Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas

5.4.1 Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas

Jalur distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas di wilayah DIY dipasok langsung dari unit pengolahan BBM di Cilacap dengan menggunakan jalur pipa menuju Depo Pemasaran Rewulu. BBM yang dipasok berupa bensin, solar, minyak tanah, oli dan gas. Dari Depo Rewulu bensin dan solar langsung didistribusikan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Khusus (SPBU/K) atau

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengembangan Perekonomian dan Investasi Daerah (BAPEKOINDA), pada tahun 2003 di Propinsi DIY terdapat 47 Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPB), termasuk diantaranya 1 Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) LPG serta 4 SPBK.

5.4.1.1 Skenario Dasar

Pada Skenario Dasar, diasumsikan bahwa kondisi penyediaan BBM dan gas selama periode proyeksi sama dengan kondisi permintaan bahan bakar minyak dan gas pada tahun dasar yaitu dipasok langsung dari unit pengolahan BBM dan Gas di Cilacap dengan menggunakan pipa menuju Depo Pemasaran Rewulu kemudian didistribusikan ke seluruh SPBU/K dan agen minyak yang ada di wilayah Propinsi DIY. Gambar 5.19. memperlihatkan neraca permintaan- penyediaan BBM dan gas selama periode proyeksi menggunakan Skenario Dasar pertumbuhan PDRB.

Minyak Bakar Minyak Diesel

Penyediaan

Minyak Solar

Permintaan

LPG Minyak Tanah

Gambar 5.19. Neraca Permintaan-Penyediaan BBM menggunakan Skenario Dasar Penyediaan Energi dan Skenario Dasar Pertumbuhan PDRB

Tampak pada gambar bahwa permintaan BBM dan gas selalu dapat dipenuhi. Pada skenario ini diasumsikan bahwa pihak Pertamina mampu memenuhi permintaan BBM dan gas tanpa ada perubahan penawaran jenis bahan bakar baru sebagai komplemen atau subtitusi jenis bahan bakar yang telah digunakan, misalnya premium tidak diganti dengan gasohol atau minyak solar tidak diganti dengan biodisel.

5.4.1.2 Skenario Diversifikasi

Menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2002, cadangan terbukti minyak bumi Indonesia adalah sebesar 5 miliar barel, dengan tingkat produksi minyak sekitar 500 juta barel per tahun, maka cadangan tersebut akan habis pada tahun 2012. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah penghematan konsumsi BBM, sehingga pada tahun 2010 dalam Skenario Diversifikasi penyediaan energi dikembangkan BBM alternatif yang memanfaatkan bioetanol dan biodiesel sebagai bahan campuran pada premium dan minyak solar. Campuran premium dengan bioetanol dikenal dengan Gasohol sedangkan campuran minyak solar dengan biodiesel dikenal dengan B-30.

a. Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi biomasa. Etanol yang mempunyai rumus kimia C 2 H 5 OH antara lain dapat dihasilkan dari bahan baku biomasa sebagai berikut [16] : ! Bahan-bahan yang mengadung hidrat arang dalam bentuk gula, seperti tebu dan nipah. ! Bahan-bahan yang mengadung hidrat arang dalam bentuk zat tepung seperti kasava, ubi jalar, kentang, ubi kayu dan sagu. ! Bahan-bahan selulose yang mengandung arang dengan bentuk molekul yang lebih kompleks seperti kayu.

Proses pembuatan etanol pada dasarnya terdiri atas langkah-langkah berikut [16] : konversi hidrat arang menjadi gula yang dapat dicairkan dalam air, kemudian gula

difermentasi menjadi etanol, setelah dilakukan pemisahan etenol dari air dan komponen-komponen lain dengan destilasi.

Produksi bioetanol di Indonesia, berdasarkan data Depertemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2002, sekitar 180 juta liter dengan etanol berkadar 95-97 persen. Dari empat pabrik di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur saja dihasilkan 174,5 juta liter per tahun. Dari jumlah itu, 115 juta liter diekspor ke Jepang dan Filipina, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan baku industri asam asetat, selulosa, pengolahan rumput laut, minuman alkohol, cat, farmasi, dan kosmetik. Selain pabrik komersial yang umumnya menggunakan limbah pabrik gula atau tetes, Balai Besar Teknologi Pati BPPT mengembangkan produksi bioetanol dari bahan baku ubi kayu. Pabrik percontohan yang dibangun di Lampung berkapasitas 8.000 liter per hari. Kelebihan ubi kayu dibandingkan dengan yng lain adalah dapat tumbuh ditempat yang kurang subur [15].

Gasohol BE-10 merupakan campuran etanol (10%) dengan premium (90%) [15]. Fuel-grade etanol yang digunakan kadarnya mencapai 99% etanol dan karena mengandung 35% oksigen, efisiensi pembakaran meningkat. Dari sisi lingkungan, emisi CO BE-10 lebih rendah daripada premium, BE-10 menghasilkan 0,31 gr per km, sedangkan premium menghasilkan 0,5 gr per

km [15] . Untuk itu pada Skenario Diversifikasi diasumsikan bahwa pada tahun 2010 Gasohol BE-10 telah dikonsumsi untuk menggantikan premium sehingga

konsumsi premium sejak tahun 2010 hingga akhir tahun proyeksi turun sebesar 10% dari konsumsi premium pada Skenario Dasar.

b. Biodiesel

Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) terbesar ke-2 setelah Malaysia. Luas perkebunan kelapa sawit terus berkembang dengan pesat, tahun 2003 arealnya sudah mencapai 4,9 juta hektar dan diperkirakan pada tahun 2008, Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 15 juta ton per tahun. Biodiesel dihasilkan dari CPO dengan teknologi transesterifikasi antara CPO dan metenol menggunakan katalis basa NaOH atau KOH [17].

Biodiesel memiliki sifat serupa dengan solar, namun dengan beberapa kelebihan, yaitu merupakan energi terbarukan dan ramah lingkungan. Hasil penelitian membuktikan, campuran antara biodiesel (30%) dengan minyak solar (70%) menghasilkan kinerja mesin yang tidak jauh berbeda dibandingkan

Minyak Bakar

Minyak Diesel

Minyak Solar

Minyak Tanah B Bioetanol

Gambar 5.20. Neraca Permintaan-Penyediaan BBM menggunakan Skenario Diversifikasi Penyediaan Energi dan Skenario Dasar Pertumbuhan PDRB