PENDAHULUAN Potensi Trichoderma sp. Sebagai Bahan Antibakterial dan Imunostimulan pada Udang Vaname, Litopenaeus vannamei

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan yang sering muncul pada budidaya udang vaname adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan cendawan. Kehadiran penyakit ini mempengaruhi dan membatasi budidaya udang Reed et al., 2003 . Sistem pertahanan tubuh utama pada udang terdiri dari dua bagian yaitu sistem pertahanan tubuh seluler dan sistem pertahanan humoral. Sistem pertahanan seluler meliputi fagosit sel-sel hemosit, nodulasi dan encapsulasi. Sistem pertahanan humoral mencakup phenoloxidase PO, lectin dan aglutinin. Kedua sistem pertahanan ini bekerja sama memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi organisme patogen Itami, 1994. Meningkatnya ketahanan tubuh udang dapat diketahui dengan meningkatnya aktifitas sel fagosit dari hemosit. Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan non spesifik yang secara umum dapat melindungi infeksi patogen. Mekanisme aktifitas hemosit pada udang terdiri dari mekanisme penjeratan encapsulasi terhadap suatu materi asing, mekanisme fagositosis gabungan terbentuk dari beberapa hemosit yang membentuk kumpulan lebih besar, dan kumpulan dari banyak hemosit membentuk suatu lapisan terpigmentasi Fontaine dan Lightner, 1974. Sedangkan ProPO diaktifkan oleh prophenoloxidase activating enzim PPA. ProPO dan PPA ini merupakan protein yang berlokasi di granular hemosit. Akibat dari pengaktifan proPO menjadi PO dihasilkan protein faktor opsonin yang merangsang fagositosis hialosit Johansson dan Soderhall, 1989. Perkembangan sistem imun pada udang sangat primitif bila dibandingkan dengan ikan dan vertebrata lainnya, karena udang tidak memproduksi antibodi spesifik. Sistem imun pada udang merupakan sistem imun alami innate immunity Kwang, 1996. Udang tidak memproduksi limfosit dan tidak memiliki sistem imun adaptive seperti yang dimiliki vertebrata lain Van de Braak, 2002. Salah satu strategi yang digunakan pembudidaya udang dalam mengendalikan penyakit pada budidaya udang adalah dengan meningkatkan sistem imun udang dengan pemberian imunostimulan Dugger dan Jory, 1999. Penggunaan immunostimulan sebagai pakan suplemen dapat meningkatkan pertahanan alami udang sehingga resisten terhadap patogen selama periode stress 2 Kumari and Sahoo, 2006. Strategi yang digunakan pembudidaya udang dalam mengendalikan penyakit pada budidaya udang adalah dengan meningkatkan sistem imun udang dengan pemberian immunostimulan, terutama -glucan Dugger dan Jory, 1999. Immunostimulan mengaktifkan mekanisme non spesifik, sel perantara imunitas dan respon immun spesifik Swicki et al., 1998. Ditambahkan oleh Sakai 1999, bahwa immunostimulan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, serta dapat meningkatkan mekanisme pertahanan non spesifik. Pemanfaatan immunostimulan tidak memperlihatkan efek samping negatif pada udang, tidak seperti pemberian antibiotik Anderson, 1992; Secombes 1994. Bahan immunostimulan yang telah digunakan antara lain glukan, chitin, chitosan serta levamisole, selain itu vitamin C dan B serta hormon pertumbuhan dan prolaktin. Hutan mangrove menghasilkan bahan pelapukan sebagai serasah menjadi sumber makanan bagi udang, ikan, kepiting, zooplankton, invertebrate kecil dan organisme pemakan bahan-bahan hasil pelapukan lainnya. Serasah mangrove diuraikan oleh bakteri dan cendawan menjadi detritus terlarut yang dapat dimanfatkan organisme perairan sebagai bahan makanan. Bakteri dan cendawan merupakan mikroorganisme primer yang berperan dalam proses dekomposisi berbagai komponen serasah. Cendawan laut merupakan sumber kekayaan alam yang kaya akan produk bioaktif alami. Beberapa cendawan laut telah diisolasi memiliki kemampuan sebagai bahan antimikrobial, antitumor, antivirus, anti kanker dan antiperadangan. Mikroorganisme ini mampu tumbuh pada habitat yang unik dan ekstrim karena mereka mampu menghasilkan produk metabolik sekunder yang unik dan tidak biasa. Yunasfi 2006, melaporkan berbagai cendawan yang terdapat pada serasah mangrove yang telah mengalami dekomposisi antara lain Aspergillus sp., Penicillum sp., Trichoderma sp., dan Fusarium sp. Trichoderma sp. yang terdapat pada serasah mangrove memiliki peranan penting bagi kehidupan biota perairan seperti meningkatkan aktivitas metabolisme biota perairan, sebagai bioactive metabolite, agen biokontrol dan sebagai antibiotik alami di perairan Sun et al. 2008. Trichoderma sp. dapat menghasilkan beberapa enzim seperti -1,3-glukanase, kitinase, protease, serta 3 lipase yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi dinding dan membran sel patogen El ad et al. 1983 dalam Tomia, 2005. Selain itu Trichoderma sp. juga menghasilkan peptida berupa peptaibols dan polyketide. Peptaibols merupakan peptida linier pendek yang dapat berfungsi sebagai anti bakteri, anti cendawan, dan anti virus Ruiz et al. 2007. Polyketide merupakan kandidat potensial yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antibiotik, anti kanker Saleem et al. 2007 Pada kegiatan perikanan budidaya Trichoderma sp. belum diketahui manfaatnya tetapi dalam dunia pertanian sudah banyak dimanfaatkan sebagai agen biokontrol seperti menghambat pertumbuhan cendawan patogen pada tanaman dan pengendali penyakit layu bakteri pada tomat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menguji potensi Trichoderma sp. sebagai anti bakteri pada udang vaname. 2. Menguji potensi Trichoderma sp. sebagai bahan immunostimulan udang vaname. Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah jika pemberian ekstrak cendawan Trichoderma sp. pada udang vaname bersifat antibakteri dan dapat berperan dalam meningkatkan imunitas udang maka udang akan resisten terhadap serangan penyakit, sehingga kelangsungan hidupnya dapat ditingkatkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA