Kayu Pinus Kayu Sengon

kemampuannya untuk tumbuh dengan baik pada tanah terkikis, batuan, tanah miskin mineral dan juga pada tanah alluvial Dulsalam 1987. Sementara itu kayu mangium potensial untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas, kayu gergajian, moulding, mebel, vinir, perkakas rumah tangga, rangka pintu dan jendela Anonim 1983 . Ciri umum dari kayu mangium adalah kayu terasnya berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Tekstur kayu mangium halus sampai agak kasar dan merata, arah serat lurus, kadang-kadang berpadu, permukaan agak mengkilap, licin. Berat jenis kayu ini berkisar antara 0,43-0,66 dan termasuk ke dalam kelas awet III, kelas kuat II-III Mandang dan Pandit 1997.

2.4 Kayu Pinus

Pinus mempunyai nama ilmiah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese yang diklasifikasikan ke dalam Famili Pinaceae. Pinus memiliki nama lokal : Tusam Indonesia.; Son song bai Thai; Merkus pine perdagangan; Mindoro pine Philipina; Tenasserim pine Inggris. Sebaran alaminya di Aceh, Sumatera Utara dan Jambi. Tumbuh pada ketinggian 800-1600 mdpl dengan curah hujan 2400-3600 mmth. Tumbuh pada tanah berdrainase baik Nurhasybi et al. 2000. Ciri umum dari kayu pinus adalah kayu terasnya sukar dibedakan dengan gubalnya kecuali pada pohon berumur tua. Terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan gubalnya berwarna putih krem. Tekstur kayu pinus agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata. Berat jenis kayu ini berkisar antara 0,40-0,75 dan termasuk ke dalam kelas awet IV, kelas kuat III Mandang dan Pandit 1997. Kayu pinus banyak digunakan untuk pembuatan korek api, papan partikel, pulp dan kertas, vinir, dan perabotan rumah tangga.

2.5 Kayu Sengon

Kayu Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen termasuk Famili Fabaceae, dikenal dengan nama perdagangan sengon atau jeungjing. Tumbuh pada ketinggian 0-1200 mdpl dengan curah hujan 2400-4800 mmth. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase baik. Tumbuh baik di tempat- tempat yang mempunyai iklim basah sampai agak kering. Nurhasybi et al. 2000. Kayu sengon termasuk ringan dan cocok untuk konstruksi ringan, mebel, bahan korek api, alat musik, alat-alat dapur, papan partikel dan untuk bahan pembuat kertas. Kayu sengon tidak tahan lama dan mudah terserang serangga dan jamur. Ciri umum kayu sengon adalah kayu terasnya berwarna hampir putih atau coklat muda pucat seperti daging, warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. Kayu sengon termasuk kelas awet IV-V dan kelas kuat IV-V dengan berat jenis 0,24-0,49. Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti Martawijaya dan Kartasujana 1977.

2.6 Rayap