Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB

dengan teori yang menyebutkan bahwa nilai indeks Williamson yaitu antara 0 hingga 1. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis nilai indeks Williamson yang kedua, tanpa Kota Kediri dan Kota Surabaya, karena nilai yang dihasilkan sesuai dengan teori. Nilai PDRB per kapita di Kota Kediri dan Kota Surabaya yang sangat jauh dari rata-rata merupakan penyebab dari nilai indeks Williamson yang melebihi 1. Sehingga penelitian ini tidak memasukkan Kota Kediri dan Kota Surabaya ke dalam perhitungan nilai indeks Williamson yang dianalisis.

3.2.2 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Klasifikasi pertumbuhan ekonomi daerah dianalisis menggunakan Klassen Typology Tipologi Klassen. Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: 1. Daerah maju dan pertumbuhan cepat, adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan provinsi. 2. Daerah berkembang cepat, adalah daerah yang memiliki tingkatpertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi pendapatan per kapitanya lebih rendahdibandingkan provinsi. 3. Daerah maju tetapi tertekan, adalah daerah yang memiliki tingkatpertumbuhan ekonomi rendah sedangkan pedapatan per kapitanya lebih tinggi dibandingkan provinsi. 4. Daerah relatif tertinggal, adalah daerah yang memiliki tingkatpertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan provinsi. Tabel 3.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen PDRB per Kapita Laju Pertumbuhan Pendapatan per Kapita di Atas Rata-rata Provinsi Pendapatan per Kapita di Bawah Rata-rata Provinsi Laju Pertumbuhan di atas Rata-rata Provinsi Daerah Maju dan Pertumbuhan Cepat Daerah Berkembang Cepat Laju Pertumbuhan di bawah Rata-rata Provinsi Daerah Maju Tetapi Tertekan Daerah Relatif Tertinggal Sumber: Sjafrizal, 2008

3.2.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB kabupatenkota di Provinsi Jawa Timur maka menggunakan analisis panel data. Faktor-faktor yang dianalisis adalah kualitas pendidikan, kesehatan, jumlah pekerja, panjang jalan, produksi air yang disalurkan, luas pertanian teririgasi, tabungan, dan anggaran pembangunan. LPDRB it = α + β 1 PDK it + β 2 KES it + β 3 LNTK it + β 4 LNJLN it + β 5 LNAIR it + β 6 LNPTN it + β 7 LNTAB it + β 8 LNPEM it + e it Dimana: α : Intersep β : Slope i : Individu ke-i t : Periode waktu ke-t LPDRB : Laju PDRB persen LNDIK : Logaritma natural rasio murid terhadap guru orang LNKES : Logaritma natural jumlah penduduk terhadap jumlah dokter orang LNTK : Logaritma natural jumlah pekerja jiwa LNJLN : Logaritma natural panjang jalan km LNAIR : Logaritma natural produksi air bersih m 3 LNPTN : Logaritma natural luas pertanian teririgasi Ha LNTAB : Logaritma natural tabungan Rupiah LNPEM : Logaritma natural anggaran pembangunan Rupiah e : Error Berdasarkan hasil analisis data panel akan didapat besarnya nilai t-statistik, F-statistik, dan R 2 . Nilai t-statistik menunjukkan apakah variabel bebas berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan F- statistik menunjukkan apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel terikat. Nilai R 2 digunakan untuk melihat sejauh mana keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Menurut Baltagi 1995, keunggulan penggunaan metode panel data dibandingkan time series dan cross-section adalah: 1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap individu. 2. Dengan data panel, data lebih informatif dan bervariasi, sehingga mengurangi kolinearitas antar variabel dan meningkatkan derajat kebebasan degree of freedom, serta lebih efisien. 3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section. 4. Data panel mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross-section. 5. Data panel membantu menganalisis perilaku yang lebih kompleks. 6. Data panel mampu meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu karena unit data yang banyak. Dalam analisis model data panel terdapat tiga macam pendekatan yaitu Pooled Least Square PLS, Model Efek Tetap Fixed Effect Model, dan Model Efek Acak Random Effect Model. Ketiga pendekatan pada model data panel akan dijelaskan berikut ini: 1. Pooled Least Square PLS Dalam pendekatan ini terdapat regressor K dalam x it , kecuali konstanta. Jika efek individual α i konstan sepanjang waktu t dan spesifik terhadap setiap unit i maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Jika nilai α i sama untuk setiap unitnya, maka OLS akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien untuk α dan β. PLS merupakan pendekatan yang sederhana, namun hasilnya tidak memadai karena setiap pengamatan diperlakukan seperti pengamatan yang berdiri sendiri. 2. Fixed Effect Model FEM Asumsi intersep dan slope yang konsisten pada model data panel umumnya sulit terpenuhi. Variabel dummy berguna dalam mengatasi masalah tersebut, sehingga perbedaan nilai parameter pada cross- section maupun time series diperbolehkan. Pendekatan dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan istilah fixed effect model FEM atau Least Square Dummy Variable LSDV. 3. Random Effect Model REM Keputusan untuk memasukkan variabel dummy dalam FEM dapat mengurangi besarnya derajat kebebasan, sehingga efisiensi dari parameter yang diestimasi akan berkurang. Model data panel yang di dalamnya melibatkan korelasi antar error term akibat berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan model efek acak random effect model. Untuk menentukan model yang layak digunakan maka model diuji menggunakan uji Hausman. Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan FEM atau REM. Uji Hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H : REM H 1 : FEM Sebagai dasar penolakan H maka digunakan Statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan: m = β - bM - M 1 -1 β - b ~X 2 K Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed effect modeldan M 1 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari X 2 -Tabel, atau nilai Hausman Test lebih besar dari taraf nyata, maka tidak cukup bukti untuk melakukan penerimaan . ij 2 terhadap H . Sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, demikian pula sebaliknya. 3.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik 3.3.1 Multikolinearitas