Metode Analisis Data

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Menganalisis berarti memilah-milah unsur yang membentuk suatu satuan lingual atau meugutarakan ke dalam komponen-komponennya atau mengandung pengertian penentuan identitas suatu satuan lingual. Penentuan identitas itu didasarkan atas pengujian beradasarkan segi-segi tertentu dari satuan lingual yang kita teliti (Edi Subroto, 1992: 55). Dalam penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode distribusional untuk menganalisis aspek bunyi, morfologi, dan diksi dalam teks geguritan karya Nur Indah tahun 2012, sedangkan untuk menganalisis gaya bahasa, pencitraan menggunakan metode padan.

Metode distribusional disebut juga metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Menurut Edi

Subroto (1992: 64), metode distribusional adalah menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri unsur bahasa itu dianalisis sesuai perilaku bahasanya. Metode ini digunakan untuk menganalisis diksi, aspek bunyi, dan morfologi geguritan karya Nur Indah tahun 2012. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1992: 15). Dari satuan lingual yang dimaksud itulah aspek-aspek kelitereran dapat ditemukan. Teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik interpretasi. Sesuai dengan hakikatnya isi interpretasi adalah penafsiran. Interpretasi adalah menguraikan segala sesuatu yang ada dibalik data yang ada (Nyoman Kutha Ratna, 2010:306). Adapun contoh penerapan analisisnya adalah sebagai berikut.

(1) Kanthi ati kang suci Hambirat sukertaning jagad seni (P2/RWP/4) ‘Dengan hati yang suci’ ‘Menyirnakan penghambat dunia kesenian’

Pada data (2) ditemukan adanya dua bawahan unsur langsung yaitu kanthi ati kang suci ‘dengan hati yang suci’ sebagai bawahan unsur langsung satu dan Hambirat sukertaning jagad seni ‘menyirnakan penghambat dunia kesenian’ sebagai bawahan unsur langsung kedua. Dalam bawahan unsur langsung satu ditemukan kata dari bahasa Kawi yaitu sukerta ‘penghambat’. Hal ini sesuai dengan informasi dalam kamus (Zoetmulder, 1995:1137) kata sukerta berasal dari kata suker yang berarti ‘penghambat’.

(2) Ati kang ringkih iki kagubel katresnan langgeng (P2/RWP/6)

‘Hati yang lemah ini tebelenggu cinta abadi’

Pada data (3) ditemukan adanya bawahan unsur langsung yaitu ati kang ringkih iki ‘hati yang lemah ini’ sebagai bawahan unsur langsung satu dan kagubel katresnan langgeng ‘terbelenggu cinta abadi’ sebagai bawahan unsur langsung kedua. Dalam bawahan unsur langsung pertama terdapat kata kang ‘yang’ yang berasal dari kata ingkang ‘yang’. Pada kata tersebut terjadi pengurangan suku kata pada awal kata, hal itu merupakan tembung plutan. Pengurangan suku kata awal pada kata ingkang ‘yang’ tidak merubah makna kata tersebut.

Metode padan adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Edi Subroto, 1992: 55). Untuk meneliti gaya bahasa, peneliti menggunakan metode padan. Adapun teknik yang digunakan dalam metode padan adalah teknik dasar pilah unsur penentu atau teknik PUP. Daya pilah yang digunakan adalah daya pilah referensial. Dengan daya pilah referensial dapat diketahui referen yang tercermin dalam gaya bahasa serta faktor-faktor pencitraan. Adapun contoh penerapan analisisnya sebagai berikut

(3) Dhusun kepuh ngawe-awe (P2/APM/1) ‘Desa kepuh melambai-lambai’

Data (4) dhusun kepuh ngawe-awe ‘desa Kepuh melambai-lambai’ terdapat gaya bahasa personifikasi (penginsanan) karena kata ngawe-awe ‘melambai-lambai’ yang referennya adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia, dalam data (4) pengungkapan kata ngawe-awe ‘melambai-lambai’ ditujukan pada dhusun Kepuh ‘desa Kepuh’. Dhusun Kepuh ‘desa Kepuh’ bukan sebagai manusia digambarkan sedang ngawe-awe ‘melambai-lambai’ seolah-olah seperti Data (4) dhusun kepuh ngawe-awe ‘desa Kepuh melambai-lambai’ terdapat gaya bahasa personifikasi (penginsanan) karena kata ngawe-awe ‘melambai-lambai’ yang referennya adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia, dalam data (4) pengungkapan kata ngawe-awe ‘melambai-lambai’ ditujukan pada dhusun Kepuh ‘desa Kepuh’. Dhusun Kepuh ‘desa Kepuh’ bukan sebagai manusia digambarkan sedang ngawe-awe ‘melambai-lambai’ seolah-olah seperti