Hukum Acara

3. Hukum Acara

Pasal 44 UU No. 26 Tahun 2000 melampaui ketentuan undang-undang. 68 menyatakan bahwa pemeriksaan di

Ketentuan tentang jangka waktu ini pengadilan HAM ad hoc dan upaya

terdapat ketidakjelasan mengenai jangka hukumnya dilakukan sesuai dengan

waktu antara penyidikan dinyatakan selesai ketentuan dalam undang-undang ini. Hal

dan kapan hasil penyidikan itu harus ini berarti bahwa hukum acara yang

diserahkan untuk dilakukan penuntutan. digunakan dalam pengadilan HAM ad hoc

Dalam UU No. 26 Tahun 2000 hanya sama dengan ketentuan yang digunakan

dinyatakan bahwa penuntutan harus dalam pengadilan HAM yaitu

diselesaikan dalam jangka waktu 70 hari menggunakan ketentuan dalam UU No. 26

terhitung sejak tanggal hasil penyelidikan Tahun 2000. Seperti halnya dengan

diterima. Jadi UU No. 26 Tahun 2000 hanya Pengadilan HAM, ketentuan mengenai

mengatur tentang lama penyidikan dan hukum acara yang digunakan juga mengacu

lama penuntutan tetapi tidak diatur pada Pasal 10 UU No. 26 Tahun 2000 yang

mengenai kewajiban atau batasan waktu mensyaratkan digunakannya ketentuan

diserahkannya hasil penyelidikan ke dalam KUHAP kecuali yang ditentukan

penuntutan.

secara khusus dalam UU No. 26 Tahun 2000.

Hukum acara yang digunakan dalam pengadilan HAM ad hoc dalam prakteknya

68 Lihat misalnya eksepsi dari tim ternyata juga mengalami beberapa

penasehat hukum terdakwa Leonito Martins hambatan. Pengalaman pengadilan HAM ad

(mantan Bupati Liquica) yang menyatakan hoc untuk kasus pelanggaran HAM berat di

dakwaan harus batal demi hukum karena jangka Timor-timur bisa menjadi referensi yang

waktu penyidikan dan penuntutan melanggar dapat digunakan untuk menganalisa undang-undang. Argumentasi yang dibangun adalah bahwa Pasal 22 menyatakan lama

efektivitas berlakunya. Beberapa contoh penyidikan adalah 240 hari (selama 90 hari, penerapan hukum acara dalam proses

dapat diperpanjang 90 hari dan dapat peradilan HAM ad hoc kasus pelanggaran

diperpanjang lagi selama 90 hari). Penyidikan HAM berat di Timor–timur mengenai hal-

terhadap terdakwa sudah dilakukan sejak hal sebagai berikut :

tanggal 18 April 2000 (vide surat perintah Jaksa Agung RI No. Print-43/E/04/2000 tertanggal 18

a. Jangka waktu penyidikan dan

April 2000 untuk memulai/melaksanakan

penuntutan pemeriksaan di sidang

penyidikan atas pelanggaran HAM yang berat di

pengadilan Timor-timur baik pra maupun pasca jajak

pendapat), dan dari keterangan ini penyidikan harus sudah diselesaikan tanggal 18 Desember

Adanya limitasi jangka waktu untuk proses 2000 (240 hari). Surat dakwaan untuk penuntutan penyelidikan dan penuntutan menjadi

disusun tertanggal 19 Juni 2002, artinya ada batasan bagi pihak penyidik dan penuntut

jangka waktu yang melampai ketetuan Pasal 24 umum untuk melakukan proses penyidikan

UU No. 26 Tahun 2000 tentang jangka waktu dan penuntutan. Dalam berbagai kasus

penuntutan yang lamanya 70 hari. Penasehat yang disidangkan untuk pelanggaran HAM

hukum menyatakan bahwa surat dakwaan harus yang berat di Timor-timur ini nota

dinyatakan batal demi hukum karena melebihi keberatan/eksepsi dari terdakwa terhadap

jangka waktu sesuai yang ditentukan oleh undang-undang dan seharusnya penyidikan

proses pemeriksaan dan penuntutan yang harus dihentikan sesuai dengan Pasal 24 ayat 4 dianggap tidak sesuai atau sudah

UU No. 26 Tahun 2000 .

b. Jangka waktu pemeriksaan di sidang

pemeriksaan saksi. 71 Proses pemeriksaan

pengadilan

melalui videoconference ini adalah sebetulnya belum diatur dalam hukum acara kita

Ketentuan Pasal 31 yang menyatakan (KUHAP) tetapi majelis hakim yang pengadilan mempunyai jangka waktu

mengijinkan adanya video conference ini selama 180 hari untuk memeriksa dan

mengacu pada praktek peradilan memutus perkara pelanggaran HAM yang

internasional. 72

berat ternyata juga tidak dapat diterapkan sepenunya dalam proses peradilan HAM ad

Prosedur pembuktian dan alat bukti yang hoc ini. Beberapa majelis hakim membuat

digunakan selama proses peradilan tidak ketetapan-ketetapan untuk adanya

cukup memadai. Dilihat dari alat bukti yang perpanjangan masa persidangan ketika

ditampilkan di muka persidangan tidak bisa melewati masa 180 hari. Alasan

dilihat atau menunjukkan secara pasti dan perpanjangan ini adalah dikarenakan

detail tentang terjadinya perkara. Demikian kurangnya waktu yang diperlukan oleh

pula dengan para saksi terutama saksi majelis hakim untuk mencari kebenaran

korban yang sulit menggambarkan secara materiil. 69 detail, jelas dan konkret tentang unit militer, polisi atau sipil bersenjata, seragam dan

c. Proses pembuktian

siapa yang melakukan langsung. Hal ini pada gilirannya akan sangat sulit untuk

Selama proses pemeriksaan kesaksian mendapatkan bukti tentang adanya terutama terhadap saksi korban

“command responsibility”.

mekanismenya menggunakan pemeriksaan biasa dalam artian saksi menghadiri persidangan untuk memberikan keterangannya sesuai dengan ketentuan KUHAP. Mekanisme tentang dapat digunkannya pemeriksaan kesaksian tanpa

71 Pemeriksaan saksi dengan hadirnya terdakwa juga tidak pernah

menggunakan videoconference ini hanya untuk dipakai selama proses pemeriksaan

terdakwa Adam Damiri, Noer Muis, Hulman kesaksian, demikian juga dengan hak saksi

Gultom, dan Soejarwo. Videocoference dan korban untuk dirahasiakan dilaksanakan pada tanggal 16, 17 dan 18 identitasnya. Desember 2002. 70 Proses pemeriksaan saksi

yang termasuk progresif adalah 72 Argumen yang digunakan hakim diijinkannya

videoconference untuk adalah bahwa adanya adagium bahwa hukum itu berkembang dan cenderung tertinggal. Hakim sebagai penegak hukum mempunyai

kewajiban untuk menggali hukumnya. Pelanggaran HAM berat merupakan kejahatan

69 Lihat surat penentapan tentang internasional dan merupakan yurisdiksi perpanjangan masa sidang dari majelis hakim

internasional. Dimana dalam hukum yang mengadili perkara pelanggaran HAM yang

internasional media teleconference telah lazim berat di Tim-tim untuk terdakwa Adam Damiri,

digunakan. Hal ini juga sejalan dengan PP No. 2 Noer Muis, Tono Suratman, Soejarwo dan

tahun 2002 tentang tata cara perlindungan Hulman Gultom.

terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM berat yang menyatakan bahwa pemberian

70 Hal ini sesuai dengan hak-hak untuk keterangan pada saat pemeriksaan di sidang perlindungan korban dan saksi sesuai dengan PP

pengadilan tanpa bertatap muka dengan No. 2 Tahun 2002.

tersangka. Maka majelis berpendapat bahwa media teleconference dapat digunakan.