METODE PENELITIAN

H. Teknik dan Model Analisis Data

Penelitian ini berbentuk survai atas data-data atau variable makro ekonomi, khususnya variable PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) beserta komponen- komponennya, PDRB Perkapita, Jumlah Penduduk, dan sebagainya, yang telah dikumpulkan oleh suatu badan/instansi tertentu (survai atas data sekunder).

Ruang lingkup penelitian hanya dibatasi pada variable PDRB beserta komponen-komponennya, PDRB Perkapita, Jumlah Penduduk di 12 kecamatan di Ruang lingkup penelitian hanya dibatasi pada variable PDRB beserta komponen-komponennya, PDRB Perkapita, Jumlah Penduduk di 12 kecamatan di

I. Jenis dan Sumber Data

Sebagaimana yang diuraikan di atas, data yang digunakan dalam studi ini, dikategorikan sebagai data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, dengan cara mengambil data-data statistik yang telah ada serta dokumen-dokumen lain yang terkait dan data yang diperlukan. Adapun beberapa sumber yang dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan data yang diperlukan dalam studi ini, akan diperoleh dari:

1. Sukoharjo Dalam Angka; Buku Laporan Tahunan yang diterbitkan atas kerjasama antar BPS dan BAPEDA Kabupaten Sukoharjo.

2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten; Buku Laporan Tahunan yang diterbitkan atas kerjasama antara BPS dan BAPEDA Kabupaten Sukoharjo.

3. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan; Buku Laporan Tahunan yang diterbitkan atas kerjasama antara BPS dan BAPEDA Kabupaten Sukoharjo.

4. Perda (Peraturan Daerah) Kabupaten Sukoharjo No 35 tahun 2001 tentang PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (PROPEDA) KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001-2006.

J. Teknik dan Model Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: tahap analisis deskriptif dan tahap analisis uji hipotesis. Analisis Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan komponen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di 12 kecamatan di kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah. Sedang Analisis Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran dari pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis akan digunakan 4 (empat) rumus, yaitu sebagai berikut:

1. Model Matriks Potensi Daerah

Model matrik Potensi Daerah pada dasarnya diturunkan dari rumus pertumbuhan dan rumus kontribusi. Rumus ini digunakan untuk mengetahui posisi perekonomian di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo (Kirana, 1998).

Tabel 4.1 Model Matrik Potensi Daerah: Pendukung Analisis Posisi Perekonomian Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo

Rata-rata X ΔX i ------------------------------- >1

Pertumbuhan [ Δ ] Rata-rata X

4) Prima/Unggul ΔX total ΔXi ------------------------------- ≤1

3) Berkembang

2) Potensial ΔX total Catatan: X i : PDRB di salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo

1) Terbelaknag

X : Total PDRB di Kabupaten Sukoharjo Δ

: Tin gkat Pertumbuhan ( ΔXi = [ (X it -X it -1) / X it -1] x 100%)

Sumber: Kirana, Wihana. (1998). Analisis Potensi Keuangan Daerah:

Pendekatan Makro (Modul),

Adapun rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi dan pertumbuhan adalah sebagai berikut:

a. Rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi PDRB masing-masing kecamatan terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo ) Arsyad, 1999):

X it

KE of Xit = -------------------- x 100% ……………………… (4.1)

X total

Dimana: KE

: Kontribusi Ekonomi.

X it : PDRB kecamatan i pada tahun t.

b. Rumus untuk menghitung pertumbuhan PDRB masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo (Arsyad, 1999):

it X -X it -1

PE dari Xit = -------------------- x 100% ……………………… (4.2)

X it -1

Dimana: PE

: Pertumbuhan Ekonomi.

X it : PDRB kecanatan I pada tahun t.

X it -1

: PRDB kecamatan I pada tahun t-1

Rumus pada Tabel 4.1 di atas, akan digunakan untuk menguji ada tidaknya pergesseran posisi perekonomian pada masing-masing kecamatan di Rumus pada Tabel 4.1 di atas, akan digunakan untuk menguji ada tidaknya pergesseran posisi perekonomian pada masing-masing kecamatan di

PDRB dan rasio pertumbuhan PRDB kurang dari 1 (satu), maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Potensial;

b). Suatu kecamatan di Kabupoaten Sukoharjo yang mempunyai rasio proporsi PDRB lebih besar atau sama dengan 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan PDRB-nya kurang dari 1 (satu, maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Potensial;

c). Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai rasio proporsi PDDRB kurang dari 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan PDRB-nya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Berkembang;

d). Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai rasio proporsi PDRB (Produk Domestik regional Bruto) dan rasio pertumbuhan PDRB lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Prima/Unggul;

2. Model Tipologi Klassen

Rumus ini digunakan untuk mengetahui status perekonimian di masing- masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo (Sjafrizal):

Tabel 4.2. Model Tipologi Klasssen: Pendukung Analisis Status Perekonomian kecamatan di Kabupaten Sukoharjo

PDRB Per Kapita [X]

Χ i ≥ X Pertumbuh an [ ΔX ]

ΔX i ≥ ΔX 3) Daerah Berkembang Cepat

4) Daerah Maju dan Cepat Tumbuh

ΔX i < ΔX 1) Daerah Relatif Tertinngal

2) Daerah Maju tapi Tertekan

Catatan: X i : PDRB Per Kapita di salah satu Daerah/Wilayah. X : PDRB Per Kapita di Daerah/Wilayah yang lebih tinggi.

Δ : Tingkat Pertumbuhan (ΔX i = [(X it -X it -1)/X it -1] x 100%). ΔX i : Pertumbuhan PDRB di salah satu Daerah/Wilayah. ΔX : Pertumbuhan PDRB di Daerah/Wilayah yang lebih tinggi.

Sumber: Sjafrizal. (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat.

Rumus pada Tabel 4.2, akan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran status perekonomian dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, pada era sebelum maupun sesudah/selama pelaksasanaan PROPEDA. Rumus ini mempunyai makna:

b. Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tigkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tingkat pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukoharjo dan mempunyai PDRB Perkapita yang juga lebih kecil dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo; maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Relatif Tertinggal.

c. Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, namun mempunyai PDRB Perkapita yang lebih besar dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo; maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Maju tapi Tertekan;

d. Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih besar dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, namun mempunyai PDRB Perkapita yang lebih kecil dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo; maka perekonomian di kecamaan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Berkembang Cepat; serta

e. Suatu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih besar dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, dan mempunyai PDRB Perkapita yang lebih besar dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo; maka perekonomian di kecamatan yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Maju dan Cepat Tumbuh.

3. Model LQ (Location Quotient)

Analisis LQ merupakan teknik analisis model basis ekonomi yang akan membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi 2 (dua) gololngan, yaitu: (a) Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah Analisis LQ merupakan teknik analisis model basis ekonomi yang akan membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi 2 (dua) gololngan, yaitu: (a) Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah

Dasar pemikiran teknik analisis LQ ini adalah Teori Economic Base yang intinya ‘industri basic’ menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah yang bersangkutan maupun di luar daerah, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendaptan tersebut tidak hanya maenaikkan permintaan terhadap ‘industri basic’ , tetapi juga menaikkan permintaan akan industri ‘non basic (lokal’. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor industri lokal merupakan investasi yang di dorong ) sebagai akibat dari kenaikan industri basic. Rumus untuk menghitung basis ekonomi sektoral (Arsyad, 1999):

i /v V t v i /V t

LQ = ---------- =

Dimana: LQ

: Location Quotient : Location Quotient

V i : Sektor Ekonomi Pembentuk PDRB wilayah referensi

V t : PDRB total wilayah refensi (Kabupaten Sukoharjo) Terdapat 2 (dua) kategori yang dihasilkan dari perhitunngan LQ (Location

Quotient) dalam perekonomian suatu daerah/kecamatan, yaitu”

a. Jika LQ > 1, maka sektor yang besangkutan di wialayah studi lebih berspesialisasi atau lebih dominant dibandingkan dengan perekonomian di wilayah referensi (Kabupaten Sukoharjo). Sektor ini dalam perekonomian di wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

b. Jika LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi kurang berspesialisasi atau kurang dominani dibandingkan dengan perekonomian di wilayah referensi (Kabupaten Sukoharjo). Sektor ini dalam perekonomian di wilayah studi tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagi sektor non basis.