Pengaruh Penambahan Asam Formiat Terhadap pH Bahan Baku Lateks Segar Yang Telah Diberikan Amoniak Pada Pembuatan RSS

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH

BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN

AMONIAK PADA PEMBUATAN RSS

TUGAS AKHIR

WAHYU WIJAYA TAMPUBOLON

122401004

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH

BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN

AMONIAK PADA PEMBUATAN RSS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

WAHYU WIJAYA TAMPUBOLON

122401004

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penambahan Asam Formiat Terhadap pH Bahan Baku Lateks Segar Yang Telah Diberikan Amoniak Pada Pembuatan RSS

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Wahyu Wijaya Tampubolon Nomor Induk Mahasiswa : 122401004

Program Studi : Diploma III (D3) Kimia Industri Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juli 2015

Diketahui

Program Studi D III Kimia Dosen Pembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.si Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.Sc NIP.195512181987012001 NIP. 195106301980021001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S. NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN AMONIAK

PADA PEMBUATAN RSS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

WAHYU WIJAYA TAMPUBOLON 122401004


(5)

PENGHARGAAN

Penulis mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kuasaNya yang tetap mencurahkan berkah, rahmat, nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan akan lebih bermakna lagi. Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Industri Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Pengolahan Ribbed Smoke Sheet (RSS) Bandar Betsy, PTPN III dari tanggal 26 Januari sampai dengan 26 Februari 2015. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun pengalaman penulis. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pun dari semua pihak yang membaca karya ilmiah ini.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Keluarga tercinta, kedua orang tua penulis beserta kedua adik penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang terbaik untuk penulis serta bantuan berupa moril dan materil, tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa. Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.sc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Emma Zaidar, MSc, selaku ketua Program Studi D-III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Khususnya jurusan Kimia yang telah


(6)

mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Sahabat-sahabat penulis Abdulah Saleh, Fran Hartika,Adi Swaldi beserta Riko Tampadame dan semua teman teman yang tidak bisa disebutkan namanya,satu-persatu,yang sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat karya ilmiah ini member dorongan satu dengan yang lain.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015


(7)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN AMONIAK

PADA PEMBUATAN RSS

ABSTRAK

Telah dilakukan kerja praktek lapangan pada pabrik PT. Perkebunan Nusantara III dengan mempelajari penambahan asam formiat terhadap penambahan Ph bahan baku lateks segar yang telah diberikan amoniak pada pembuatan RSS di peroleh hasil amoniak pada pH 4,3 – 4,7 kadar amoniak adalah 0.19 – 0,37 ini memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1), sedangkan pada pH 4,0 – 4,7 kadar amoniak adalah 0,41 – 0,54 maka saat pengasapan terdapat gelembung gas dan molor sehingga lembaran sheet kurang baik.


(8)

EFFECT OF ADDING FORMIC ACID AGAINST PH OF FRESH LATEX WHICH HAS BEEN GIVEN AMMONIA ON MANUFACTURE OF RSS

ABSTRACT

Qualitylatexaffects thequality ofmanufactureRibbedSmokeSheet(RSS) ifthe levels ofammoniacontained inthe higherlatexthenformicacidis usedwill behigheras well. Onthe addition offormic acidtoa pH offreshlatexthathas beengiveninsection5obtainedammoniapH4,3 - 0,47 and0,19 - 0,37ammonialevels. This showsthatthelatexcan not beprocessed intorawmaterialsRSS1.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK iv ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 4 1.4. Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1. Morfologi Tanaman Karet 5

2.2Karet 6

2.3. Lateks 7 2.3.1.Jenis-jenis Karet Alam 9

2.3.2.Manfaat Karet Alam 10 2.3.3.Sifat Kimia Lateks 10 2.4. Penanganan Bahan Baku 11 2.5. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku 13 2.6. Pengolahan Karet Bongkah SIR 14 2.7. Pengolahan Karet Sheet 17

2.7.1. Penerimaan Lateks Kebun 17 2.7.2. Pengenceran 18

2.7.3. Pembekuan 18 2.7.4. Pengilingan 19 2.7.5. Pengasapan 19 2.7.6. Sortasi 20 2.8. Jenis-jenis Sit 21

2.9. Amonik 24 2.10.Asam Formiat 25


(10)

BAB 3. METODE PENELITIAN 28

3.1. Alat 28

3.2. Bahan 28

3.3. Prosedur 28

3.3.1. Penentuan Kadar Amoniak 28

3.3.2. Pengolahan lateks 29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1. Hasil 30

4.2. Perhitungan 31

4.2.1. Penentuan % NH3 4.2.2. Persamaan Least Square 33

31 4.2.3. Persamaan Garis Regresi 34

4.3. Perhitungan 37

4.3.1. Penentuan Asam formiat 37

4.3.2. Penentuan Air 38

4.4. Pembahasan 40

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 42

5.1. Kesimpulan 42

5.2. Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN

Grafik Hubungan pH vs %NH Grafik Hubungan pH vs Asam formiat


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

2.1 Komposisi kimia karet alam 7 2.3 Syarat Uji Mutu 15

2.4 Spesifikasi karet SIR yang diubah (revised) sesuai SK Menteri perdagangan dan perdagangan No. 230/Kp/X/1972 16

2.5 Ukuran sit standar 17 2.6 Sifat Fisika asam formiat 26


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Rumus Bangun Cis 1,4 – poliisoprena (karet alam) 4

Gambar 2.4. Reaksi adisi 27

Gambar 2.5. Reaksi siklisasi 27


(13)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN AMONIAK

PADA PEMBUATAN RSS

ABSTRAK

Telah dilakukan kerja praktek lapangan pada pabrik PT. Perkebunan Nusantara III dengan mempelajari penambahan asam formiat terhadap penambahan Ph bahan baku lateks segar yang telah diberikan amoniak pada pembuatan RSS di peroleh hasil amoniak pada pH 4,3 – 4,7 kadar amoniak adalah 0.19 – 0,37 ini memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1), sedangkan pada pH 4,0 – 4,7 kadar amoniak adalah 0,41 – 0,54 maka saat pengasapan terdapat gelembung gas dan molor sehingga lembaran sheet kurang baik.


(14)

EFFECT OF ADDING FORMIC ACID AGAINST PH OF FRESH LATEX WHICH HAS BEEN GIVEN AMMONIA ON MANUFACTURE OF RSS

ABSTRACT

Qualitylatexaffects thequality ofmanufactureRibbedSmokeSheet(RSS) ifthe levels ofammoniacontained inthe higherlatexthenformicacidis usedwill behigheras well. Onthe addition offormic acidtoa pH offreshlatexthathas beengiveninsection5obtainedammoniapH4,3 - 0,47 and0,19 - 0,37ammonialevels. This showsthatthelatexcan not beprocessed intorawmaterialsRSS1.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkungan Internasional . dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian kemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibatkan negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan. (Anonim, 1999).

Negara Indonesia memiliki areal perkebunan yang cukup luas dan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sangat potensial dan menghasilkan devisa bagi negara kita adalah tanaman karet. Tanaman karet mempunyai nama latin yaitu Havea Brasiliensis dan berasal dari Negara Brazil.

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat penting dan cukup banyak menghasilkan devisa bagi Indonesia untuk menunjang perekonomian Indonesia. Pada saat ini, Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. (Ompusunggu. 1978)

Hasil dari produk tanaman karet yang diambil melalui penyadapan untuk diolah selanjutnya menjadi bahan olahan karet disebut lateks. Penyadapan adalah suatu tindakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapatdi dalam tanaman karet dapat keluar. Lateks dapat diolah menjadi sheet, lateks pekat, dan karet remah (Anonim, 1999).

PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang indutri Ribbed Smoke Sheet. Dimana perusahaan ini menggunakan bahan baku lateks


(16)

segar. Mutu lateks segar ini sangat berpengaruh terhadap mutu dari sheet yang di hasilkan.

Ribbed Smoke Sheet atau yang biasa di singkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet

yang mendapat proses pengasapan dengan baik. Senyawa yang berperan penting dalam proses ini adalah amoniak (NH3

Pembekuan atau koagulan bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks supaya menjadi gumpalan atau koagulum, lateks perlu dibubuhi bahan pembeku (koagulan) seperti asam cuka atau asam formiat. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH tersebut harus diturunkan menjadi 4,7. Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan pH), sehingga koloid karet mencapai titik isoelektrik.

) sebagai anti koagulan dan asam formiat (HCOO) sebagai zat koagulan.

(Setiamidjaja, 1993)

Setiap lateks yang berasal dari kebun mempunyai kadar amoiak yang bervariasi. Kadar amoniak tersebut berpengaruh dalam hal pembuatan Ribbed Smoke Sheet. Semakin tinggi amoniak yang digunakan maka asam formiat yang dipakai pun semakin tinggi. Maka dalam hal ini perlu diteliti pengaruh

asam formiat terhadap pH bahan baku lateks segar untuk pembuatan Ribbed Smoke Sheet tersebut agar hasil yang diperoleh dapat diterima di pasaran internasional.

Sebagaimana telah diuraikan diatas maka penulis sangat tertarik membahas masalah tersebut diatas dengan mengambil judul ‘’PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FORMIAT TERHADAP pH BAHAN BAKU LATEKS SEGAR YANG TELAH DIBERIKAN AMONIAK PADA PEMBUATAN RSS”


(17)

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh penambahan Asam Formiat terhadap pH pada lateks segar yang telah diberikan amoniak agar menghasilkan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1) , yang sesuai dengan standart.

1.3.Tujuan

- Untuk mengetahui pengaruh penambahan asam formiat sebagai koagulan terhadap pH lateks segar yang telah diberikan amoniak pada pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS) - Untuk mengetahui perbandingan penggunaan asam formiat dan amoniak lateks segar

pada pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS)

1.4.Manfaat

- Untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca dalam proses pengolahan karet khususnya pada Ribbed Smoke Sheet (RSS).

- Sebagai masukan dan bahan rujukan pembaca dalam mempelajarin proses pengolahan karet khususnya pada Ribbed Smoke Sheet (RSS).


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi tanaman karet

Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks (Anonim, 1999).

LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Setyamidjaja, 1993).

Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet.

Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah swasta . Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat.


(19)

2.2 Karet

Karet merupakan politerpena yang disintetis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-poliisiprena dikenal sebagai Hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (Hevea brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam di bagian dunia yang lain. Satu bentuk lain karet alam adalah getah perca (gutta-percha), yang diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya, Palaquinum

oblongifolium). Gutta-percha memiliki struktur trans-1,4-polisioprena. Gutta- percha jauh lebih

keras dan kurang dapat larut dari pada karet Havea. (Stevens,1989).

H3C H H3C CH2

C=C C=C

n

H2C CH2 n H2

Cis – 1,4 Poliisopren (Karet Alam) Trans – 1,4 Poliisopren (Gutta Perca)

C H

Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (Honggokusumo, 1978).


(20)

Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun (Cowd, 1991).

Tabel 2.1 Komposisi kimia karet alam

Material Kandungan (%) Hidrokarbon karet 95,7

Lemak 2,4

Glikolipid, Fosfolipid 1,0 Protein 2,2 Karbohidrat 0,4 Bahan Organik 0,2 Lain-lain 0,1 (Arizal, 1999)

2.3 Lateks

Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut


(21)

serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk kedalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein (Anonim, 1999).

Fase dispersi di dalam serum terdiri dari partikel-partikel karet yang diselubungi oleh lapisan phospholipoprotein. Lapisan protein (phospholipoprotein) yang menyelubungi setiap partikel karet mengakibatkan kestabilan dan lateks bersifat koloidal (Gunawan, 1970).

Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan dengan karet sintetis yaitu : 1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna.

2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. 3. Tidak mudah panas (low heat build up).

4. Mempunyai daya arus yang tinggi.

5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resitence).

Penggunaan karet alam dalam pembuatan barang-barang karet “nonban” hanya terbatas pada barang-barang karet yang bukan oil-extended dan heat resistence (tahan terhadap panas). Karet alam merupakan “general purpose rubber” sebagaimana halnya karet sintetis jenis SBR

(Styrene Butadiena Rubber), lebih banyak digunakan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor,

khususnya

ban-ban berat (heavy duty tires) seperti ban pesawat terbang, truk dan bis yang berat serta ban radial (Ompusunggu. 1978).


(22)

2.3.1 Jenis-jenis Karet Alam

Jenis karet alam yang dikenal luas adalah :

1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar). 2. Karet bongkah (block rubber).

3. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepes, estate brown

crepes, compo crepes, thin brwon crepes remmils, thick blanket crepes ambers, falt bark crepes, pure smoke blanket crepes dan off crepes).

4. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber. 5. Karet siap olah atau tyre rubber (karet ban). 6. Karet reklim.

7. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya(Ompusunggu. 1978).

2.3.2 Manfaat Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, rol karet, bantalan karet, karpet berlapis karet, karet spons, benang karet dan bahan-bahan pembungkus logam (Spillane. 1989).

2.3.3 Sifat Kimia Lateks

Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya


(23)

Hevea Brasiliensis (Family Euphorbiaceace) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat

perekonomian yang penting.

Komposisi lateks Hevea Brasiliensis dapat dilihat jika lateks disetrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut : (Zuhra, 2006).

1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam

2. Fraksi Frey Wissling (1-3%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat, protein dan turunannya.

3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat, dan nukleotida, senyawa organic, ion anorganik dan logam.

4. Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid, lipida dan ion logam.

2.4 Penanganan Bahan Baku

Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan koagulum, lateks kebun berupa yang dapat diolah menjadi lateks pekat.

Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun.

Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralata, air hujan dan lain-lain.


(24)

Miroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek, sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5-5,5 (pH isoelektrik partikel karet) maka akan terjadi proses koagulasi.

Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga sebaiknya mungkin dapa dilakukan:

1. Menjaga kebersihan areal kebun dan peralatan yang digunakan.

Areal kebun yang menghasilkan harus bersih dari semak belukar, lalang dan gulma lainnya sehingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak langsung dengan lateks harus bersih dan kering seperti piasu deres, talang deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan, tangki penerimaan dan sarana pengolahan dipabrik. Tangki yang terbuat dari plat besi, bagian dalamnya yang kontak langsung dengan lateks harus dilapisi dengan lilin. Besi merupakan katalisator yang baik untuk oksidasi molekul karet, sehingga bila lateks kontak langsung dengan besi mutu lateksnya akan cepat menurun dan warnanya dapa berubah menjadi kelabu atau gelap.

2. Pemberian bahan pengawet dengan jenis dan dosis yang tepat

Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia sebagai pengawet bahan baku lateks, tergantung jenis, mutu karet yang akan dihasilkan. Pemberian bahan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan sedini mungkin, terutama dalam keadaan cuaca mendung atau musim hujan. Pada keadaan cuaca normal, pemberiaan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan paling lambat 5 jam setelah penyadapan. Pemberian dilakukan setelah lateks terkumpul ditempat pengumpulan hasil. Prinsip penanganan bahan baku koagulum (lum,


(25)

mangkok dan skrep) adalah menjaga agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pengotor seperti tanah, daun, ranting kayu, pasir, batu dan lain-lain.

Sebelum lateks dapat dipergunakan menjadi benang karet atau barang jadi lainnya, lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat untuk mendapatkan lateks pekat ada 4 (empat) metode yang digunakan yaitu :

1. Penguapan, yaitu mengurangi kadar air lateks kebun dengan pemanasan.

2. Pemberian bahan kimia yaitu memekatkan lateks dengan menggunakan bahan kimia misalnya garam ammonium algionat.

3. Dekantasi listrik yaitu dengan cara memasukkan dua logam elektroda yaitu (positif dan negative) kedalam lateks kebun yang ditempatkan dalam sebuah tabung.

4. Pemusingan yaitu lateks pekat dipusingkan dengan alat sentrifugal dengan kecepatan 6000 putaran per menit (rpm).

Dari keempat cara pemekatan tersebut yang banyak digunakan adalah cara pemusingan, karena proses ini mempunyai kapasitas pengolahan yang tinggi, viskositas lateks rendah, tidak kental, hasil lateksnya lebih murni (tidak tercampur endapan dan kotoran) dan mudah pemeliharaan peralatan.

Lateks pekat adalah lateks yang mengandung kadar karet kering (DRC) minimum 60% dalam keadaan cair dan mantap. Proses pemekatan lateks kebun (DRC : 25 – 35%) menjadi lateks pekat (DRC minimum 60%) dapat dilakukan dengan cara pemusingan atau penguapan. ( Ompussunggu, 1978).


(26)

2.5Pemeriksaan Mutu Bahan Baku

Agar mutu lateks pekat dapat memenuhi persyaratan internasional tersebut, maka lateks pekat yang dapat dikirim dari pabrik ke pelabuhan eksport harus diawasi secara ketat. Lateks pekat dari pabrik dapat dikirim apabila telah memenuhi criteria mutu yang terpenting yaitu : - Kadar karet kering (DRC) : minimum 60.0%

- Jumlah padatan (TSC) : maksimum 1,8% diatas DRC - Bilangan VFA : maksimum 0,025

- Bilangan KOH : maksimum 0,50 - Kemantapan mekanis (MST) : minimum 650 detik - Kadar ammonia (NH3

: 0,20-0,24% untuk lateks pekat jenis amoniak rendah ) : 0,70-0,70% untuk lateks pekat jenis amoniak tinggi


(27)

2.6 Pengolahan Karet Bongkah SIR

Penilaian mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa syarat uji.

Tabel 2.3. Syarat Uji Mutu

Syarat uji untuk berbagai jenis mutu SIR

Spesifikasi (syarat mutu)

SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 35 SIR 50

% % % % %

- Kadar kotoran 0,05 <0,08 0,20 0,35 0,50 - Kadar abu 0,50 <0,75 0,75 1,00 1,25 - Kadar zat

menguap

1,00 0,8 1,00 1,00 1,00

PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan karet mentah yang masih tinggal bila contoh karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140o

Karet yang berasal dari lateks biasanya mempunyai PRI yang tinggi, karena dalam lateks tersebut terdapat bahan- bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada cara- cara pengolahan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis anti oksidan dalam karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah.

C. Nilai PRI adalah presentasi keliatan karet sesudah dipanaskan. (ditentukan dengan alat Plastimeter Wallace).

Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah PRI juga akan berubah. (Polhamus. 1962)


(28)

Tabel 2.4. Spesifikasi karet SIR yang diubah (revised) sesuai SK Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 230/Kp/X/1972

Spesifikasi Standar Indonesia Rubber (SIR)

5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50 Kadar Kotoran

(%,maks.)

0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50

Kadar abu (%,Maks.)

0,05 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50

Kadar zat menguap (%,maks.)

1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

PRI (min.) - - 60 60 50 40 30 Po (min.) - - 30 30 30 30 30 Indekswarna

(Lovibond, maks.)

- - 6 - - - -

ASH-T (maks.) 8 8 - - - - - Sari aseton - 6 - 8 - - - - - Warna kode Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning

Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut.


(29)

Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik.

Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir-sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber (SMR) dari Malaysia,

Standard Singapore Rubber (SSR) dari Singapura, dan sebagainya

Tabel 2.5. Ukuran sit standar

Standart model Berat (kg) Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (mm) Besar Sedang Kecil 1,5 1,2-1,3 1,0 135 135 90 45 45 45 3,35 2,50 3,35

Lembaran-lembaran sit yang telah kering dan berwarna coklat yang disebut Ribbed Smoked

Sheet. ( Setyamidjaja,1993).

2.6Pengolahan Karet Sheet

2.7.1 Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolaha pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami


(30)

selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam ba yang bertujuan untuk menyeragamka

2.7.2 Pengenceran

Lateks yang akan diolah menjadi smoke sheet hendaknya diencerkan terlebih dahulu hingga kadarnya kira-kira 15%. Pengenceran bertujuan untuk menjaga agar kadar karet kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Tujuan pengenceran adalah sebagai berikut:

a) Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar b) Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara

c) Untuk memudahkan pencampuran asam formiat

2.7.3 Pembekuan

Lateks encer yang akan dibuat smoke sheet dibekukan dalam bejana-bejana atau tangki-tangki koagulasi. Ukuran tangki yang digunakan biasanya 10x3x16 kaki. Tangki yang berukuran besar tadi disekat lagi menggunakan pelat-pelat aluminium. (tim penulis, 2011)

Hasil pembekuan yang baik dalah tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek, kekerasan sedang. Dilakukan pembubuhan asam formiat 3-5% dengan dosis 10-20 liter/500-650 liter lateks (yang telah diencerkan).

2.7.4 Penggilingan

Koagulum digiling menjadi lembaran dengan ketebalan 2-4 mm dengan mengatur jarak antara gilingan, menggunakan penggiling six in one. Gilingan 1 sampai 5 dengan rol licin (tidak


(31)

berbunga), sedangkan gilingan rol terakhir diberi bunga agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak saling lengket.

Tujuan penggilingan adalah:

a. Mengeluarkan sebagian air sehingga mempercepat proses pengeringan.

b. Memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan memberi patron sehingga pengeringan lebih cepat dikamar asap

c. Menyeragamkan mutu (warna dan tebal) (Anonim, 1999)

2.7.5 Pengasapan

Tujuan menghambat pertumbuha pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat kamar asap adalah sebagai berikut :

1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 o 2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55

C.

o

3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-60 C.

o

Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentuka

C.

memperbanyak asap dapat digunakan jenis yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar sisi lain lembaran bisa terkena asap sehingga pengasapan


(32)

merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah tingkat kematangan yang tepat.

2.7.6 Sortasi

Lembaran yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum lembaran diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting.

2.8 Jenis-jenis Sit (Ribbed Smoked Sheet)

No. 1 – XRSS ( Superior Quality Ribbed Smoked Sheet)

Sit dengan grade ini harus dibuat dengan pengawasan yang seksama dan seragam. Setiap bal (bandela) harus dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak mengandung jamur. Walaupun demikian, apabila dalam penyerahan terdapat bekas-bekas jamur yang kering pada kulit luar

bandela dan berbatasan dengan karet pembungkus, masih bisa bandela. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah : kering, kuat, utuh, karat,lepuh-lepuh atau benda-benda asing lainnya melekat pada lembaran. Gelembung-gelembung udara yang ukurannya sebesar kepala jarum yang tersebar masih dapat ditoleransi.


(33)

No. 1 RSS (StandartQuality Ribbed Smoked Sheet)

Tiap-tiap bandela harus dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak mengandug jamur. Apabila pada waktu penyerahan terdapat bekas-bekas jamur kering dalam jumlah kecil pada lembaran-lembaran pembungkus atau pada kulit luar bandela yang berbatasan dengan karet pembungkus, masih dibolehkan asal jamur tidak masuk ke dalam bandela. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah : bersih, kering, kuat, baik, tidak boleh mengandung cacat karena karat , lepuh-lepuh, dan benda-benda asing lainnya, kecuali noda-noda kecil seperti tampak pada contoh jenis. Gelembung-gelembung udara sebesar kepala jarum yang letaknya tersebar masih bias ditoleransi.

No. 2 RSS (Good Fair Averange Quality Ribbed Smoked Sheet)

Pada grade ini ada sedikit karat atau jamur kering dalam jumlah kecil pada lembaran pembungkus, pada kulit luar bandela dan pada sit yang ada di dalamnya, masih ditoleransi asal dari bandela-bandela yang diperiksa tidak melebihi jumlah 5% dari jumlah bandela yang diserahkan dalam suatu kontrak penyerahan. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: kering, bersih, kuat tidak bercacat seperti lepuh-lepuh dan benda-benda asing

lainnya. Adanya gelembung-gelembung udara kecil dan noda-noda kecil masih bisa ditoleransi.

No. 3 RSS (Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet)

Persyaratan sama dengan No. 2 RSS , tetapi dengan persentase tidak melebihi 10% dari persyaratan seperti pada No. 2 RSS tersebut. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: terdapat cacat, warna sedikit, gelembung-gelembung udara kecil-kecil dan noda-noda kecil masih ditoleransi, kering, kuat, tetapi tidak mengandung lepuh-lepuh atau benda-benda asing lainnya.


(34)

No. 4 RSS (Low Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet)

Persyaratan sama dengan No. 3 RSS, tetapi dengan persentase tidak melebihi 20% dari persyaratan seperti pada No. 3 RSS tersebut. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: dalam batas-batas tertentu masih diijinkan adanya karat, bintik-bintik, gelembung-gelembung udara, warna lebih gelap (kelebihan mengasap), agak rekat dan kurang kering. Akan tetapi karet yang lembek, bintik-bintik atau garis-garis yang disebabkan oleh panas atau oksidasi tidak diperbolehkan.

( Setyamidjaja.,1993).

2.9 Amoniak (NH3

Amoniak yang diperdagangkan ada dalam dua bentuk yaitu amoniak anhidrida dan larutan. Amoniak anhidrida adalah gas ammonia yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu dan dikemas dalam suatu tabung baja yang berkapasitas 50-75 kg. Sedangkan larutan ammonia adalah dibuat dari gas ammonia yang dialirkan kedalam air, biasanya dengan kosentrasi 20%.

)

Amoniak berfungsi mengawetkan lateks karena mampu menekan aktifitas bakteri dengan menaikkan pH lateks, menetralkan asam yang dibentuk oleh bakteri dan mengikat kation. Dari beberapa bahan antikoagulan yang paling banyak digunakan adalah amoniak, dengan pertimbangan sebagai berikut :

- Mudah didapat ditoko-toko bahan kimia, obat dan alat pertanian.

- Harganya relative pengaruh sampingan terhadap mutu produksi akhir, karena mudah dihilangkan dari lateks.


(35)

- Untuk pengawetan jangka panjang bias dicampur dengan bahan pengawet sekunder, misalnya untuk lateks pekat (amoniak ditambah sodium pentakloropenat).

Kelemahan penggunaan amoniak sebagai antikoagulan adalah:

- Amoniak mudah menguap, sehingga jika dibiarkan terbuka akan cepat menurun kadarnya.

- Dalam proses penggumpalan diperlukan asam yang lebih banyak.

Sifat-sifat amoniak (NH3

- Mudah menguap

) :

- Baunya menyegat - Bersifat korosif

- Mempunyai BM = 17,03061

- Mempunyai titik didih -33,35 oC dan titik beku -77,8 o (Solichin, 1988)

C dan lain-lain.

2.10 Asam Formiat (HCOOH)

Asam formiat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat (-COOH) dan merupakan bagian dari senyawa asam karboksilat. Asam karboksilat merupakan asam yang umum didalam kimia organik , meskipun asam tersebut cukup memberikan proton kepada air, teatpi tetapan disosianya kecil, asam karbiksilat digolongkan sebagai asam lemah dalam medium berair. Rumus kimia asam formiat dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH2O2.


(36)

Asam formiat adalah cairan tidak berwarna, berbau tajam, mudah larut dalam air, alkohol dan eter yang titik didihnya 100,5oC dan titik leburnya 8oC. Asam formiat terdapat dalam badan semut merah, dalam beberapa macam tumbuhan yang menyebabkan rasa gatal dan dalam jumlah kecil terdapat dalam air keringat manusia. (Sanir. 1997)

2.10.1 sifat fisika dan kimia asam formiat

1. Sifat Fisika

Tabel 2.6 : Sifat fisika asam formiat

Sifat Fisika Nilai Bobot molekul (gr/mol) 46,03 Konstan ionisasi pada 20 °C 1,765x104 Titik didih (°C) 100,8 Titik leleh 8,4 Spesifik gravity pada 40 °C 1,22647 Tegangan permukaan(dyne/cm) 37,0 Viskositas pada 25 °C (cP) 1,57 Kapasitas panas, cair, 22 °C,(kal/g°C) 0,514 Panas penguapan, 100 °C,(kal/g°C) 104 Panas pembakaran, cair, 25°C, (kkal/mol) -60,9

(Manday, 2008) 2. Sifat Kimia

Asam formiat mengalami beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi, reaksi adisi, siklisasi, asilasi.

a. Dekomposisi

Asam formiat stabil pada suhu kamar dan dapat didistilasi pada tekanan atmosfer tanpa dekomposisi. Pada temperatur tinggi, asam formiat terdekomposisi menjadi karbon


(37)

monoksida dan air pada temperatur 200oC dengan katalis alumina berlebih atau karbon dioksida dan hidrogen pada temperatur 100oC dengan katalis nikel berlebih.

HCOOH ---> CO2 + H2

HCOOH ---> CO + H2O

b. Reaksi adisi

Dalam reaksi adisi, asam formiat memecah ikatan rangkap karbon-karbon menjadi bentuk ester.

Gambar 2.4 Reaksi adisi

c. Siklisasi

Ortho penylindiamin bereaksi dengan asam formiat membentuk bensimidasol.

Gambar 2.5 Reaksi Siklisasi

d. Asilasi


(38)

(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Buret 25 ml Pyrex

- pH meter Krisbow

- Cup Sampel - Ball Pipet

3.2 Bahan-Bahan - Lateks

- HCL 0,1 M

- Asam formiat

-- Aquadest

Indikator Methyl Red 0,1 %

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Kadar Amoniak Prosedur :

Ambil lateks sebanyak 3000 ml. Diukur pH lateks tersebut, masukkan lateks sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 90 ml aquadest kedalam Erlenmeyer tersebut, ditambahkan Methyl Red sebanyak 3-4 tetes. Selanjutnya di titrasi dengan HCl 0,1 M sampai berubah warna dari kuning menjadi merah rose. Dicatat volume HCl 0,1 M yang terpakai. Diukur kembali pH lateks .


(40)

3.3.2 Pengolahan lateks

Prosedur :

Lateks yang datang dari kebun sebanyak 3000 ml. dimasukkan kedalam bak pengenceran. Diukur pH lateks, kemudian ditambahkan dengan air sampai DRC- nya menjadi 15 % . selanjutnya dimasukkan ke bak-bak koagulum, ditambahkan asam formiat yang telah di encerkan sampai 5% dengan volume 3 ml. kemudian diaduk 2x10 ( 10 tarikan dan 10 dorongan ) hingga homogen, Dibuang buih yang terbentuk pada lateks tersebut, kemudian didiamkan selama 2 jam agar pembekuan pada lateks berlangsung dengan baik. Koagulum dimasukkan kedalam penggilingan six in one untuk digiling menjadi lembaran sheet, kemudian lembaran sheet dikeringkan selama 2-4 jam, kemudian lembaran sheet dimasukkan ke kamar asap selama 5 hari dengan suhu 450- 600 C..


(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setelah dilakukan proses titrasi terhadap lateks maka volume HCl 0,1 M sebagai peniter digunakan pada setiap pH tertentu seperti table 4.1 dibawah ini

Tabel 4.1. : Hasil pengukuran pH dan volume HCl 0,1 M

Kebun/Afdeling pH Volume HCL 0,1M (ml) %Kadar NH3 Sebelum dititrasi Sesudah dititrasi

Kebun Bandar Betsy I 7,2 6,4 2,2 0,37 Kebun Bandar Betsy II 6,6 5,7 2,6 0,44 Kebun Bandar Betsy III 6,9 6,0 2,1 0,36 Kebun Bandar Betsy IV 7,0 6,2 2,0 0,34 Kebun Bandar Betsy V 7,5 6,1 2,9 0,49 Kebun Bandar Betsy VI 6,5 6,5 2,4 0,41 Kebun Bandar Betsy VII 6,6 5,8 2,6 0,44 Kebun Bandar Betsy VIII 6,7 6,5 2,7 0,46 Kebun Bangun 6,9 6,9 1,1 0,19 Kebun tanah raja 7,6 7,6 3,2 0,54

4.2.1. Penentuan % NH3

% NH3 =������������������������������������������������

�����������

% NH3

= 0,37

= 2,2 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,44

= 2,6 x 0,1 x 17


(42)

% NH3

= 0,36

= 2,1 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,34

= 2,0 x 0,1 x 17

10

% NH3

=

0,49

= 2,9 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,41

= 2,4 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,44

= 2,6 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,46

= 2,7 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,19

= 1,3 x 0,1 x 17

10

% NH3

= 0,54

= 3,2 x 0,1 x 17


(43)

4.2.2. Persamaan Least Square X = pH

Y = %NH

Tabel 2 : Data Metode Least Square

3

No X Y X2 XY

1 6,4 0,37 40,96 2,36 2 5,7 0,44 32,49 2,50

3 6,0 0,36 36 2,16

4 6,2 0,34 38,44 2,10 5 6,1 0,49 37,21 2,98 6 5,4 0,41 29,16 2,21 7 5,8 0,44 33,64 2,55 8 6,5 0,46 42,25 2,99 9 6,3 0,19 39,69 1,19 10 6,3 0,54 39,69 3,40 n= 10 ∑X = 60,7 ∑Y = 4,04 ∑ X2 = 369,53 ∑XY = 24,44

a = �(∑��)−(∑�)(∑�)

� (∑�2)−(∑�)2

a =10 (24,44 )–(60,7)(4,04)

10 ( 369,33)− (60,7)2

a= 244,4−245,2

3695,3−3684 ,4

a = −0,8

10,9


(44)

b = �∑�

2(∑�) (∑�)(∑��)

� (∑�2)− (∑�)2

b = (369,53 )(4,04)− (60,7)(24,44)

10 ( 369,53)− (60,7)2

b = 1492,9−1483 ,5

3695,3−3684 ,4

b = 9,4

10,9

b = 0,86

4.2.3. Persamaan Garis Regresi

Persamaan : Y = ax + b Y1 = ax1

= - 0,07 (6,4) + (0,86) = 0,412 + b

Y2 = ax2

= - 0,07 (5,7) + (0,86) = 0,461 + b

Y3 = ax3

= - 0,07 (6,0) + (0,86) = 0,44 + b

Y4 = ax4

= - 0,07 (6,2) + (0,86) = 0,426 + b

Y5 = ax5

= - 0,07 (6,1) + (0,86) = 0,433 + b


(45)

Y6 = ax6

= - 0,07 (5,4) + (0,86) = 0,482 + b

Y7 = ax7

= - 0,07 (5,8) + (0,86) = 0,454 + b

Y8 = ax8

= - 0,07 (6,5) + (0,86) = 0,405 + b

Y9 = ax9

= - 0,07 (6,3) + (0,86) = 0,419 + b

Y10 = ax10

= - 0,07 (6,3) + (0,86) = 0,419 + b

Tabel 4.3 : Data Menurut Metode Least Square No X (pH) Y (%NH3)

1 6,4 0,37 2 5,7 0,44 3 6,0 0,36 4 6,2 0,34 5 6,1 0,49 6 5,4 0,41 7 5,8 0,44 8 6,5 0,46 9 6,3 0,19 10 6,3 0,54


(46)

Tabel 4.4. Data Untuk Asam Formiat

Kebun/Afdeling pH Volume Lateks (L) Volume Air (ml) Volume Asam Formiat (ml) Sebelum Penambahan Asam Formiat Sesudah Penambahan Asam Formiat Kebun Bandar Betsy I

6,9 4,3 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy II

7,0 4,6 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy III

7,0 4,4 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy IV

6,8 4,4 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy V

7,0 4,8 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy VI

7,4 4,7 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy VII

6,5 4,0 3 57 3 Kebun Bandar

Betsy VIII

6,8 4,5 3 57 3 Kebun Bangun 6,7 4,7 3 57 3 Kebun Tanah Raja 7,1 4,3 3 57 3

4.3. Perhitungan

4.3.1 Penentuan Asam Formiat Variasi Asam Formiat 7,5 kg/ton KK Volume = 3 L

DRC Pengenceran = 15 %


(47)

Jika 1 Ton = 7,5 Kg/Ton KK

Maka = 0,45 Kg kk

1000

x 7,5

Kg Ton

KK

= 0,00 3375 Kg

Berat Molekul Asam Formiat = 1,2 Kg/liter

= 0,003375 Kg 12 Kg /liter = 0,0028125 liter = 2,8125 ml 4.3.2. Penentuan Air

V1. N1 = V2. N2

Dimana : V1 = Volume Awal

N2 = Normalitas Asam Formiat (94%) V2 = Volume Air

N2 = Normalitas Asam Formiat pengenceran (5%)

V1. N1 = V2. N2 = 3. 94% = V1. 5% = 282 = 5

= 282 5 = 56,4 ml


(48)

Tabel 4.5. Data kadar Amonik (NH3

Volume HCO

)VS Asam Formiat (HCOOH)

2

(ml)

H Kadar NH (%)

3 pH

Awal Akhir

3 ml 0,37 7,2 4,3

3 ml 0,44 6,6 4,6

3 ml 0,36 6,9 4,4

3 ml 0,34 7,0 4,4

3 ml 0,49 7,5 4,8

3 ml 0,41 6,5 4,7

3 ml 0,44 6,6 4,0

3 ml 0,46 6,7 4,5

3 ml 0,19 6,9 4,7

3 ml 0,54 7,6 4,3

4.4. Pembahasan

Penambahan asam formiat terhadap pH lateks segar yang telah diberikan amoniak yang diperoleh dari kebun, dikelompokkan untuk pengolahan lebih lanjut. Pada kebun Bandar Betsy : afdeling 1 diperoleh pH 6,4 dan kadar % NH3 diperoleh 0,37, afdeling 3 diperoleh pH 6,0 dan

kadar % NH3 diperoleh 0,36, afdeling 4 diperoleh pH 6,2 dan kadar % NH3 diperoleh 0,34,

Kebun Bangun diperoleh pH 6,3 dan kadar kadar % NH3

Pada Kebun Bandar Betsy : afdeling 2 diperoleh pH 5,7 dan kadar % NH

diperoleh 0,19, hal ini menunjukkan bahwa lateks yang dihasilkan telah memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan ,yaitu ≤0,40, untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1) .

3 diperoleh 0,44,

afdeling 5 diperoleh pH 6,1 dan kadar % NH3 diperoleh 0,49, afdeling 6 diperoleh pH 5,4 dan

kadar % NH3 diperoleh 0,41, afdeling 7 diperoleh pH 5,8 dan kadar % NH3 diperoleh 0,44,

afdeling 8 diperoleh pH 6,5 dan kadar % NH3 diperoleh 0,48 dan Kebun Tanah Raja diperoleh

pH 6,3 dan kadar kadar % NH3 diperoleh 0,54. Lateks yang kadar ≤NH3 0,40 tidak dapat


(49)

Sedangkan pada hubungan antara asam formiat terhadap pH dan kadar amoniak diperoleh , pada pH 4,5 dan kadar %NH3 0,46, pH 4,6 dan kadar %NH3 0,44, pH 4,7 dan kadar %NH3 0.19, pH

4,7 dan kadar %NH3 0,41, ini menunjukkan bahwa pH lateks setelah ditambahkan asam formiat

telah mencapai pH titik isoelektriknya (pH 4,5- 4,7 ) sehingga terjadi koagulasi. Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling . sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer ( tidak menggumpal). Penggunaan amoniak berbanding lurus dengan asam formiat. Semakin banyak amoniak yang digunakan maka akan semakin banyak juga asam formiat yang digunakan.


(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penambahan asam formiat terhadap pH lateks segar yang telah diberikan amoniak yang diperoleh dari kebun. Pada pH 6,0 – 6,4 kadar amoniak adalah 0.19 – 0,37 ini memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS) 1 sedangkan pada pH 5,4 – 6,5 kadar amoniak adalah 0,41 – 0,54 .

Sedangkan pada hubungan antara asam formiat terhadap pH dan kadar amoniak diperoleh , pada pH 4,5 dan kadar %NH3 0,46, pH 4,6 dan kadar %NH3 0,44, pH 4,7 dan kadar

%NH3 0.19, pH 4,7 dan kadar %NH3

2. Pengaruh penambahan asam formiat untuk koagulan pada bahan Ribbed Smoke Sheet /RSS adalah untuk membekukan lateks yang telah diencerkan sebelumnya. Pengenceran dilakukan didalam tangki aluminium. Semakin banyak amoniak yang digunakan maka akan semakin banyak juga asam formiat yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas dari lembaran sheet untuk pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS) 1 dan biaya produksi, karena harga amoniak dan asam formiat tidaklah murah.

0,41, ini menunjukkan bahwa pH lateks setelah ditambahkan asam formiat telah mencapai pH titik isoelektriknya (pH 4,5- 4,7 )

5.2. Saran

1. Untuk mendapatkan produk Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1) sesuai standart maka penggunaan amoniak dari asam formiat pada waktu penggumpalan harus di sesuaikan dengan table hubungan antara pH dan kadar amoniak dari lateks


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Arizal, R. 1990. Pengetahuan Dasar Mengenai Karet Alam dan Sintetik Kursus

Teknologi Barang Jadi Karet. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Karet

Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Jakarta: Pusataka Mina.

Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB.

Gunawan, E. 1970. Pengolahan Karet. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan. Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks Kursus Pengolahan Barang Jadi

Karet. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan.

Manday,P.B. 2008. Pengaruh Penambahan Asam Formiat Sebagai Koagulan

Terhadap Mutu Karet. [Karya Ilmiah]. Medan : Universitas Sumatera

Utara

Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungai Putih : Balai Penelitian Perkebunan. Polhamus, L.G. 1962. Rubber. New York : Intersciense Publishers, Inc.

Sanir.1997. Kimia Organik II. Bogor: Departemen perindustrian dan perdagangan akademi kimia analis

Setyamidjaja, D. 1993. Seri Budaya Karet. Edisi ke 13. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Spillane, J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Kanisius. Steven, M,P. 1989. Kimia Polimer, Jakarta : Cetakan 4. Bandung : Pradaya Paramita

Solichin, M. 1988. Lateks. III. Sembawa: Balai Penelitian Perkebunan Sembawa Tim Penulis. 1999. Karet. Jakarta. Penerbit Swadaya

Tim Penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Karet. Jakarta Penebar Swadaya Zuhra, F. C. 2006. Karet. Medan : USU Respository.


(52)

LAMPIRAN 1

Grafik hubungan pH vs %NH

3

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

p

H L

at

ek

s

% NH3

Grafik hubungan pH vs %NH3

No X (pH) Y (%NH3)

1 6,4 0,37 2 5,7 0,44 3 6,0 0,36 4 6,2 0,34 5 6,1 0,49 6 5,4 0,41 7 5,8 0,44 8 6,5 0,46 9 6,3 0,19 10 6,3 0,54


(53)

LAMPIRAN 2

Grafik hubungan pH vs Volume Asam Formiat

No X (pH) Y (Volume Asam Formiat)

1 4,3 3

2 4,6 3

3 4,4 3

4 4,4 3

5 4,8 3

6 4,7 3

7 4,0 3

8 4,5 3

9 4,7 3

10 4,3 3

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 2 3


(1)

Tabel 4.5. Data kadar Amonik (NH3

Volume HCO

)VS Asam Formiat (HCOOH)

2 (ml)

H Kadar NH (%)

3 pH

Awal Akhir

3 ml 0,37 7,2 4,3

3 ml 0,44 6,6 4,6

3 ml 0,36 6,9 4,4

3 ml 0,34 7,0 4,4

3 ml 0,49 7,5 4,8

3 ml 0,41 6,5 4,7

3 ml 0,44 6,6 4,0

3 ml 0,46 6,7 4,5

3 ml 0,19 6,9 4,7

3 ml 0,54 7,6 4,3

4.4. Pembahasan

Penambahan asam formiat terhadap pH lateks segar yang telah diberikan amoniak yang diperoleh dari kebun, dikelompokkan untuk pengolahan lebih lanjut. Pada kebun Bandar Betsy : afdeling 1 diperoleh pH 6,4 dan kadar % NH3 diperoleh 0,37, afdeling 3 diperoleh pH 6,0 dan kadar % NH3 diperoleh 0,36, afdeling 4 diperoleh pH 6,2 dan kadar % NH3 diperoleh 0,34, Kebun Bangun diperoleh pH 6,3 dan kadar kadar % NH3

Pada Kebun Bandar Betsy : afdeling 2 diperoleh pH 5,7 dan kadar % NH

diperoleh 0,19, hal ini menunjukkan bahwa lateks yang dihasilkan telah memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan ,yaitu ≤0,40, untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1) .

3 diperoleh 0,44, afdeling 5 diperoleh pH 6,1 dan kadar % NH3 diperoleh 0,49, afdeling 6 diperoleh pH 5,4 dan kadar % NH3 diperoleh 0,41, afdeling 7 diperoleh pH 5,8 dan kadar % NH3 diperoleh 0,44, afdeling 8 diperoleh pH 6,5 dan kadar % NH3 diperoleh 0,48 dan Kebun Tanah Raja diperoleh pH 6,3 dan kadar kadar % NH3 diperoleh 0,54. Lateks yang kadar ≤NH3 0,40 tidak dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1).


(2)

Sedangkan pada hubungan antara asam formiat terhadap pH dan kadar amoniak diperoleh , pada pH 4,5 dan kadar %NH3 0,46, pH 4,6 dan kadar %NH3 0,44, pH 4,7 dan kadar %NH3 0.19, pH 4,7 dan kadar %NH3 0,41, ini menunjukkan bahwa pH lateks setelah ditambahkan asam formiat telah mencapai pH titik isoelektriknya (pH 4,5- 4,7 ) sehingga terjadi koagulasi. Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling . sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer ( tidak menggumpal). Penggunaan amoniak berbanding lurus dengan asam formiat. Semakin banyak amoniak yang digunakan maka akan semakin banyak juga asam formiat yang digunakan.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penambahan asam formiat terhadap pH lateks segar yang telah diberikan amoniak yang diperoleh dari kebun. Pada pH 6,0 – 6,4 kadar amoniak adalah 0.19 – 0,37 ini memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS) 1 sedangkan pada pH 5,4 – 6,5 kadar amoniak adalah 0,41 – 0,54 .

Sedangkan pada hubungan antara asam formiat terhadap pH dan kadar amoniak diperoleh , pada pH 4,5 dan kadar %NH3 0,46, pH 4,6 dan kadar %NH3 0,44, pH 4,7 dan kadar %NH3 0.19, pH 4,7 dan kadar %NH3

2. Pengaruh penambahan asam formiat untuk koagulan pada bahan Ribbed Smoke Sheet /RSS adalah untuk membekukan lateks yang telah diencerkan sebelumnya. Pengenceran dilakukan didalam tangki aluminium. Semakin banyak amoniak yang digunakan maka akan semakin banyak juga asam formiat yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas dari lembaran sheet untuk pembuatan Ribbed Smoke Sheet (RSS) 1 dan biaya produksi, karena harga amoniak dan asam formiat tidaklah murah.

0,41, ini menunjukkan bahwa pH lateks setelah ditambahkan asam formiat telah mencapai pH titik isoelektriknya (pH 4,5- 4,7 )

5.2. Saran

1. Untuk mendapatkan produk Ribbed Smoke Sheet 1 (RSS 1) sesuai standart maka penggunaan amoniak dari asam formiat pada waktu penggumpalan harus di sesuaikan dengan table hubungan antara pH dan kadar amoniak dari lateks


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Arizal, R. 1990. Pengetahuan Dasar Mengenai Karet Alam dan Sintetik Kursus

Teknologi Barang Jadi Karet. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Karet

Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Jakarta: Pusataka Mina.

Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB.

Gunawan, E. 1970. Pengolahan Karet. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan. Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks Kursus Pengolahan Barang Jadi

Karet. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan.

Manday,P.B. 2008. Pengaruh Penambahan Asam Formiat Sebagai Koagulan

Terhadap Mutu Karet. [Karya Ilmiah]. Medan : Universitas Sumatera

Utara

Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungai Putih : Balai Penelitian Perkebunan. Polhamus, L.G. 1962. Rubber. New York : Intersciense Publishers, Inc.

Sanir.1997. Kimia Organik II. Bogor: Departemen perindustrian dan perdagangan akademi kimia analis

Setyamidjaja, D. 1993. Seri Budaya Karet. Edisi ke 13. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Spillane, J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Kanisius. Steven, M,P. 1989. Kimia Polimer, Jakarta : Cetakan 4. Bandung : Pradaya Paramita

Solichin, M. 1988. Lateks. III. Sembawa: Balai Penelitian Perkebunan Sembawa Tim Penulis. 1999. Karet. Jakarta. Penerbit Swadaya

Tim Penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Karet. Jakarta Penebar Swadaya Zuhra, F. C. 2006. Karet. Medan : USU Respository.


(5)

LAMPIRAN 1

Grafik hubungan pH vs %NH

3

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

p

H L

at

ek

s

% NH3

Grafik hubungan pH vs %NH3

No X (pH) Y (%NH3)

1 6,4 0,37

2 5,7 0,44

3 6,0 0,36

4 6,2 0,34

5 6,1 0,49

6 5,4 0,41

7 5,8 0,44

8 6,5 0,46

9 6,3 0,19


(6)

LAMPIRAN 2

Grafik hubungan pH vs Volume Asam Formiat

No X (pH) Y (Volume Asam Formiat)

1 4,3 3

2 4,6 3

3 4,4 3

4 4,4 3

5 4,8 3

6 4,7 3

7 4,0 3

8 4,5 3

9 4,7 3

10 4,3 3

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 2 3