II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Manufaktur
Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dari tangan manual atau dengan mesin, sehingga menghasilkan suatu barang
Prawirosento, 2007. Secara umum manufaktur menurut adalah suatu kegiatan memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain
yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan memproses pengolahaan input menjadi output. Contoh industri manufaktur adalah
industri oli mesin, indusri obat, industri makanan kaleng, industri automotif dan lain-lain.
Proses manufaktur dapat digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 3, dimana masukan input dikonversi, dengan bantuan peralatan,
keahlian, uang, dan sumberdaya yang lainnya, menjadi luaran output yang disebut sebagai produk akhir.
Gambar 3. Manufaktur sebagai proses input-output Biegel dalam Kusuma, 2004
2.2. Optimisasi Produksi
Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasan-
batasan. Biasanya pembatasan-pembatas tersebut berupa tenaga kerja men, uang money. Pemrograman linier linear programming atau LP adalah
suatu metode yang digunakan dalam penentuan optimisasi produksi suatu perusahaan. LP merupakan metode matematik dalam mengalokasikan
sumberdaya untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya Mulyono, 1991.
Optimisasi adalah penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin, Soekartawi 1992. Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal,
mesin, bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja. Optimisasi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :
1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang
ditentukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif
rancangan penugasan, maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. 2.
Minimisasi yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat
berupa minimisasi penggunaan sumberdaya, biaya distribusi biaya persediaan biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses
pelayanan dan fasilitas perusahaan.
2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming.
Pemrograman linier adalah suatu metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu
tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, Mulyono, 1991. Persoalan dalam linear programming adalah
berusaha untuk mencari pemecahan optimal di dalam batasan sumber daya perusahaan. Agar pemrograman linier dapat diterapkan maka
asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah : a
Linearity, kata linear secara tidak langsung dapat diartikan
sebagai hubungan proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau tingkat hubungan antar veriabel adalah konstan
oleh karena itu perubahan nilai peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama.
b
Additivity. Hal ini dapat diartikan sebagai tak ada penyesuaian
pada perhitungan peubah keriteria karena terjadinya interaksi. Additivitas mengharuskan bahwa fungsi tujuan adalah jumlah
langsung dari kontribusi individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian.
c
Divisibility. Suatu asumsi yang menyatakan bahwa nilai solusi
yang diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan dapat terjadi pada pada nilai pecahan manapun.
Dalam hal ini peubah keputusan merupakan peubah kontinu, sebagai kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat.
d
Deterministic. Dalam linear programming semua parameter
model diketahui
konstan, maka
secara tak
langsung mengasumsikan bahwa suatu masalah keputusan dalam satu
kerangka statis, dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.
Pemrograman linier memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu sebagai alat kuantitatif untuk melakukan program
linear mudah untuk diterapkan, terutama jika menggunakan alat bantu komputer dan dapat menggunakan banyak peubah, sehingga berbagai
kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum yang dapat dicapai. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan
tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan dari program linear adalah jika komputer tidak tersedia maka pengolahan
dengan menggunakan banyak peubah akan menyulitkan dalam penarikan analisisnya.
Taylor III 2001, menjelaskan teknik di dalam linear programming menggambarkan bahwa fungsi linear dalam model
matematik adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah matematik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tiga
tahapan dalam penggunaan dalam penggunaan pemrograman linier yaitu :
a Masalah harus dapat diidentifikasikan sebaai sesuatu yang dapat
diselesaikan dengan pemrograman linier. b
Masalah yang tidak terstruktur harus dapat dirumuskan dalam model matematik, sehingga menjadi terstruktur.
c Model harus diselesaikan dengan teknik matematik yang telah
dibuat. Model adalah sebuah tiruan terhadap realita. langkah untuk
membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model yang merupakan salah satu teknik dasar didalam
penentuan teknik optimisasi produksi. Siswanto 2007, model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama yaitu:
a
Peubah keputusan. Adalah peubah persoaalan yang akan
mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses pemodelan, penemuan peubah keputusan tersebut harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala- kendalanya.
b
Fungsi Tujuan. Dalam model pemrograman linier, tujuan yang
hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematik
linier dan
selanjutnya dimaksimumkan
atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada.
c
Fungsi Kendala. Kendala dapat diidentifikasikan sebagai suatu
pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier.
2.3. Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan
Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah
komponen, material, atau produk jadi yang tersedia di tangan menunggu untuk digunakan atau dijual Baroto, 2002. Menurut Taylor
III 2001 persediaan adalah berbagai stok barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan
internal atau eksternal. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan.
Istilah persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbendaharaan seperti yang dikemukakan oleh Yamit 2003:
1. Persediaan bahan baku di tangan stock on hand.
2. Daftar persediaan secara fisik.
3. Jumlah item di tangan.
4. Nilai persediaan barang.
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi Heizer dan
Render, 2006. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah
bahan baku yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-
barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu Rangkuti, 2004.
Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali. Menurut Riggs dalam Baroto 2002 persediaan adalah bahan
mentah, barang dalam proses work in process barang jadi, barang pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan merupakan kumpulan beberapa jenis barang atau sumber daya yang digunakan
dalam suatu organisasi.
2.3.2 Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti 2004, persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah: 1.
Fungsi Decoupling;
Adalah fungsi
persediaan yang
memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Rangkuti, 2004.
Atau memisahkan beragam bagian produksi Heizer dan Render, 2006. Sebagai contoh jika pasokan sebuah perusahaan
berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan untuk mendecouple memisahkan proses produksi dari para
pemasok. Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga
persedian barang-barang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada
pedagang eceran. 2.
Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan
per-unit jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya
persediaan biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya. Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas,
sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
3. Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu perusahaan, yaitu
permintaan musiman Rangkuti, 2004. Perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman
seasional inventories. Persediaan antisipasi atau berjaga-jaga anticipation stock adalah persediaan yang dilakukan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock.
Fungsi persediaan juga dapat dikategorikan sebagai persediaan pengaman Sefety Stock yaitu persediaan yang
dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.
4. Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih
dalam pengiriman atau transit yang sering pula disebut work in proses.
Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman: A: External Transit Stock
Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, kreta api ataupun alat transportasi yang lain.
B: Internal Transit Stock Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu
sebelum di pindahkan. Alasan mengadakan persediaan Schroeder,1997,diantaranya adalah :
1. Mengurangi ketidakpastian
2. Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis
3. Mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan
penawaran. 4.
Menyediakan untuk transit 5.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 6.
Menghilangkan resiko barang yang rusak. 7.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. 8.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 9.
Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya. Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu:
1. Persediaan bahan baku.
2. Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau penolong.
4. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses
5. Persediaan barang jadi.
2.4. Teori Peramalan
Menurut Mulyono 1991 menerangkan bahwa peramalan adalah salah satu proses memperkirakan proses secara sistematik tentang apa yang
mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan-nya dapat diperkecil.
Menurut Handoko 1994 peramalan adalah suatu penafsiran terhadap permintaan akan produk dan jasa di masa mendatang. dan bagian-bagiannya
sangat penting di dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah penting untuk effisiensi industri manufacturing dan jasa,
hasil-hasil peramalan digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyakut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas
serta berbagai keputusan yang bersifat terus menerus dan berkenaan dengan perencanaan penjadwalan dan persediaan.
Menurut Heizer dan Render 2006 , peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dilakukan dengan
melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan
terlihat pada saat pengambilan keputusan karena adanya perbedaan waktu antara dibutuhkannya kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan
tersebut dan untuk mendapatkan peluang serta kesempatan yang ada dan ancaman yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Terkait dengan penelitian ini aktivitas peramalan dimaksudkan agar perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat
menyiasati pola kemungkinan permintaan oli mesin di masa mendatang, maka perlu dilakukan maksimalisasi produktivitas perusahaan dan untuk
meningkatkan keuntungan. Beberapa faktor penting dalam peramalan yang harus dipertimbangkan
mencakup: 1.
Jarak waktu ke tujuan di masa depan yang harus diramalkan. 2.
Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan.
3. Tingkat akurasi yang diperlukan.
4. Mutu data tersedia untuk dianalisis.
5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan.
6. Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan.
2.5. Jenis-Jenis Peramalan
Menurut Assauri 2004 pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sisi
penyusunannya maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Peramalan subyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan
atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau buruknya hasil ramalan tersebut.
2. Peramalan obyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada data
relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut.
Menurut Heizer dan Render 2006, peramalan berdasarkan horizon waktu dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu:
1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang mencakup jangka
waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya tidak lebih dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan
kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi. 2.
Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan hingga batas 3 tiga tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan
penjualan, perencanaan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi.
3. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang mencakup
perencanaan dalam jangka waktu diatas 3 tiga tahun atau lebih. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan produk baru,
pembelanjaan modal, atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.
Baik tidaknya metode yang digunakan dalam peramalan tergambarkan pada penyimpangan oleh hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi.
Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila
terdapat tiga kondisi sebagai berikut: a.
Adanya informasi tentang keadaan yang lain. b.
Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data. c.
Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa mendatang.
2.6. Tahapan Peramalan
Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa medatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah
perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu mendatang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksi-
proyeksi adalah fungsi mekanikal. Menurut Handoko 1994, proses peramalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1.
Penentuan Tujuan; langkah pertama terdiri atas penentuan estimasi
yang diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer. Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk
mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui: a.
Peubah-peubah apa yang akan di estimasi. b.
Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan. c.
Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan. d.
Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan. e.
Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan. f.
Kapan estimasi dibutuhkan. g.
Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.
2.
Pengembangan Model; Setelah tujuan diterapkan langkah berikutnya
adalah mengembangkan suatu model, yang merupakan penyajian secara lebih sederhana dari sistim yang dipelajari. Model adalah suatu
kerangka analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi
penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi sebagai persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai.
3.
Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk
menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan. Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi
untuk tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan
kenyataan. Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediksi secara logika suatu
model. 4.
Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan
dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan suatu ramalan.
5.
Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa
diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan, karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan
atau lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter
dan kemajuan teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu
metodologi atau teknik peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang.
2.7. Metode Peramalan
Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara mengatasi semua model keputusan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan peubah sebab akibat untuk meramalkan permintaan.
Peramalan subyektif atau kualitatif, yaitu peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan
keputusan untuk meramal Handoko, 1994.
2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Unsur-unsur kebijakan dalam pengawasan persediaan bahan baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time,
dan reorder point.
2.8.1 Model Probabilistik
Model probabilistik model persediaan stokastik merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ Economic Order Quantity
atau simulasi. Model probabilistik akan menghasilkan kemungkinan- kemungkinan walaupun variabel yang membentuknya diketahui
dengan pasti. Model simulasi probabilistik stokastik merupakan komponen
yang bersifat random acak dan akibat random tersebut maka hasil dari model simulasi stokastik hanya merupakan estimasi dari
karakteristik sesungguhnya. Model simulasi stokastik mengandung unsur acak atau distribusi peluang sehingga tidak hanya membuat
penaksiran keluaran yang definitif tapi juga disertai dengan deviasi variance.
2.8.2 Peramalan Penjualan
Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto 2003 merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan
atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di
dunia dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan
tertentu. Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan
pemodelan deret waktu Montgomery et al.,1990, yakni: 1.
Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2.
Pendugaan parameter 3.
Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.
Menurut Baroto 2002 , karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut :
1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan
berlaku juga di masa yang akan datang. 2.
Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan.
3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu
yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang
waktu yang panjang.
2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku
Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri 2004.
Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil.
Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya
yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama
satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa
jumlah pemesanan
ekonomis terletak
antara biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali
dapat diperoleh dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan
total biaya persediaan yang minimal.
2.8.4 Safety Stock
Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengamanan dalam
menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto 2003. Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam
pembiayaan perusahaan, yaitu :
1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan.
Makin besar persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena
kehabisan persediaan. 2.
Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin
besar pula biaya penyediaan barang. Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar
stock yang dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan Rangkuti, 2004. persediaan pengaman yaitu
persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau barang. Safety Stock
diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan.
Safety stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari pada
perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan Assauri 2004. Penentuan besarnya persediaan
pengaman ini
mempergunakan analisa
statistik. Standar
penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah
terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesunguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen
perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan- penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir.
2.8.5 Lead Time
Pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman Render dan Heizer 2006. Model-
model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu tingkat persediaan mencapai nol sebelum perusahaan
memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan segera diterima. Akan tetepi waktu antara dilakukannya pemesannan bisa
cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling
optimal untuk melakukan pemesan kembali, menurut Ahyari 1999, penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu:
1. Biaya penyimpanan tambahan BPT, atau sering disebut dengan
extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan
ini disebabkan karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.
2. Biaya kekurangan bahan BKB, atau sering disebut dengan stock
out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses
produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisihnya merupakan contoh biaya
kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak mendapatkan pengganti, maka proses produksi akan
terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang
sudah ditentukan.
2.8.6 Reorder Point
Reorder Point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Perusahaan harus dapat menentukan
berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Reorder point merupakan titik batas pemesanan kembali, termasuk permintaan yang dinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang,
misalnya suatu tambahan atau extra Rangkuti, 2004. Menurut Heizer dan Render 2006, setelah perusahaan menentukan jumlah bahan
baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar
persediaan tidak sama dengan nol.
2.9. Penelitian Terdahulu
Mukti 1997 melakukan penelitian mengenai strategi perencanaan produksi agregat industri kayu lapis. Metode perencanaan produksi dimulai
dengan melakukan
peramalan terhadap
permintaan kayu
dengan menggunakan metode peramalan ARIMA Autoregressive Integrated Moving
Average Model dan hasil penelitian mengenai optimisasi dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear
Interactive of Discrete Optimize LINDO. Total biaya minimum yang dihasilkan dari optimisasi Rp 335.405.790.000,- Faktor-faktor yang menjadi
kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler, jam tenaga kerja lembur, kapasitas gudang, permintaan produk, dan
persediaan produk jadi. Andinova 2009 melakukan penelitian mengenai kajian optimisasi
pada PT. Pismatex, Pekalongan. Peubah keputusan didalam proses penelitian tersebut adalah tingkat produksi sarung selama satu periode produksi 12
bulan, yang dikelompokkan menjadi lima 5 kelompok jenis produk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa PT. Pismatex mengalami kendala dalam
upayanya, kendala yang dialami adalah keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu meliputi ketersedian bahan baku, jam kerja tenaga kerja
langsung, jam mesin dan jumlah permintaan.
III. METODE PENELITIAN