Pelaku Pasar
C. Pelaku Pasar
Di Pasar Parang terdapat 3 (tiga) pelaku pasar sebagai pelaku yang menghidupkan aktivitas ekonomi di Pasar Tanggul, ketiga pelaku pasar tersebut meliputi Pedagang Kios, Pedagang Los dan Pedagang Pelataran.
1. Pedagang Kios
Pedagang Pasar Parang dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu pedagang kios, pedagang los dan pedagang oprokan/ Pelataran.
a. Pedagang Kios
Pedagang kios adalah pedagang yang menggunakan dasaran (lahan berjualan) pada ruang-ruang yang telah ditentukan sebagai batas penempatan serta memiliki Surat Hak Penempatan (SHP) resmi dari pengelola pasar. Jumlah pedagang kios berdasarkan jenis usahanya pada Tabel II.1 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Kios Berdasarkan Jenis Dagangan
No Jenis Dagangan
Jumlah
Jumlah pedagang
Pedagang
dalam Persen (%)
4 T. Timbang
13 Alat Pertanian
Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang
Jumlah pedagang kios saat ini terisi sebanyak 38 pedagang. Berdasarkan tabel tersebut diatas jumlah pedagang berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah Mrancang, jumlahnya 13 orang. Berdasarkan skala usaha pedagang Kios terbagi menjadi 2 jenis yaitu pedagang grosir-eceran dan pedagang eceran. Penarikan sampel untuk pedagang Kios, yang dipilih berdasarkan tempat usaha dan skala usaha dengan rincian 2 pedagang grosir-eceran 1 pedagang mebel berskala besar dan 1 pedagang pakaian berkala besar.
Berikut adalah gambar di salah satu kios di Pasar Parang :
Gambar 2.5 Kios Pasar Parang
b. Pedagang Los
Pedagang los adalah pedagang yang menempati los dasaran (tempat berdagang) dalam batas kepemilikan ruang yang beragam, keberadaan tempat yang ada pada dasarnya tidak bersekat (meruang) dengan menggunakan Surat Hak Penempatan (SHP) yang dikeluarkan. Berdasarkan informasi yang didapat jumlah pedagang los yang terdapat di Pasar Tanggul sebanyak 181 pedagang, adapun rinciannya sebagai berikut :
Tabel 2.3
Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Los Berdasarkan Jenis Dagangan
No Jenis Dagangan
Jumlah
Jumlah pedagang
Pedagang
dalam Persen (%)
8 4.42 12 Jajan/ Roti
Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang
Jumlah pedagang los saat ini sebanyak 181 pedagang dengan menempati 299 los, hal ini sesuai jumlah los yang terisi, yang diformalkan statusnya oleh Pemerintah Kabupaten Magetan. Berdasarkan tabel tersebut jumlah pedagang berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah 5 jenis dagangan tertentu saja yaitu meliputi Pakaian, Mrancang, Sayur dan Klitikan. Mayoritas barang dagangan yang dijual di los Pasar Parang adalah Pakaian sebanyak 49 pedagang. . Penarikan sampel untuk pedagang Los, yang dipilih berdasarkan tempat usaha dan skala usaha dengan rincian 2 pedagang grosir-eceran yaitu 1 pedagang pakaian Jumlah pedagang los saat ini sebanyak 181 pedagang dengan menempati 299 los, hal ini sesuai jumlah los yang terisi, yang diformalkan statusnya oleh Pemerintah Kabupaten Magetan. Berdasarkan tabel tersebut jumlah pedagang berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah 5 jenis dagangan tertentu saja yaitu meliputi Pakaian, Mrancang, Sayur dan Klitikan. Mayoritas barang dagangan yang dijual di los Pasar Parang adalah Pakaian sebanyak 49 pedagang. . Penarikan sampel untuk pedagang Los, yang dipilih berdasarkan tempat usaha dan skala usaha dengan rincian 2 pedagang grosir-eceran yaitu 1 pedagang pakaian
Gambar 2.6 Los Pasar Parang
Untuk mempermudah dalam koordinasi dan pemetaan pedagang maka pasar dibagi berdasarkan blok. Blok Pasar Parang di bagi menjadi 12 (Dua belas), rincian jumlah pedagang berdasarkan blok seperti pada Tabel II.3 sebagai berikut:
Tabel 2.5 Jumlah Total Los Pasar Tanggul Berdasarkan Blok
No Blok Jumlah Los
12 Los Lama
Jumlah
Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang
Pedagang pelataran adalah pedagang yang berjualan menempati ruang-ruang kosong di dalam maupun di luar pasar. Dalam radius maksimal 50m dari pasar bersangkutan, baik di lorong-lorong gang pasar ataupun menempel pada pemilik los/kios. Keberadaan mereka ini tidak memiliki SHP sebagaimana pedagang los/kios. Namun mereka ada yang memiliki Kartu Pengenal Pedagang Pasar (KTPP) hanya sebagai legalitas tanpa hak penempatan. Meskipun banyak juga yang tidak memiliki KTPP.
Tabel 2.4
Jumlah Pedagang Yang Berjualan di Kios Berdasarkan Jenis Dagangan No
Jenis dagangan
Jumlah
Jumlah pedagang
Pedagang
dalam Persen (%)
19 Alat Pertanian
38 Ayam Potong 3 1.80
39 Lain-lain 23 13.77 Jumlah
Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang
Menurut hasil wawancara petugas pasar, jumlah pedagang pelataran sebanyak 167 pedagang. Pedagang oprokan biasanya menggelar barang dagangannya di pintu masuk pasar, lorong-lorong jalan, gang-gang dalam pasar, samping pasar sebelah barat dan pasar dibagian belakang. Berdasarkan tabel diatas, jumlah pedagang berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah 3 jenis dagangan tertentu saja yaitu meliputi sayuran, Mrancang, dan Jajan. Mayoritas barang dagangan yang dijual pedagang oprokan di Pasar Parang adalah sayuran sebanyak 23 pedagang. Lain-lain yang dimasdudkan disini adalah berupa dagang kecil-kecilan seperti dawet, garam, sabun, krupuk, klitikan, pisang dan lain-lain yang masing-masing berjumlah 1 dan 2 pedagang saja. berdasarkan skala usaha pedagang Oprokan terbagi menjadi 2 jenis yaitu pedagang grosir-eceran dan pedagang eceran. Penarikan sampel untuk pedagang pelataran, yang dipilih berdasarkan tempat usaha dan skala usaha dengan rincian 2 pedagang grosir- eceran yaitu 1 pedagang buah-buahan berskala kecil dan 1 pedagang kelontong berskala kecil. Berikut adalah gambar di salah satu kios di Pasar Parang :
Gambar 2.7 Salah satu Pedagang Pelataran Pasar Parang
Tabel 2.6 Jumlah Pedagang di Pasar Parang Yang Terdaftar berdasarkan tempat usaha
No. Tempat usaha
Jumlah
Jumlah pedagang
Pedagang
dalam Persen (%)
100.00 Sumber : Data Sekunder Kantor Pengelola Pasar Parang
Dari tabel diatas terlihat jumlah pedagang kios di Pasar Parang sebanyak
38 orang, jumlah pedagang los sebanyak 181 orang dan jumlah pedagang oprokan sebanyak 167 orang. Disamping itu berdasarkan hasil survey juga di jumpai sebanyak 155 pedagang yang berada di luar area pasar masing-masing tersebar di :
Sisi Utara jalan utama sebanyak 133 pedagang Sisi Barat jalan utama sebanyak 22 pedagang
D. Pengelolaan Pasar Parang
Berdasarkan Peraturan Bupati Magetan Nomor 101 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelola Pasar Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAP) Kabupaten Magetan, Pasar Parang termasuk dalam UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas) Pengelolaan Pasar Wilayah II. Selain Pasar Parang dalam Pengelolaan Wilayah II di dalamnya ada Pasar Plaosan I, Pasar Plaoan II dan Pasar Panekan. UPTD Pengelolaan Pasar merupakan unsur pelaksana teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang di bidang pendapatan pasar pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang bertanggung jawab Kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Magetan. Berdasarkan Peraturan Bupati No. 101 Tahun 2008 yang ditetapkan Tanggal 13 Desember 2008, Stuktur organisasi UPTD Pengelola Pasar yang disusun dan diterapkan sebagai berikut :
Kepala UPTD
Kelompok Jabatan Sub Bagian Tata
Fungsional Usaha
Petugas Pelaksana/ Operasional
Bagan 2.1 Struktur Organisasi UPTD Pengelola Pasar Kabupaten Magetan
Susunan Organisasi UPTD Pengelola Pasar terdiri dari:
a. Kepala UPTD
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Petugas Operasional dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional
A. Kepala UPTD Pengelola Pasar mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis opersional dan atau kegiatan penunjang di bidang pendapatan pasar yang diserahkan kepada Kepala DPPKAP. Dalam melaksanakan tugas Kepala UPTD Pasar menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan Kegiatan UPTD diwilayah kerjanya; a. Perencanaan Kegiatan UPTD diwilayah kerjanya;
c. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis tentang pemungutan retribusi pasar.
d. Penyetoran hasil pemungutan ke bendahara ksus penerima;
e. Pelaksanaan tata usaha kepegawaian, keuangan dan perlengkapan;
f. Pelaksanaan koordinasi dengan unit-unit structural DPPKAP, Kecamatan dan Desa di Wilayah kerjanya;
g. Pelaksanaan pengawasa dan pengendalian operasional pasar;
h. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi bulanan tentang pencapaian pemecahan; dan
i. Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
B. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:
a. Melaksanakan urusan surat-menyurat, pengetikan, penggandaan, kearsipan dan ekspedisi;
b. Melaksanakan urusan rumah tangga meliputi keamanan kantor, persiapan rapat, pelayanan tamu;
c. Melaksanakan urusan; kepegawaian meliputi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan;
d. Melaksanakan urusan Keuangan;
e. Menyusunn perencanaan progam/kegiatan;
f. Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dan
g. Melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD.
C. Sub Bagian Pelaksana/ Opersional mempunyai tugas :
a. menyiapkan sarana dan prasarana untuk operasional pemungutan;
b. Melakukan pemungutan retribusi pasar guna pencapaian target;
c. Melaksanakan pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban pasar;
d. Membuat laporan evaluasi bulanan tentang pencapaian target serta permasalahan yang ada dan alternative pemecahannya kepada Kepala UPTD; dan
e. Melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD.
D. Kelompok Jabatan Fungsional melaksanakan tugas tugas dan fungsinya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Struktur Organisasi Pelaksana/ Operasioanal Pengelola Pasar Parang
Koordinator Pelaksana
Akbar Pristiati
Petugas Pasar
Petugas Pungut Administrasi Kebersihan
1. Sugeng Riyadi
Endang Sularti
4. Sriwahyuni Jumlah Personil
PNS : 4 Orang THL : 2 Orang Non THL : 1 Orang
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Pengelolaan Pasar Parang Tahun 2009
Penyusunan struktur organisasi pengelolaan Pasar Parang tersebut bertujuan untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAP) Kabupaten Magetan. Berdasarkan informasi yang diterima dari petugas Pasar jumlah personil yang mengisi struktur organisasi pada tahun 2009 berjumlah 7 personil, terdiri dari Ibu Akbar Pristiati Sebagai Koordinator Pelaksana Pengelola Pasar. Patugas Pungut terdiri dari Sugeng Raiyadi, Priana, Sumiyati dan Ari Wahyuni. Administrasi umum adalah Endang Sularti. Dan Petugas Kebersihan terdiri dari Hariadi dan Kemis.
Peran kantor Pengelola pasar yaitu melayani urusan pedagang yang ada di pasar Tanggul mengenai permasalahan yang terjadi antar warga pedagang di pasar agar tercipta suasana yang aman dan tentram. Tidak ada program kerja secara khusus hanya ada dua yaitu retribusi dan kerja bakti 3 bulan sekali (menjelang kegiatan hari-hari besar).
E. Paguyuban Pedagang Pasar Parang Magetan
Paguyuban Pedagang Pasar Parang berdiri sejak tahun 2002/2003. Kegiatan paguyuban pada awalnya yaitu menginformasikan kepada pedagang apabila ada informasi terbaru mengenai kebijakan tentang pasar tradisional dari pemerintah kota, dalam hal ini Dinas Pasar. Selain sebagai penyampai informasi dari pemerintah kota, kegiatan paguyuban juga berupa kegiatan sosial seperti memberikan informasi apabila ada layatan (peristiwa kematian, orang Jawa menyebutnya layatan). Selama kurang lebih dua tahun, kegiatan paguyuban sempat vakum. Hal ini dikarenakan pedagang tidak bersemangat untuk datang rapat apabila tidak ada masalah yang besar.
Paguyuban mulai menggeliat pada saat ada rencana dari Pemerintah Kabupaten tentang Pembangunan Pasar Parang yang baru. Pada saat itu pedagang Ngluruk ke DPRD Kabupaten Magetan.
Kemudian Paguyubab tersebut berinisiatif untuk meghidupkan lagi paguyuban, Wakil-wakil pedagang kemudian mengadakan pertemuan dan menunjuk beberapa diantara mereka untuk menjadi pengurus paguyuban.
Paguyuban Pedagang Pasar Parang berfungsi sebagai wadah pedagang Pasar Parang untuk menyalurkan aspirasi. Aspirasi yang dimaksud disini adalah aspirasi yang bermanfaat untuk kepentingan bersama pedagang di Pasar Parang, bukan aspirasi yang mementingkan kepentingan perseorangan.
Tujuan dari Paguyuban Pedagang Pasar Parang yaitu:
1. Menjalin dan memelihara kesadaran hidup bergotongroyong dan setia kawan antar pedagang pasar.
2. Menanamkan rasa senasib dan seperjuangan dimanapun berada.
3. Menanamkan budi yang luhur, ikhlas lahir dan batin.
4. Sebagai wadah komunikasi/ aspirasi anggota.
5. Mencegah persaingan bisnis yang tidak sehat.
6. Sebagai mitra kerja Dinas Pengelola Pasar dalam memelihara keamanan, ketertiban, dan kerapihan pasar serta pembangunan pasar.
( Sumber: Wawancara Ketua Paguyuban Pasar Parang) Adapun program dan kegiatan yang dilakukan oleh Paguyuban Pedagang
Pasar Parang adalah sebagai berikut:
1. Menjadi wadah dari aspirasi para pedagang di Pasar Parang
2. Menanamkan kegotongroyongan di antara pedagang.
3. Mengawal kebijakan Dinas Pengelola Pasar Pemerintah Kabupaten Magetan seperti penataan dan penertiban pedagang.
(Sumber: hasil wawancara dengan ketua Paguyuban Pasar Parang) Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Parang adalah semua pedagang di Pasar Nusukan yang telah mempunyai Surat Hak Penempatan (SHP) atau mempunyai Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP). Sedangkan pengurus paguyuban dipilih oleh pedagang . Berikut adalah susunan pengurus Paguyuban Pedagang Pasar Parang :
Pelindung : Kepala UPTD Pasar Wilayah II Magetan Penasehat
: Kepala Pasar Parang
Ketua I
: Wiji Harto
Ketua II
: Samijan
Sekretaris I
: Sarkom
Sekretaris II
: Panut
Sekretaris III
: Sungkono
Bendahara I
: Suroto
Bendahara II
: Suratman
Humas I
: Supriyanto
Humas II
: Yudi
(Sumber: Wawancara Ketua Paguyuban Pasar Parang)
Pengurus yang merupakan wakil dari pedagang di Pasar Parang bertugas untuk menyampaikan aspirasi pedagang yang nantinya disampaikan dalam rapat harian pengurus yang diadakan setiap satu bulan sekali. Dengan adanya paguyuban pedagang Pasar Parang, masyarakat pasar diberikan wadah penyaluran aspirasi sebagai wujud adanya demokratisasi di pasar tradisional.
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Profil Informan Pedagang Kios, Los dan Pelataran di Pasar Parang Magetan
Dari keseluruhan jumlah pedagang di Pasar Parang Magetan yaitu 541 orang pedagang kios, los dan pelataran, maupun yang yang berada di luar area pasar yang menjadi informan pada penelitian ini adalah 6 orang pedagang sebagai sampel, yang dipilih berdasarkan tempat usaha dan skala usaha dengan rincian 2 orang pedagang grosir-eceran yang menempati Kios, 2 orang pedagang grosir- eceran yang menempati Los dan 2 orang pedagang grosir-eceran yang menempati pelataran.
Gambaran tentang profil informan akan dijabarkan secara ringkas melalui tabel-tabel dibawah ini, dimana tabel-tabel ini bersumber dari hasil wawancara:
Tabel 3.1 Pedagang Berdasarkan Tempat Usaha, Skala Usaha, Jenis Dagangan, Nama Informan, Jenis Kelamin, Usia, dan Lama Usaha
No Pedagang Pedagang
Jenis Usia Lama berdasar
Jenis Dagangan
berdasarkan Kelamin Usaha kan
Skala Usaha Tempat
Grosir-
Usaha
Eceran Skala
Laki-laki 57 th 35 th 2 Kios
Mebel
Perempuan 55 th 30 th 3 Los
Pakaian
Perempuan 45 th 20 th 4 Los
V Pakaian
Laki-laki 40 th 20 th 5 Pelataran
Sandal
Laki-laki 50 th 25 th 6 Pelataran
V Buah-buahan
V Kelontong
Laki-laki 52 th 15 th
Sumber : Hasil Wawancara
Dilihat dari tabel III.1 jenis kelamin informan dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 2 orang dan laki-laki 4 orang. Sedangkan dilihat dari usia pedagang, rata-rata usia hampir sama.
Tabel di atas mengungkapkan bahwa sebagian besar informan menjalankan usaha berdagang relatif lama yaitu antara 15 – 30 tahun. Lama usaha dagang yang relatif lama ini membuat pengalaman informan dalam mengelola dan mengembangkan usaha dagangnya dan dapat mengetahui seluk-beluk perdagangan di pasar karena sudah berdagang lebih dari puluhan tahun.
Tabel 3.2
Pedagang berdasarkan Tempat Usaha, Skala Usaha, Jenis Dagangan, Nama Informan, Sejarah Usaha dan Jenis Usaha Lain selain di Pasar Parang
No Pedagang
Sejarah Jenis berdasarkan
Pedagang
Jenis Dagangan
Usaha Usaha Tempat
berdasarkan
Lain Usaha
Skala Usaha
Grosir-Eceran
selain di
Dirintis sendiri - 2 Kios
Mebel
Dirintis orang - tua 3 Los
Pakaian
Dirintis sendiri - 4 Los
V Pakaian
Dirintis orang - tua 5 Pelataran
Sandal
Dirintis sendiri - 6 Pelataran
V Buah-buahan
V Kelontong
Dirintis sendiri -
Sumber : Hasil Wawancara
Berdasarkan tabel III.2 terlihat bahwa jenis usaha lain selain berdagang di Pasar Parang rata-rata informan tidak mempunyai usaha sampingan. Jadi merupakan satu-satunya harapan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai anaknya kuliah. Seperti dikatakan Bapak Grosir-Eceran Skala Besar, 57 Tahun:
“Iya mas, selain berdagang di sini tidak ada usaha lain karena tidak punya keahlian lain, cukuplah buat makan sehari- hari…“ (wawancara 24 Januari 2010)
Dari tabel III.2 juga dapat diketahui bahwa sejarah usaha dagang dari informan sebagian besar dirintis sendiri dan ada dua yang merupakan usaha warisan dari orang tua. Usaha yang merupakan warisan dari orang tua biasanya usaha yang sudah ditekuni sejak lama dan dilanjutkan sendiri karena orang tua sudah tua dan tidak sanggup untuk menjalankan usahanya. Usaha yang dirintis sendiri biasanya mulai dirintis sejak muda, kemudian dikembangkan dan dipertahankan hingga sekarang.
Tabel 3.3 Pedagang berdasarkan Jenis Dagangan, Skala Usaha, Agama, Etnis, Asal Daerah Informan
Agama Etnis
Asal Daerah
berdasarkan skala
Dagangan
usaha (Grosir-
pengecer)
1 Mebel Skala Besar
2 Pakaian Skala Besar
Islam
Jawa
Mategal, Parang
3 Pakaian Skala kecil
4 Sandal Skala Besar
Sampung buahan
5 Buah- Skala Kecil
Islam
Jawa
Parang Sumber: Hasil Wawancara
6 Kelontong Skala Kecil
Islam
Jawa
Tabel III.3 menunjukkan homogenitas informan, hal ini bisa dilihat dari agama, dan asal daerah pedagang. Informan keseluruhannya merupakan beragama
Islam. Nilai-nilai yang dianut oleh tiap umat beragama tentu akan mempengaruhi spirit mereka dalam bekerja. Sedangkan berdasarkan etnis, semua informan beretnis jawa. Hal ini dikarenakan pedagang etnis tionghoa atau tenis lain yang berjualan roti tidak ada. Informan berdasarkan asal daerah sebagian besar berasal dari Parang atau sekitar Parang Magetan yaitu berjumlah 5orang dan yang berasal dari luar Parang atau luar Magetan berjumlah 1 orang yaitu berasal dari Desa Sampung, Ponorogo.
Tabel 3.4 Pedagang berdasarkan Jenis dagangan, skala usaha, waktu berdagang dan omset dagang
No. Jenis
Omset per hari berdasarkan Dagangan skala usaha
Pedagang
Waktu berdagang
(Grosir- pengecer)
1. Mebel Skala Besar
08.00 – 15.00 WIB
Rp. 4.000.000,-
2. Pakaian Skala Besar
05.00 – 13.00 WIB
Rp. 3.500.000,-
3. Pakaian Skala kecil
Rp. 500.000,-
4. Sandal Skala Besar
05.00 – 18.00 WIB
Rp. 1.000.000,-
Rp. 200.000,- buahan
5. Buah- Skala Kecil
07.00 – 12.00 WIB
Rp. 50.000,- Sumber: Hasil wawancara
6. Kelontong Skala Kecil
05.00 – 13.00 WIB
Tabel III.4 memperlihatkan range dagang informan berjualan di Pasar Parang. Rata-rata pedagang mulai buka pada pukul 05.00 WIB hingga pukul
13.00 WIB. Jadi sebagian besar waktu pedagang adalah berjualan di pasar. Ada pengaruh range waktu berdagang informan dengan omset yang diperoleh. Semakin pagi mereka berjualan semakin banyak hasil yang diperoleh.
B. Hubungan Sosial Dalam Pembangunan Pasar Tradisional.
Hubungan Sosial adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial menunjukkan adanya interaksi antar manusia maupun antar kelompok. Menurut Gillin dan Gillin, hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok. Suatu hubungan akan sangat dipengaruhi oleh kontak dan komunikasi yang terjadi dalam hubungan tersebut. Proses hubungan sosial dapat terjadi secara langsung dengan tatap muka maupun secara tidak langsung. Hubungan sosial memiliki bentuk-bentuk Kerja-sama, Akomodasi, Asimilasi dan Akulturasi.
1. Kerjasama dalam Hubungan Sosial Pemerintah dan Pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang
Yang dimaksud kerjasama dalam penelitian ini adalah suatu hubungan yang terjalin antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam Pembangunan Pasar Parang. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengungkapkan kontak serta komunikasi antara pedagang dan pemerintahan daerah.
Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.Kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing- masing dan saling membantu sehingga terjalin sinergi.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan hubungan kerjasama antar Pemerintah dan pedagang dalam pembangunan Pasar Parang Magetan. Seperti hasil wawancara berikut ini :
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Kerjabakti membersihkan pasar tapi cuma sedikit pedagang yang ikut”
(Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Paling ya setiap seminggu sekali kerjabakti mas, pengelola pasar sama
pedagang, tapi tidak semua pedagang yang ikut cuma sedikit, ya karena repot mas..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Gotong royong kerja bakti mas..tapi saya jarang ikut, pernah sosialisasi di
pasar diminta bantuan nyiapin tempat..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa bentuk kerjasama antar Pemerintah dan pedagang dalam pembangunan Pasar Parang Magetan adalah gotong royong membersihkan pasar. Gotong royong ini dilakukan pengelola Pasar Parang dan sebagian kecil pedagang seminggu sekali. Pedagang kurang begitu aktif dalam mengikuti kegiatan ini karena kesibukan masing-masing.
Selain gotong royong membersihkan pasar, bentuk kerjasama yang lain adalah bantuan tenaga untuk menyiapkan tempat untuk sosialisasi di Pasar. Dalam sosialisasi ini pedagang berkerjasama dengan pengelola pasar dalam penyiapan tempat sosialisasi di Pasar. Sesuai dengan penuturan:
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “Pernah, sosialisasi di pasar diminta bantuan nyiapin tempat, sama pengelola
dimintai bantuan dari pedagang untuk kelancaran tersebut, misal membersihkan tempat buat
sosialisasi tersebut, angkat-angkat perlengkapan ..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosi-eceran skala kecil, kelontong : “Penyiapan acara sosialisasi di Kecamatan Parang, diserahi makanan dan
minuman kepada pedagang, kita diajak bareng- bareng ..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Adapun bentuk kerjasama yang lain adalah dalam pendataan pasar dan pedagang dengan mengisi kuesioner dari pemkab untuk keperluan data pedagang. Hal ini dilakukan untuk kelancaran pendataan pasar dan pedagang untuk keperluan relokasi pasar yang baru. Sesuai dengan penuturan dari :
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ Ya kita membantu sesuai kemampuan kita..paling bila dimintai data suruh
ngisi (kuisoner) dari sana, kita mau saja, kalau dipikir-pikir untuk kepentingan pedagang juga.. ” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Ngisi dari pemkab dan diwawancarai, ya mengisinya sebisanya saja, yang
penting dapat berpartisipasi.. ” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Bentuk kerjasama lain adalah meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab tentang bentuk pasar yang diinginkan pedagang. Meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab yang mengurusi Pembangunan supaya menerima masukan dari pedagang Pasar Parang yaitu tentang bentuk pasar yang diinginkan pedagang. Pedagang memberikan kepercayaan penuh kepada DPRD dari pedagang untuk menyalurkan aspirasinya. Selain itu dihimbau agar DPRD akan turun ke bawah meninjau pasar, yaitu ke Pasar Parang Magetan guna untuk melihat secara langsung kondisi pasar dan pedagang sesuai dengan kesepakatan wakil pedagang untuk melihat secara Bentuk kerjasama lain adalah meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab tentang bentuk pasar yang diinginkan pedagang. Meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab yang mengurusi Pembangunan supaya menerima masukan dari pedagang Pasar Parang yaitu tentang bentuk pasar yang diinginkan pedagang. Pedagang memberikan kepercayaan penuh kepada DPRD dari pedagang untuk menyalurkan aspirasinya. Selain itu dihimbau agar DPRD akan turun ke bawah meninjau pasar, yaitu ke Pasar Parang Magetan guna untuk melihat secara langsung kondisi pasar dan pedagang sesuai dengan kesepakatan wakil pedagang untuk melihat secara
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ DPRD Magetan agar menyuarakan aspirasi pedagang pasar Parang yang
tidak setuju dengan bentuk Pasar yang akan dijadikan seperti Pasar Produk Unggulan (PPU), hanya pelebaran pasar pengennya, selain itu dihimbau agar turun ke bawah, melihat langsung keadaan pasar ..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Dulu ada isu tentang pasar akan dijadikan seperti Pasar produk unggulan
Maospati, kita tidak setuju karena tidak cocok dengan keadaan geografis Parang, pengennya ya pasar kayak kondisi lama, trus kita ke DPRD untuk meminta kejelasan..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Kemudian bentuk kerjasama yang lain adalah kerjasama untuk segera mengurus SIP pedagang yang belum memiliki dan mengingatkan kepada pedagang lain. Pedagang diminta segera mengurus Surat Ijin pedagang (SIP) untuk kelancaran dalam pendataan pedagang dan juga mengingatkan kepada pedagang lain. Sesuai penuturan dari:
Pedagang los, grosir-eceran, skala besar, sandal : “ Tidak ada, ya sosialisisi dulu diundang, diminta mengurus surat kuning dan
mengingatkan pedagang lain yang belum mempunyai surat kuning..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Sosialisasi mas, waktu itu tentang surat kuning ijin pedagang, supaya dari
pedagang untuk segera mengurusnya..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Bentuk kerjasama yang lain dalam Pembangunan Pasar Parang adalah kerjasama dalam keamanan kebersihan pasar. Adanya pembagian tugas dalam keamanan pasar dan kebersihan pasar. Tapi tidak berjalan dengan semestinya karena petugas dari pengelola sering tidak mengerjakan tugasnya karena sudah Bentuk kerjasama yang lain dalam Pembangunan Pasar Parang adalah kerjasama dalam keamanan kebersihan pasar. Adanya pembagian tugas dalam keamanan pasar dan kebersihan pasar. Tapi tidak berjalan dengan semestinya karena petugas dari pengelola sering tidak mengerjakan tugasnya karena sudah
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Mbentuk kumpulan paguyuban dengan pengelola pasar yang mengurusi
keamanan dan kebersihan pasar, tapi sering kali nggak dijaga pasarnya, dari pedagang juga sibuk, dari pengelola juga sudah tua, tapi emang sudah aman pasarnya ..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosi-eceran skala kecil, kelontong : “ Diajak bareng-bareng dengan pengelola menangani kebersihan pasar yang
semrawut, semuanya dibagi- bagi tugasnya, gantian yang jaga..” (Wawancara,
7 Maret 2010)
Menurut peneliti hubungan sosial Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang dapat terlihat dari bentuk-bentuk kerjasama yang terjadi antar pemerintah, pengelola pasar dan pedagang. Bentuk kerjasama yang terjadi antara lain gotong royong kerja bakti dalam membersihkan pasar. Gotong royong ini dilakukan pengelola Pasar Parang dan sebagian kecil pedagang seminggu sekali. Bantuan untuk menyiapkan tempat untuk sosialisasi di Pasar. Dalam kerjasama ini pedagang memberi bantuan dengan menyiapkan tempat untuk sosialisai dengan membersihkan tempat tersebut dan menyiapkan makanan dan minuman. Bentuk lain adalah berkerjasama dalam pendataan pasar dan pedagang dengan mengisi kuesioner dari pemkab untuk keperluan data pedagang, Disini pedagang diminta untuk mengisi kuesioner yang di berikan oleh pemkab, walaupun banyak pedagang yang tidak mengerti setidaknya mereka dapat berpartisipasi dalam pengumpulan data pedagang tersebut dan nantinya data tersebut dipergunakan untuk kepentingan pedagang juga. Selain itu, bentuk kerjasam yang lain adalah meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan
Bupati atau Pemkab tentang bentuk pasar yang diinginkan pedagang. Dan DPRD akan turun ke bawah meninjau pasar, yaitu ke Pasar Parang guna untuk melihat secara langsung kondisi pasar, kerjasama untuk segera mengurus SIP pedagang yang belum memiliki dan mengingatkan kepada pedagang lain. Selain itu bentuk kerjasama yang lain adalah berkerjasama dalam keamanan dan kebersihan pasar. Yaitu adanya pembagian tugas dalam keamanan pasar dan kebersihan pasar. Tapi tidak berjalan dengan semestinya karena petugas dari pengelola sering tidak mengerjakan tugasnya karena sudah dimakan umur (sudah tua). Sedangkan perwakilan dari pedagang juga sibuk dengan urusannya. Sedangkan keamanan, pasar sering tidak dijaga karena menurut pedagang sudah aman jadi tidak perlu ada penjaga. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Matrik 3.1 dibawah ini :
Matrik 3.1
Kerjasama dalam Hubungan Sosial Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan No. Informasi yang diperoleh
Penjabaran dari informan
1. Gotong royong kerja bakti Gotong royong dilakukan pengelola Pasar dalam membersihkan pasar. Parang dan sebagian kecil pedagang
seminggu sekali. Pedagang kurang begitu aktif dalam mengikuti kegiatan ini karena kesibukan masing-masing
2. Bantuan untuk menyiapkan Pedagang berkerjasama dengan pengelola tempat untuk sosialisasi di pasar dalam penyiapan tempat sosialisasi di Pasar.
Pasar.
3. Berkerjasama dalam Hal ini dilakukan untuk kelancaran pendataan
pasar dan pendataan pasar dan pedagang untuk pedagang dengan mengisi keperluan relokasi pasar yang baru kuesioner dari pemkab untuk
4. Meminta kepada DPRD Meminta
DPRD untuk untuk
kepada
berkomunikasi berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab dengan Bupati atau Pemkab yang mengurusi Pembangunan supaya berkomunikasi berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab dengan Bupati atau Pemkab yang mengurusi Pembangunan supaya
secara langsung kondisi pasar dan pedagang sesuai dengan kesepakatan dengan wakil pedagang
6. Kerjasama untuk segera Pedagang diminta segera mengurus Surat mengurus SIP pedagang Ijin pedagang (SIP) untuk kelancaran dalam yang belum memiliki dan pendataan pedagang dan juga mengingatkan mengingatkan
kepada kepada pedagang lain.
pedagang lain
7. Berkerjasama dalam Adanya pembagian tugas dalam keamanan keamanan kebersihan pasar. pasar dan kebersihan pasar antara pedagang
dan pengelola pasar.
Sumber: Hasil Wawancara
2. Akomodasi dalam Hubungan Sosial Pemerintah dengan Pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antar individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. Sebagai proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Sebagai suatu proses, akomodasi mempunyai beberapa bentuk antara lain Koersi, Kompromi, Arbiltrasi, Mediasi, Konsiliasi, Torelansi, Stalemate dan Pengadilan. Dalam penelitian ini berusaha melihat ada tidaknya dominasi kelompok dan bagaimana usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai kestabilan dalam hubungan sosial dalam pembangunan Pasar Parang.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan hubungan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai kestabilan dalam hubungan sosial dalam Penelitian ini berusaha mengungkapkan hubungan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai kestabilan dalam hubungan sosial dalam
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Itu mas waktu kedua kali ke DPRD, oke pembangunan tetap jalan dengan
model yang sekarang, tapi pedagang minta supaya penempatan pedagang nanti kita harus terlibat langsung..” . (Wawancara, 25 Januari 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Waktu itu kita minta harga kios dan los yang murah, katanya pedagang
akan dilibatkan dalam penentuan harga kios..” (Wawancara, 26 Januari 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Ya penempatan posisi pedagang nanti harus melibatkan pedagang..”
(Wawancara, 24Januari 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ Penempatan pedagang sama Penetapan harga kios dan los..” (Wawancara,
24 Januari 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Penempatan posisi pedagang harus fair dan kita harus dilibatkan biar kia
sama-sama enak antara pemkab dan pedagang ..” (Wawancara, 24 Januari 2010)
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pembangunan Pasar Parang Magetan tetap dilaksanakan tetapi pedagang meminta syarat kepada Pemkab Magetan yaitu tentang penempatan posisi pedagang di lokasi pasar yang baru dan penetapan harga kios dan los harus melibatkan pedagang. Menurut pedagang penempatan posisi pedagang harus fair dan pedagang harus dilibatkan untuk kenyamanan dan keamanan bersama. Selain kompromi-kompromi tersebut, bentuk akomodasi yang lain adalah
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Ya itu, kita ke DPRD supaya DPRD jadi penengah meminta supaya dapat
berkomunikasi
masukan-masukan pedagang…(Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ DPRD Magetan agar menyuarakan aspirasi pedagang pasar Parang yang
tidak setuju dengan bentuk Pasar yang akan dijadikan seperti Pasar Produk Unggulan (PPU), pelebaran pasar pengennya..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Dulu ada isu tentang pasar akan dijadikan seperti Pasar produk unggulan
Maospati, kita tidak setuju karena tidak cocok dengan keadaan geografis Parang, pengennya ya pasar kayak kondisi lama, trus kita ke DPRD untuk meminta kejelasan …” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ DPRD mas kita pernah ke sana dua kali meminta keterangan Pembangunan
pasar Parang ..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Ya DPRD, pernah ke sana bersama paguyuban..” (Wawancara, 7 Maret
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pedagang melakukan komunikasi pedagang dengan pihak ketiga yaitu DPRD Kabupaten Magetan untuk menyalurkan aspirasi berkaitan dengan Pembangunan Pasar parang Magetan. Menurut pedagang sudah dua kali melakukan komunikasi dengan DPRD Magetan. Dalam komunikasi tersebut pedagang tidak menyetujui tentang bentuk pasar Parang yang direncanakan akan dibangun. Bentuk akomodasi lain, pedagang yang sering berkomunikasi dengan pengelola pasar yaitu mengeluh tentang masalah kebersihan Pasar Parang . Sesuai penuturan berikut ini:
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Ada mas pertemuan sama pengelola membahas kebersihan pasar yang
semrawut..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Sudah bicara dengan pengelola pasar enaknya gimana, sering sekali saya
bicara, waktu itu ada masalah antar pedagang tentang barang dagangan yang ditinggal di pinggir jalan, itu kan merusak keindahan pasar, juga mengganggu kendaraan yang lewat, tapi sampai sekarang pengelola belum kasih tindakan..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Kalau ada masalah antar pedagang mesti bicara kepada
pengelola..”(Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ Biasanya pedagang bicara dulu pada paguyuban kemudian wakil
paguyuban bicara dengan pengelola pasar..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Masalah kebersihan yang sering dipermasalahkan dengan pengelola
mas..”(Wawancara, 7 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosi-eceran skala kecil, kelontong : “ Pedagang sebenarnya kurang puas dengan pelayanan pasar..”
(Wawancara, 7 Maret 2010)
Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa antara pedagang dan pengelola pasar masih ada masalah yang belum terselesaikan mengenai kebersihan pasar. Pedagang merasa pelayanan pasar khususunya kebersihan belum memuaskan pedagang. Pedang seringkali meminta kepada pengelola pasar untuk menyelesaikannya tetapi belum ada tindakan dari pengelola pasar. Selain itu, dalam usaha-usaha akomodasi tersebut, terlihat adanya sikap toleransi atau Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa antara pedagang dan pengelola pasar masih ada masalah yang belum terselesaikan mengenai kebersihan pasar. Pedagang merasa pelayanan pasar khususunya kebersihan belum memuaskan pedagang. Pedang seringkali meminta kepada pengelola pasar untuk menyelesaikannya tetapi belum ada tindakan dari pengelola pasar. Selain itu, dalam usaha-usaha akomodasi tersebut, terlihat adanya sikap toleransi atau
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Ketika ke DPRD bisa menerima aspirasi dari wakil pedagang..”
(Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Banyak permintaan dari pedagang tapi tetap bisa berjalan dengan sopan
dan menghargai mas..” (Wawancara, 6 Maret 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ DPRD mas dapat menerima kedatangan kita dengan baik tidak dihalang-
halangi..” (Wawancara, 7 Maret 2010)
Menurut peneliti, hubungan sosial Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang dapat terlihat dari bentuk-bentuk akomodasi dalam usaha-usaha menstabilkan kondisi di antar pemerintah, pengelola pasar dan pedagang. Bentuk-bentuk akomodasi dalam usaha-usaha menstabilkan kondisi di antar pemerintah, pengelola pasar dan pedagang yaitu pembangunan Pasar Parang Magetan tetap dilaksanakan dengan kompromi-kompromi tertentu dari pedagang, Komunikasi pedagang dengan pihak ketiga yaitu DPRD Kabupaten Magetan, Pedagang sering berkomunikasi dengan pengelola pasar yaitu mengeluh tentang masalah kebersihan Pasar Parang, dan Toleransi atau saling menghargai kepentingan masing-masing dan pendapat baik dari Pemerintah maupun dari pedagang.
Pembangunan Pasar Parang Magetan tetap dilaksanakan dengan kompromi-kompromi tertentu dari pedagang Pembangunan Pasar Parang
Magetan tetap dilaksanakan tetapi pedagang meminya syarat yaitu tentang penempatan posisi pedagang di lokasi pasar yang baru dan penetapan harga kios dan los harus melibatkan pedagang. Menurut pedagang penempatan posisi pedagang harus fair dan pedagang harus dilibatkan untuk kenyamanan dan keamanan bersama. Bentuk akomodasi lain, yaitu pedagang sering berkomunikasi dengan pengelola pasar yaitu mengeluh tentang masalah kebersihan Pasar Parang Magetan. Antara pedagang dan pengelola pasar masih ada masalah yang belum terselesaikan mengenai kebersihan pasar. Pedagang merasa pelayanan pasar khususunya kebersihan belum memuaskan pedagang. Pedang seringkali meminta kepada pengelola pasar untuk menyelesaikannya tetapi belum ada tindakan dari pengelola pasar.
Dalam bentuk akomodasi tersebut, turut melibatkan pihak ketiga sebagai penegah dan penyalur aspirasi pedagang yaitu DPRD Kabupaten Magetan. Komunikasi pedagang dengan pihak ketiga yaitu DPRD Kabupaten Magetan. Dalam komunikasi tersebut pedagang tidak menyetujui tentang bentuk pasar Parang yang direncanakan akan dibangun dan meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab atau dinas terkait Pembangunan Pasar Parang Magetan. berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab atau dinas terkait Pembangunan Pasar Parang. Dalam usaha-usaha akomodasi tersebut, terlihat adanya sikap toleransi atau saling menghargai kepentingan masing-masing dan pendapat, baik dari Pemerintah maupun dari pedagang. Dengan adanya sikap saling menghargai cara bersikap akan timbul rasa simpati dan akan sangat berguna bagi kerjasama antara keduanya
Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Matrik 3.2 dibawah ini :
Matrik 3.2
Akomodasi dalam Hubungan Pemerintah dan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan No. Informasi yang diperoleh
Penjabaran dari informan
1. Pembangunan Pasar Parang Dalam usaha tersebut yang dihasilkan adalah tetap dilaksanakan dengan pembangunan
Parang tetap kompromi-kompromi
Pasar
dilaksanakan tetapi penempatan posisi tertentu dari pedagang
pedagang di lokasi pasar yang baru dan penetapan harga kios dan los harus melibatkan pedagang.
2. Komunikasi pedagang Pedagang juga merupakan rakyat dan DPRD dengan pihak ketiga yaitu sebagai wakil rakyat hendaknya menyalurkan DPRD Kabupaten Magetan aspirasi mereka. Pedagang menginginkan
tidak ada pembangunan pasar hanya ada pengembangan pasar atau perbaikan pasar dan meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab atau dinas terkait Pembangunan Pasar Parang.
3. Pedagang sering Pengelolaan kebersihan oleh pengelola pasar berkomunikasi
dengan belum maksimal dilakukan karena petugas pengelola
pasar yaitu dari pengelola sering tidak mengerjakan mengeluh tentang masalah tugasnya karena sudah dimakan umur (sudah kebersihan Pasar Parang . tua). Menurut pedagang pelayanan pasar dan kebersihan belum memuaskan, Walaupun sudah ada pembagian tugas antar pengelola dan pedagang tapi tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Toleransi atau saling Toleransi bermakna sebagai penghargaan menghargai
kepentingan terhadap orang lain, memberikan kesempatan masing-masing
dan kepada orang lain untuk berbicara serta pendapat
baik dari menyadari bahwa pada dasarnya setiap orang Pemerintah maupun dari mempunyai kepentingan yang berbeda. pedagang
Dengan adanya sikap saling menghargai cara bersikap akan timbul rasa simpati dan akan sangat berguna bagi kerjasama antara keduanya
Sumber: Hasil Penelitian
3. Asimilasi dalam Hubungan Sosial Antar Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama. Dengan demikian, lambat laun kebudayaan asli akan berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru yang merupakan perpaduan kebudayaan dan masyarakat dengan tidak lagi membeda- bedakan antara unsur budaya lama dengan kebudayaan baru.
Pergaulan antara pedagang dengan pejabat pasar yang berlangsung lama tentu akan mempengaruhi hubungan sosial diantara mereka. Budaya pedagang akan terasimilasi oleh budaya pejabat pasat, tapi semua itu tidak ada masalah jika terdapat adanya sikap menghargai kepada pedagang dari pejabat, selain itu adanya keterbukaan kepada pedagang dan bila ada masalah dapat dibicarakan dengan baik. Selain itu juga nilai keramahan. Hal ini penting untuk mendapatkan maupun menjaga agar pedagang menerima dengan baik kunjungan dari pejabat pasar.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan hubungan sosial berdasarkan kebudayaan yang berbeda, yaitu hubungan sosial yang terjalin antar Pemerintah dengan pedagang di Pasar Parang. Hubungan sosial sosial itu berupa cara atau gaya bicara dan cara pendekatan pejabat ketika pedagang dan Pemerintah bertemu dan biasanya apa yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Seperti hasil wawancara berikut ini :
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Biasanya sok akrab gitu mas, tanya-tanya jualan apa, jualannya laku apa
enggak, trus mulai tanya-tanya yang lain ...” (Wawancara, 25 Januari 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Gapryak mas sama pedagang, jadi, jadi enak kalau diajak ngobrol supaya
hubungannya baik. ..”(Wawancara, 26 Januari 2010)
Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa bentuk asimilasi yang terjadi dalam pembangunan Pasar Parang yaitu ketika pedagang dan pejabat bertemu dan sikap yang ditunjukkan oleh pedagang bahwa gaya bicara Pejabat dengan pedagang sok akrab, selalu menyapa pedagang sebelum ia sapa, bertanya-tanya soal jualan hari ini laris apa tidak. Menurut pedagang sikap itu ditujukkan kepada pedagang agar dapat menjaga hubungan baik antara pedagang , pengelola pasar dan Pemkab Magetan. Adapun yang dibicarakan ketika Pemkab dan pedagang bertemu adalah:
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Tanya setuju enggak perpindahan pasar itu, bagaiman menurut pedagang
kalau pasar pindah ...” (Wawancara, 25 Januari 2010)
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa hal-hal yang dibahas ketika Pemkab dan pedagang bertemu adalah tentang setuju tidaknya perpindahan pasar Parang ke lokasi yang baru, harga kios atau los di pasar yang baru dan rencana pengaturan posisi pedagang. Hal tersebut dapat tersirat bahwa adanya suatu keterbukaan informasi yang dutunjukkan oleh pejabat pasar tentang masalah Pembangunan Pasar Parang Magetan.. Selain itu, sikap pedagang terhadap Pemkab tentang masalah pembangunan Pasar Parang magetan jika bertemu adalah
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Biasanya langsung saya datangi kalau dengar ada orang Pemkab kesini,
tanya macem-macem, pernah waktu itu tanya harga kios atau los mas, ..” (Wawancara, 26 Januari 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ Biasa saja mas, beliau bilang setelah pembangunan selesai akan dibentuk
tim dari pemkab untuk mengurusi proses perpindahan pedagang dan penempatannya, tim tersebut akan melibatkan pedagang dalam hal pengaturan posisi pedagang ...” (Wawancara, 24 Januari 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Harga kios atau los mas, kalau bisa semurah-murahnya, tidak ada yang
ditutup-tutupi, biar tidak ada isu-isu lagi, ada yang bilang harga kios 90 juta, mana sanggup pedagang bayar sewa segitu, tapi katanya cuma isu saja ..” (Wawancara, 26 Januari 2010)
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada sikap antusias dan keingintahuan dari pedagang. Pedagang langsung mendatangi pejabat pasar yang datang ke pasar karena pedagang merasa perlu mencari informasi-informasi dari pejabat pasar untuk meluruskan isu-isu yang berkembang tentang pembangunan Pasar Parang khususnya tentang masalahharga kios dan penempatan posisi pedagang bila pasar sudah bisa ditempati. Selain itu benntuk asimilasi yang terjadi di pembangunan Pasar parang adalah:
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Yang paling penting bisa menghargai pedagang saja, tidak ada yang
ditutup-tutupi, terbuka gitu mas terhadap segala hal yang berhubungan dengan pembangunan pasar ...” (Wawancara, 24 Januari 2010)
Pedagang pelataran, grosi-eceran skala kecil, kelontong : “ Ramah mas, terbuka..(Wawancara, 24 Januari 2010)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, menurut peneliti bentuk asimilasi yang terjadi dalam Pembangunan Pasar Parang magetan adalah sikap keterbukaan kepada pedagang dari Pemkab Magetan. Dalam hal ini terbuka dalam masala- masalah tentang Pembangunan Pasar parang Magetan.
Menurut peneliti, hubungan sosial Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang dapat terlihat dari bentuk-bentuk asimilasi adalah sikap Sok akrab atau gapryak, sikap antusias dan keingintahuan dari pedagang dan sikap keterbukaan kepada pedagang.
Sikap sok akrab atau gapryak, selalu menyapa pedagang sebelum ia sapa, bertanya-tanya soal jualan hari ini laris apa tidak. Menurut pedagang sikap itu ditujukan kepada pedagang agar dapat menjaga hubungan baik antara pedagang , pengelola pasar dan Pemkab Magetan. Bentuk asimilasi lain adalah sikap antusias dan keingintahuan dari pedagang. Pedagang langsung mendatangi pejabat pasar yang datang ke pasar karena pedagang merasa perlu mencari informasi-informasi dari pejabat pasar untuk meluruskan isu-isu yang berkembang tentang pembangunan Pasar Parang khususnya tentang masalahharga kios dan penempatan posisi pedagang bila pasar sudah bisa ditempati. Kemudian sikap keterbukaan kepada pedagang. Dalam hal ini terbuka dalam masala-masalah tentang Pembangunan Pasar parang Magetan. Dengan keterbukaan kepada pedagang akan menimbulkan kepercayaan kepada pemerintah, hal tersebut akan sangat berguna bagi kerjasama antara keduanya. Adapun keterbukaan yang dimaksud adalah soal harga kios atau los. Selain itu penempatan posisi pedagang yang harus melibatkan pedagang.
Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Matrik 3.3 dibawah ini :
Tabel 3.3
Asimilasi dalam Hubungan Pemerintah dan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan No.
Informasi Yang Penjabaran diperoleh dari informan
1. Adanya sikap Sok akrab Selalu menyapa pedagang sebelum ia atau dalam bahasa jawa
disapa, sikap tersebut akan mencairkan disebut gapryak, menyapa
kondisi agar pedagang merasa adanya sikap dengan sopan dan ramah
dihargai oleh pejabat dan tidak ada jarak kepada pedagang.
lagi antara mereka.
2. Ada sikap antusias dan Sikap tersebut dipicu karena dari Pemkab keingintahuan dari
belum ada penjelasan resmi kepada pedagang
pedagang tentang pembangunan Pasar Parang
3. Adanya sikap keterbukaan Dengan keterbukaan kepada pedagang akan kepada pedagang
menimbulkan
kepercayaan kepada pemerintah, hal tersebut akan sangat berguna bagi kerjasama antara keduanya. Adapun keterbukaan yang dimaksud adalah soal harga kios atau los. Selain itu penempatan posisi pedagang yang harus melibatkan pedagang.
Sumber : Hasil Penelitian
4. Akulturasi dalam Hubungan Sosial Antara Pemerintah dengan pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang
Akulturasi adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-unsur budaya asing tersebut berjalan secara lambat dan disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang. Akulturasi juga diartikan sebagai pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau Akulturasi adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-unsur budaya asing tersebut berjalan secara lambat dan disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang. Akulturasi juga diartikan sebagai pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau
Dalam penelitian ini berusaha melihat bentuk akulturasi yang terjadi yaitu cara bersikap yang terjadi antara pedagang dengan pejabat pasar jika bertemu dan saling bertukar informasi ketika terjalin suatu kontak maupun komunikasi. Selain itu cara pejabat menarik perhatian dari pedagang. Sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Pedagang kios, grosir-eceran, skala besar, mebel : “ Ya biasanya ndeketin beliau trus curhat-curhat, ngeluh-ngeluh gitu mas,
namanya juga orang kecil mas .....” (Wawancara, 25 Januari 2010)
Pedagang kios, grosir-eceran , skala besar, pakaian : “ Biasa saja mas, paling cuma bertegur sapa, sambat, namanya juga orang
kecil mas bisanya cuma gitu saja, minta bantuan sama orang atas supaya dibantu ..” (Wawancara, 26 Januari 2010)
Pedagang los, grosir-eceran skala kecil, pakaian : “ Paling ya ngobrol-ngobrol sambat tentang kekurangan pelayanan
pasar ....”(Wawancara, 24 Januari 2010)
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa bentuk akulturasi yang terjadi dalam pembangunan Pembangunan Pasar Parang Magetan adalah adanya sikap ngeluh atau sambat dari pedagang kepada pejabat. Pedagang yang sadar Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa bentuk akulturasi yang terjadi dalam pembangunan Pembangunan Pasar Parang Magetan adalah adanya sikap ngeluh atau sambat dari pedagang kepada pejabat. Pedagang yang sadar
Pedagang los, grosir-eceran skala besar, sandal : “ Pernah mas ada orang pemkab kesini tapi tidak dalam pakaian dinas, ya
biasa mas ngobrol-ngobrol sama pedagang ...” (Wawancara, 24 Januari 2010)
Pedagang pelataran, grosir-eceran skala kecil, buah-buahan : “ Waktu itu ada orang pemkab datang ke pasar terus ngobrol-ngobrol, kan
pedagang kurang puas dengan kondisi kebersihan pasar masih semrawut merusak pandangan, ada pedagang yang meninggalkan barang dagangannya di pinggir jalan, langsung menegur pengelola pasar untuk mengatasinya ...” (Wawancara, 24 Januari 2010)
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakakan bahwa adanya sikap menarik perhatian atau simpati dari pejabat kepada pedagang. Adanya upaya dari pejabat untuk menarik perhatian dari pedagang, misalnya tidak mengenakan pakaian dinas. upaya dari pejabat untuk mendekatkan diri kepada pedagang dan menjada hubungan baik dengan pedagang.
Selain itu, pemberian pelayanan secara langsung dengan menegur pengelola pasar yang meurut pedagang kurang puas dengan pelayanan kebersihan pasar. Teguran kepada pengelola pasar tersebut menunjukkan adanya sikap perhatian dari pejabat kepada pedagang. Hal ini akan turut membantu dalam kerjasama antar keduanya dalam pembangunan Pasar Parang magetan. Kemudian bentuk akulturasi lain adalah timbal balik pemberian informasi. Sesuai penuturan:
Pedagang pelataran, grosi-eceran skala kecil, kelontong : “ Saling meminta dan memberi informasi mas, ya tentang perkembangan
pasar yang mencapai berapa persen, langkah selanjutnya bagaimana, pasar yang mencapai berapa persen, langkah selanjutnya bagaimana,
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa bantuk akulturasi lain adalah saling bertukar informasi mengenai masalah perkembangan pasar dan pedagang, langkah-langkah selanjutnya yang diambil oleh Pemkab dan pedagang bagaimana. Dengan bertukar informasi tentu akan memudahkan kerjasama dan meningkatkan kepercayaan kepada Pemkab dari pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan.
Menurut peneliti, hubungan sosial Pemerintah dengan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang dapat terlihat dari bentuk-bentuk akulturasi adalah sikap ngeluh atau sambat dari pedagang kepada pejabat, sikap menarik perhatian atau simpati dari pejabat kepada pedagang dan Timbal balik pemberian informasi.
Sikap ngeluh atau sambat dari pedagang kepada pejabat. Pedagang yang sadar akan keadaannya sebagai orang kurang mampu sehingga meminta bantuan kepada pejabat pasar. Bentuk akulturasi lain adalah sikap menarik perhatian atau simpati dari pejabat kepada pedagang. Adanya upaya dari pejabat untuk menarik perhatian dari pedagang, misalnya tidak mengenakan pakaian dinas. Upaya dari pejabat untuk mendekatkan diri kepada pedagang dan menjaga hubungan baik dengan pedagang.
Selain itu, pemberian pelayanan secara langsung dengan menegur pengelola pasar yang meurut pedagang kurang puas dengan pelayanan kebersihan pasar. Teguran kepada pengelola pasar tersebut menunjukkan adanya sikap perhatian dari pejabat kepada pedagang. Hal ini akan turut membantu dalam kerjasama antar keduanya dalam pembangunan Pasar Parang magetan. Kemudian Selain itu, pemberian pelayanan secara langsung dengan menegur pengelola pasar yang meurut pedagang kurang puas dengan pelayanan kebersihan pasar. Teguran kepada pengelola pasar tersebut menunjukkan adanya sikap perhatian dari pejabat kepada pedagang. Hal ini akan turut membantu dalam kerjasama antar keduanya dalam pembangunan Pasar Parang magetan. Kemudian
Matrik 3.4
Akulturasi dalam Hubungan Pemerintah dan pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan No. Informasi Yang diperoleh
Penjabaran dari informan
1. Adanya sikap ngeluh atau Ngeluh atau sambat merupakan sikap dasar sambat dari pedagang kepada
seorang yang mempunyai kelemahan dan pejabat
merasa orang kecil yang harus diayomi oleh pejabat pasar. pedagang yang sadar akan keadaannya sebagai orang kurang mampu sehingga meminta bantuan kepada pejabat pasar.
2. Sikap menarik perhatian atau Adanya upaya dari pejabat untuk menarik simpati dari pejabat kepada
perhatian dari pedagang, misalnya tidak pedagang
mengenakan pakaian dinas. upaya dari pejabat untuk mendekatkan diri kepada pedagang. Selain itu, Pemberian pelayanan secara langsung tersebut menunjukkan Menunjukkan adanya sikap perhatian dari pejabat kepada pedagang
3. Timbal balik pemberian Bertukar informasi mengenai masalah informasi
perkembangan pasar dan pedagang, langkah-langkah selanjutnya yang diambil oleh Pemkab dan pedagang bagaimana.
Sumber : Hasil Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
A. Keterkaiatan Hubungan Sosial dan Solidaritas Sosial
Dalam bab 1 telah dijelaskan tentang teori solidaritas sosial merupakan pemikiran Emile Durkheim (1858-1917) dalam mengembangkan teori sosiologi. Emile Durkheim (dalam Lawang, 1994:181) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan/ atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. Guna memelihara nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat secara sukarela dalam pembangunan di era sekarang ini perlu ditumbuhkan dari interaksi sosial yang berlangsung karena
Hubungan sosial menunjukkan adanya interaksi antar manusia. Menurut Gillin dan Gillin (1964; 740), hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, dan antara orang dengan kelompok. Proses hubungan sosial terjadi secara langsung dengan tatap muka. Syarat terjadinya hubungan sosial adalah melalui kontak sosial dan komunikasi sosial. Bentuk hubungan sosial sendiri dari terdiri dari Kerjasama, Akomodasi, Asimilasi dan Akulturasi.
Bila dikaji, hubungan sosial memiliki komponen yang sama dengan solidaritas sosial. Dalam hal bentuk-bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi, terdapat komponen dari solidaritas sosial berupa keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, pengalaman emosional bersama, adanya interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan. Adanya kesamaan-kesamaan komponen tersebut maka dalam penelitian ini hubungan sosial juga dijelaskan dengan teori solidaritas sosial.
Hubungan sosial dalam pembangunan pasar tradisional merupakan hubungan antara pemerintah dengan pedagang, dapat dilihat dari kontak dan komunikasi yang telah terjadi diantara keduanya. Dalam Kontak dan komunikasi yang terjadi yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Hubungan sosial juga dapat dilihat pada kontak dan komunikasi yang menunjuk pada totalitas kepercayaan- Hubungan sosial dalam pembangunan pasar tradisional merupakan hubungan antara pemerintah dengan pedagang, dapat dilihat dari kontak dan komunikasi yang telah terjadi diantara keduanya. Dalam Kontak dan komunikasi yang terjadi yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Hubungan sosial juga dapat dilihat pada kontak dan komunikasi yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-
B. Analisa Solidaritas Sosial
Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas sosial dapat dibedakan menjadi solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri: (1) yang satu mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat, karena individu tergantung dari bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut, (2) solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus, yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan, (3) dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.
Berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu: (1) Solidaritas Sosial Mekanik, dan (2) Solidaritas Sosial Organik. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bentuk solidaritas sosial adalah solidaritas positif karena kesatuan masyarakat tersebut menghasilkan suatu integrasi atau dengan kata lain dalam kehidupan pasar tradisional disebut sebagai masyarakat sederhana. Integrasi atau kesatuan masyarakat tersebut terlihat dari bentuk hubungan sosial berupa kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Kesatuan masyarakat tersebut hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Sedangkan bentuk solidaritas positif yang dimaksud adalah bentuk solidaritas positif bentuk ketiga karena ciri-cirinya individu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.
Berdasarkan bentuk solidaritas sosial, dalam penelitian ini solidaritas sosial yang dimaksud adalah Solidaritas mekanik. Dalam ciri-ciri Solidaritas mekanik, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya,
kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Komponen-komponen tersebut membentuk suatu kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai kesadaran kolektif bersama untuk menjalin solidaritas sosial. Yang dimaksud kesaradarn kolektif disini adalah kesadaran kesatuan antara pemerintah Kabupaten Magetan degang pedagang Pasar Parang. Dalam bentuk-bentuk hubungan sosial yang terjadi antara pemerintah Kabupaten Magetan degang pedagang Pasar Parang Magetan terdapat komponen dari solidaritas sosial berupa keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, pengalaman emosional bersama, adanya interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan.
C. Hubungan sosial Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan dikaji dengan Teori Solidaritas Sosial.
Bentuk hubungan sosial yang dikaji dengan Teori Solidaritas Sosial dalam pembangunan Pasar Parang Magetan di bagi menjadi:
1. Kerjasama
Tabel 4.1 Kajian teori Solidaritas Sosial dalam Kerjasama
No Informasi yang
Pembahasan
diperoleh dari .
informan
1. Gotong royong Gotong royong membersihkan pasar dilakukan kerja bakti dalam pengelola Pasar Parang dan diikuti sebagian membersihkan
kecil pedagang yang seharusnya dilaksanakan pasar.
seminggu sekali. Pedagang dan pengelola pasar kurang begitu aktif dalam mengikuti kegiatan ini karena alasan kesibukan masing-masing. Hubungan sosial cenderung belum ada keterikatan belum ada perasaan saling percaya untuk melaksanakan gotong royong tersebut. keterikatan
dan
kepercayaan nilai-nilai kepercayaan nilai-nilai
2. Bantuan tenaga Pengelola pasar berkerjasama dengan pedagang untuk
pasar dalam penyiapan acara sosialisasi di pasar
menyiapkan acara yang diselenggarakan Pemkab. Bantuan yang untuk sosialisasi diberikan pedagang adalah membersihkan di Pasar.
tempat untuk acara tersebut. Sedangkan Pengelola pasar menyiapkan perlengkapan- perlengkapan yang dibutuhkan. Oleh karena itu terlihat adanya hubungan sosial yang cenderung terikat dan terdapat kepercayaan antar Pemkab, pengelola pasar dan pedagang dalam menyukseskan acara sosialisasi. Hubungan sosial sudah ada keterikatan dan perasaan saling percaya untuk melaksanakan kerjasama tersebut. keterikatan
kepercayaan nilai-nilai masyarakat dan pengalaman emosional bersama sudah ada, terdapat interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dalam menyiapkan acara untuk sosialisasi di Pasar.
dan
3. Berkerjasama Tujuan pendataan pasar dan pedagang yaitu
dalam pendataan untuk keperluan data relokasi pasar yang baru. pasar
dan Bantuan pedagang yang diberikan adalah dengan
pedagang dengan mengisi kuesioner. Sedangkan Pengelola mengisi kuesioner menyebarkan kuesioner tersebut. Menurut dari
pemkab pengelola pasar kuesioner tersebut sebagian untuk keperluan besar telah diisi dengan baik oleh pedagang. data pedagang.
Oleh sebab itu dalam hubungan kerjasama tersebut cenderung sudah ada keterikatan hubungan karena Pemkab telah memberi kepercayaan kepada pedagang untuk mengisi kuesioner tersebut. Hubungan sosial sudah ada keterikatan dan perasaan saling percaya untuk melaksanakan kerjasama tersebut. keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat dan pengalaman emosional bersama sudah ada, terdapat interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dalam kerjasama pendataan pasar.
4. Penyiapan acara Dalam Sosialisasi yang diselenggarakan
sosialisasi tentang Pemkab. Magetan ini, pengelola berkerjasama SIP (Surat ijin
dengan pedagang pasar dalam penyiapan acara Pedagang)
sosialisasi yang dilaksanakan di Pasar Parang. Batuan yang diberikan pedagang adalah membersihkan tempat untuk acara tersebut. Sedangkan Pengelola pasar menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan. Oleh sebab itu terdapat adanya hubungan keterikatan dan kepercayaan bersama dalam kelancaran kegiatan acara sosialisasi tentang SIP (Surat ijin Pedagang) tersebut. Sehingga sudah ada keterikatan dan perasaan saling percaya untuk melaksanakan kerjasama tersebut. keterikatan
kepercayaan nilai-nilai masyarakat dan pengalaman emosional bersama sudah ada, terdapat interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dalam Penyiapan acara sosialisasi.
dan
5. Kerjasama untuk Dalam hubungan ini pedagang diminta oleh
segera mengurus Pemkab untuk segera mengurus administrasi SIP SIP pedagang
dalam rangka untuk kelancaran dalam pendataan yang belum
pedagang. Selain itu Pemkab minta kerjasama memiliki dan
dari pedagang untuk mengingatkan pedagang mengingatkan
lain yang belum memiliki SIP untuk
kepada pedagang mengurusnya. Oleh sebab itu terlihat adanya lain
keterikatan yang erat, karena Pemkab telah memberikan kepercayaan pedagang untuk mengingatkan pedagang lain yang belum memiliki SIP. Oleh karena itu, sudah ada keterikatan dan perasaan saling percaya untuk melaksanakan kerjasama tersebut. keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat dan pengalaman emosional bersama sudah ada, terdapat interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dalam kerjasama mengurus SIP ini.
6. Kerjasama dalam Adanya pembagian tugas dalam keamanan pasar keamanan
dan kebersihan pasar. Tapi tidak berjalan dengan kebersihan pasar. semestinya karena petugas dari pengelola sering tidak mengerjakan tugasnya karena sudah dimakan umur (sudah tua). Sedangkan perwakilan dari pedagang juga sibuk dengan urusannya. Selain itu masalah keamanan pasar juga sering tidak dijaga karena menurut pedagang sudah aman jadi tidak perlu ada penjaga. Oleh karena itu hubungan yang terjadi cenderung terdapat kerenggangan dalam hubungan tersebut selain itu belum ada perasaan saling percaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, hubungan sosial cenderung belum ada keterikatan belum ada perasaan saling percaya untuk melaksanakan kerjasama tersebut. Keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai
dan pengalaman emosional bersama belum ada, terdapat adanya interaksi tetapi belum timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan kerjasama dalam keamanan kebersihan pasar.
masyarakat
Sumber : Hasil Penelitian
2. Akomodasi
Tabel 4.2 Kajian Teori Solidaritas Sosial dalam Akomodasi
No.
Informasi yang
Penjabaran
diperoleh dari informan
1. Pembangunan Dalam usaha tersebut yang dihasilkan adalah Pasar Parang
pembangunan Pasar Parang tetap dilaksanakan tetap
tetapi penempatan posisi pedagang di lokasi dilaksanakan
pasar yang baru dan penetapan harga kios dan dengan
los harus melibatkan pedagang.
kompromi- kompromi tertentu dari pedagang
2. Komunikasi Pedagang juga merupakan rakyat dan DPRD pedagang dengan sebagai wakil rakyat hendaknya menyalurkan pihak ketiga yaitu aspirasi mereka. Pedagang menginginkan tidak DPRD Kabupaten ada
hanya ada Magetan
pembangunan
pasar
pengembangan pasar atau perbaikan pasar dan meminta kepada DPRD untuk berkomunikasi dengan Bupati atau Pemkab atau dinas terkait Pembangunan Pasar Parang. Kepercayaan penuh kepada DPRD dari pedagang untuk menyalurkan aspirasi mereka.
3. Pedagang sering Pengelolaan kebersihan oleh pengelola pasar berkomunikasi
belum maksimal dilakukan karena petugas dari dengan pengelola pengelola sering tidak mengerjakan tugasnya pasar yaitu
karena sudah dimakan umur (sudah tua). mengeluh tentang Menurut pedagang pelayanan pasar belum masalah
memuaskan, pelayanan kebersihan belum kebersihan Pasar memuaskan, walaupun sudah ada pembagian Parang . tugas antar Pengelola dan pedagang tapi tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Toleransi atau Toleransi bermakna sebagai penghargaan saling
terhadap orang lain, memberikan kesempatan menghargai
kepada orang lain untuk berbicara serta kepentingan
menyadari bahwa pada dasarnya setiap orang masing-masing
mempunyai kepentingan yang berbeda. Dengan dan pendapat baik adanya sikap saling menghargai cara bersikap dari Pemerintah
akan timbul rasa simpati dan akan sangat maupun dari
berguna bagi kerjasama antara keduanya pedagang
Sumber : Hasil Penelitian
3. Asimilasi
Tabel 4.3 Kajian Teori Solidaritas Sosial dalam Asimilasi
No. Informasi Yang
Penjabaran
diperoleh dari informan
1. Adanya sikap Sok Selalu menyapa pedagang sebelum ia disapa, akrab atau dalam
sikap tersebut akan mencairkan kondisi agar bahasa jawa
pedagang merasa adanya sikap dihargai oleh disebut gapryak,
pejabat dan tidak ada jarak lagi antara mereka. menyapa dengan sopan dan ramah kepada pedagang.
2. Ada sikap antusias Sikap tersebut dipicu karena dari Pemkab dan keingintahuan belum ada penjelasan resmi kepada pedagang dari pedagang
tentang pembangunan Pasar Parang
3. Adanya sikap Dengan keterbukaan kepada pedagang akan keterbukaan
menimbulkan kepercayaan kepada pemerintah, kepada pedagang
hal tersebut akan sangat berguna bagi kerjasama antara keduanya. Adapun keterbukaan yang dimaksud adalah soal harga kios atau los. Selain itu penempatan posisi pedagang yang harus melibatkan pedagang.
Sumber : Hasil Penelitian
4. Akulturasi
Tabel 4.4 Kajian teori Solidaritas Sosial dalam Akulturasi
No. Informasi Yang
Penjabaran
diperoleh dari informan
1. Adanya sikap ngeluh Ngeluh atau sambat merupakan sikap dasar atau sambat dari
seorang yang mempunyai kelemahan dan pedagang
kepada merasa orang kecil yang harus diayomi oleh pejabat
pejabat pasar. pedagang yang sadar akan keadaannya sebagai orang kurang mampu sehingga meminta bantuan kepada pejabat pasar.
2. Sikap menarik Adanya upaya dari pejabat untuk menarik perhatian atau
perhatian dari pedagang, misalnya tidak simpati dari pejabat
mengenakan pakaian dinas. upaya dari pejabat kepada pedagang
untuk mendekatkan diri kepada pedagang. Selain itu, Pemberian pelayanan secara langsung tersebut menunjukkan Menunjukkan adanya sikap perhatian dari pejabat kepada pedagang
3. Timbal balik dalam Bertukar informasi mengenai masalah pemberian informasi
perkembangan pasar dan pedagang, langkah- langkah selanjutnya yang diambil oleh Pemkab dan pedagang bagaimana.
Sumber : Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dengan judul “Hubungan Sosial Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan” bahwa bentuk-bentuk hubungan sosial memiliki komponen yang sama dengan Teori Solidaritas Sosial. Dalam hal bentuk-bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi, terdapat komponen dari solidaritas sosial berupa keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, pengalaman emosional bersama, adanya interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan.
Dalam bentuk kerjasama antara lain gotong royong kerja bakti dalam membersihkan pasar, bantuan tenaga untuk menyiapkan acara untuk sosialisasi di Pasar, berkerjasama dalam pendataan pasar dan pedagang dengan mengisi kuesioner dari pemkab untuk keperluan data pedagang, penyiapan acara sosialisasi tentang SIP (Surat ijin Pedagang), kerjasama untuk segera mengurus SIP pedagang yang belum memiliki dan mengingatkan kepada pedagang lain, Kerjasama dalam keamanan kebersihan pasar. Dalam bentuk akomodasi antara lain pembangunan Pasar Parang tetap dilaksanakan dengan kompromi-kompromi tertentu dari pedagang, Komunikasi pedagang dengan pihak ketiga yaitu DPRD Kabupaten Magetan, pedagang sering berkomunikasi dengan pengelola pasar yaitu mengeluh tentang masalah kebersihan Pasar Parang , toleransi atau saling
Keterkaitan Hubungan Sosial dan komponen Solidaritas Sosial dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan antara Pemerintah dan pedagang disesuaiakan dengan bentuk-bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Dalam hubungan sosial masih ada kegiatan yang belum terdapat keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, ada interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dan adanya pengalaman emosional bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kurangnya Kontak dan komunikasi menyebabkan kurangnya bentuk-bentuk hubungan sosial yang sesuai dengan komponen Solidaritas Sosial. Pemerintah belum bisa mengerti dan memahami keinginan pedagang Pasar Parang Magetan karena disebabkan oleh kurangnya informasi pedagang tentang Pembangunan Pasar Parang ini.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Empiris
Hasil penelitian di lapangan dan pembahasan, hubungan sosial Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan yaitu kurang adanya komponen-komponen dalam solidaritas sosial yang sesuai dengan penerapan bentuk hubungan sosial . Masih ada kegiatan yang belum terdapat komponen keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, interaksi, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan dan adanya pengalaman emosional bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kurangnya Kontak dan komunikasi sosial menyebabkan sedikitnya bentuk-bentuk hubungan sosial yang sesuai dengan komponen Solidaritas Sosial. Pengelola pasar kurang bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan pedagang. Pemerintah dan pedagang kurang adanya kegiatan yang sesuai dengan penerapan keterikatan dan kepercayaan nilai- nilai masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Pemerintah kurang menyelenggarakan acara dalam mensosialisasikan pembangunan pasar Parang sedangkan Pedagang kurang berisiatif dalam menjalin hubungan yang intens dengan pemerintah.
2. Implikasi Teoritis
Penelitian tentang “Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan ”, menguunakan teori sentral Emile Durkheim tentang solidaritas sosial. Teori ini menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan/ atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Tetapi dari hasil penelitian banyak ditemukan unsur-unsur dari modal sosial dari hubungan sosial yang terjadi. Oleh sebab itu selain menggunakan teori Emile Durkheim tentang solidaritas sosial, seharusnya peneliti juga menggunakan teori Modal Sosial. Modal sosial merupakan Teori dari Fukuyama. Teori ini menjelaskan bahwa modal sosial merupakan segala sesuatu yang membuat masyarakat melakukan kerjasama membangun suatu jaringan dalam suatu pola timbal balik untuk mencapai tujuan bersama bardasarkan kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan semangat proaktif. Diharapkan dengan menyertakan teori tersebut peneliti dapat melihat hubungan sosial yang terjadi dapat dikaji lebih mendalam dan bisa merujuk pada relasi-relasi sosial, institusi, norma sosial dan saling percaya antara orang dan atau kelompok lain serta mempunyai efek positif terhadap peningkatan kehidupan dalam komunitas.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa hubungan sosial Pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar tradisional merupakan hubungan yang teratur, yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan suatu kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai kesadaran kolektif bersama untuk menjalin solidaritas bersama antar Pemerintah dan pedagang pasar dalam mencapai tujuan bersama yaitu demi kelancaran pembangunan pasar.
3. Implikasi Metodologis
Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan mengenai Hubungan Sosial Pemerintah dan Pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan yang berasal dari para informan.
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen dalam pengumpulan data dengan cara observasi tidak berpartisipasi dan wawancara mendalam dengan obyek yang diteliti, disamping itu peneliti juga menggunakan dokumentasi sebagai bahan pelengkap untuk penelitian ini. Informan dipilih berdasarkan teknik maximum variation sampling. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam yang dibantu dengan interview guide yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan wawancara.
Wawancara dilakukan secara informal, yaitu percakapan biasa yang dilakukan secara santai tetapi tetap bertujuan menggali data sebanyak-banyaknya. Peneliti melakukan wawancara terhadap pedagang kios, los dan pelataran yang khususnya pedagang grosir-eceran skala besar dan kecil di Pasar Parang Magetan. Data yang berhasil dikumpulkan berupa field note direduksi secara terus-menerus dan dibuatkan tabel tersendiri baru kemudian disajikan. Data yang berhasil ditemukan agar memiliki kredibilitas dan validitas yang tinggi, maka dilakukan trianggulasi yaitu dengan trianggulasi sumber. Trianggulasi dengan cara pembandingan hasil dari wawancara mendalam dan observasi/pengamatan dengan Wawancara dilakukan secara informal, yaitu percakapan biasa yang dilakukan secara santai tetapi tetap bertujuan menggali data sebanyak-banyaknya. Peneliti melakukan wawancara terhadap pedagang kios, los dan pelataran yang khususnya pedagang grosir-eceran skala besar dan kecil di Pasar Parang Magetan. Data yang berhasil dikumpulkan berupa field note direduksi secara terus-menerus dan dibuatkan tabel tersendiri baru kemudian disajikan. Data yang berhasil ditemukan agar memiliki kredibilitas dan validitas yang tinggi, maka dilakukan trianggulasi yaitu dengan trianggulasi sumber. Trianggulasi dengan cara pembandingan hasil dari wawancara mendalam dan observasi/pengamatan dengan
Diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam proses reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan saling dihubung-hubungkan hingga proses analisis selesai. Setelah itu, disajikan dengan hasil temuan di lapangan. Pada akhirnya ditarik kesimpulan mengenai Hubungan Sosial dalam Pembangunan Pasar Tradisional.
Dengan menggunakan metode ini, Hubungan Sosial dalam Pembangunan Pasar Tradisional diungkapkan secara umum dan luas, serta dapat melihat bentuk solidaritas yang dilakukan Pemerintah dan pedagang dan usaha-usaha yang dilakukan untuk menstabilkan kondisi bila terjadi dominasi kelompok tertentu. Selain itu pertemuan budaya yang berbeda yang menimbulkan sikap-sikap dan tindakan dari pemerintah maupun pedagang.
C. SARAN
Mengacu pada hasil dan kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan saran sebagai alternatif tindakan sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan dapat menyelenggarakan acara sosialisasi dan acara saraseharan bersama pedagang secara berkala 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan dapat menyelenggarakan acara sosialisasi dan acara saraseharan bersama pedagang secara berkala
2. Bagi pedagang di Pasar Parang diharapkan turut serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menjalin sikap gotong-royong baik dengan sesama pedagang maupun dengan pengelola pasar, seperti berpartisipasi secara aktif dalam kerja bakti.
3. Dapat antar Pemerintah daerah diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dengan Pedagang Pasar parang Magetan dengan mengadakan kunjungan secara rutin ke Pasar Parang Magetan.
4. Untuk Penelitian dengan kajian dan pokok bahasan yang sama, sebaiknya turut menyertakan teori modal sosial sehingga bisa melihat bentuk hubungan sosial yang terjadi dapat dikaji lebih mendalam.