METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

: Spiritualitas

2. Variabel Tergantung : Proactive Coping pada Survivor Gempa

B. Definisi Operasional

Dalam hal operasional, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Spiritualitas Spiritualitas merupakan usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan pemaknaan pribadi dalam konteks kehidupan setelah mati ( eschatological ). Hal ini berarti bahwa sebagai manusia, kita sepenuhnya sadar akan kematian ( mortality ) dan kemudian membangun beberapa pemahaman akan tujuan dan pemaknaan akan kehidupan yang sedang kita jalani (Piedmont, 2001). Penelitian ini ingin mengungkapkan tingkat spiritualitas survivor bencana gempa bumi di Bantul. Dalam hal ini, spiritualitas yang dimaksud adalah spiritualitas transendental, yakni spiritualitas yang berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan atau kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan atau suatu kekuatan yang lebih tinggi ( The Higher Power ).

Untuk mengukur tingkat spiritualitas survivor bencana gempa bumi di Bantul, penulis merumuskan Skala Spiritualitas yang mengacu pada Spiritual Transcendence Scale yang dikembangkan oleh Piedmont (1999). Skala ini terdiri atas tiga aspek, yaitu prayer fulfillment (pengamalan ibadah), universality

(universalitas), dan connectedness (keterkaitan). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka menunjukkan tingkat spiritualitas subjek tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan rendahnya tingkat spiritualitas subjek.

2. Proactive Coping Proactive coping merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan mengintegrasikan kualitas personal yang ada pada diri baik itu berupa kemampuan membuat suatu perencanaan strategis, kemampuan untuk mengantisipasi stres yang akan terjadi selama proses pencapaian tujuan tersebut, kemampuan untuk melakukan refleksi serta kemampuan untuk mencari dukungan dari lingkungannya, di mana ketika proses pencapaian tujuan tersebut individu menemui resiko atau sesuatu yang mengancam dirinya, individu melihatnya sebagai sesuatu atau hal yang menantang untuk dihadapi (Greenglas, 2001). Penelitian ini ingin mengungkap baik atau buruknya proactive coping yang dilakukan oleh survivor bencana gempa bumi di Bantul.

Untuk mengungkap baik atau buruknya proactive coping yang dilakukan oleh survivor bencana gempa bumi di Bantul, penulis merumuskan Skala Proactive Coping pada Survivor Gempa yang mengacu pada Proactive Coping Inventory yang dikembangkan oleh Greenglass (2002). Skala ini terdiri atas enam aspek, yaitu proactive coping , reflective coping, strategic planning , preventive coping , instrumental support seeking , dan emotional support seeking . Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka menunjukkan baiknya proactive coping yang dilakukan oleh subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan buruknya proactive coping yang dilakukan oleh subjek.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang berdomisili di Bantul dan mengalami peristiwa bencana gempa bumi. Pemilihan subjek ini didasarkan atas petimbangan praktis.

Metode pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling . Metode sampling ini digunakan karena pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan ciri atau sifat yang sesuai dengan kondisi subjek yang telah diketahui sebelumnya.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket atau kuesioner untuk mendapat jenis data kuantitatif. Metode ini digunakan dengan alasan kepraktisan. Menurut Hadi (2000), pada penggunakan metode self report seperti ini, ada beberapa anggapan yang harus dipegang oleh peneliti, yaitu subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, apa yang dikatakan subjek adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah angket yang terdiri atas dua skala pengukuran, yaitu:

1. Skala Spiritualitas Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat spiritualitas subjek. Hampir sebagian pernyataan yang terdapat dalam skala ini merupakan hasil modifikasi dan atau adaptasi dari STS ( Spiritual Transcendence Scale ) yang dikembangkan oleh Piedmont (1999). Skala ini digunakan untuk membuat norma atau 1. Skala Spiritualitas Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat spiritualitas subjek. Hampir sebagian pernyataan yang terdapat dalam skala ini merupakan hasil modifikasi dan atau adaptasi dari STS ( Spiritual Transcendence Scale ) yang dikembangkan oleh Piedmont (1999). Skala ini digunakan untuk membuat norma atau

a. Prayer Fulfillment (pengamalan ibadah), yaitu sebuah perasaan gembira dan bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan realitas transenden.

b. Universality (universalitas), yaitu sebuah keyakinan akan kesatuan kehidupan dan alam semesta ( nature of life ) dengan dirinya.

c. Connectedness (keterkaitan), yaitu sebuah keyakinan bahwa seseorang merupakan bagian dari realitas manusia yang lebih besar yang melampaui generasi dan kelompok tertentu.

Sistem penilaian ( scoring ) dalam skala ini menggunakan model Likert (Azwar, 2005) yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk penilaian butir-butir yang favourabel bergerak dari (4) sampai (1), yaitu pernyataan SS diberi skor (4), S diberi skor (3), TS diberi skor (2), dan STS diberi skor (1). Sedangkan untuk penilaian butir-butir yang unfavourabel bergerak dari (1) sampai (4), yaitu pernyataan SS diberi skor (1), S diberi skor (2), TS diberi skor (3), dan STS diberi skor (4).

Tabel 1 : Distribusi Item Skala Spiritualitas Sebelum Uji Coba

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

Prayer Fulfillment 1, 4, 10, 18, 25, 29,

Universality 7, 15, 22, 28, 35,

Connectedness 3, 8, 13, 17, 20, 49,

Jumlah 28 30 58

2. Skala Proactive Coping pada Survivor Gempa Skala ini digunakan untuk mengetahui baik atau buruknya proactive coping subjek. Hampir sebagian pernyataan yang terdapat dalam skala ini merupakan hasil modifikasi dan atau adaptasi dari PCI ( Proactive Coping Inventory ) yang dikembangkan oleh Greenglass (2002). Skala ini juga digunakan untuk membuat norma atau menentukan kategorisasi tingkat proactive coping seseorang; apakah rendah, sedang, atau tinggi. Skala ini disusun berdasarkan dua kategori, yaitu butir-butir skala yang bersifat favorable dan butir-butir skala yang bersifat unfavorable . Skala Proactive Coping pada Survivor Gempa ini terdiri atas enam aspek, yaitu:

a. Proactive Coping , yakni mekanisme pengatasan masalah yang mengkombinasikan potensi kognitif dan perilaku individu untuk mencapai tujuan ( goal attainment ) dengan cara pengaturan diri.

b. Reflective Coping , yaitu mekanisme penanganan stres yang mengacu pada ranah kognitif secara maksimal untuk berimajinasi ( imagined effectiveness ) atau pun melakukan refleksi atas pengalaman yang telah lalu berkaitan dengan pencarian solusi.

c. Strategic Planning , yaitu mekanisme penanganan stres yang memfokuskan pada proses pencapaian tujuan yang berorientasi pada aksi yang telah terjadwal yang telah disusun dengan cara memecah-mecah masalah menjadi beberapa bagian masalah yang lebih kecil.

d. Preventive Coping , yaitu mekanisme penanganan stres yang sifatnya mencegah segala bentuk kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu dapat menekannya dengan memaksimalkan potensi diri, yaitu dari pengalaman, antisipasi-antisipasi, dan pengetahuan yang dimiliki.

e. Instrumental Support Seeking , yaitu mekanisme penanganan stres yang memfokuskan pada masalah yang dihadapi dengan pencarian dukungan berupa nasehat atau masukan dari orang lain, informasi-informasi yang ada, dan mendapatkan timbal balik dari orang lain ketika dalam keadaan tertekan atau dalam menghadapi masalah.

f. Emotional Support Seeking , yaitu mekanisme penanganan stres yang berupa pencarian dukungan emosional ketika dalam keadaan tertekan dengan lebih memfokuskan pencarian dukungan emosional untuk mengatur diri daripada pemecahan masalah itu sendiri melalui pendekatan perasaan, membangkitkan empati, dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat.

Sistem penilaian ( scoring ) dalam skala ini menggunakan model Likert (Azwar, 2005) yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk penilaian butir-butir yang favourabel bergerak dari (4) sampai (1), yaitu pernyataan SS diberi skor (4), S diberi skor (3), TS diberi skor (2), dan STS diberi skor (1). Sedangkan untuk penilaian butir-butir yang unfavourabel bergerak dari (1) sampai (4), yaitu pernyataan SS diberi skor (1), S diberi skor (2), TS diberi skor (3), dan STS diberi skor (4).

Tabel 2 : Distribusi Item Skala Proactive Coping Sebelum Uji Coba

Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

Proactive Coping

Reflective Coping 2, 11, 19, 29, 36, 64

Strategic Planning

Preventive Coping

Instrumental Support

Emotional Support

Jumlah 38 30 68

E. Metode Analisis Data

Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian terlebih dahulu harus dipastikan validitas dan reliabilitasnya sebagai dasar untuk mempercayai bahwa alat ukut tersebut memang layak digunakan dalam suatu penelitian. Validitas dapat diartikan sebagai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya, tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2004).

Uji validitas item dari kedua alat ukur dilakukan dengan menguji validitas isi ( content validity ) dan validitas muka. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat profesional judgment , sedangkan validitas muka merupakan pengujian yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Meskipun validitas muka ini memiliki taraf signifikansi yang paling rendah, namun hal itu dapat memancing motivasi individu yang menjadi responden untuk bersungguh- sungguh dalam pengisian kuesioner (Azwar, 2004). Adapun seleksi butir item yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indeks daya beda yang diperoleh melalui pengujian statistik dengan bantuan komputer program SPSS 12.0 for Windows , sehingga diperoleh koefisien korelasi pada setiap item dengan skor tes itu sendiri.

Sementara itu, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukkan sejauhmana suatu Sementara itu, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukkan sejauhmana suatu

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik product moment dari Pearson karena peneliti bertujuan mencari korelasi antara dua variabel penelitian, yaitu spiritualitas dan proactive coping pada survivor bencana gempa bumi di Bantul. Peneliti akan menggunakan analisis regresi untuk mengetahui prediktor yang mempengaruhi variabel tergantung, serta untuk mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing aspek pada variabel bebas terhadap variabel tergantung. Seluruh perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer program SPPS 12.0 for Windows .