Lahan Rawa Lebak Jenis – Jenis dan Bagian Tajak

dan tergenang di musim hujan, serta adanya ’bahaya’ dari kondisi tanah menyebabkan petani tradisional harus mengembangkan cara penyiapan lahan, teknik bertanam yang tepat, serta pemilihan jenis padi yang sesuai. Sifat tanah yang masam dan tingginya genangan air di lahan rawa mengakibatkan tidak semua varietas padi dapat dikembangkan. Varietas lokal lebih tahan akan kemasaman, muka air yang tinggi, batang kuat, pertumbuhannya mengikuti tinggi muka air, dan lebih tahan rebah. Penyesuaian kondisi iklim dengan kegiatan pertanaman padi juga dilakukan petani. Gambar 2 memberikan informasi bagaimana petani lokal tradisional pada lahan gambut dan lahan rawa umumnya di Kalimantan Selatan dalam mempersiapkan lahannya Ramonteu et al. 2000. Gambar 2 Kegiatan pertanian tradisional di Kalimantan Selatan Ramonteu et al. 2000 Bertani merupakan pekerjaan utama masyarakat tradisional Banjar. Dengan menggunakan varietas padi lokal maka kegiatan penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun indeks pertanaman 100. Varietas lokal memiliki umur tanam hingga panen yang cukup lama yaitu mencapai usia 9– 10 bulan, sejak disemai meneradak dibulan Oktober dan panen bulan Agustus- September Ramonteu et al. 2000. Meskipun kini sudah dikembangkan varietas dengan umur yang lebih singkat, tidak sedikit petani yang tetap menggunakan varietas lokal karena harga jual yang relatif lebih mahal Hidayat, 2010. Gambar 2 memberikan gambaran aktivitas pertanian tradisional di Kalimantan Selatan Ramonteu, et al. 2000. Penanaman padi oleh masyarakat banjar meliputi penyemaian meneradak, pembesaran bibit meampak dan melacak, penyiapan lahan menajak, penanaman dan panen.

2.5.1 Penyemaian Meneradak atau Menugal

Penyemaian benih disebut juga menugal atau meneradak, karena prosesnya menggunakan alat tugal Tim Inventarisasi Istilah dan Alat-Alat Pertanian Pasang Surut Kalimantan Selatan 1969. Penyemaian benih padi dilakukan pada saat musim hujan di atas pematang yang tidak tergenang air, atau di tempat lain yang terhindar dari bahaya terendam apabila curah hujan tinggi. Benih dibiarkan tumbuh hingga agak besar, kira-kira berumur 35-40 hari Rifani 1998. Gambar 3 Benih yang telah disemai diteradak

2.5.2 Pemindahan Bibit Pertama Meampak

Pemindahan padi pertama menurut istilah lokal meampak adalah kegiatan pemindahan benih padi yang telah disemai sebelumnya diteradak, ke petakan sawah yang sudah berair Gambar 4. Tujuan meampak pemindahan bibit yaitu untuk meningkatkan kemampuan tumbuh dan mendorong perbanyakan anakan tanaman Tim Inventarisasi Istilah dan Alat-Alat Pertanian Pasang Surut Kalimantan Selatan 1969. Fase ini berlangsung 2 – 2,5 bulan Ramonteu et al. 2000. Gambar 4 Pemindahan bibit pertama meampak

2.5.3 Pemindahan Bibit Kedua Melacak

Melacak adalah pemindahan tahap kedua bibit yang telah diampak, dengan tujuan merangsang perbanyakan anakan untuk memperoleh bibit yang cukup dan menunggu waktu tinggi permukaan air untuk pertanaman akhir yang tepat. Gambar 5 Pemindahan bibit kedua melacak Pemindahan tanaman akan diperoleh manfaat ketahanan tanaman dalam masa pertumbuhannya karena usianya cukup tua. Selain itu anakan yang ditanam sangat menghemat benih. Selama tahap persemaian pertama meampak, lahan lainnya dipersiapkan untuk pemindahan bibit untuk kedua kalinya. Persiapan lahan untuk pemindahan kedua ini mencakup penebasan vegetasinya menajak. Pada kondisi tertentu, misalnya tanah yang topografinya relatif tinggi akan menghilangkan tahap melacak.

2.5.4 Penanaman Akhir

Sebulan setelah melacak, lahan yang tersisa disiapkan untuk penanaman akhir. Hasil melacak yang telah mempunyai anakan melimpah digali untuk ditanam, setelah bagian atas dan akarnya dipangkas. Setiap lubang diisi dengan 2- 3 bibit tergantung varietas yang digunakan. Gambar 6 Penanaman akhir

2.6 Jenis – Jenis dan Bagian Tajak

Tajak mula-mula dikembangkan dari kecamatan Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Alat ini dikembangkan petani sejak ratusan tahun silam sebagai bentuk peralatan adaptif yang sekaligus dapat mencegah terbongkarnya lapisan pirit pada bagian bawah, yang dapat menyebabkan kemasaman tanah dan meracuni tanaman. Ada beberapa jenis dan istilah tajak yang digunakan, menurut Team Inventarisasi Pasang Surut Kalimantan Selatan 1969 ada dua tipe tajak, yaitu tajak bulan , berbentuk bulan sabit dan tajak surung, disebut juga tajak bedandan dengan bentuk mata lurus dan ujung mata agak rata dan besar. Menurut Sjarifuddin dan Wahyudi 1992 ada tiga tipe tajak, pertama tajak surung , bentuk matanya lurus dan ujung matanya agak rata dan besar, kedua tajak bungkul , bentuk matanya seperti parang biasa, tajak ini paling banyak dipakai masyarakat, dan ketiga tajak bulan, matanya berbentuk seperti bulan sabit. Rifani 1998 ada dua jenis tajak, yaitu tajak bulan yang berbentuk bulan sabit, dan tajak surung atau tajak bedandan yang bermata lurus dengan ujung matanya agak rata dan besar. Sedangkan menurut Ramonteu et al. 2000 ada dua jenis tajak yang digunakan, yaitu tajak bulan dan tajak surung, dengan penjelasan yang sama dengan Rifani 1998. Gambar 7 Tajak surung a, tajak bulan bdan tajak bedandan c Menurut Sjarifuddin dan Wahyuhadi 1992 tajak surung umumnya digunakan pada sawah dataran rendah yang terletak di tepi sungai besar yang sering disebut sawah pasang surut. Untuk di Kalimantan Selatan terletak ditepi sungai Barito. Tajak ini memiliki teknik cara pengoperasian yang lebih sulit. Tajak bulan digunakan untuk menebas rumput pada sawah dataran tinggi dan membalik lapisan atas tanah. Tajak bedandan tajak bungkul lebih umum digunakan oleh masyarakat dan teknik pengoperasiannya relatif lebih mudah, terutama pada kedalaman air 10-15cm. Digunakan di sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan sawah beririgasi yang digenangi air. Namun sulit digunakan pada lahan kering. Tajak terdiri beberapa bagian, yaitu mata dengan lebar 10 cm, gagang tangkai, puting penghubung tangkai dan hulu yang terbuat dari besi, salut penguat sambungan puting dan hulu terbuat dari kuningan, besi atau tembaga, serta hulu pengangan yang terbuat dari kayu. Berat alat ini mencapai 3 kg dengan sudut antara gagang dan mata condong ke muka mencapai 85°. Cara mempergunakannya yaitu tangan kiri memegang hulu, tangan kanan pada gagang. Tajak diangkat ke atas setinggi kepala, diayunkan ke bawah tepat pada permukaan tanah seperti bermain golf, sambil dikemudikan. Selanjutnya tajak ditarik, dimana rerumputan yang dipotong terbawa kesamping Gambar 8. Prinsip kerja alat tajak ini adalah memotong atau memangkas rumput-rumputan, gulma maupun sisa tanaman padi tahun sebelumnya dengan mengupas tipis lapisan tanah kurang dari 5 cm jika air surut Hidayat 2010. a b c Gambar 8 Gerakan menajak

2.7 Penyiapan Lahan

Menurut Noor, 2004 penyiapan lahan rawa dapat dilakukan secara fisik- mekanik, kimia dan hayati. Namun sebagian petani lokal tradisional di Kalimantan Selatan lebih mengandalkan cara fisik, yaitu menggunakan tajak. Umumnya kegiatan penyiapan lahan meliputi menajak, memuntal, dan mehambur. Pada dasarnya prinsip pengolahan tanah yang dilakukan hanya ditujukan untuk memotong atau mengikis rumput dan gulma yang tumbuh di sawah. Pertumbuhan gulma di lahan rawa, khususnya lahan sulfat masam sangat cepat yang setiap musim dapat menghasilkan antara 2-3 ton bahan kering perhektar. Menurut Balittra 2001 dalam Noor 2004, gulma yang tumbuh pada pertanaman padi di lahan rawa berjumlah 19 jenis. Species gulma yang dominan adalah purun tikus Eleocharis dulcis dan dari genus rumput liar Cyperus sp. Gulma pururn tikus ini tergolong sukar dikendalikan, dan tumbuh spesifik pada lahan sulfat masam karena tahan terhadap kemasaman tanah yang tinggi pH 2,5 – 3,5 sehingga menjadi vegetasi indikator untuk tanah sulfat masam.

2.7.1 Menajak

Menajak disebut juga menabas sawah atau merincang adalah kegiatan menebas gulma maupun sisa tanaman padi di sawah yang berair dengan menggunakan tajak Sjarifuddin dan Wahyuhadi 1992. Alat tajak ini efektif digunakan jika kedalaman air pada saat pengolahan tanah berkisar 5-15 cm. Sistem pengolahan tanah dengan alat tajak ini dalam bidang pertanian modern dikenal dengan istilah pengolahan tanah secara minimum minimum tillage. Untuk mengolah tanah dengan peralatan tajak ini rata-rata dibutuhkan sekitar 20- 30 HKO per hektar Hidayat 2010.

2.7.2 Memuntal

Pada kegiatan penyiapan lahan menggunakan tajak, gulma ditebas, dibentuk menjadi tumpukan-tumpukan sebesar bola kaki puntal, yang selanjutnya dibiarkan terendam air selama 1-2 bulan sambil menunggu bibit padi cukup besar dan kuat untuk ditanam lacak. Gumpalan tumpukan gulma dan sisa panen ini sewaktu-waktu dibalik untuk mempercepat dan meratakan perombakan secara alamiah. Adakalanya dipotong-potong atau dicincang. Ada kalanya tumpukan gulma ditumpuk memanjang, dinamakan baluran.

2.7.3 Mehambur

Gumpalan gulma puntalan yang telah membusuk akan disebarkan ke permukaan lahan secara merata hambur, proses ini dinamakan mehambur. Penyiapan lahan secara tradisional ini dikenal dengan sistem tajak-puntal-hambur Noor 1996. Kondisi ini tidak selalu sama, tergantung situasi dan kondisi. Pada kondisi air yang cukup dalam, gulma hasil menajak hanya dibusukkan dan terurai sebagai bahan organik hingga masa tanam tiba, dan jika kondisi yang sudah cukup dekat dengan musim tanam, tebasan gulma hanya diangkut ke tepi sebagai galangan. Gambar 9 Sistem tajak a, puntal b, hambur c

2.8 Kearifan Lokal Penyiapan Lahan di Kalimantan Selatan