Kondisi Penggunaan Lahan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

4.3 Kondisi Penggunaan Lahan

4.3.1 Pola Penggunaan Lahan

Penguasaan lahan di DAS Ciliwung dikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha. Lahan negara dalam bentuk kawasan hutan, situ dan badan sungai dikelola oleh pemda dan pemerintah. Lahan hak milik, umumnya digunakan untuk kebun, sawah tadah hujan dan teknis, tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha digunakan sebagai kebun PT Gunung Mas dan PT Ciliwung. Tiap tahun penggunaan lahan di DAS Ciliwung berubah, dimana lahan hutan berkurang dan lahan pemukiman meningkat. Pola penggunaan lahan di DAS Ciliwung pada tahun 1996 dan 2007 terlihat pada Lampiran 5 dan 6.

4.3.2 Lahan Kritis

Perubahan penggunaan ruang yang tidak mempertimbangkan daya dukung dan fungsi lahan di wilayah Bopunjur telah menyebabkan kerusakan DAS Ciliwung berupa hutan rusak dan lahan kritis. Kondisi tersebut telah memberikan pengaruh negatif terhadap kelestarian dan produktivitas sumber daya lahan, baik sebagai areal pertanian maupun yang berkaitan dengan fungsi hidrologis karena merupakan bagian hulu dari DAS Ciliwung sebagai daerah tangkapan air. Dalam 5-10 tahun terakhir ini, jumlah lahan kritis di DAS Ciliwung semakin meningkat dan mengkhawatirkan sehingga aliran Sungai Ciliwung sudah seringkali memberikan ketidaknyamanan. Selain itu, kebutuhan air akan minum, mandi dan mencuci tidak mencukupi pada musim kemarau tetapi di musim hujan menggenangi dan membanjiri banyak lokasi, bahkan menghilangkan harta benda dan nyawa beberapa warga Jakarta yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran DAS Ciliwung. Peta lahan kritis di DAS Ciliwung tersaji pada Lampiran 7.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

4.4.1 Kepadatan Penduduk

Total kepadatan penduduk pada tahun 2008 adalah 22.2 ribu jiwakm 2 Tabel 9. Kepadatan penduduk di bagian hilir lebih tinggi dibandingkan bagian tengah dan hulu. Tingkat kepadatan penduduk berkorelasi dengan perkembangan daerah kedap air, makin tinggi kepadatan penduduk maka daerah kedap air makin luas. Banyaknya permukaan kedap air akan menghasilkan aliran permukaan yang besar, bahkan hampir 100 curah hujan akan menjadi aliran permukaan. Tabel 9 Luas, jumlah dan kepadatan penduduk di DAS Ciliwung Daerah Kab Kota Kecamatan Luas Km 2 Penduduk Jumlah Jiwa Kepadatan JiwaKm 2 Hulu Bogor Ciawi 7.63 39 686 5 202.15 Cisarua 68.89 119 203 1 730.30 Megamendung 55.03 119 416 2 169.95 Total Hulu 131.55 286 517 2 177.98 Tengah Bogor Sukaraja 22.95 91 175 3 972.03 Cibinong 33.07 191 457 5 789.72 Bojonggede 10.84 92 134 8 497.28 Kota Bogor Bogor selatan 1.98 15 686 7 908.43 Bogor Timur 10.91 142 256 13 040.80 Bogor Utara 17.85 167 403 9 377.82 Bogor Tengah 4.10 72 550 17 707.70 Tanah Sereal 3.33 43 136 12 966.40 Depok Pancoran Mas 9.19 82 278 8 949.51 Sukma Jaya 32.78 22 987 701.34 Cimanggis 9.52 90 814 9 543.10 Beji 14.00 113 861 8 134.76 Total Tengah 170.51 481 479 2 823.70 Hilir Jakarta Selatan Pasar Minggu 8.51 117 667 13 826.86 Mampang Prapatan 1.34 23 099 17 202.85 Pancoran 7.72 111 443 14 428.49 Tebet 9.12 242 633 26 602.63 Setiabudi 7.50 115 528 15 394.66 Jagakarsa 14.58 130 099 8 923.18 Jakarta Timur Pasar Rebo 9.51 121 126 12 740.87 Ciracas 2.03 10 552 5 208.69 Kramat Jati 10.22 174 331 17 063.20 Jatinegara 3.16 96 605 30 610.33 Pulo Gadung 5.33 94 937 17 797.15 Matraman 4.92 195 963 39 846.19 Jakarta Pusat Tanah Abang 2.53 32 525 12 852.12 Menteng 6.46 70 909 10 969.55 Senen 4.36 96 082 22 054.27 Johar Baru 2.37 100 999 42 697.05 Cempaka Putih 4.66 64 349 13 819.36 Kemayoran 7.18 185 891 25 899.45 Sawah Besar 5.36 89 354 16 674.84 Gambir 6.87 75 464 10 983.00 Jakarta Barat Tambora 8.72 327 280 37 525.26 Taman sari 4.51 121 943 27 013.52 Jakarta Utara Penjaringan 8.37 47 072 5 623.14 Pademangan 12.97 158 617 12 230.13 Tanjung Priuk 22.29 283 005 12 696.51 Koja 3.57 65 520 18 340.80 Total Hilir 167.55 2 887 008 17 230.45 Total Hulu + Tengah + Hilir 469.62 3 655 004 22 232.12 Sumber: Hasil analisis peta administratif DAS Ciliwung dan kecamatan dalam angka BPS Masalah sosial yang paling menonjol di DAS Ciliwung adalah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa laju perkembangan penduduk Jakarta, Bogor serta Depok tahun 1961 sd 2000, mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1961, jumlah penduduk Jakarta, Bogor dan Depok mencapai 4.16 juta jiwa. Namun demikian, pada tahun 2000 telah mencapai 15.14 juta jiwa Tabel 10 Perkembangan penduduk Jabode Tahun 1961–2000 x 1000 jiwa Wilayah SP 1961 SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 Jakarta Pusat 1 002.10 1 260.30 1 236.90 1 074.80 948.20 Jakarta Utara 469.80 612.40 976.40 1 362.90 1 697.00 Jakarta Barat 469.50 820.80 1 231.20 1 815.30 2 389.90 Jakarta Selatan 466.40 1 050.90 1 579.80 1 905.00 2 090.30 Jakarta Timur 498.70 802.10 1 456.70 2 064.50 2 595.00 DKI Jakarta 2 906.50 4 546.50 6 481.00 8 222.50 9 720.40 Bogor + Depok 1 257.80 1 597.20 2 493.90 3 736.20 5 423.30 Jabode 4 164.30 6 143.70 8 974.90 11 958.70 15 143.70 Sumber : Modifikasi Data BPS dalam BPDAS Ciliwung-Citarum 2007 4.4.2 Kegiatan Ekonomi Masyarakat Kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah DAS Ciliwung sangat beragam dan terus mengalami pergeseran sejalan dengan perkembangan Wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor. Pergeseran kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa telah terjadi secara nyata hampir di seluruh wilayah DAS Ciliwung. Sebagaimana diketahui sejak tiga dekade terakhir, khususnya kawasan puncak yang merupakan bagian dari wilayah hulu DAS Ciliwung telah terjadi proses komersialisasi lahan yang agresif. Hal ini akan menyumbangkan pengurangan penutupan vegetasi pada permukaan lahan yang penting untuk pemeliharaan fungsi wilayah hulu DAS Ciliwung sebagai daerah tangkapan hujan water catchment area. Pola penguasaan lahan milik di DAS Ciliwung Hulu beragam. Ditemukan paling sedikit empat pola penguasaan lahan dalam usaha pertanian BPDAS Ciliwung-Citarum 2007, yaitu : a. Lahan yang kepenguasaannya langsung di tangan warga masyarakat setempat, lahan ini dikelola sendiri oleh warga dengan usaha tani yang umumnya berupa tanaman hortikultur. b. Lahan yang kepenguasaannya berada di tangan orang luar desa, diusahakan oleh warga setempat dengan status sebagai penggarap. Hasil panen sepenuhnya menjadi milik penggarap dan bahkan pihak yang disebut terakhir masih mendapatkan upah bulanan sebagai imbalan karena telah berjasa menjaga dan memelihara lahantanah tersebut. c. Lahan yang dimiliki orang luar desa diusahakan warga setempat dengan hasil panen menjadi milik petani. Bedanya mereka ini tidak menerima imbalan gaji. d. Lahan yang dimiliki orang luar desa diusahakan oleh mereka sendiri dengan menggaji buruh tani dari penduduk setempat. 5 s t H C m C a i C m G a d 2 m m

5.1 Analis