PARA PENULIS

PARA PENULIS

1. Usman Hamid adalah pendamping korban yang sekarang menjadi koordinator KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), pernah menjadi sekretaris Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi I dan II pada th 2001, menjadi Sekretaris Tim Pencari Fakta Munir tahun 2004-2005.

2. Suciwati adalah korban pembunuhan konspirasi terhadap suaminya Munir yang dibunuh dengan racun di atas pesawat GA 974. Sampai sekarang yang dihukum cuma pelaku lapangan, dalangnya masih bebas. Selain masih terus mengadvokasi kasusnya dia aktif di Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan, Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir dan di Yayasan Tifa.

3. Yunita Rohani adalah buruh migran yang bekerja di Malay- sia selama 3 tahun, korban eksploitasi dan traficking yang masih banyak sampai hari ini kita jumpai di negeri kita. Sekarang aktif di Serikat Buruh Migran Indonesia.

4. Suparmi adalah korban penggusuran di Tanjung Duren, tinggal di daerah tersebut sejak tahun 1996. Digusur tahun

2003 tanpa alasan jelas sampai sekarang tidak mempunya tempat tinggal dan terus menyuarakan ketidak adilan yang menimpa keluarga dan warga setempat. Sehari-hari dia berdagang.

5. Netty Kalengkongan adalah korban konflik Poso 2001, dimana suami dan adiknya meninggal akibat kekerasan antar agama. Konflik ini mengakibatkan dia mengungsi dan trauma berkepanjangan. Sekarang aktif di SKPHAM (Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia) Sulawesi Tengah.

6. Nurlela adalah ibu guru yang idealis dari SMPN 56, mempertahankan sekolah yang digusur karena kebijakan pemuda yang sewenang-wenang. Dia dipecat dan sampai

sekarang nasibnya tidak jelas. Sehari-hari dia jadi ibu rumah tangga dan sampai sekarang masih mengadvokasi kasusnya.

7. Ho Kim Ngo adalah ibu korban Yun Hap yang meninggal akibat penembakan dalam tragedi pada 24 September 1999 atau yang sangat dikenal dengan peristiwa Semanggi II. Seperti korban pelanggaran HAM lainnya sampai sekarang

kasusnya tidak tersentuh hukum sama sekali. Sehari-hari dia sebagai ibu rumah tangga.

8. Arief Priyadi adalah ayah korban tragedi Semanggi I pada November 1998 anaknya B.R Norma Irmawan (Wawan), mahasiswa Unika Atma Jaya yang menjadi relawan kemanusiaan ditembak di kampusnya sampai meninggal. Sudah 10 tahun lebih kasusnya diadvokasi tapi keadilan yang dirindukan tidak jua hadir. Sehari-hari menjadi pegawai swasta, istrinya Sumarsih setelah pensiun dari Setjen DPRRI

kini aktif di JSKK sebagai salah satu presidium.

9. Muhammad Sani alias Mamang adalah korban yang dua orang anaknya meninggal dalam kasus Tragedi Mei 1998. Sudah 10 th lebih terus meminta pertanggung jawaban atas kematian anaknya dan mengadvokasi bersama KontraS. Sehari-hari berdagang.

10. Mugiyanto korban penculikan 1998 yang dibebaskan berkat advokasi yang dilakukan KontraS. Bersama korban

penculikan dan pelanggaran HAM dia mengadvokasi, sudah

10 tahun lebih keadilan yang diminta belum juga hadir. Sehari- hari menjadi ketua IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang) dan menjadi presiden AFAD organisasi orang hilang se-Asia menggantikan almarhum Munir.

11. Christina Widiantarti adalah pendamping untuk korban kekerasan yang dilakukan aparat terhadap masyarakat bawah.

Aktif di Institut Sosial Jakarta (ISJ) dan FAKTA (Forum Warga Kota Jakarta). Mewawancari pak Slamet tukang becak yang selama ini kasusnya didampingi oleh organisasinya.

12. Purwoko korban kasus Talangsari pada tahun 1989 yang tidak saja kehilangan ayahnya dia juga dipenjarakan. Sampai sekarang terus bersuara minta keadilan atas kasus pembunuhan massal yang belum terjamah hukum dan keadilan. Sehari-hari dia menjadi buruh.

13. Muhammad Daud Berueh adalah korban Tanjung Priok tahun 1984, ayahnya dituduh ekstrim kanan yang kemudian dipenjara tanpa proses hukum yang jelas. Korban banyak berjatuhan tapi sampai saat ini tidak ada yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Selain menyelesaikan skripsi sarjana hukumnya dia aktif di KontraS.

14. Lita BM adalah korban yang bapaknya hampir kena Petrus (Pembunuhan Misterius) yang marak ditahun 1983-1984, setelah bertahun-tahun kemudian dapat bertemu kembali dengan bapaknya. Sampai sekarang kasusnya belum

tersentuh hukum. Sehari-hari menjadi penyanyi, setahun yang lalu launching album lagu ’Lahir kembali’.

15. Bedjo Untung adalah korban 1965 yang aktif di YPKP (Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966) bersama korban peristiwa 1965 yang lainnya. Menuliskan hasil wawancara Endang Kustantinah dan Murtini korban langsung. Sehari-hari sebagai guru musik tetap mengadvokasi kasusnya sampai hari ini..

16. Maria Hartiningsih adalah wartawan senior Kompas, yang konsisten menyuarakan Hak Asasi Manusia dalam tulisannya dan dekat dengan korban pelanggaran HAM. Meraih Yap Thiam Hien Award tahun 2001.