II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Manufaktur
Manufaktur  berasal  dari  kata  manufacture  yang  berarti  membuat  dari tangan  manual  atau  dengan  mesin,  sehingga  menghasilkan  suatu  barang
Prawirosento,  2007.  Secara  umum  manufaktur  menurut  adalah  suatu kegiatan  memproses  suatu  barang  atau  beberapa  bahan  menjadi  barang  lain
yang  mempunyai  nilai  tambah  yang  lebih  besar  atau  kegiatan  memproses pengolahaan  input    menjadi  output.  Contoh  industri  manufaktur  adalah
industri  oli  mesin,  indusri  obat,  industri  makanan  kaleng,  industri  automotif dan lain-lain.
Proses  manufaktur  dapat  digambarkan    dalam  diagram  alir  pada Gambar  3,  dimana  masukan  input  dikonversi,  dengan  bantuan  peralatan,
keahlian,  uang,  dan  sumberdaya  yang  lainnya,  menjadi  luaran  output  yang disebut sebagai produk akhir.
Gambar 3. Manufaktur sebagai proses input-output Biegel dalam Kusuma, 2004
2.2. Optimisasi Produksi
Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi  maksimum  atau  minimum  atau  dengan  memperhatikan  batasan-
batasan.  Biasanya  pembatasan-pembatas  tersebut  berupa  tenaga  kerja  men, uang  money.  Pemrograman  linier  linear  programming  atau  LP  adalah
suatu  metode  yang  digunakan  dalam  penentuan  optimisasi  produksi  suatu perusahaan.  LP  merupakan  metode  matematik  dalam  mengalokasikan
sumberdaya  untuk  mencapai  suatu  tujuan  seperti  memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya Mulyono, 1991.
Optimisasi  adalah  penggunaan  faktor-faktor  produksi  seefisien mungkin,  Soekartawi  1992.  Faktor-faktor  produksi  tersebut  adalah  modal,
mesin,  bahan  baku,  bahan  pembantu,  dan  tenaga  kerja.  Optimisasi  yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :
1. Maksimisasi,  yaitu  menggunakan  atau  mengalokasikan  input  yang
ditentukan  untuk  mendapatkan  keuntungan  maksimal.  Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif
rancangan penugasan, maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. 2.
Minimisasi  yaitu  untuk  menghasilkan  tingkat  output  tertentu  dengan menggunakan  input  atau  biaya  yang  paling  minimal.  Minimisasi  dapat
berupa  minimisasi  penggunaan  sumberdaya,  biaya  distribusi  biaya persediaan  biaya  pengendalian  mutu,  jumlah  tenaga  kerja,  waktu  proses
pelayanan dan fasilitas perusahaan.
2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming.
Pemrograman  linier  adalah  suatu  metode  matematik  dalam mengalokasikan  sumber  daya  yang  terbatas  untuk  mencapai  suatu
tujuan  seperti  memaksimumkan  keuntungan  atau  meminimumkan biaya,  Mulyono,  1991.  Persoalan  dalam  linear  programming  adalah
berusaha  untuk  mencari  pemecahan  optimal  di  dalam  batasan  sumber daya  perusahaan.  Agar  pemrograman  linier  dapat  diterapkan  maka
asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah : a
Linearity,  kata  linear  secara  tidak  langsung  dapat  diartikan
sebagai  hubungan  proporsional  yang  berarti  bahwa  tingkat perubahan  atau  tingkat  hubungan  antar  veriabel  adalah  konstan
oleh karena itu perubahan nilai peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama.
b
Additivity.  Hal  ini  dapat  diartikan  sebagai  tak  ada  penyesuaian
pada  perhitungan  peubah  keriteria  karena  terjadinya  interaksi. Additivitas  mengharuskan  bahwa  fungsi  tujuan  adalah  jumlah
langsung dari kontribusi individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian.
c
Divisibility.  Suatu  asumsi  yang  menyatakan  bahwa  nilai  solusi
yang diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan  dapat  terjadi  pada  pada  nilai  pecahan  manapun.
Dalam  hal  ini  peubah  keputusan  merupakan  peubah  kontinu, sebagai kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat.
d
Deterministic.  Dalam  linear  programming  semua  parameter
model diketahui
konstan, maka
secara tak
langsung mengasumsikan  bahwa  suatu  masalah  keputusan  dalam  satu
kerangka  statis,  dimana  semua  parameter  diketahui  dengan kepastian.
Pemrograman  linier  memiliki  beberapa  keuntungan  dan kelebihan,  yaitu  sebagai  alat  kuantitatif  untuk  melakukan  program
linear  mudah  untuk  diterapkan,  terutama  jika  menggunakan  alat  bantu komputer  dan  dapat  menggunakan  banyak  peubah,  sehingga  berbagai
kemungkinan  untuk  memperoleh  pemanfaatan  sumberdaya  optimum yang  dapat  dicapai.  Fungsi  tujuan  dapat  difleksibelkan  sesuai  dengan
tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan dari program  linear  adalah  jika  komputer  tidak  tersedia  maka  pengolahan
dengan  menggunakan  banyak  peubah  akan  menyulitkan  dalam penarikan analisisnya.
Taylor  III  2001,  menjelaskan  teknik  di  dalam  linear programming  menggambarkan  bahwa  fungsi  linear  dalam  model
matematik  adalah  linier  dan  teknik  pemecahan  masalah  terdiri  dari langkah-langkah  matematik  yang  telah  ditetapkan.  Dalam  hal  ini,  tiga
tahapan  dalam  penggunaan  dalam  penggunaan  pemrograman  linier yaitu :
a Masalah  harus  dapat  diidentifikasikan  sebaai  sesuatu  yang  dapat
diselesaikan dengan pemrograman linier. b
Masalah  yang  tidak  terstruktur  harus  dapat  dirumuskan  dalam model matematik, sehingga menjadi terstruktur.
c Model  harus  diselesaikan  dengan  teknik  matematik  yang  telah
dibuat. Model  adalah  sebuah  tiruan  terhadap  realita.  langkah  untuk
membuat  peralihan  dari  realita  ke  model  kuantitatif  dinamakan perumusan  model  yang  merupakan  salah  satu  teknik  dasar  didalam
penentuan  teknik  optimisasi  produksi.  Siswanto  2007,  model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama yaitu:
a
Peubah  keputusan.  Adalah  peubah  persoaalan  yang  akan
mempengaruhi  nilai  tujuan  yang  hendak  dicapai.  Di  dalam  proses pemodelan,  penemuan  peubah  keputusan  tersebut  harus  dilakukan
terlebih  dahulu  sebelum  merumuskan  fungsi  tujuan  dan  kendala- kendalanya.
b
Fungsi  Tujuan.  Dalam  model  pemrograman  linier,  tujuan  yang
hendak  dicapai  harus  diwujudkan  ke  dalam  sebuah  fungsi matematik
linier dan
selanjutnya dimaksimumkan
atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada.
c
Fungsi  Kendala.  Kendala  dapat  diidentifikasikan  sebagai  suatu
pembatas  terhadap  kumpulan  keputusan  yang  mungkin  dibuat  dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier.
2.3. Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan
Persediaan  adalah  segala  sumber  daya  organisasi  yang  disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah
komponen,  material,  atau  produk  jadi  yang  tersedia  di  tangan menunggu untuk digunakan atau dijual Baroto, 2002. Menurut Taylor
III  2001  persediaan  adalah  berbagai  stok  barang-barang  yang disimpan  oleh  organisasi  untuk  memenuhi  permintaan  pelanggan
internal  atau  eksternal.  Persediaan  adalah  segala  sesuatu  atau  sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan.
Istilah  persediaan  dapat  digunakan  dalam  beberapa  perbendaharaan seperti yang dikemukakan oleh Yamit 2003:
1. Persediaan bahan baku di tangan stock on hand.
2. Daftar persediaan secara fisik.
3. Jumlah item di tangan.
4. Nilai persediaan barang.
Persediaan  merupakan  material  yang  ditempatkan    di sepanjang  jaringan  proses  produksi  dan  jalur  distribusi  Heizer  dan
Render,  2006.  Persediaan  merupakan  suatu  aktiva  yang  meliputi barang-barang  milik  perusahaan  dengan  maksud  untuk  dijual  dalam
suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan  pada  perusahaan  berupa  bahan-bahan  mentah
bahan  baku  yang  disediakan  dan  bahan-bahan  dalam  proses  yang terdapat  di  dalam  perusahaan  untuk  proses  produksi,  serta  barang-
barang  jadi  atau  produk  yang  disediakan  untuk  memenuhi  permintaan dari  konsumen  atau  pelanggan  setiap  waktu  Rangkuti,  2004.
Persediaan  merupakan  salah  satu  unsur  paling  aktif  dalam  proses produksi  dan  operasi  suatu  perusahan  yang  secara  terus-menerus
diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali. Menurut Riggs dalam Baroto 2002 persediaan adalah bahan
mentah,  barang  dalam  proses  work  in  process  barang  jadi,  barang pembantu,  bahan  pelengkap,  komponen  yang  disimpan  dalam
antisipasinya  terhadap  pemenuhan  permintaan.  Persediaan  merupakan kumpulan  beberapa  jenis  barang  atau  sumber  daya  yang  digunakan
dalam suatu organisasi.
2.3.2 Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut  Rangkuti  2004,  persediaan  yang  diadakan  mulai  dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah: 1.
Fungsi Decoupling;
Adalah fungsi
persediaan yang
memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi
permintaan pelanggan  tanpa  tergantung  pada  pemasok.  Rangkuti,  2004.
Atau memisahkan beragam  bagian produksi  Heizer dan Render, 2006.  Sebagai  contoh  jika  pasokan  sebuah  perusahaan
berfluktuasi,  maka  mungkin  diperlukan  persedaian  tambahan untuk  mendecouple  memisahkan  proses  produksi  dari  para
pemasok.  Disamping  itu  persediaan  dalam  hal  ini  juga  untuk memisahkan  ikatan  perusahaan  dari  fluktuasi  permintaan,  juga
persedian  barang-barang  akan  memberikan  pilihan  bagi pelanggan.  Persediaan  semacam  ini  umumnya  terjadi  pada
pedagang eceran. 2.
Fungsi  Economic Lot  Sizing;  Persediaan Lot  Size  ini perlu untuk penghematan  atau  potongan  pembelian  dan  juga  pengangkutan
per-unit  jadi  lebih  murah.  Hal  ini  disebabkan  karena  perusahaan melakukan  pembelian  dalam  kuantitas  yang  lebih  besar
dibandingkan  biaya-biaya yang  timbul  karena  besarnya
persediaan biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya. Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas,
sebab  pembelian  dalam  jumlah  lebih  besar  dapat  mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
3. Fungsi  Antisipasi;  disediakan  guna  menghadapi  fluktuasi
permintaan  yang  dapat  diperkirakan  dan  diramalkan  berdasarkan pengalaman  atau  data-data  masa  lalu  perusahaan,  yaitu
permintaan musiman Rangkuti, 2004. Perusahaan  dapat  mengadakan  persediaan  musiman
seasional  inventories.  Persediaan  antisipasi  atau  berjaga-jaga anticipation  stock  adalah  persediaan  yang  dilakukan  untuk
menghadapi  fluktuasi  permintaan  yang  sudah  diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock.
Fungsi  persediaan  juga  dapat  dikategorikan  sebagai persediaan  pengaman  Sefety  Stock  yaitu  persediaan  yang
dilakukan  untuk  mengantisipasi  unsur  ketidakpastian  permintaan dan penyediaan.
4. Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih
dalam  pengiriman  atau  transit  yang  sering  pula  disebut  work  in proses.
Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman: A: External Transit Stock
Persediaan  yang  masih  berada  dalam  truk,  kapal,  kreta  api ataupun alat transportasi yang lain.
B: Internal Transit Stock Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu
sebelum di pindahkan. Alasan mengadakan persediaan Schroeder,1997,diantaranya adalah :
1. Mengurangi ketidakpastian
2. Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis
3. Mengatasi  perubahan  yang  diantisipasi  dalam  permintaan  dan
penawaran. 4.
Menyediakan untuk transit 5.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 6.
Menghilangkan resiko barang yang rusak. 7.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. 8.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 9.
Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya. Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu:
1. Persediaan bahan baku.
2. Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau penolong.
4. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses
5. Persediaan barang jadi.
2.4. Teori Peramalan
Menurut Mulyono 1991 menerangkan bahwa peramalan adalah salah satu  proses  memperkirakan  proses  secara  sistematik  tentang  apa  yang
mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan-nya dapat diperkecil.
Menurut  Handoko  1994  peramalan  adalah  suatu  penafsiran  terhadap permintaan akan produk  dan jasa di  masa mendatang. dan bagian-bagiannya
sangat  penting  di  dalam  perencanaan  dan  pengawasan  produksi.  Peramalan yang  baik  adalah  penting  untuk  effisiensi  industri  manufacturing  dan  jasa,
hasil-hasil  peramalan  digunakan  dalam  pembuatan  keputusan-keputusan yang menyakut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas
serta  berbagai  keputusan  yang  bersifat  terus  menerus  dan  berkenaan  dengan perencanaan penjadwalan dan persediaan.
Menurut  Heizer  dan  Render    2006  ,  peramalan  adalah  seni  dan  ilmu untuk  memperkirakan  kejadian  di  masa  depan  yang  dilakukan  dengan
melibatkan  pengambilan  data  masa  lalu  dan  menempatkannya  ke  masa mendatang dengan suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan
terlihat  pada  saat  pengambilan  keputusan  karena  adanya  perbedaan  waktu antara  dibutuhkannya  kebijakan  baru  dengan  waktu  pelaksanaan  kebijakan
tersebut  dan  untuk  mendapatkan  peluang  serta  kesempatan  yang  ada  dan ancaman yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Terkait  dengan  penelitian  ini  aktivitas  peramalan  dimaksudkan  agar perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat
menyiasati  pola  kemungkinan  permintaan  oli  mesin  di  masa  mendatang, maka  perlu  dilakukan  maksimalisasi  produktivitas  perusahaan  dan  untuk
meningkatkan keuntungan. Beberapa faktor penting dalam peramalan  yang harus dipertimbangkan
mencakup: 1.
Jarak waktu ke tujuan di masa depan yang harus diramalkan. 2.
Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan.
3. Tingkat akurasi yang diperlukan.
4. Mutu data tersedia untuk dianalisis.
5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan.
6. Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan.
2.5.  Jenis-Jenis Peramalan
Menurut  Assauri  2004  pada  umumnya  peramalan  dapat  dibedakan dari  beberapa  segi  tergantung  dari  cara  melihatnya.  Apabila  dilihat  dari  sisi
penyusunannya maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Peramalan subyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada perasaan atau  intuisi  dari  orang  yang  menyusunnya.  Dalam  hal  ini  pandangan
atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau buruknya hasil ramalan tersebut.
2. Peramalan  obyektif,  yaitu  peramalan  yang  berdasarkan  pada  data
relevan  pada  masa  lalu,  dengan  menggunakan  teknik-teknik  dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut.
Menurut  Heizer  dan  Render  2006,  peramalan  berdasarkan  horizon waktu dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu:
1. Peramalan  jangka  pendek,  yaitu  peramalan  yang  mencakup  jangka
waktu  hingga  1  tahun  tetapi  umumnya  tidak  lebih  dari  3  bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan
kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi. 2.
Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan hingga batas 3 tiga tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan
penjualan,  perencanaan  anggaran  produksi,  anggaran  kas  dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi.
3. Peramalan  jangka  panjang,  yaitu  peramalan  yang  mencakup
perencanaan  dalam  jangka  waktu  diatas  3  tiga  tahun  atau  lebih. Peramalan  ini  digunakan  untuk  merencanakan  produk  baru,
pembelanjaan modal, atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.
Baik  tidaknya  metode  yang  digunakan  dalam  peramalan  tergambarkan pada  penyimpangan  oleh  hasil  ramalan  dengan  kenyataan  yang  terjadi.
Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila
terdapat tiga kondisi sebagai berikut: a.
Adanya informasi tentang keadaan yang lain. b.
Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data. c.
Dapat  diasumsikan  bahwa  pola  yang  lalu  akan  berkelanjutan  pada masa mendatang.
2.6. Tahapan Peramalan
Peramalan  adalah  suatu  usaha  untuk  meramalkan  keadaan  di  masa medatang  melalui  pengujian  keadaan  di  masa  lalu.  Esensi  peramalan  adalah
perkiraan  peristiwa-peristiwa  di  waktu  mendatang  atas  dasar  pola-pola  di waktu  yang  lalu.  Peramalan  memerlukan  kebijakan,  sedangkan  proyeksi-
proyeksi  adalah  fungsi  mekanikal.  Menurut  Handoko  1994,  proses peramalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1.
Penentuan  Tujuan;  langkah  pertama  terdiri  atas  penentuan  estimasi
yang diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer.  Analis  membicarakan  dengan  para  pembuat  keputusan  untuk
mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui: a.
Peubah-peubah apa yang akan di estimasi. b.
Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan. c.
Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan. d.
Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan. e.
Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan. f.
Kapan estimasi dibutuhkan. g.
Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.
2.
Pengembangan Model; Setelah tujuan diterapkan langkah berikutnya
adalah mengembangkan suatu model, yang merupakan penyajian secara lebih  sederhana  dari  sistim  yang  dipelajari.  Model  adalah  suatu
kerangka analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi
penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting,  karena  setiap  model  memiliki  asumsi-asumsi  yang  harus
dipenuhi  sebagai  persyaratan  penggunaannya.  Validitas  dan  reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai.
3.
Pengujian  Model;  Sebelum  diterapkan,  model  biasanya  diuji  untuk
menentukan  tingkat  akurasi  validitas  dan  realibilitas  yang  diharapkan. Penerapannya  mencakup  pada  data  historik  dan  penyiapan  estimasi
untuk  tahun-tahun  sekarang  dengan  data  nyata  yang  tersedia.  Nilai suatu  model  ditentukan  oleh  derajat  ketetapan  hasil  peramalan  dengan
kenyataan.  Dengan  kata  lain,  pengujian  model  bermaksud  untuk mengetahui  validitas  atau  kemampuan  prediksi  secara  logika  suatu
model. 4.
Penetapan  Model;  Setelah  pengujian,  analis  menetapkan  model  dan
dalam  tahap  ini  data  historis  dimasukkan  ke  dalam  model  untuk menghasilkan suatu ramalan.
5.
Revisi  dan  Evaluasi;  Ramalan-ramalan  yang  dibuat  harus  senantiasa
diperbaiki  dan  ditinjau  kembali.  Perbaikan  mungkin  perlu  dilakukan, karena  adanya  perubahan-  perubahan  yang  dilakukan  oleh  perusahaan
atau  lingkungannya  seperti  tingkat  harga  produk  perusahaan, karakteristik  produk,  biaya-biaya  periklanan,  kebijaksanaan  moneter
dan  kemajuan  teknologi.  Evaluasi  merupakan  perbandingan  hasil ramalan dengan hasil nyata untuk  menilai ketetapan penggunaan suatu
metodologi  atau  teknik  peramalan.  Langkah  ini  diperlukan  untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang.
2.7. Metode Peramalan
Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara mengatasi  semua  model  keputusan,  yaitu  analisis  kualitatif  dan  kuantitatif.
Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik  yang beragam  dengan data  masa  lalu  dan  peubah  sebab  akibat  untuk  meramalkan  permintaan.
Peramalan  subyektif  atau  kualitatif,  yaitu  peramalan  yang  menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan
keputusan untuk meramal Handoko, 1994.
2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Unsur-unsur  kebijakan  dalam  pengawasan  persediaan  bahan  baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time,
dan reorder point.
2.8.1 Model Probabilistik
Model  probabilistik  model  persediaan  stokastik  merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ Economic Order Quantity
atau  simulasi.  Model  probabilistik  akan  menghasilkan  kemungkinan- kemungkinan  walaupun  variabel  yang  membentuknya  diketahui
dengan pasti. Model  simulasi  probabilistik  stokastik  merupakan  komponen
yang  bersifat  random  acak  dan  akibat  random  tersebut  maka  hasil dari  model  simulasi  stokastik  hanya  merupakan  estimasi  dari
karakteristik  sesungguhnya.  Model  simulasi  stokastik  mengandung unsur  acak  atau  distribusi  peluang  sehingga  tidak  hanya  membuat
penaksiran  keluaran  yang  definitif  tapi  juga  disertai  dengan  deviasi variance.
2.8.2 Peramalan Penjualan
Pengertian  peramalan  penjualan  menurut  Indrajit  dan  Pranoto 2003  merupakan  kegiatan  yang  berhubungan  dengan  meramalkan
atau  memproyeksikan  hal-hal  yang  terjadi  di  masa  lampau  ke  masa depan.  Peramalan  penjualan  adalah  istilah  yang  sangat  populer  di
dunia  dan  menyangkut  peramalan  permintaan  yang  akan  datang berdasarkan  permintaan  yang  lalu  atau  berdasarkan  perhitungan
tertentu. Pada  metode  ini  ada  tiga  tahapan  iteratif  dalam  melakukan
pemodelan deret waktu Montgomery et al.,1990, yakni: 1.
Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2.
Pendugaan parameter 3.
Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.
Menurut  Baroto  2002  ,  karakteristik  peramalan  permintaan adalah sebagai berikut :
1. Faktor  penyebab  yang  berlaku  di  masa  lalu  diasumsikan  akan
berlaku juga di masa yang akan datang. 2.
Peramalan  tidak  pernah  sempurna,  permintaan  aktual  selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan.
3. Tingkat  ketepatan  ramalan  akan  berkurang  dalam  rentang  waktu
yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang
waktu yang panjang.
2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku
Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan  biaya-biaya  persediaan  yang  minimal,  Assauri  2004.
Untuk  menentukan  jumlah  pemesanan  yang  ekonomis  harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil.
Usaha  untuk  memperkecil  biaya  pemesanan  dan  penyimpanan ini  menyebabkan  sistem  persediaan  dihadapkan  pada  dua  sifat  biaya
yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat  kecil  sehingga  biaya  pemesanan  menjadi  sangat  besar  selama
satu  tahun.  Berdasarkan  kedua  sifat  tersebut,  maka  dapat  dilihat bahwa
jumlah pemesanan
ekonomis terletak
antara biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali
dapat  diperoleh  dengan  meggunakan  metode  simulasi.  Serangkaian simulasi  mencoba  beragam  jumlah  pemesanan  untuk  mendapatkan
total biaya persediaan yang minimal.
2.8.4 Safety Stock
Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang  harus  diadakan  untuk  proteksi  atau  pengamanan  dalam
menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto  2003.  Persediaan  pengaman  mempunyai  dua  aspek  dalam
pembiayaan perusahaan,  yaitu :
1. Mengurangi  biaya  yang  timbul  karena  kehabisan  persediaan.
Makin  besar  persediaan  pengaman  makin  kecil  kemungkinan kehabisan  persediaan,  sehingga  semakin  kecil  pula  biaya  karena
kehabisan persediaan. 2.
Tetapi  adanya  persediaan  pengaman  akan  menambah  biaya penyediaan  barang.  Makin  besar  persediaan  pengaman,  makin
besar pula biaya penyediaan barang. Tujuan  Safety  Stock  adalah  untuk  menentukan  berapa  besar
stock  yang  dibutuhkan  selama  masa  tanggang  untuk  memenuhi besarnya  permintaan  Rangkuti,  2004.  persediaan  pengaman  yaitu
persediaan  tambahan  yang  diadakan  untuk  melindungi  atau  menjaga kemungkinan  terjadinya  kehabisan  bahan  atau  barang.  Safety  Stock
diperlukan  untuk  menjaga  terhadap  ketidakpastian  dan  perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan.
Safety  stock  dimaksudkan  untuk  menjaga  kemungkinan terjadinya  kekurangan  bahan  baku  yang  lebih  besar  dari  pada
perkiraan  semula  atau  keterlambatan  dalam  penerimaan  bahan  baku yang  dipesan  Assauri  2004.  Penentuan  besarnya  persediaan
pengaman ini
mempergunakan analisa
statistik. Standar
penyimpangan  dari  bahan  baku  dapat  diketahui  dengan  cara  melihat dan  memperhitungkan  penyimpangan-penyimpangan  yang  sudah
terjadi  antara  perkiraan  kebutuhan  bahan  baku  dengan  pemakaian sesunguhnya  dalam  analisa  statistik.  Selanjutnya  manajemen
perusahaan  akan  menentukan  seberapa  jauh  penyimpangan- penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir.
2.8.5 Lead Time
Pengertian  lead  time  adalah  waktu  antara  dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman Render dan Heizer 2006. Model-
model  persediaan  mengasumsikan  bahwa  suatu  perusahaan  akan menunggu  tingkat  persediaan  mencapai  nol  sebelum  perusahaan
memesan  kembali  dan  dengan  seketika  kiriman  yang  dipesan  segera diterima.  Akan  tetepi  waktu  antara  dilakukannya  pemesannan  bisa
cepat,  beberapa  jam  atau  bahkan  lambat,  yaitu  beberapa  bulan.  Oleh karena  itu  perusahaan  harus  dapat  menentukan  waktu  yang  paling
optimal  untuk  melakukan  pemesan  kembali,  menurut  Ahyari  1999, penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu:
1. Biaya penyimpanan tambahan BPT, atau sering disebut dengan
extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan
ini  disebabkan  karena  datangnya  bahan  yang  dipesan  lebih  awal dari waktu yang telah direncanakan.
2. Biaya kekurangan bahan BKB, atau sering disebut dengan stock
out  cost  adalah  merupakan  biaya  yang  harus  dikeluarkan  oleh perusahaan  kekurangan  bahan  baku  untuk  keperluan  proses
produksinya.  Biaya-biaya  untuk  mendapatkan  bahan  baku pengganti,  termasuk  selisihnya  merupakan  contoh  biaya
kekurangan  bahan  ini.  Hal  ini  disebabkan  apabila  perusahaan tidak  mendapatkan  pengganti,  maka  proses  produksi  akan
terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan  baku  yang  dipesan  datangnya  lebih  lama  dari  waktu  yang
sudah ditentukan.
2.8.6 Reorder Point
Reorder Point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam  stok  berkurang  terus.  Perusahaan  harus  dapat  menentukan
berapa  banyak  batas  minimal  tingkat  persediaan  yang  harus dipertimbangkan  sehingga  tidak  terjadi  kekurangan  persediaan.
Reorder  point  merupakan  titik  batas  pemesanan  kembali,  termasuk permintaan  yang  dinginkan  atau  dibutuhkan  selama  masa  tenggang,
misalnya suatu tambahan atau extra Rangkuti, 2004. Menurut Heizer dan  Render  2006,  setelah  perusahaan  menentukan  jumlah  bahan
baku  yang  dipesan,  maka  perusahaan  akan  melakukan  pemesanan yang  kedua.  Pemesanan  kedua  atau  pemesanan  ulang  bertujuan  agar
persediaan tidak sama dengan nol.
2.9. Penelitian Terdahulu
Mukti  1997  melakukan  penelitian  mengenai  strategi  perencanaan produksi  agregat  industri  kayu  lapis.  Metode  perencanaan  produksi  dimulai
dengan melakukan
peramalan terhadap
permintaan kayu
dengan menggunakan metode peramalan ARIMA Autoregressive Integrated Moving
Average  Model  dan  hasil  penelitian  mengenai  optimisasi  dilakukan  dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear
Interactive  of  Discrete  Optimize  LINDO.  Total  biaya  minimum  yang dihasilkan  dari  optimisasi  Rp  335.405.790.000,-  Faktor-faktor  yang  menjadi
kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler,  jam  tenaga  kerja  lembur,  kapasitas  gudang,  permintaan  produk,  dan
persediaan produk jadi. Andinova  2009  melakukan  penelitian  mengenai  kajian  optimisasi
pada PT. Pismatex, Pekalongan. Peubah keputusan didalam proses penelitian tersebut  adalah  tingkat  produksi  sarung  selama  satu  periode  produksi  12
bulan,  yang dikelompokkan menjadi  lima  5 kelompok  jenis produk. Hasil penelitian  mengindikasikan  bahwa  PT.  Pismatex  mengalami  kendala  dalam
upayanya,  kendala  yang  dialami  adalah  keterbatasan  sumberdaya  yang dimilikinya,  yaitu  meliputi  ketersedian  bahan  baku,  jam  kerja  tenaga  kerja
langsung, jam mesin dan jumlah permintaan.
III. METODE PENELITIAN