Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM-Mabar

(1)

No. Dok : FM-TS-01-06A; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman 1 dari 1

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

YANG OPTIMUM PADA PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

KIM – MABAR

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

A L F A B E R M. 0 2 0 4 0 3 0 3 0

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

No. Dok : FM-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman 1 dari 1

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

A L F A B E R M. 0 2 0 4 0 3 0 3 0

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

(Ir. Kores Sinaga) (Ir. Nurhayati S, M.T.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

v

DAFTAR ISI

BAB Hal.

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... I-1 1.1. ... Latar

Belakang ... I-1 1.2. ... Perumusan

Masalah ... I-2 1.3. ... Tujuan dan

Manfaat ... I-3 1.4. ... Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4


(4)

2.1. ... Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. ...Ruang

Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. ... Organisasi

dan Manajemen ... II-3

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

2.3.1. ...Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. ...Uraian

Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.3.3. ...Tenaga

Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-21 2.3.4. ...Sistem

Pengupahan ... II-22 2.3.5. ...Insentif dan


(5)

vii

2.4. ... Proses Produksi ... II-25

2.4.1. ...Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong ... II-25

2.4.1.1. ...Bahan Baku ... II-25

2.4.1.2. ...Bahan Tambahan ... II-26 2.4.1.3. ...Bahan

Penolong ... II-26 2.4.2. ...Uraian

Proses Produksi ... II-27 2.5. ... Mesin dan

Peralatan ... II-34 2.5.1. ...Mesin

Produksi ... II-34 2.5.2. ...Peralatan

... II-37

2.5.3. ...Utilitas ... II-37

2.5.4. ...Safety and Fire Protection ... II-38


(6)

... II-39 III. LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. ... Peramalan ... III-1

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

3.1.1. ...Prosedur Peramalan ... III-3 3.1.2. ...Model Deret

Berkala ... III-4 3.1.2.1. ...Pola Data

Model Deret Berkala ... III-4 3.1.2.2. ...Teknik

Peramalan Deret Berkala ... III-5 3.1.2.3. ...Kriteria

Pemilihan Trend ... III-8 3.1.2.4. ...Koefisien


(7)

ix

3.1.2.5. ...Verifikasi Pola Peramalan ... III-9 3.2. ... Persediaan

... III-12

3.2.1. ...Pengendalia n Persediaan ... III-12 3.2.2. ...Sistem

Manajemen Persediaan ... III-15 3.2.3. ...Pengendalia n Tingkat Persediaan ... III-15 3.2.4. ...Biaya-biaya

Persediaan ... III-17 3.2.5. ...Pengisian

Kembali Persediaan ... III-19 3.2.6. ...Cara-cara

Pemesanan (Order System) ... III-20 3.2.7. ...Jumlah

Pesanan yang Ekonomis (EOQ) ... III-21 3.2.8. ...Persediaan

Pengaman (Safety Stock) ... III-25 3.2.8.1. ...Arti dan


(8)

Kualitas ... III-31 3.2.10. ...Pengujian

Kepekaan ... III-32

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

3.2.11. ... Model-model Perencanaan dan Peng. Persediaan ... III-32 IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. ... Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. ... Rancangan

Penelitian ... IV-1 4.3. ...Objek

Penelitian ... IV-3 4.4. ... Variabel

Penelitian ... IV-3 4.4.1. ...Variabel


(9)

xi

4.4.2. ...Variabel Terikat ... IV-4 4.5. ... Pengolahan

Data ... IV-5 4.6. ... Analisis

Pemecahan Masalah ... IV-6 4.7. ...Kesimpulan

dan Saran ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. ...

Pengumpulan Data ... V-1 5.2. ... Pengolahan

Data ... V-5 5.2.1. ...Peramalan

Produksi Tahun 2009 ... V-5 5.2.2. ...Penentuan

Jumlah Pesanan yang Ekonomis ... V-17 5.2.3. ...Penentuan

Frekuensi Pemesanan per Tahun ... V-18 5.2.4. ...Penentuan

Nilai Pemesanan Setiap Kali Pesan ... V-19 5.2.5. ...Biaya


(10)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

5.2.7. ...Penentuan Besarnya Persediaan Pengaman ... V-27 5.2.8. ...Penentuan

Batas Titik Pemesanan ... V-26

VI. ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. ... Analisis Peramalan ... VI-1 6.2. ... Analisis

Model Pengendalian Persediaan ... VI-2 6.3. ...Perbandigan

TVC Metode EOQ dengan Jumlah

Pemesanan Cara Perusahaan ... VI-3 6.4. ... Analisis

Sensitivitas (Pengujian Kepekaan) ... VI-4 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. ... Kesimpulan ... VII-1


(11)

xiii

7.2. ... Saran ... VII-3


(12)

TABEL Hal.

2.1. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Administrasi Perusahaan . II-21

2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Produks i ... II-22

2.3. Mesin Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-35

2.4. Peralatan Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-37

2.4. Utilitas PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-37

3.1. Policy Factor (K) pada Frequency Level Of Servie ... III-30

5.1. Penggunaan Bahan Baku PT. Charoen Pokphand Indonesia ... V-2

5.2. Daftar Biaya Pesan Bahan Baku ... V-3

5.3. Harga Satuan dan Order Point Level Bahan Baku ... V-4

5.4. Delivery Lead Time Bahan Baku ... V-4

5.5. Jumlah Produksi Selama Tiga Tahun ... V-5

5.6. Perhitungan Hasil Peramalan Metode ExponentialSmoothing .. V-7

5.7. Perhitungan Kesalahan Metode ExponentialSmoothing ... V-8


(13)

xv

5.9. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Dekpmposisi ... V-11

DAFTAR TABEL

TABEL Hal.

5.10. Perhitungan Untuk Verifikasi Dengan Moving Range Chart ... V-13

5.11. Peramalan Produksi Tahun 2009 ... V-15

5.12. Persentase Penggunaan Bahan Baku dalam Produk Jadi ... V-16

5.13. Konversi Jumlah Produksi ke Jumlah Bahan Baku ... V-16

5.14. Data Pemakaian Bahan Baku Jagung Harian ... V-23

5.15. Data Pemakaian Bahan Baku BKK Harian ... V-24

5.16. Data Pemakaian Bahan Baku PKM Harian ... V-26

6.1. Perbandingan TVC Perusahaan Terhadap dengan hasil

Perhitungan Rancangan ... VI-4


(14)

GAMBAR Hal.

2.1. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-5

2.2. Diagram Blok Proses Produksi ... II-28

3.1. Blok Diagram Prosedur Peramalan ... III-3

3.2. Pola Data Horizon ... III-4

3.3. Pola Data Musiman ... III-4

3.4. Pola Data Siklis ... III-5

3.5. Pola Trend ... III-5

3.6. Penentuan Titik SEbaran Daerah A,B,C Metode MRC ... III-10

3.7. Flow Chart Proses Verifikasi Metode MRC ... III-11

3.8. Hubungan dari Sasaran-sasaran Fungsional ... III-14

3.9. Diagram Alir Pengembangan Sistem manajemen persediaan .... III-16

3.10. Total Biaya Persediaan ... III-22

3.11. Inventory Level With Safety Stock ... III-26


(15)

xvii

Pemesanan Dilakukan ... III-29

DAFTAR GAMBAR

(Lanjutan)

GAMBAR Hal.

3.13. Jumlah Stok Berbanding Waktu ... III-38

4.1. Diagram Blok Metode Penelitian ... IV-2

4.2. Diagram Blok Pengolahan Data ... IV-5

5.1. Diagram Pencar Data Produksi Perbulan ... V-6

5.2. Moving Range Chart Untuk Verifikasi Fungsi Peramalan Metode


(16)

LAMPIRAN Hal.

1. Tabel Distribusi F ... L-1

2. Perhitungan Peramalan Dengan Metode Exponential

Smoothing ... L-3

3. Perhitungan Peramalan Metode Dekomposisi ... L-5

4. Perbandingan Data Nyata Dengan Metode Exponential


(17)

i

ABSTRAK

Pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan pemesanan yang optimal untuk setiap bahan baku proses sehingga diperoleh biaya persediaan yang optimum pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM – Mabar yang merupakan pabrik pakan ternak. Tujuan dalam menentukan ukuran pemesanan tersebut adalah untuk menghindari biaya yang tidak wajar (dalam hal ini biaya sangat besar), tetapi tidak mengurangi tingkat pelayanan kepada konsumen (karena terjadinya stockout).

Langkah awal dalam menyelesaian permasalahan tersebut ialah dengan melakukan peramalan permintaan pakan ternak untuk satu tahun kedepan, yaitu permintaan untuk tahun 2009. Peramalan dilakukan dengan dua metode dan kemudian dipilih satu peramalan yang dinilai lebih sesuai dengan melakukan uji F.

Hasil peramalan produk jadi kemudian dijabarkan menjadi jumlah permintaan masing-masing bahan baku yaitu : jagung, BKK (bungkil kacang

kedelai) dan PKM (palm kernel mill). Dengan diperolehnya jumlah kebutuhan

bahan baku tersebut, faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan ukuran pemesanan adalah jumlah permintaan, data biaya persediaan dan leadtime.

penentuan jumlah pemesanan yang optimal berdasarkan metode Q atau metode jumlah pemesanan tetap. Melalui metode EOQ ditentukan jumlah pemesanan untuk setiap bahan baku. Setelah itu dilakukan perhitungan mengenai jumlah persediaan pengaman dengan service level sebesar 95%. Hal ini dilakukan

karena kemungkinan adanya perubahan permintaan selama leadtime dan/atau

terjadinya keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut.

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk masing-masing bahan baku ialah : Rp. Rp. 23,127,191,- untuk bahan baku jagung, Rp. 26,017,899,- untuk bahan baku BKK dan Rp. 5,382,785,- untuk bahan baku PKM.


(18)

Pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan pemesanan yang optimal untuk setiap bahan baku proses sehingga diperoleh biaya persediaan yang optimum pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM – Mabar yang merupakan pabrik pakan ternak. Tujuan dalam menentukan ukuran pemesanan tersebut adalah untuk menghindari biaya yang tidak wajar (dalam hal ini biaya sangat besar), tetapi tidak mengurangi tingkat pelayanan kepada konsumen (karena terjadinya stockout).

Langkah awal dalam menyelesaian permasalahan tersebut ialah dengan melakukan peramalan permintaan pakan ternak untuk satu tahun kedepan, yaitu permintaan untuk tahun 2009. Peramalan dilakukan dengan dua metode dan kemudian dipilih satu peramalan yang dinilai lebih sesuai dengan melakukan uji F.

Hasil peramalan produk jadi kemudian dijabarkan menjadi jumlah permintaan masing-masing bahan baku yaitu : jagung, BKK (bungkil kacang

kedelai) dan PKM (palm kernel mill). Dengan diperolehnya jumlah kebutuhan

bahan baku tersebut, faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan ukuran pemesanan adalah jumlah permintaan, data biaya persediaan dan leadtime.

penentuan jumlah pemesanan yang optimal berdasarkan metode Q atau metode jumlah pemesanan tetap. Melalui metode EOQ ditentukan jumlah pemesanan untuk setiap bahan baku. Setelah itu dilakukan perhitungan mengenai jumlah persediaan pengaman dengan service level sebesar 95%. Hal ini dilakukan

karena kemungkinan adanya perubahan permintaan selama leadtime dan/atau

terjadinya keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut.

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk masing-masing bahan baku ialah : Rp. Rp. 23,127,191,- untuk bahan baku jagung, Rp. 26,017,899,- untuk bahan baku BKK dan Rp. 5,382,785,- untuk bahan baku PKM.


(19)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi pakan ternak, dimana daerah pemasarannya mencakup seluruh Pulau Sumatera. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak tersebut ialah jagung yang diperoleh dari dalam maupun luar negeri (berkaitan dengan kebijakan pemerintah), bungkil kacang kedelai (BKK) yang diperoleh dari luar negeri (Brazil, Argentina), palm kernel mill (PKM) yang diperoleh dari dalam negeri (pabrik-pabrik kelapa sawit) serta bahan-bahan lainnya.

Untuk dapat memperoleh pangsa pasar yang baik, perusahaan dituntut untuk memiliki sistem manajemen mutu yang efektif dan efesien, salah satu diantaranya adalah sistem persediaannya, dan juga kualitas produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga total biaya dapat diatur pada batas yang layak. Dengan demikian produk dapat dijual dengan harga yang sangat kompetitif.

Kebijakan perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan pada

dasarnya adalah dengan menerapkan sistem MTO (Make to Order). Dengan

menggunkan sistem ini, maka perusahaan dapat memastikan bahwa bahan baku (jagung, BKK, PKM dan bahan lainnya) yang tersedia benar-benar diolah menjadi produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan.


(20)

mencapai titik tertentu (titik pemesanan ulang). Pada sistem tersebut, pemesanan hanya dilakukan ketika jumlah stok di tangan sudah dibawah batas yang ditentukan. Metode ini memampukan perusahaan untuk menghindari pemesanan dengan jumlah yang relatif kecil. Pendekatan ini berguna ketika batas waktu pemakaian bahan penting, dan penuaan bahan sangat tidak diharapkan, terutama ketika terjadinya masa kekurangan atau sedikit sekali permintaan yang datang. Resiko yang timbul adalah potensi kehabisan bahan (stockout), sehingga apabila hal ini terjadi maka kemungkinan berhentinya proses produksi sampai kedatangan bahan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, maka dalam kesempatan ini penulis mencoba untuk mengamati sistem persediaan lain yang kemungkinan dapat memperkecil resiko yang tersebut diatas dan kemungkinan terjadinya biaya total persediaan yang lebih kecil.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, maka rumusan permasalahan yang menjadi pusat perhatian pada penulisan tugas sarjana ini adalah :

1. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan yang optimum, dalam hal ini

jumlah pemesanan paling ekonomis dari segi biaya untuk memenuhi kebutuhan produksi


(21)

I-3

2. Bagaimana menentukan jumlah persediaan pengaman guna mengantisipasi

terjadinya fluktuasi permintaan.

3. Bagaimana menentukan titik pemesanan ulang agar tidak terjadi kekosongan bahan baku (Stockout).

1.3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian yang dilakukan bertujuan :

1. Menetapkan jumlah pemesanan bahan baku untuk setiap kali pesan, dimana

jumlah pemesanan merupakan pemesanan terhemat

2. Menentukan besarnya jumlah persediaan pengaman agar tidak terjadi stockout

selama masa pemesanan dengan pertimbangan level of service yang

berdasarkan pada pengalaman masa lalu.

3. Menentukan batas titik pemesanan ulang yang paling relevan.

Manfaat-manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, yakni dapat menjadi sarana pembelajaran dan pematangan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama menjalani perkuliahan. Selain itu juga, penulis dapat melihat dan menerapkan secara nyata suatu konsep ilmu di lapangan kerja nyata.

2. Bagi Departemen, yakni dapat menjadi literatur yang akan semakin

memperkaya penerapan ilmu keteknik-industrian di lapangan kerja nyata serta menjadi bahan literatur bagi penelitian oleh departemen maupun mahasiswa di kemudian hari.


(22)

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, maka terlebih dahulu ditetapkan batasan permasalahan dan asumsi yang akan digunakan selama dilakukannya penelitian. Batasan-batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada persediaan bahan baku. 2. Pembahasan tidak memperhitungkan adanya rework scrap.

3. Penelitian ini hanya dilakukan di dalam pabrik pengolahan pakan ternak PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM – Medan, dan tidak dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

4. Biaya sistem rancangan tidak dikaji

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan dan sumber lain setelah

dipertimbangkan kelayakannya dianggap benar

2. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong cukup tersedia pada

sumbernya

3. Tidak ada pemotongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar

4. Lead time pemesanan bahan diketahui

5. Dana untuk pembelian bahan dianggap cukup tersedia


(23)

I-5

7. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama pelaksanaan penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan laporan tugas sarjana ini disusun ke dalam tujuh bab.

Pada Bab I (Pendahuluan), diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan permasalahan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan laporan. Selanjutnya pada Bab II (Gambaran Umum Perusahaan) memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen dari perusahaa.

Selanjutnya pada Bab III (Landasan Teori) diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan permasalahan. Landasan teori yang digunakan adalah bertujuan untuk menguatkan metode yang dipakai untuk memecahkan permasalahan di perusahaan. Untuk lebih memahami apa-apa saja yang harus dilakukan pada saat penelitian dan bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian dapat dilihat pada Bab IV (Metodologi Penelitian). Selain itu, di sini juga dibahas mengenai penjelasan secara ringkas tiap tahapan penelitian dengan disertai diagram alirannya.


(24)

lanjut diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari analisa data dan pemecahan masalah yang telah dapat dilihat pada Bab VI (Analisis Pemecahan Masalah). Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran bagi pihak perusahaan dapat dilihat pada Bab VII (Kesimpulan dan Saran).


(25)

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada Tahun 1970 usaha peternakan ayam rasionalisasi mulai berkembang pesat di Indonesia dan walaupun demikian produksi daging dan telur ayam kampung belum dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Ditinjau dari segi peternakan ayam ras yang semakin berkembang, usaha ini berkaitan erat dengan perkembangan teknologi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan alat yang mampu menetaskan telur ayam dalam waktu yang relatif singkat. Penerapan teknologi ini didukung oleh program pemerintah untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat dalam hal kebutuhan protein hewani.

Melihat Indonesia cukup potensial bagi industri makanan ternak, maka salah satu perusahaan asing yaitu PT. Charoen Pokphand yang berpusat di Thailand mewujudkan minatnya untuk menanamkan modalnya dalam jumlah yang besar secara patungan dengan pengusaha Indonesia. Berdasarkan persetujuan Presiden No. B-32/Pres/1971, didirikan perusahaan patungan tersebut dengan

nama PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. PT. Charoen Pokphand Indonesia yang didirikan tahun 1971 ini merupakan anak

perusahaan dari CHAROEN POKPHAND OVERSEAS INVESTMENT CO. LTD. HONGKONG.

Sebagai akibat dari peningkatan konsumsi dan pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang demikian pesat, maka kebutuhan pakan ternak pun juga


(26)

meningkat. Menanggapi perkembangan tersebut, PT. Charoen Pokphand Indonesia memperluas usaha dan juga pasarnya dengan mendirikan pabrik baru, masing-masing di Surabaya pada tahun 1976 dan di Medan pada tahun 1979. PT. Charoen Pokphand Indonesia Cabang Medan didirikan di atas tanah seluas + 2 Ha, berlokasi di Jln. Medan –Tj. Morawa Km. 8.5 Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Johor.

Pada Tahun 1988, didorong oleh semakin meningkatnya pasar ekspor udang, perusahaan menambahkan pakan udang ke dalam rangkaian produksi pakan unggasnya yang sudah semakin berkembang, dengan membuka pabrik baru di Medan dengan kapasitas 40.000 ton pakan udang setiap tahunnya. Sebagai kontribusi atas semakin berkembangnya pasaran ayam ras baik yang pedaging dan petelur, maka PT. Charoen Pokphand Indonesia mengadakan ekspansi usaha lagi

di Medan dengan mendirikan feedmill kedua yang berlokasi di Jln. Pulau

Sumbawa No.5 Kawasan Industri Medan (KIM-Mabar) dengan seluas +

Dewasa ini PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan produsen pakan unggas terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan pabrik produksi, fasilitas penelitian dan pengembangan, serta pusat-pusat pembibitan unggas yang tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Medan.


(27)

II-3

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pakan ternak (animal feed), PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar memproduksi berbagai jenis pakan ternak, yaitu:

- Pakan Ayam - Pakan Bebek - Pakan Puyuh - Pakan Babi

Pakan yang diproduksi terbagi atas tiga bentuk, yaitu butiran (pellet), tepung dan konsentrat.

Seluruh produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar dipasarkan di dalam negeri, dengan daerah pemasaran mencakup Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat

2.3. Organisasi dan Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan diperlukan suatu struktur organisasi yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang sifatnya formal dan tergambar dalam kotak-kotak kedudukan dan jabatan yang menggambarkan secara jelas tugas dan wewenang serta tanggung jawab.

2.3.1. Struktur Organisasi

Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dituangkan dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi adalah merupakan bagan yang memberikan gambaran secara skematis tentang penetapan dan pembagian


(28)

pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas dan terperinci. Suatu bentuk kerjasama yang efektif dengan demikian akan dapat diperoleh untuk mencapai tujuan yang diharapkan suatu perusahaan.

Struktur yang digunakan oleh PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Mabar adalah bentuk organisasi fungsional. Organisasi fungsional paling banyak diterapkan karena dianggap paling dapat memenuhi kebutuhan terutama perusahaan-perusahaan besar.

Organisasi fungsional adalah organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan. Pada tipe organisasi fungsional ini masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pembagian kerja didasarkan pada spesialisasi yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya. Ciri-ciri organisasi fungsional adalah :

a. Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan. b. Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan. c. Penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya.

d. Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.

e. Terdapat dua kelompok wewenang lini dan wewenang fungsi.

Bagan struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(29)

II-5

Head Of Unit

Personalia and General Affair

Manager

Plant

General Manager Purchase Manager Marketing Manager Quality Control Manager Finance and Accounting General Manager Kepala Bagian Administrasi Staf Umum Internal Supervisor Eksternal Supervisor Accounting

Manager ManagerFinance Supir

Satpam Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Raw Material Supervisor Finish Goods Supervisor Store Room Supervisor

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Electrical Mechanical Karyawan Karyawan Forklift Procesing

Manager Warehouse Manager Section Head

Maintenance Manager Section Head Section Head

Maintenance Supervisor Processing Supervisor Karyawan PPIC Manager Inventory Control General Support Supervisor Karyawan Silo and Drier

Manager Section Head

Silo and Drier Supervisor Truck Scale

Supervisor Karyawan

Sumber : PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Medan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi, masing-masing personil diberi tanggung jawab sesuai dengan jabatannya, dengan demikian akan mempermudah pengarahan serta mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dari suatu pekerjaan.

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari tiap-tiap unit dalam struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar adalah sebagai berikut:


(30)

1. Kepala Unit (Head of Unit)

Head of Unit adalah merupakan pimpinan puncak dari PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Medan yang bertugas untuk :

a. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para

manager bagian.

b. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan dan

perkembangan umum perusahaan.

c. Bertanggungjawab kepada presiden direktur (pimpinan perusahaan induk)

atas jalannya perusahaan.

2. Plant General Manager

Menjamin tercapainya hasil produksi dalam hal jumlah, kualitas dan waktu yang sesuai dengan rencana perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi untukk semua jenis produk

agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan di gudang.

b. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja mesin,

jam kerja operator, pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan proses produksi.

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil produksi

sesuai dengan spesifikasi dan standart mutu yang telah ditetapkan.

d. Merencanakan perawatan mesin-mesin agar dapat beroperasi dengan


(31)

II-7

e. Membuat laporan produksi secara berkala mengenai pemakaian bahan

baku.

f. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi mulai dari

penerimaan bahan baku sampai proses produksi hingga menjadi produk akhir.

3. Manager Pembelian (Purchase Manager)

Purchase manager bertanggung jawab kepada head of unit, bagian ini bertugas membantu head of unit dalam bidang kegiatan pembelian. Rincian tugas dari purchase manager adalah :

a. Membantu head of unit dalam melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan perusahaan.

b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.

c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan

standard harga bahan.

4. Manager Personalia (Personalia and General Affair Manager)

Manager personalia bertanggung jawab langsung kepada head of unit. Dalam melaksanakan tugasnya manajer personalia membawahi kepala bagian administrasi dan staf umum. Tugas manajer personalia adalah:

a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan


(32)

b. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.

c. Menampung dan mencari keluhan karyawan.

d. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan

karyawan.

e. Bertanggungjawab terhadap disiplin kerja karyawan.

5. General Manager Akuntansi dan Keuangan (Finance and Accounting General Manager)

Finance and accounting general manager bertanggungjawab langsung

kepada head of unit. Dalam melaksanakan tugasnya finance and accounting

general manager membawahi accounting manager dan finance manager. Tugas finance and accounting general manager adalah :

a. Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari

keuangan perusahaan.

b. Membantu head of unit dalam melaksanakan anggaran perusahaan.

c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk

menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.

d. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya

produksi dan biaya administrasi.

6. Manager Pemasaran (Marketing Manager)

Marketing manager bertanggung jawab kepada head of unit. Marketing manager bertugas:


(33)

II-9

a. Melaksanakan analisa pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan

perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.

b. Mencari informasi pasar yang berhubungan dengan segmen pasar, trend

permintaan, kualitas yang digunakan dan jadwal permintaan pasar. c. Mencari order-order dari pemakai produk.

d. Membantu kepala unit didalam menetapkan terget pemasaran dan

kebijaksanaan dalam perluasan pasar.

e. Menentukan kebijaksanaan dari strategi pemasaran perusahaan yang

mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga, pendistribusian dan promosi.

f. Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.

7. Manager Pengendalian Kualitas (Quality Control Manager)

Mempunyai tanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan dan mengkoordinir melaksanakan prosedur dan teknik pengendalian mutu untuk menjamin kepercayaan dan kesesuaian produk yang dihasilkan terhadap

spesifikasi pembuatan yang telah ditentukan. Tugas manager pengendalian

kualitas (quality control manager) adalah:

a. Mengendalikan standar penggunaan bahan baku yang ditetapkan.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk mulai dari bahan baku


(34)

c. Melaksanakan analisa dan pengawasan produk jadi yang sudah ada di gudang, terutama dalam hal pengeluaran stock untuk menghindari stock expired date dengan pengunaan FIFO (First In First Out).

d. Melaksanakan riset terhadap pengembangan mutu produk dan jenis

produk.

8. Processing Manager

Processing manager bertanggung jawab langsung kepada plant general manager. Tugas-tugas dari Processingmanager adalah:

a. Bertanggungjawab kepada plant general manager atas pelaksanaan

kegiatan produksi.

b. Merencanakan dan mengatur produksi perusahan agar sesuai dengan

spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.

c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan

penolong dan bahan-bahan lainnya.

d. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

e. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui


(35)

II-11

9. Warehouse Manager

Warehouse Manager bertanggung jawab kepada plant general manager. Warehouse Manager bertugas:

a. Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan bahan baku, produk jadi

dan bahan penolong di gudang.

b. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di

gudang.

c. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di

gudang.

d. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.

10. PPIC Manager

PPIC manager bertanggung jawab kepada plant general manager. PPIC manager bertugas:

a. Membuat daftar rencana produksi pembuatan pakan ternak.

b. Melakukan koordinasi dengan pihak marketing dalam pembuatan sales

forecast.

c. Melakukan koordinasi dengan pihak warehouse raw material tentang

jumlah bahan baku di gudang.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak feed mill dalam pembuatan jadwal


(36)

11. Maintenance Manager

Bertanggung jawab terhadap pengawasan mesin-mesin produksi dan

semua peralatan (tools) yang berhubungan dengan produksi agar tetap dalam

kondisi siap pakai untuk menjamin kelancaran produksi. Tugas maintenance

manager adalah:

a. Membuat jadwal pemeliharaan dan perbaikan terhadap mesin-mesin yang

ada dalam pabrik.

b. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance section head untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-masing operator.

c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik. d. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.

e. Bertanggung jawab kepada plant general manager atas kondisi

mesin-mesin dan peralatan produksi.

12. Drier and Silo Manager

Drier and silo manager bertanggung jawab kepada plant general manager. Drier and silo manager bertugas:

a. Mengawasi proses penerimaan jagung.

b. Mengawasi proses pengeringan jagung basah pada mesin drier. c. Mengawasi proses pengiriman jagung ke mesin produksi dari silo.


(37)

II-13

13. Accounting Manager

Accounting Manager bertanggung jawab kepada Accounting and finance general manager. Accounting Manager bertugas:

a. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pembukuan perusahaan.

b. Mengawasi pelaksanaan pemakaian aset perusahaan.

c. Melaksanakan perhitungan akuntansi terhadap pembelian bahan baku dan

asset perusahaan.

14. Finance Manager

Finance Manager bertanggung jawab kepada Accounting and finance general manager. FinanceManager bertugas:

a. Mengawasi dan melaksanakan pembayaran transfer dana terhadap

pembelian bahan baku dan asset perusahaan.

b. Mengawasi dan melaksanakan penerimaan pembayaran atas penjualan

pakan dan juga hasil sampingan produksi.

c. Membuat pembukuan dan jurnal laba rugi perusahaan.

d. Melaksanakan perhitungan dan pembayaran upah dan lembar kerja

karyawan.

15. Kepala bagian Administrasi

Kepala bagian administrasi bertanggung jawab langsung kepada manager personalia. Bagian ini mempunyai bertugas :


(38)

a. Mengadakan penelitian kepegawaian seperti masalah perkembangan organisasi perusahaan, mengevaluasi kerja, gaji dan upah karyawan

b. Merencanakan dan mengkoordinir kegiatan perencanaan pegawai.

c. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan mutu

pegawai.

d. Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pengamanan pegawai.

16. Staff Umum

Staff umum mempunyai bertugas :

a. Melaksanakan sistem penerimaan pegawai yang dibutuhkan oleh

perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan training pegawai.

c. Menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur mengenai

persediaan dan pemanfaatan fasilitas seperti komunikasi, perumahan dan transportasi perusahaan.

17. Internal Supervisor

Internal supervisor bertanggung jawab kepada marketing manager. Internal supervisor bertugas:

a. Membuat sales forecast terhadap penjualan pakan kepada peternak mitra. b. Menganalisa data dan laporan dari technical service di lapangan mengenai

jumlah dan kondisi pakan ternak para peternak mitra (PIR/Peternakan Inti Rakyat).


(39)

II-15

18. External Supervisor

External supervisor bertanggung jawab kepada marketing manager. external supervisor bertugas:

a. Membuat sales forecast terhadap penjualan pakan komersil.

b. Menganalisa data dan laporan dari technical service di lapangan mengenai jumlah dan kondisi pakan ternak pelanggan.

c. Membuat laporan perkembangan penjualan pakan ternak komersil.

19. Processing Section Head

Processing section head bertanggung jawab kepada processing manager. Processing section head bertugas:

a. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

b. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

20. Warehouse Section Head

Warehouse section head bertanggung jawab kepada warehouse manager. Warehouse section head bertugas:


(40)

a. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di gudang.

b. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di

gudang.

c. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.

21. Maintenance Section Head

Maintenance section head bertanggung jawab kepada maintenance manager. Maintenance section head bertugas:

a. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance supervisor untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-masing operator.

b. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik. c. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.

22. Inventory Control

Inventory Control bertanggung jawab kepada PPIC manager. Inventory control bertugas:

a. Mengontrol stock produksi pada raw material. b. Mengontrol stock produksi pada finish goods.


(41)

II-17

23. Processing Supervisor

Processing supervisor bertanggung jawab langsung kepada processing section head. Tugas dari processing supervisor adalah:

a. Bertanggungjawab kepada processing section head atas pelaksanaan

kegiatan produksi.

b. Merencanakan dan mengatur produksi perusahan agar sesuai dengan

spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.

c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan

penolong dan bahan-bahan lainnya.

d. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

e. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

24. Raw Material Supervisor

Raw material supervisor bertanggung jawab kepada warehouse section head. Raw material supervisor bertugas:

a. Melakukan penerimaan bahan baku dan membuat laporan dan dokumen

penerimaan bahan baku.

b. Mengatur penyimpanan bahan baku di gudang serta mengatur tata cara

pengeluaran dan pemakaian bahan baku.


(42)

25. Finish Goods Supervisor

Finish goods supervisor bertanggung jawab kepada warehouse section head. Finish goods supervisor bertugas:

a. Melakukan penerimaan produk jadi serta membuat laporan dan dokumen

penerimaan produk jadi.

b. Mengatur penyimpanan produk jadi ke gudang dan mengatur pengeluaran

dan pengiriman ke costumer.

c. Membuat laporan atas penerimaan dan pengeluaran produk jadi tersebut.

26. Store Room Supervisor

Store Room Supervisormempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan terhadap pengeluaran barang dan komponen

mesin dari gudang penyimpanan.

b. Membuat peramalan terhadap jumlah kebutuhan dan pemakaian barang

dan komponen mesin-mesin produksi.

c. Membuat laporan dan pembelian barang dan komponen mesin produksi.

d. Khusus untuk pembuatan peramalan terhadap jumlah kebutuhan dan

pemakaian karung, store room supervisor berkoordinasi dengan pihak

PPIC karena berhubungan dengan jenis feed yang akan diproduksi.

27. Truck Scale Supervisor

Truck Scale supervisor bertanggung jawab kepada section head warehouse. Truck Scale supervisor bertugas:


(43)

II-19

a. Melakukan pengawasan terhadap penimbangan bahan baku, produk jadi

yang masuk maupun yang keluar dari pabrik.

b. Melakukan pencatatan terhadap jenis dan jumlah bahan baku, produk jadi yang masuk maupun yang keluar dari pabrik.

28. Maintenance Supervisor

Maintenance supervisor bertanggung jawab terhadap maintenance section head. Maintenance supervisor bertugas:

a. Mengeluarkan perintah kerja kepada karyawan maintenance untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin dan peralatan berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-masing operator.

b. Mengawasi langsung perbaikan dan pergantian komponen-komponen

alat-alat mekanik maupun electrical dalam plant.

c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.

29. General Support Supervisor

General support supervisor bertanggung jawab kepada inventory control. General support supervisor bertugas:

a. Mengawasi karyawan dalam mengontrol raw material.

b. Mengawasi karyawan dalam mengontrol finish goods.

30. Drier and Silo Supervisor

Drier and silo supervisor bertanggung jawab kepada silo and drier manager. Drier and silo supervisor bertugas:


(44)

a. Mengawasi proses penerimaan jagung.

b. Mengawasi proses pengeringan jagung basah pada mesin drier. c. Mengawasi proses pengiriman jagung ke mesin produksi dari silo. d. Membuat laporan persediaan, penerimaan dan pengiriman jagung.

31. Karyawan Electric

Karyawan Electric bertanggung jawab kepada Maintenance supervisor. Karyawan Electric bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap electric tools di dalam pabrik seperti lampu penerangan, panel listrik, pesawat telepon dan lain-lain.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

electric tools apabila terjadi kerusakan.

32. Karyawan Mechanical

Karyawan Mechanical bertanggung jawab kepada Maintenance

supervisor. Karyawan Mechanical bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap alat-alat mekanik di dalam pabrik seperti chain, elevator dan lain-lain.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

alat-alat mekanik di pabrik.

c. Turut serta terlibat dalam pelaksanaan perbaikan apabila terjadi


(45)

II-21

33. Karyawan Forklift

Karyawan forklift bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap forklift.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

forklift.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga Kerja yang bekerja pada perusahaan ini mayoritas didominasi oleh para pekerja pria dibandingkan dengan pekerja wanita. Dalam melaksanakan aktifitas perusahaan terdapat tenaga kerja sekitar 167 orang.

Dalam memelihara ketertiban dan kedisiplinan kerja setiap perusahaan mengeluarkan tata tertib/peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja.

PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Medan mengatur waktu kerja sesuai dengan perundang-undangan tenaga kerja (dari Depnaker), yaitu: 40 jam seminggu (5 hari seminggu). Setiap harinya rata-rata karyawan yang bekerja 7 jam. Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam kerja normal, maka perusahaan memberikan upah lembur.

Ketentuan jam kerja di PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Medan diatur menurut aturan shift yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan 2.2.

a. Jam kerja pada bagian administrasi dan kantor

Tabel 2.1. Sistem pembagian jam kerja bagian administrasi dan kantor

Hari Jam kerja (WIB) Jam istirahat (WIB)

Senin – Jumat 08.00 – 17.00 12.00 – 13.00


(46)

b. Jam kerja pada bagian produksi

Tabel 2.2. Sistem pembagian jam kerja bagian produksi

Hari Shift Jam kerja (WIB) Istirahat (WIB)

Senin - Sabtu

I 08.00 – 17.00 12.00 – 13.00

II 17.00 – 24.00 20.00 – 21.00

III 24.00 – 08.00 04.00 – 05.00

Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia c. Jam kerja pada bagian keamanan

Untuk bagian keamanan, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5 orang dan melakukan penjagaan bergantian setiap 12 jam sekali dimulai dari :

- Jam 08.00 – 20.00 - Jam 20.00 – 07.00

2.3.4. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Mabar adalah sebagai berikut:

1. Upah diberikan sesuai dengan UMR yang berlaku.

2. Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, kerja lembur, dan berdasarkan golongan.

3. Sistem pengupahan karyawan perusahaan di bagi atas : a. Gaji tetap untuk karyawan tetap.

b. Gaji harian untuk karyawan harian. c. Gaji borongan untuk karyawan borongan.


(47)

II-23

4. Upah Pokok

Pengupahan pada perusahaan ini adalah berdasarkan upah bulanan. Besarnya upah disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan, serta latar belakang pendidikan dan pengalaman. Upah tersebut diberikan untuk masa 21 hari kerja rata-rata dalam sebulan dengan waktu kerja rata-rata 8 jam dalam sehari.

5. Untuk pekerja lembur, dibagi dalam 2 golongan yaitu :

a. Golongan pekerja yang levelnya dibawah level supervisor, akan mendapat kompensasi kerja lembur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Golongan pekerja yang levelnya setaraf atau diatas supervisor, tidak akan memperoleh pembayaran uang lembur lagi, karena sudah termasuk di dalam gaji pokok.

- Apabila kerja lembur dilakukan pada hari biasa maka untuk jam lembur,

peraturannya adalah sebesar 1 ½ x upah sejam.

- Untuk jam kerja lembur yang dilakukan pada hari bukan hari biasa, untuk jam lembur peraturannya adalah sebesar 2 x upah sejam.

Disamping pemberian gaji pokok dan upah lembur, juga diberikan uang makan,uang pengobatan, dan asuransi tenaga kerja.

2.3.5. Insentif dan Fasilitas Perusahaan

Selain pemberian kompensasi/upah, perusahaan juga memberikan berbagai insentif bagi karyawan, seperti:


(48)

1. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk pekerja yang mempunyai masa kerja 1 tahun penuh secara terus menerus biasanya dalam 1 bulan upah.

2. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk pekerja yang mempunyai

masa kerja belum mencapai satu tahun, maka biasanya tunjangan ditetapkan menurut perhitungan banyaknya bulan selama yang bersangkutan bekerja dibagi 12 dan dikalikan upah perbulan.

3. Bonus tahunan akan diberikan berdasarkan kemampuan perusahaan dan

sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan prestasi kerja masing-masing karyawan.

4. Tunjangan makan diberikan kepada pekerja perbulan, sesuai dengan

kemampuan perusahaan, dan dibayar bersama-sama dengan pembayaran upah pekerja.

5. Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan.

6. Perusahaan menyediakan tempat ibadah dan memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk melaksanakan ibadah.

7. Adanya jaminan kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Jaminan kesehatan antara lain :

1. Cuti sakit.

2. Cuti khusus, karena perkawinan atau musibah.

3. Mewajibkan karyawan masuk ASTEK (Asuransi Tenaga Kerja).

4. Tunjangan Proyek.

5. Tunjangan Kemalangan.


(49)

II-25

1. Memberikan pakaian kerja kepada setiap tenaga kerja dalam setahun. 2. Memberikan fasilitas pengobatan cuma-cuma kepada setiap tenaga kerja.

3. Menyediakan perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja yang diperlukan

para karyawan, seperti sarung tangan, masker dan penyumbat telinga.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong 2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dengan persentase komposisi terbesar yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. Bahan baku untuk pembuatan pakan ternak ini antara lain :

1. Jagung kuning : merupakan bahan baku utama dalam proses pengolahan

pakan ternak, karena banyak mengandung karbohidrat yang merupakan sumber energi untuk metabolisme terbesar. Disamping itu juga mengandung pro vitamin A dan serat kasarnya rendah sehingga mudah dicerna oleh ternak. Agar memenuhi standard mutu yang ditetapkan, maka kadar air dari jagung harus < 16 %, dan kadar toksin yang juga rendah. Jagung yang digunakan dalam proses produksi ini sebanyak 60 % dari semua bahan yang digunakan.

2. Bungkil kacang kedelai (BKK) ; merupakan bahan baku utama kedua dalam

proses pengolahan pakan ternak. Bungkil kacang kedelai (BKK) yang umumnya digunakan adalah impor dari luar negri yang berkualitas baik serta banyak mengandung protein. Bungkil kacang kedelai yang digunakan dalam proses produksi ini sebanyak 30 % dari semua bahan yang digunakan.


(50)

3. Palm kernel mill 4. Tepung ikan

5. Tepung batu (L. S. Fine) dan biji batu (L. S. Rough) ; sebagai alat bantu bagi pencernaan ayam dan sumber kalsium utama bagi hewan ternak

6. Dedak padi ; merupakan sumber protein dan karbohidrat. Dedak padi yang

baik adalah yang sedikit mengandung serat.

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam membantu kelancaran proses produksi dan bahan ini termasuk bagian dari produk. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Liquid

a. CPO

b. Fish Oil c. CC – Clorit d. Oil mesh e. Air 2. Aditif

a. Premix + vitamin

b. Garam

c. Monocalsium d. L – lysine e. Calsium sulfat f.


(51)

II-27

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas suatu produk, dan bahan ini bukan bagian dari produk. Adapun yang menjadi bahan penolong antara lain :

1. Karung

2. Benang jahit

Besarnya kebutuhan masing-masing bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong dalam kondisi proses produksi yang berjalan normal disesuaikan dengan jenis dan banyaknya pesanan.

Produksi rata-rata yang dapat dikerjakan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia yaitu 1500 ton/hari dengan waktu kerja tiap bulannya rata-rata 22 hari, yang terdiri dari beberapa jenis pakan ternak. Produk pakan ternak ayam dengan kode 324 – 2 yang paling banyak diproduksi setiap harinya. Maksimal dalam satu kali pengambilan pada pencampuran (mixing) menghasilkan 5 ton, yang terdiri dari 100 bags/karung, dan tiap bags/karung terdiri dari 50 Kg. Dalam hal mutu/ kualitas produk, perusahaan sangat mengutamakannya, seperti seluruh jenis bahan baku dan hasil produksi yang sangat dijaga ukuran serta takarannya, dimana setiap waktu petugas bagian Quality Control selalu mengadakan pemeriksaan.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada.


(52)

Diagram blok produksi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gudang

Intake

Hammer Mill

Pelletizing Mixer Mixer Bin’s

Packaging

Finish Good Dry Corn

Dryer Silo

Roller Mill Wet Corn

CPO

Mixer Bin’s Hand Add Extruder

Repro Fish Oil

CC Aumet

DL-Meth. Fundex-S

Gudang

Gambar 2.2. Diagram Blok Proses Produksi

1. Penimbangan

Pengangkutan bahan baku seperti jagung, dedak padi, tepung batu, dll dari lokasi pengambilan ke pabrik dilakukan dengan truk. Setiap truk yang sampai ke pabrik harus ditimbang dengan jembatan Toledo sewaktu berisi (bruto) dan setelah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dengan timbangan kosong adalah berat bersih bahan baku.


(53)

II-29

2. Penimbunan

Material yang telah selesai ditimbang dibongkar ke tempat penumpukan material (warehouse), yang dilakukan dengan forklift. Dimana tumpukan bahan baku disusun berdasarkan jenis materialnya.

3. Penuangan

Untuk proses produksi, yang pertama sekali dilakukan adalah

menghidupkan mesin-mesin yang ada dipabrik melalui ruang control power.

Secara otomatis tombol-tombol yang ada di mesin difungsikan. Bahan baku yang akan dituang diangkut oleh forklift dari bagian penumpukan ke atas intake.

4. Pengeringan

Jagung merupakan bahan baku yang cepat mengalami penurunan kualitas, oleh karena itu jagung harus dikeringkan agar terhindar dari mikroorganisme sehingga jagung ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama. Sebelum

masuk ke drier, jagung dimasukkan melalui intake kemudian diangkat ke wet

corn silo dengan chain conveyor dan bucket elevator.

Untuk jagung yang kadar airnya > 16 %, dilakukan proses pengeringan. Proses pengeringan ini dilakukan dengan drier yang dapat bekerja secara otomatis,

suhu maksimum di dalam drier 265 0C, dan suhu minimumnya 70 0C. Dalam

keadaan normal, dimana kadar air dari jagung berkisar antara 20 – 25 %, maka


(54)

berkurang 5 % setiap kali pengeringan. Setelah proses pengeringan, maka jagung dengan kadar air yang lebih kecil dari 15 % dibawa ke silo melalui penimbangan dengan conveyor, elevator dan pipa. Sedangkan jagung yang kadar airnya masih

> 16 % akan dikirim kembali ke penumpukan wet corn untuk dikeringkan

kembali. Didalam silo, jagung yang telah dikeringkan dijaga kondisinya dengan mengalirkan uap yang bertujuan untuk menjaga kelembaban dari jagung tersebut.

5. Penyaringan

Semua bahan baku yang digunakan akan masuk ke bin bahan baku. Bahan baku yang akan masuk ke bin akan dituang melalui intake yang akan dibawa dengan chain conveyor dan bucket elevator serta pipa gravitasi. Sebelum masuk ke bin, bahan baku akan melalui drum pengayak untuk membersihkan bahan dari kotoran seperti plastik, kayu dan benda keras lainnya. Lalu masuk ke dalam sistem magnet untuk memisahkan kotoran besi dan logam-logam dari bahan baku.

Kemudian masuk ke rotary distributor yaitu sistem penyaringan dengan

menghisap kotoran debu yang cara kerjanya sama dengan vacum cleaner. Lalu

bahan baku diangkut dengan chain conveyor dan bucket elevator ke bin bahan baku. Dari bin bahan baku, bahan akan ditimbang 1 batch (3 ton) lalu dibawa dengan screw conveyor dan bucket elevator ke bin roller mill untuk menunggu proses penggilingan.


(55)

II-31

6. Penggilingan

Sebelum masuk ke proses penggilingan, bahan baku dari bin akan melalui sifter yang memisahkan bahan baku kasar dan halus dengan ukuran 8 – 10 mash. Sifter ini terdiri dari tiga lapisan yaitu :

- Saringan pertama berukuran 17.75 mm x 6.25 mm

- Saringan kedua berukuran 12.25 mm x 3 mm

- Saringan ketiga berukuran 6.75 mm x 2 mm

Dalam proses produksi, seluruh bahan baku dihaluskan terlebih dahulu,

karena hasil produksi yang diinginkan berupa tepung dan butiran (crumble).

Bahan baku kasar seperti jagung, bungkil kacang kedelai dan palm kernel mill yang masuk melalui intake mengalami proses penggilingan. Begitu operator (Hammer mill, kapasitas 15 – 20 ton/jam) menekan tombol untuk melakukan penggilingan, maka secara otomatis pintu tong setiap material kasar yang berada di bagian bawah terbuka dan masuk ke mesin penggiling (hammer mill) diangkat melalui elevator hammer mill untuk dimasukkan ke tong-tong bahan baku yang telah ditentukan dengan menggunakan rotary distributor dan telah disesuaikan berdasarkan jenisnya. Untuk hasil produksi yang membutuhkan jagung berupa butiran (crumble) akan diolah atau di crumb menggunakan roller mill.

7. Penimbangan dan Penuangan Obat (Hand Add)

Bahan tambahan yang berupa zat aditif terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan formula feed/pakan yang akan di proses, kemudian zat-zat aditif tersebut dituang ke dalam bin bahan tambahan.


(56)

8. Pencampuran / Mixing

Bahan baku hasil dari bin mixer masuk ke proses pencampuran untuk dicampur hingga merata. Dan pada proses ini bahan tambahan aditif yang sudah ditimbang dengan dosing wager-3 yang berasal dari bin bahan tambahan beserta zat liquid yang berasal dari main tank (CPO, Alimet, Fish Oil, CC-Cloride) dicampur dengan semua bahan. Hasil pencampuran mesin mixer horizontal berupa tepung langsung dibawa ke bin produk jadi. Bila yang diinginkan adalah produk jenis tepung. Sedangkan untuk menghasilkan produk berupa butiran pellet dan crumble, hasil pencampuran akan dibawa ke bin sementara (bin press) untuk menunggu proses selanjutnya. Untuk produk berbentuk pellet, bahan campuran tadi akan melalui proses pelletizing dan untuk produk crumble akan melalui proses pelletizing dan crumbeling.

9. Pelletizing

Dari bin sementara, campuran tadi akan dibawa ke mesin pelletizing. tetapi sebelumnya akan terjadi pemanasan do mixer conditioner dengan tujuan untuk memudahkan pemelletan. Pada proses pemanasan ini akan terjadi proses gelatinisasi (proses yang berfungsi untuk meningkatkan daya ikat antara bahan). Bahan dipanaskan dengan steam yang berasal dari boiler steam yang dimasukkan ke dalam conditioner bersuhu 70 – 90 0C. Steam yang masuk digunakan sampai bahan memenuhi kekerasan (hardness) yang dibutuhkan yang diatur melalui alat pengontrol. Untuk mengetahui kekerasan dilakukan pemeriksaan oleh operator. Setelah pemanasan dilakukan proses pemelletan.


(57)

II-33

Setelah proses pemelletan dalam ring die press selesai, butiran dibawa ke cooler untuk didinginkan. Setelah didinginkan hasil pellet dibawa ke bin produk jadi dengan alat pengangkutan chain conveyor dan bucket elevator, bila yang

diinginkan produk pellet. Sedangkan untuk produk crumble, hasil pemelletan

dibawa dengan chain conveyor dan pipa gravitasi sementara untuk menunggu

proses crumbeling.

10. Crumbeling

Dalam bin sementara, bahan masuk ke mesin crumble. Pada mesin

crumble ini terjadi proses pemotongan pellet menjadi lebih kecil/pendek yang ukurannya sesuai dengan yang diinginkan. Setelah proses crumble selesai, bahan dibawa dengan alat angkut chain conveyor dan bucket elevator ke pengayakan (shifter separator).

11. Pengayakan

Butiran-butiran yang telah dihasilkan oleh mesin crumble diayak dengan menggunakan ayakan 8 dan 12 mesh. Hasil dari pengayakan dibawa ke bin produk jadi dengan pipa gravitasi, sedangkan untuk butiran yang lebih kecil dari

12 mesh dibawa kembali ke bin press untuk dilakukan proses pembutiran/


(58)

12. Packing

Produk jadi berupa tepung, pellet dan crumble dari bin produk jadi untuk masing-masing produk akan dibawa ke proses pengarungan dengan pipa gravitasi. Bags/karung penjepit dengan alat khusus pada pintu yang berada dibagian bawah tong bahan jadi dan berfungsi sebagai timbangan. Timbangan distel terlebih dahulu sesuai dengan kapasitas per bags yaitu 50 kg/bags dengan batas toleransi 0.2 kg/bags. Begitu handel yang berada di samping pintu tong ditarik kebawah, maka pintu tong akan terbuka dan bahan jadi tertuang ke dalam bags. Setelah memenuhi kapasitas per bags, bags dilepas dari penjepit dan jauh diatas conveyor yang berada dibawahnya. Secara bersamaan handel naik dan pintu tong

tertutup. Setelah pengarungan kemudian dijahit dengan sewing machine.

Kemudian diletakkan di atas pallet, yang dapat diisi 49 bags, untuk kemudian diangkut ke bagian gudang produk jadi (finish good) dengan forklift.

13. Repro

Produk jadi yang tidak sesuai dengan standard mutu produk yang diijinkan akan di repro/reject. Dalam melakukan repro atau reject terlebih dahulu

menganalisa feed atau pakan apakah dapat dituang langsung ke dalam

pengadukan/mixer atau apakah disimpan terlebih dahulu kedalam bin


(59)

II-35

2.5. Mesin dan Peralatan

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya maka PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Mabar menggunakan sarana produks i yang berupa mesin dan peralatan untuk mengolah bahan baku menjadi pakan ternak.

2.5.1. Mesin Produksi

Beberapa jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi dimana prinsip kerja dari setiap mesin masing-masing berbeda dalam sistem kerja dan hasil dari mesin produksi yang digunakan. Adapun mesin dan peralatan yang digunakan PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar dalam kegiatan produksi pengolahan makanan ternaknya yaitu :

1. Nama alat : Mesin Penuangan (Intake)

Intake yang digunakan terbagi atas 2 macam, yaitu : a. Intake I, untuk bahan yang halus

b. Intake II, untuk bahan yang kasar

Merk : TECO AWV – BEV

Daya : 7.5 Hp

Putaran : 1460 rpm

Tegangan : 380 Volt


(60)

Kapasitas (ton/jam) : 14

Fungsi : Sebagai tempat penuangan bahan baku ke bin

penampungan bahan baku, yang terlebih dahulu mengalami pembersihan dari kotoran-kotoran yang ikut didalamnya.

Jumlah : 2 unit

2. Nama alat : Chain Conveyor

Merk/Type : Van Aarsen 280.330.70

Daya : 5.5 Hp

Putaran : 27 rpm

Kapasitas : 80 m3

Fungsi : Membawa bahan baku ke elevator dan produk

/jam

jadi ke gudang

3. Nama alat : Bucket Elevator

Merk/Type : Van Aarsen 260 x 260

Daya : 5.5 Hp

Putaran : 92 rpm

Kapasitas : 70 m3

Fungsi : Membawa material yang diangkut oleh chain ke setiap

/jam


(61)

II-37

4. Nama alat : Screw Conveyor

Merk/Type : Van Aarsen

Daya : 4.5 Hp

Putaran : 25 rpm

Kapasitas : 50 m3

5. Nama alat : Mesin pengering (Driyer Machine)

/jam

Merk/Type : Berico/1570 Ceo

Kapasitas (ton/jam) : 73

Daya : 25 Hp

Tegangan : 380 Volt

Putaran : 1445 rpm

Kuat arus : 16.2 A

Fungsi : Menurunkan kadar air jagung dengan menggunakan

steam atau uap

Jumlah : 1 unit

6. Nama alat : Mesin penggiling (Hammer Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen 1400-2D

Daya : 270 Hp


(62)

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 209.8 A

Kapasitas (ton/jam) : 15

Fungsi : Menghancurkan atau menggiling bahan baku yang masih

kasar

Jumlah : 1 unit

7. Nama alat : Mesin pencampur (Mixer Machine)

Merk/Type : Van Aarsen Horizontal

Daya : 40 Hp

Putaran : 1500 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 23.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 5

Fungsi : Mencampur bahan-bahan menjadi homogen

Jumlah : 2 unit

8. Nama alat : Mesin pembutiran (Pellet Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen Compact 900

Daya : 340 Hp


(63)

II-39

Kuat arus : 168.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 18 – 20

Fungsi : Membentuk pellet dari adonan campuran bahan.

Jumlah : 1 unit

9. Nama alat : Mesin pendingin (Cooler Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen

Kapasitas (ton/jam) : 20

Jumlah : 1 unit

Daya : 75 Hp

Putaran : 1450 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 168.6 A

Fungsi : Mendinginkan bahan hasil mesin pellet

10. Nama alat : Mesin penghancur (Crumbler Machine)

Merk/Type : Van Aarsen KR 16.2

Putaran : Vertical Roll Speed (1000 rpm) dan Horizontal Roll

Speed (1500 rpm)

Daya : 75 Hp


(64)

Kuat arus : 168.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 15

Fungsi : Memecahkan bahan output mesin pendingin menjadi

bentuk butiran yang lebih kecil dari pellet

Jumlah : 2 unit

11. Nama alat : Automatic Dusting Cleaner

Merk/Type : CAE 215

Fungsi : Menyaring debu bahan baku

Jumlah : 1 unit

Filter area : 30 m

12. Nama alat : Ayakan (Sieve)

3

Merk/Type : Mogensen Invica/E 1534

Daya : 5 Hp

Putaran : 1490 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 2.9 A

Kapasitas (ton/jam) : 20

Fungsi : Memisahkan kotoran


(65)

II-41

13. Nama alat : Mesin pengemasan (bagging scale)

Merk/Type : Chronos Richardson/UK 38686/95

Daya : 3 Hp

Putaran : 1400 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 0.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 50 Kg/Bags

Fungsi : Sebagai timbangan sekaligus penuangan produk hasil

berbentuk pellet ke dalam karung.

Jumlah : 5 unit

14. Nama alat : Fill Bags Clossing Machine

Merk/Type : New long D – 52, super line SF - E

Daya : 5 Hp

Tegangan : 220 Volt

Kuat arus : 1 A

Fungsi : Menjahit bags (pengepakan)


(66)

15. Nama alat : Blower

Merk/Type : IDF (induce draft fan)

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 4300 ft3

Fungsi : Menghisap debu hasil penggilingan jagung

/minute

16. Nama alat : Spout Magnet

Merk/Type : IDF (induce draft fan)

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 90m3

Fungsi : Memisahkan partikel logam yang terdapat pada bahan

baku. /jam

17. Nama alat : Drum Sieve

Merk/Type : E 6534

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 60 – 70 ton


(67)

II-43

2.5.2. Peralatan

Untuk mendukung kegiatan proses produksi diperlukan adanya Material

Handling yang berperan sebagai sarana transportasi dari satu mesin ke mesin lainnya. Pada umumnya di PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar semua

lintasan Produksi menggunakan alat angkut Conveyor. Disamping itu alat

Material Handling yang lain yang digunakan dalam proses produksi seperti: 1. Wet Corn Silo

Fungsi : Tempat penyimpanan jagung basah sementara sebelum di dryer. Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 250 – 350 ton 2. Dry Corn Silo

Fungsi :Tempat penyimpanan jagung kering sementara sebelum di proses

bersama bahan baku yang lainnya. Jumlah : 8 unit

Kapasitas : 2400 ton 3. Forklift

Merk/Type : Toyota Kapasitas : 2500 kg


(68)

2.5.3. Utilitas

Untuk kelancaran kegiatan produksi, diperlukan unit pendukung seperti: 1. Genset

Fungsi : Pembantu power listrik atau pembangkit listrik bagi mesin dan peralatan jika arus listrik PLN terputus.

Jumlah genset yang digunakan sebanyak 1 unit dengan spesifikasi sebagai berikut:

Merk/ Type : Caterpillar, SAKS 3512

Power : 1150 KVA, 920 KW, 1500 rpm

2. Boiler

Fungsi : Penghasil uap untuk didistribusikan ke pellet mill dan pemanasan liquid

3. Trafo

Fungsi : Alat pendistribusian listrik dari PLN ke pabrik

2.5.4. Safety and Fire Protection

PT. Charoen Pokphand Indonesia dalam menjalankan SMK3 memiliki program yang baik, hal ini terlihat dari minimnya kecelakaan kerja yang terjadi pada lantai produksi maupun pada departemen yang lain. Program SMK3

ditanggungjawabi oleh departemen safety. PT. Charoen Pokphand Indonesia

memiliki semboyan bahwa keselamatan adalah tanggung jawab setiap orang dan bukan tanggung jawab satu departemen.


(69)

II-45

Penggunaan alat pelindung diri harus digunakan ketika memasuki lantai produksi, alat tersebut seperti safety helmet, ear plug, masker serta alat pelindung diri pada tempat-tempat khusus lainnya.

Dalam mengevaluasi kegiatan-kegiatan SMK3, departemen safety

melakukan pertemuan untuk membahas kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat terjadi, dan bagaimana cara meminimasi bahkan menghilangkannya. Pertemuan ini dilakukan setiap 3 bulan sekali atau saat terjadi kecelakaan di pabrik.

Saluran air untuk mengantipasi bila terjadi percikan api atau bahkan kebakaran dipersiapkan pada titik-titik tertentu, selain itu racun api juga dipersiapkan dengan cara penggunaannya pada tempat terbuka yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila terjadi percikan api.

2.5.5. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia hanya berupa limbah rumah tangga, yaitu sisa dari pembuangan air kamar mandi dan pencucian baju, dimana limbah tersebut akan diolah disuatu kolam khusus. Sedangkan limbah padatnya seperti karung bekas tempat bahan baku, kardus bekas dan benda padat lainnya akan dikirim ke penadah barang bekas.

Produk yang tidak memenuhi standar (undersize maupun oversize) akan dikembalikan ke proses sebelumnya untuk di-rework, sehingga semua bahan baku


(70)

yang telah diolah tidak ada yang terbuang, hal ini membantu untuk menghindarkan adanya limbah dari lantai produksi.

Untuk penanganan limbah rumah tangga dilakukan proses khusus, dengan adanya mikroorganisme dan pancaran sinar ultraviolet dari matahari akan dapat menetralisasi dan melepaskan senyawa-senyawa kimia yang masih bersatu. Tindakan pengecekan perlu dilakukan terhadap kadar limbah dalam jangka waktu tertentu. Apabila terjadi kebocoran atau tumpahan bahan cair, maka akan dilakukan absorbsi bahan cair melalui bahan khusus untuk meyerap tumpahan tersebut dan dikumpulkan kedalam satu tempat yang khusus.

2.5.6. Maintenance

Untuk menjaga kondisi mesin dan peralatan selalu dalam keadaan baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancer, maka dilakukan suatu sistem perawatan tertentu. Sistem perawatan atau perbaikan mesin dan peralatan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia yaitu :

1. Preventive Maintenance, melakukan sistem perawatan sesuai dengan jadwal yang telah disusun secara berkala berdasarkan waktu tertentu dan melaksanakan inspeksi terhadap peralatan-peralatan terutama yang berhubungan dengan produksi, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar.


(71)

II-47

2. Predictive Maintenance, memprediksi umur ekonomis pemakaian suku cadang peralatan, sehingga bagian perawatan akan melakukan penggantian terhadap suku cadang yang telah melewati batas umur ekonomis tersebut.

3. Service & Repairing, hal ini dilakukan bila terdapat kerusakan saat proses produksi berlangsung. Jika ada kerusakan maka pekerja di bagian produksi melaporkan hal tersebut ke bagian perawatan. Bagian perawatan akan melakukan pengecekan lapangan dan perbaikan sesuai dengan prosedur yang ada.


(72)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Peramalan

Peramalan adalah bagian yang penting dan bersatu dengan kegiatan pengambilan keputusan di dalam suatu perusahaan, terutama untuk melakukan perencanaan ke masa depan. Semakin meningkatnya kebutuhan akan peramalan dapat terlihat pada keadaan masa kini yang sangat ingin menghindari keadaan yang tidak pasti. Oleh sebab itu telah tersedia berbagai metode peramalan untuk mendukung kebutuhan tersebut. Masalahnya adalah bagaimana memakai berbagai jenis karakteristik peramalan tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Pemilihan metode peramalan tersebut harus mempertimbangkan situasi pada saat permalan dilakuka. Situasi peramalan tersebut sangat beragam, tergantung pada horizon waktu peramalan, pola data, tingkat ketelitian, ketersediaan data dan biaya yang dibutuhkan.

Pada dasarnya peramalan itu dikelompokkan kedalam dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif 1

1. Tersedianya informasi tentang data masa lalu

. Metode kuantitatif meliputi deret

berkala (time series) dan metode kausal (sebab-akibat), sedangkan metode

kualitatif meliputi metode eksploratories dan metode normative. Permalan dengan metode kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut :

1


(73)

South-III-2

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan kedalam

data numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa

lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Dalam pemakaian metode deret berkala, pendugaan masa depan berdasarkan nilai suatu variabel yang terjadi pada masa lalu. Metode peramalan deret berkala ini bertujuan menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Lain halnya dengan model kausal, model ini mengasumsikan bahwa factor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih variable bebas. Maksud dari model kausal ini adalah untuk menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatan dari variabel tak bebas. Metode yang termasuk didalam metode kausal adalah metode regresi linear

berganda dab korelasi, metode ekonometrik dan metode input-output. Metode

peramalan kualitatif tidak memerlukan data yang serupa dengan metode peramalan kuantitatif. Masukan yang diperlukan tergantung metode yang digunakan dan biasnya merupakan hasil pemikiran intuitif, perkiraan (judgement) dan lain-lain.

Metode kualitatif dibagi dua, yaitu metode eksploratoris dan metode normatif. Meotde eksploratoris (seperti metode Delphi, kurva S, analogi) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kea rah masa depan dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normative (seperti metode matriks keputusan, pohon relevansi, analisa system) dimulai dengan


(74)

menetapkan sasaran dan tujuan yang akan dating, kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala, sumber daya dan teknologi yang tersedia.

3.1.1. Prosedur peramalan

Prosedur peramalan dapat digambarkan secara berurutan seperti terlihat pada blok diagram gambar 2.1. berikut ini.

Defenisi Tujuan Peramalan

Perhitungan Kesalahan Metode Peramalan

Perhitungan Parameter-parameter dan Fungsi Peramalan

Pemilihan Metode Peramalan Penggambaran Diagram Pencar

Interpretasi Hasil Peramalan Verifikasi Fungsi Peramalan Pemilihan Metode Dengan Kesalahan


(75)

III-4

Gambar 3.1. Blok Diagram Prosedur Peramalan 3.1.2. Model Deret Berkala (Time Series)

3.1.2.1. Pola Data Model Deret Berkala

Ada empat jenis pola data untuk model deret berkala, yaitu : a. Pola Horizon (H)

Pola horizon ini terjadi jika nilai data berfluktuasi disekitar harga rata-rata yang konstan. Penjualan produk tidak bertambah atau tidak berkurang disepanjang waktu. Pola horizon ini dapat digambarkan pada gambar 2.2. berikut.

Waktu

Produksi

Gambar 3.2. Pola Data Horizon

b. Pola Musiman (S)

Pola ini terjadi bila deret berkala dipengaruhi oleh factor-faktor musiman misalnya tahunan, kwartalan, bulanan, minggua n atau harian. Model ini dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut.

Waktu


(76)

Gambar 3.3. Pola Data Musiman

c. Pola Siklis (C)

Pola ini terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang waktunya relative panjang dan gerakannya tidak beraturan. Pola siklis ini dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.4.

Waktu

Produksi

Gambar 3.4. Pola Data Siklis

d. Pola Trend (T)

Pola ini terjadi bila secara umum terjadi penambahan atau penurunan pada data yang ada. Pola ini dapat digambarkan seperti yang terlihat pada gambar 2.5.

Waktu

Produksi

Gambar 3.5. Pola Trend


(77)

III-6

Metode dan teknik peramalan deret berkala adalah metode peramalan berdasarkan periode waktu. Metode yang termasuk dalam deret berkala adalah :

a. Metode Penghalusan (Smoothing)

1. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average): single Moving Average

(SMA) dan Linear Moving Average (LMA).

2. Metode Exponential Smoothing : Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Triple Exponential Smoothing, Adaptive Response Rate E.S. (ARRSES), Holt 2-Parameters Linear E.S, dan Witer 3-Parameters Linear E.S.

b. Metode Regresi : Konstan, Regresi Linear (Trend), Kuadratis,

eksponensial dan Siklis.

c. Metode Dekomposisi

Metode yang akan digunakan pada permalan dalam analisis masalah dan pemecahan masalah adalah :

a. Metode Single Exponential Smoothing

Pengertian dasar dari metode ini adalah nilai ramalan pada periode t+1 merupakan nilai actual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai peramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai peramalan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Ft+1= α.χt + (1 – α). F

Dimana : χ

t

t

α = Faktor/konstanta pemulusan

= data permintaan pada periode – t


(78)

b. Metode Regresi Linear

Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehinggan dengan persamaan tersebut, dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan dating. Untuk permalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, semakin banyak data yang dimiliki, semakin baik hasil yang diperoleh.

Fungsi peramalan untuk regresi linear adalah : Yt

Dimana :

= a + bt

b =

a =

c. Metode Dekomposisi

Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternative untuk mendekomposisikan suatu deret berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar permisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsure musiman, kemudian trend dan akhirnya unsure siklis. Langkah peramalan secara umum :


(79)

III-8

1. Ramalkan fungsi regresi linear biasa

2. Hitung nilai indeks untuk unsure musiman yang ada

3. Gabungkan nilai perolehan indeks, lalu ramalkan nilai baru dengan

mengalikan nilai indeks dengan nilai peramalan memakai fungsi regresi linear tersebut.

3.1.2.3. Kriteria Pemilihan Trend

Untuk menentukan teknik atau metode permalan yang paling mendekati, digunakan harga Standard Error of Estimate (SEE). Rumus yang akan digunakan yaitu :

SEE =

Dimana :

SEE = Standard Error of Estimate

Yi = Realisasi kebutuhan masa lalu

= Nilai trend atau ramalan kebutuhan

n = Jumlah Pengamatan

f = Derajat kebebasan

f = 1, untuk data konstan f = 2 untuk data linear

f = 3 untuk data eksponensial


(1)

= [(Q+37%/2) x C x I ] +[(U/Q+37%) x A]

= [(12.186,3/2) x Rp. 2.600.000,- x 0,1%] +

[(206.960/12.186,3) x Rp. 497.000,-] = Rp. 24.282.706,-

Demikian perhitungan seterusnya. Sehingga hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Perhitungan TVC untuk Tingkat Sensitivitas 5% Bahan Baku Q* (Ton) Q*+37% (Ton) Q*- 37% (Ton) CC (Rp.) AC (Rp.) TVCo (Rp.) Jagung 8.895,1 12.186,3 6.493,4 15.842.125,- 8.440.580,- 24.282.706,- BKK 5.203,6 7.128,9 3.798,6 17.822.260,- 9.495.583,- 27.317.844,- PKM 6.728,5 9.218,0 4.911,8 3.687.207,- 1.964.520,- 5.651.727,-

Pada tabel diatas. ditunjukkan bahwa untuk :

1. Bahan Baku Jagung, toleransi variasi jumlah pemesanan maksimum ialah sebanyak 12.186,3 Ton, sedangkan jumlah pemesanan minimum ialah sebanyak 6.493,4 Ton.

2. Bahan Baku BKK, toleransi variasi jumlah pemesanan maksimum ialah sebanyak 7.128,9 Ton, sedangkan jumlah pemesanan minimum ialah sebesar 3.798,6 Ton.

3. Bahan Baku PKM, toleransi variasi jumlah pemesanan maksimum ialah sebanyak 9.218,0 Ton, sedangkan jumlah pemesanan minimum ialah sebesar 4.911,8 Ton.


(2)

VII-1

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pencaran data kebutuhan bahan baku selama tiga tahun yang diperoleh dari pihak perusahaan, maka metode peramalan yang lebih baik digunakan adalah metode Exponential Smoothing.

2. Besarnya kebutuhan bahan untuk tahun 2009 adalah sebanyak 344,933 Ton, dengan perincian :

- Bahan Baku Jagung : 206,960 Ton - Bahan Baku BKK : 86,233 Ton - Bahan Baku PKM : 51,740 Ton

3. Besarnya jumlah pemesanan untuk setiap kali pesan adalah sebanyak : - Bahan Baku Jagung : 8,895.1 Ton

- Bahan Baku BKK : 5,293.6 Ton - Bahan Baku PKM : 6,728.5 Ton

4. Jumlah pemesanan yang dilakukan dalam satu tahun adalah sebanyak : - Bahan Baku Jagung : 24 kali


(3)

5. Besarnya nilai pemesanan untuk setiap kali pesan adalah : - Bahan Baku Jagung : Rp. 24,512,387,722,-

- Bahan Baku BKK : Rp. 27,576,234,196,- - Bahan Baku PKM : Rp. 5,705,185,491,-

6. Besarnya biaya pembelian bahan baku selama satu tahun adalah : - Bahan Baku Jagung : Rp. 555,075,699,917,-

- Bahan Baku BKK : Rp. 442,330,296,993,- - Bahan Baku PKM : Rp. 43,067,662,431,- 7. Banyaknya jumlah persediaan pengaman adalah :

- Bahan Baku Jagung : 315.9 Ton - Bahan Baku BKK : 222.5 Ton - Bahan Baku PKM : 52.6 Ton.

8. Batas titik pemesanan ulang untuk bahan baku adalah : - Bahan Baku Jagung : 8,169.9 Ton

- Bahan Baku BKK : 9,574.5 Ton - Bahan Baku PKM : 1,361.6 Ton

9. Metode pengendalian persediaan yang diusulkan untuk diterapkan ialah metode Statistical Order Point Model, hal ini karena sifat penggunaan bahan yang berfluktuasi untuk setiap bulannya.


(4)

VII-3

7.2. Saran

1. Disarankan kepada pihak perusahaan agar memilih dan menetapkan supplier yang dapat dipercaya untuk memasok bahan baku, mengingat kebutuhan akan bahan baku yang sangat besar. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stockout.


(5)

Biegel, J.E., Production Control Quantitative Approach, 2nd

Fogarty, Blackstone and Hoffman, Production & Inventory Management, 2

Edition, Prentice Hall of India, Private Ltd, New Delhi, 1980.

nd

Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, Erlangga, Jakarta, 2005.

Edition, South-Wester Publishing Co. Cincinnati, Ohio, 1991.

Johnson,Lynwood A., and Montgomenery, Douglas C., Operation Research in

Production Planning, Scheduling and Inventory Control, John Wiley & Sons, USA, 1974.

Nahmias, Stephen, Production and Operation Analysis, 4th

Nasution, Arman Hakim, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Guna Widya,

Jakarta, 1999.

Edition, International Edition, McGraw-Hill Higher Education, Singapore, 2001.

Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi ke-empat, Penerbit :

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.

Starr, Martin K., Miller and David W., Inventory Control : Theory and Practice, Prentice Hall, Inc., Eaglewood Cliffs, N.J., USA, 1962.


(6)

Waters, C. Donald, Inventory Control and Management, 2nd

Yamit, Julian, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 1999.

Edition, John Wiley and Sons Ltd, England, 2003.


Dokumen yang terkait

Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ Probabilistik Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada

10 81 196

Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Madju Medan Cipta

1 32 60

Sistem Penjualan Tunai Dan Kredit Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) II Mabar

1 63 104

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Dalam Menghasilkan Informasi Yang Berguna Pada PT.Charoen Pokphand Indonesia

0 39 68

Perencanaan Distribusi Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Distribution Resources Planning Pada Produksi Sosis di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division

2 6 105

Perencanaan Distribusi Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Distribution Resources Planning Pada Produksi Sosis di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division

0 0 11

Perencanaan Distribusi Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Distribution Resources Planning Pada Produksi Sosis di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division

1 0 1

A. Bahan Baku - Sistem Pengelolaan Limbah Padat Dan Cair pada Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar, Kecamatan Medan Deli - Sumatera Utara Tahun 2014.

0 3 46

BAB I PENDAHULUAN - Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ Probabilistik Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada

0 0 10

Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ Probabilistik Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada

0 0 19