commit to user
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
C. Gambaran Umum Integrated Marketing Communication Kampoeng
Batik Laweyan
Keberadaan Kampung Laweyan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di kota Solo memang terhitung baru karena belum lama dicanangkan
sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Pencanangan tersebut dilaku-kan oleh Walikota Solo, Slamet Suryanto pada 25
September 2004. Namun ke-beradaan Laweyan yang dulu dikenal dengan sebutan Desa Laweyan sebenarnya sudah ada sejak tahun 1546. Sejak dahulu Laweyan
terkenal sebagai sentra kerajinan Batik, bahkan pada tahun 1970an, pengusaha Batik di Laweyan berada pada masa kejayaan, namun dengan adanya kemajuan
teknologi dan kecanggihan alat, maka Batik tradisional seperti Batik tulis dan Batik cap semakin jauh ketinggalan di-bandingkan dengan Batik sablon atau yang
dikenal dengan Batik printing, selain itu, banyak generasi penerus industri Batik Laweyan yang memilih meninggalkan profesi pengusaha Batik sehingga tidak ada
regenerasi pengusaha Batik. Hal tersebut meng-akibatkan rumah-rumah pengusaha Batik yang semula menjadi tempat produksi Batik, dialihgunakan
sehingga kehilangan bentuk aslinya. Usaha penyelamatan kawasan wisata juga tak lepas dari banyaknya
peneliti dari kalangan akademis yang melakukan penelitian di kawasan Laweyan, hasil dari penelitian tersebut membuat warga Laweyan menjadi sadar bahwa
commit to user banyak sekali potensi dan keistimewaan kawasan Laweyan yang membuat
Laweyan berbeda dari kawasan lain. Potensi tersebut meliputi potensi kerajinan Batik, arsitektur, sejarah, situs budaya dan lain-lain yang wajib untuk dijaga dan
dilestarikan keberadaannya. Untuk melakukan tindakan penyelamatan kawasan Laweyan serta
untuk mengembangkan
kawasan Laweyan
maka dibentuklah
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Nama forum dipilih karena
merupakan sebuah tempat untuk diskusi dan merupakan suatu perkumpulan. Awalnya usaha penyelamatan kawasan Laweyan oleh Forum Pengembangan
Batik Laweyan lebih mengarah pada usaha pengembangan industri Batik saja, namun kemudian diperluas hingga ke segala aspek seperti pariwisata dan
pemberdayaan masyarakat Laweyan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Widiarso, koordinator Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan, pada 29 Agustus 2008. ”Sebetulnya dari sebuah ikon kampung batik Laweyan bukan cuman
Batik gitu lho, ini karena di sini itu kebanyakan industri, makanya yang pertama menangkap adalah industri, bagaimana untuk industrinya
Batik, jadi istilahnya...aa, yang presepsinya keindustri pertama dia ngambil langsung, ini diklaim oleh industri dan sebagainya, ya biar
aja...” Setelah diresmikannya Kampoeng Batik Laweyan, warga Laweyan
menjadi tergerak untuk membuka showroom, di antaranya batik HY dan batik Gress Tenan.
”Kalau Gress Tenan itu dulu belum ada namanya ya, setelah digalakkan dibukanya Kampoeng Batik Laweyan ini tiap pengusaha
harus punya nama, itu kalau berdirinya sudah lama dari nenek ke bapak terus ini anaknya, kalau tahunnya mungkin sudah tahun 1970 an
commit to user itu.Turun temurun itu..” wawancara ibu Sarjono, istri pemilik batik
Gress Tenan, 29 Oktober 2008
Hal serupa juga dikatakan oleh pemilik batik HY, ”Itu dulu sudah berdiri sebelum sini diresmikan kampungnya, itu
sudah bikin kecil-kecilan tapi ya terus berhenti soale ya itu tadi pemasaran batik kurang laku. Iya showroom ini didirikan setelah
pencanangan, gitu, dulu itu tidak pakai showroom, dulu tu cuman antar bakul gitu aja. Jadi saya bikinkan daster, bikinkan blus gitu thok.
wawancara Yuli Heri Susanto, istri pemilik batik HY 29 Oktober 2008
Dalam upaya pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa pihak bekerjasama dalam mengembangkan kawasan Kampoeng Batik Laweyan.
Meskipun begitu, upaya pendanaan masih mengalami keterbatasan karena bersifat swadaya dari Forum. Kerjasama yang diberikan oleh beberapa dinas termasuk
dinas perindustrian sebagian besar bersifat pelatihan dan ketrampilan. Konsep pengembangan Laweyan tidak hanya mencakup Batik saja namun hingga
mencakup pengembangan kawasan Laweyan, baik industri handycraft, industri makanan, homestay, katering dan lain sebagainya yang diharapkan dapat saling
menopang perekonomian masyarakat Laweyan. Bentuk pengembangan tersebut telah dibuat dalam grand desain yang telah dilaksanakan secara bertahap. Hal
tersebut di-ungkapkan oleh salah satu pengusaha Batik Laweyan, sebagai berikut:
”Laweyan itu terlalu luas, tapi kita berangkat dari belakang, belakang itu maksudnya dari Kelurahan Laweyan, terus ke sayap kanan Bumi,
sayap kiri Pajang, terus kita kedepannya nanti ke Sondakan, kalau sampai Sondakan nanti kita mau bikin gerbang di Slamet Riyadi, grand
desainnya itu. Rencana sudah selesai grand desainnya itu, tinggal kapan mau dilaksanakan dan dicanangkan Kampoeng Batik Laweyan
menuju jalan SE itu lho. Itu nanti mau dikasih pintu gerbang, yang satunya yang sana depan stasiun sana Purwosari, untuk masuk kawasan
Kampoeng Batik.” wawancara Saud Effendi, pengusaha Batik Saud Effendi Batik Art, 29 Oktober 2008
Melalui Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan diharapkan
masyarakat dapat diberdayakan sesuai dengan usaha yang dijalaninya saat ini, salah satu dukungan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan terlihat
commit to user pada saat menjalin kerjasama dengan yayasan Warna-Warni milik Nina Akbar
Tanjung, pada 4 hingga 7 April 2006. Dalam kegiatan yang merupakan promosi wisata Kampoeng Batik Laweyan. Kegiatan tersebut dihadiri antara lain oleh Wali
Kota Solo Joko Widodo Jokowi dan Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo, Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali,
mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, dan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Setelah kunjungan pejabat dan mantan pejabat tersebut, banyak
pengusaha Laweyan yang kemudian semakin terdorong untuk membuka showroom, jika sebelumnya showroom Batik hanya 25 buah, sekarang showroom
tersebut telah mencapai 50 buah. Sebelum adanya Forum, kegiatan promosi Batik hanya dilakukan oleh
masing-masing pengusaha Batik secara perorangan untuk menjual komoditas Batik miliknya saja, karena keberadaan Batik mereka memang sudah ada sejak
dulu dan merupakan usaha turun temurun. Promosi tersebut melalui penjualan personal, me-ngikuti pameran pribadi, menyebarkan brosur dan pamflet meskipun
ada juga yang sudah melakukan pemasaran hingga ke luar negeri melalui ekspor ke berbagai negara, seperti di wilayah ASEAN, Arab, Singapura, dan Amerika.
”...dulunya kan memang kampung Batik dan mayoritas hidupnya dari Batik. Kan pernah Batik vakum, jadi untuk pemasaran sebelum adanya
itu ya tidak masalah, jadi tim kita jalan terus, jadi ya mulai ekspor itu me-mang tahun 1990an ya. Oh..waktu itu cuma di ASEAN, Arab,
Singapur, pernah juga di Amerika ya.” wawancara Saud Effendi, pengusaha Batik Saud Effendi Batik Art, 29 Oktober 2008
commit to user Setelah dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan, kegiatan promosi masih dilakukan secara perorangan oleh tiap pengusaha, namun promosi tersebut lebih bersifat mempromosikan komoditi atau
produk, misalnya Batik. Sedangkan promosi yang dilakukan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah promosi kawasan Laweyan
sebagai daerah tujuan wisata. Dalam mempromosikan Kampoeng Batik Laweyan tersebut, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan melakukan
komunikasi pemasaran secara terpadu atau disebut dengan Integrated Marketing Communication IMC.
D. Integrated Marketing Communication Kampoeng Batik Laweyan