secara biologis belum optimal emosional cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemunduran zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan serta
berbagai penyakit yang sering terjadi diusia ini. Hasil analisis didapatkan bahwa umur ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Menurut penelitian Zebua 2011, juga menyatakan bahwa penelitiannya ada hubungan anatra umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Berbagai
faktor yang saling bepengaruh dan tidak menutup kemungkinan usia yang matang sekalipun untuk hamil yaitu usia 25-35 tahun angka kejadian anemia jauh lebih
tinggi. Dan menurut penelitian Juliana 2013, umur 20 tahun membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri serta janin yang akan
dikandungnya.
5.3. Hubungan jarak kehamilan dengan anemia pada ibu hamil
Dari hasil penelitian menunjukan terdapat bahwa dari 23 ibu hamil yang mengalami anemia terdapat 21 orang 75,0 jarak kehamilan yang beresiko dan
2 orang 25,0 tidak beresiko. Sedangkan 14 orang ibu hamil yang tidak anemia terdapat 7 orang 75,0 yang jarak kehamilan beresio dan 7 orang 25,0 jarak
kehamilan yang tidak beresiko. Menurut penelitian Zebua 2011, analisis jarak kehamilan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden dengan jarak kehamilan 2 tahun sebanyak 21 orang
75,0. Jarak kehamilan adalah yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia.Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi
janin yang dikandung. Menurut penelitian Hendro 2009, di Puskesmas Medan Johor dengan
desain penelitian cross sectional juga menunjukkan adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Proporsi anemia pada ibu
hamil dengan jarak kehamilan 2 tahun 56,8. Hal ini bisa menyebabkan resiko terjadinya anemia pada ibu hamil.
Banyak wanita yang tidak sempat memulihkan tenaga antara jarak kehamilan.Hal ini membuat wanita lebih sering mengalami tingkat kesehatan
yang buruk, komplikasi kehamilan dan persalinan.Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan
sebelumnya sehingga belum siap untuk kehamilan berikutnya Sanusi, 2009.
5.4. Hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil
Dari hasil penelitian menunjukan terdapat bahwa dari 23 ibu hamil yang mengalami anemia terdapat 1 orang 100,0 paritas yang beresiko dan 22 orang
61,1 tidak beresiko. Sedangkan 14 orang ibu hamil yang tidak anemia terdapat 14 orang 38,9 yang tidak beresiko.
Berdarkan uji statistik di peroleh p =0,662 α 0,05, artinya Ho ditolak
berarti tidak ada hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil. Proporsi responden yang anemia dan paritasnya beresiko sebanyak 1 orang 100,0,
responden yang tidak anemia dan paritasnya tidak beresiko sebanyak 14 orang 38,9. Berdasarkan hasil kuesioner diketahui responden lebih banyak yang