dan deskriptif yang didukung oleh hasil dokumentasi di lapangan yakni foto untuk memperlihatkan secara visual kondisi nyata di lapangan.

1.3.7 Metode Analisis Data

Analisis data pada dasarnya merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, biasanya menggunakan statistik (Wardiyanta, 2006). Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menelaah semua data-data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari hasil wawancara langsung, pengamatan di lapangan, dokumentasi pribadi dan dokumen resmi. Untuk mengetahui seberapa besar potensi masing-masing obyek wisata alam, maka digunakan teknik analisis skoring dan klasifikasi interval kelas potensi obyek wisata, setelah itu melakukan analisis terhadap faktor internal dan faktor eksternal lalu menyusun strategi pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT. Berikut pengertian kedua metode tersebut.

a. Analisis Skoring

Analisis skoring merupakan cara menilai potensi tiap-tiap variabel obyek wisata dengan jalan memberikan nilai pada setiap variabel penelitian sehingga diperoleh kelas potensi untuk masing-masing obyek wisata alam berdasarkan penghitungan nilai setiap variabel penilaian. Dalam penelitian ini, analisis skoring sangat diperlukan guna mengetahui tingkat potensi objek wisata alam. Analisis penilaian didasarkan pada standar penilaian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata UGM seperti tersaji pada tabel 1.5 dihalaman berikut.


(19)

No Analisis Variabel

Potensi Obyek

Wisata Variabel Parameter Skor

1. Atraksi Kondisi obyek wisata

 Keindahan panorama

 Kebersihan obyek wisata

 Keamanan obyek wisata Kurang Baik Sangat baik 1 2 3

 Keunikan obyek wisata

Ada unik lokal Ada unik nasional Ada unik internasional

1 2 3

 Obyek yang dapat dinikmati Tidak beragam Beragam Sangat beragam 1 2 3 Kondisi Air  Ketersediaan air Tidak

Ada

Sangat Memadai

1 2 3

 Kemudahan memperoleh Sulit diperoleh Mudah diperoleh Sangat mudahdiperoleh 1 2 3

 Jarak sumber air Cukup jauh Dekat Sangat dekat 1 2 3 Lahan Objek wisata

 Kondisi lahan Lahan tidak memadai Lahan memadai Lahan sangat memadai

1 2 3

2. aktifitas Kesenian  Jenis pertunjukkan

Tidak ada

Ada, kurang beragam Ada, sangat beragam

1 2 3

 Even

kepariwisataan Tidak pernah Pernah Sering 1 2 3

3. Aksesibilitas  Jarak objek wisata dari pusat kota

≥ 100 Km

50 – 100 Km

≤ 50 Km

1 2 3

 Kualitas jalan Kurang baik Baik Sangat baik

1 2 3

 Sarana angkutan Tidak tersedia Tersedia 1-3 Tersedia lebih dari 3

1 2 3

4. Amenitas Ketersediaan prasarana dan sarana

 Homestay

 Restoran/R. makan

 Pusat informasi

 Parkiran

 Toilet

 Kios/warung

 Musholla/rumah ibadah

 Souvenir

 Jasa pariwisata

Tidak tersedia Cukup tersedia Tersedia 1 2 3


(20)

Sumber: Puspar UGM dalam Armin Subhani (2010).

Keterangan:

oPenskoran diberikan berdasarkan unsur panduan kriteria penilaian objek wisata dengan cara observasi ke lokasi objek wisata, selanjutnya di lakukan dokumentasi sebagai bukti.

oMenjumlahkan hasil skor dari setiap variabel yang dinilai. oHasil penjumlahan dimasukkan dalam klasifikasi Potensi.

oMasing-masing kelas dapat diketahui dengan membuat nilai interval pada masing-masing kelas. Dibagi menjadi tiga kelas potensi yaitu potensi rendah, sedang, dan tinggi.

oMenentukan tingkat potensi dengan cara menjumlahkan nilsai-nilai dari tiap variabel dengan mengkalikan pada tiap kriteria skor:

Variabel x Skor (1,2,3) = 27 x 3 = 81

27 x 2 = 54 27 x 1 = 27

oJika potensinya tinggi berarti sebagian besar variabel objek wisata alam merupakan faktor penarik dan pendukung, potensi sedang berarti faktor penarik dan penghambat adalah seimbang dalam karakteristiknya, potensi rendah berarti sebagian kecil variabel objek wisata alam merupakan faktor pendorong pengembangan objek wisata.

 Gerbang tiket

 Gazebo Ada 1 sampai 3 Ada 3 sampai 6 Ada 6 sampai 10

1 2 3

5. Fasilitas pendukung lainnya

Fasilitas Umum  Layanan Kesehatan/puske smas

Tidak ada Ada

Lebih dari satu

1 2 3

 Layanan biro/agen perjalanan

Tidak ada Ada

Lebih dari satu

1 2 3 JUMLAH:

Potensi Tinggi 55 – 81 Potensi Sedang 28 – 54 Potensi Rendah 0 – 27


(21)

Adapun unsur panduan untuk pemberian nilai terhadap masing-masing variabel ditunjukkan pada tabel 1.6 berikut ini tentang kriteria penilaian (skoring) potensi pariwisata.

Tabel 1.6 Kriteria Penilaian Potensi Pariwisata No Rincian Unsur Penilaian Variabel

Potensi

Penilaian (Skoring)

Skor 1 Skor 2 Skor 3

1. Atraksi Kondisi Objek Wisata Belum dilakukan pengelolaan untuk objek wisata. Tidak memiliki keragaman ataupun keunikan untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung. Kondisi fisik sekitar objek tidak terawat atau kotor. Keunikan objek banyak ditemukan di tempat lain. Objek wisata telah dikelola namun perawatannya belum optimal. Memiliki keunikan yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kondisi fisik sekitar objek wisata bersih dan dibutuhkan perawatan serta penataan yang lebih serius. Keunikan objek jarang ditemukan di tempat lain. Telah dikelola dan perawatan lingkungan objek wisata sudah baik sehingga diperlukan pengembangan lebih serius untuk menarik minat wisatawan. Memiliki keragaman keuinikan dan panorama alam yang khas sehingga Keunikan objek tidak terdapat di tempat lain ditemukan di tempat lain dan memiliki. Kondisi Air Belum

dilakukan pengadaan untuk fasilitas air yang ada di objek wisata. Telah dilakukan pengadaan, namun tidak terawat. Pengadaan dan penataan fasilitas air telah dilakukan serta terawat. Kondisi Lahan Lahan sekitar

objek terganggu dan tidak memiliki lahan untuk pengembangan. Lahan sekitar terganggu, tetapi memiliki lahan untuk pengembangan objek wisata. Kondisi lahan sekitar objek baik dan memiliki lahan yang memadai untuk pengembangan objek wisata. 2. Aktifitas Kesenian Sama sekali

belum pernah di lakukan acara/even kesenian guna menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kesenian yang dimiliki beragam namun untuk even/acara kesenian jarang dilakukan. Kesenian yang dimiliki beragam dan pelaksanaan untuk even/acaranya sering dilakukan bertahap-tahap.


(22)

3. Aksesibilitas jangkauan ke objek wisata sangat sulit dan fasilitas transportasi belum memadai ditambah dengan kondisi infrastruktur jalanan kurang baik. Jangkauan ke objek wisata begitu mudah dan tidak jauh dari Ibukota Kabupaten, namun beberapa infrastruktur aksesibilitas belum memadai, seperti kondisi jalan, rambu-rambu jalan ataupun penunjuk jalan. Jangkauan ke objek wisata begitu mudah dan fasilitas untuk mengakses ke objek tersebut sangat memadai.

4. Amenitas Ketersediaan prasarana dan sarana Ketersediaan fasilitas dari tiap-tiap variabel belum memadai dan bahkan belum ada sama sekali.

Ketersediaan fasilitas dari tiap-tiap variabel sudah ada dan berfungsi, tetapi masih terbatas dan tidak terawat. Ketersediaan fasilitas dari tiap-tiap variabel cukup memadai dan semuanya berfungsi untuk digunakan serta terawat. 5. Fasilitas pendukung lainnya Fasilitas Umum Fasilitas yang

diperlukan guna menunjang kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut belum memadai ataupun sama sekali belum ada. Fasilitas umum telah ada namun pelayananannya belum optimal. Fasilitas umum yang diperlukan telah memadai dan pelayanannya juga sangat baik.

Sumber: Puspar UGM (2005) dalam Arofa A. Rahman (2009).

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai faktor secara strategis berdasarkan intuisi (pemahaman dan pengetahuan) expert terhadap suatu obyek. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan atau dianggap perusahaan (rangkuti, 2006). Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.2 dihalaman berikut.


(23)

Gambar 1.2 Matrix Grand Strategy

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat mengutungkan. Tiap objek wisata alam tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, tiap objek wisata alam memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : tiap objek wisata alam menghadapi pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi adalah meminimalkan masalah-masalah internal sektor pariwisata sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Berbagai Peluang

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

Berbagai Ancaman

3. Mendukung Strategi turn around

1. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi defensif

2. Mendukung strategi diversfikasi


(24)

Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, tiap obyek wisata alam menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Sebelum membuat matrik SWOT, terlebih dahulu membuat matrik strategi internal dan eksternal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.7 dan 1.8 berikut.

Tabel 1.7 Matrik EFAS

Faktor- faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating (Skor) Peluang:

   Ancaman:

  

Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal (EFAS) antara lain: 1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Beri bobot masing masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1).

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan kolom 4 (Rangkuti, 2006).


(25)

Tabel. 1.8 Matrik IFAS

Faktor- faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating (Skor) Kekuatan :

   Kelemahan:   

Cara-cara penentuan faktor strategi internal (IFAS) antara lain:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1. 2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

3. Hitung rating (dalam kolom) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 (Rangkuti, 2006).

Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan objek wisata alam, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi tiap objek wisata alam dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik analisis SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau tantangan yang dimiliki.


(26)

Tabel 1.9 Matrik SWOT

Sumber: Freddy Rangkuti, 2006

a. Strategi S&O

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, apabila dalam kajian terlihat peluang-peluang yang tersedia dan ternyata juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif. Dua elemen sektor pariwisata eksternal dan internal yang baik ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, tetapi akan menjadi isu utama pengembangan. Proses pengkajiannya tidak boleh dilupakan adanya berbagi kendala dan ancaman perubahan, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya untuk digunakan sebagai usaha untuk keuanggulan komparatif.

IFAS

EFAS

Strength (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang

eksternal

Strategi S&O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W&O

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan-kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threaths (T)

Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S&T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W&T

Ciptakan strategi yang menimilkan kelemahan-kelemahan dan


(27)

b. Strategi S&T

Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi ancaman. Strategi ini mempertemukan interaksi antara ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasi untuk memperlunak ancaman atau tantangan tersebut, dan sebisa mungkin merubahnya menjadi peluang bagi pengembangan selanjutnya. Pada bagian ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W&O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Kotak ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar disini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan keterbatasan potensi kawasan, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi W&T

Strategi ini merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang akan dihadapi obyek wisata Sungai Tamborasi dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari pertermuan antara ancaman dan tantangan dari luar dengan kelemahan yang terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan sedikit membenahi sumber daya internal yang ada. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(28)

1.4 Batasan Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan operasional sebagai berikut.

1. Analisis adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan membuat rekomendasi sehingga dapat diambil tindakan manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh dalam pemecahan kasus tersebut (Rangkuti, 2006).

2. Kepariwisataan adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Sunaryo, 2013). 3. Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. 4. Obyek dan daya tarik wisata dilihat dari potensi pariwisata yang ada di

tiap-tiap objek wisata alam adalah: wisata alam, wisata view, wisata minat khusus, wisata budaya.

5. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya didaerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.

6. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kesbutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

7. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business), maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest).

8. Analisis skoring adalah cara menilai potensi tiap-tiap variabel obyek wisata. 9. Faktor internal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang


(29)

10.Faktor eksternal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar obyek wisata.

11.Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.


(1)

Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, tiap obyek wisata alam menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Sebelum membuat matrik SWOT, terlebih dahulu membuat matrik strategi internal dan eksternal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.7 dan 1.8 berikut.

Tabel 1.7 Matrik EFAS

Faktor- faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

(Skor)

Peluang:    Ancaman:

  

Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal (EFAS) antara lain:

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Beri bobot masing masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1).

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan kolom 4 (Rangkuti, 2006).


(2)

Tabel. 1.8 Matrik IFAS

Faktor- faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating

(Skor) Kekuatan :

   Kelemahan:

  

Cara-cara penentuan faktor strategi internal (IFAS) antara lain:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1. 2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

3. Hitung rating (dalam kolom) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 (Rangkuti, 2006).

Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan objek wisata alam, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi tiap objek wisata alam dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik analisis SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau tantangan yang dimiliki.


(3)

Tabel 1.9 Matrik SWOT

Sumber: Freddy Rangkuti, 2006

a. Strategi S&O

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, apabila dalam kajian terlihat peluang-peluang yang tersedia dan ternyata juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif. Dua elemen sektor pariwisata eksternal dan internal yang baik ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, tetapi akan menjadi isu utama pengembangan. Proses pengkajiannya tidak boleh dilupakan adanya berbagi kendala dan ancaman perubahan, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya untuk digunakan sebagai usaha untuk keuanggulan komparatif.

IFAS

EFAS

Strength (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang

eksternal

Strategi S&O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W&O

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan-kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threaths (T)

Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S&T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W&T

Ciptakan strategi yang menimilkan kelemahan-kelemahan dan


(4)

b. Strategi S&T

Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi ancaman. Strategi ini mempertemukan interaksi antara ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasi untuk memperlunak ancaman atau tantangan tersebut, dan sebisa mungkin merubahnya menjadi peluang bagi pengembangan selanjutnya. Pada bagian ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W&O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Kotak ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar disini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan keterbatasan potensi kawasan, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi W&T

Strategi ini merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang akan dihadapi obyek wisata Sungai Tamborasi dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari pertermuan antara ancaman dan tantangan dari luar dengan kelemahan yang terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan sedikit membenahi sumber daya internal yang ada. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(5)

1.4 Batasan Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan operasional sebagai berikut.

1. Analisis adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan membuat rekomendasi sehingga dapat diambil tindakan manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh dalam pemecahan kasus tersebut (Rangkuti, 2006).

2. Kepariwisataan adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Sunaryo, 2013). 3. Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. 4. Obyek dan daya tarik wisata dilihat dari potensi pariwisata yang ada di

tiap-tiap objek wisata alam adalah: wisata alam, wisata view, wisata minat khusus, wisata budaya.

5. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya didaerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.

6. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kesbutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

7. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business), maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest).

8. Analisis skoring adalah cara menilai potensi tiap-tiap variabel obyek wisata. 9. Faktor internal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang


(6)

10.Faktor eksternal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar obyek wisata.

11.Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.