SKETSA HISTORIS SAYYID QUT}B: ANALISIS KOGNISI ATAS PEMBENTUKAN KONSEP KEDAULATAN TUHAN DAN KEDAULATAN MANUSIA
A. SKETSA HISTORIS SAYYID QUT}B: ANALISIS KOGNISI ATAS PEMBENTUKAN KONSEP KEDAULATAN TUHAN DAN KEDAULATAN MANUSIA
1. Biografi Qut}b Sayyid Qut}b bernama lengkap Sayyid Qut}b Ibrahim H{usayn al- Sha>dhili>. Ia lahir pada 9 oktober 1906 di di Mu>shah, sebuah desa di daerah Asyu> ṭ yang terletak di dataran tinggi Mesir. Qut}b terlahir dalam keluarga yang religius, berpendidikan dan aktif dalam kegiatan- kegiatan politik. Ayahnya Ibrahim selain gemar menuntut ilmu juga aktif dalam gerakan politik di Mesir. Ibunya adalah wanita berpendidikan yang terlahir dalam keluarga yang kaya selain juga 1. Biografi Qut}b Sayyid Qut}b bernama lengkap Sayyid Qut}b Ibrahim H{usayn al- Sha>dhili>. Ia lahir pada 9 oktober 1906 di di Mu>shah, sebuah desa di daerah Asyu> ṭ yang terletak di dataran tinggi Mesir. Qut}b terlahir dalam keluarga yang religius, berpendidikan dan aktif dalam kegiatan- kegiatan politik. Ayahnya Ibrahim selain gemar menuntut ilmu juga aktif dalam gerakan politik di Mesir. Ibunya adalah wanita berpendidikan yang terlahir dalam keluarga yang kaya selain juga
Pendidikan Qut}b diawali dengan instansi pendidikan tradisional atau non formal yang saat itu dikenal dengan kutta>b,
dimana Qut}b berhasil menghapal al-Qur’an. Selain itu, ia juga mengenyam pendidikan di salah satu sekolah formal di daerahnya. Setelah ayahnya meninggal, ia melanjutkan sekolahnya di Kairo dan tinggal dengan pamannya, Ahmad Husayn Uthma>n, seorang jurnalis dan lulusan dari universitas al-Azhar. Selama ia tinggal dengan pamannya, Qut}b mempelajari jurnalisitik. Lewat pamannya pula ia mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dengan seorang sastrawan
terkenal, 'Abba>s Mahmu>d al-‘Aqqa>d 5 (1899 M-1964 M, dan selanjutnya akan disebut dengan al-‘Aqqa>d). Perkenalannya dengan al-
‘Aqqa>d, membawa begitu banyak perubahan dalam dirinya. Pasalnya, semenjak perkenalannya dengan al-‘Aqq
ād, ia banyak mengadopsi pemikiran al-‘Aqqa>d, khususnya dalam bidang sastra. Disamping itu,
ia juga banyak membaca koleksi buku-bukunya, berkenalan dengan literatur berbahasa Inggris dan mulai mengenal sebuah partai politik yang berpengaruh pada saat itu, h}izbu al-wafd, yang kemudian ia mejadi anggota dalam partai tersebut. Lewat partai inilah, Sayyid Qu ṭb memiliki kesempatan untuk menuangkan bakatnya. Ia banyak menulis kumpulan syair, artikel-artikel yang mewakili bakat sastranya sekaligus mewakili hobinya dalam mengamati dunia politik Mesir.
4 AB. Rahman, Nooraihan Ali dan Wan Ibrahim, ‚The Influence of al-Aqqa>d and Di>wa>n School of Poetry on Sayyid Qut}b’s Writings‛ International Journal of
Humanities and Social Science no.8, vol. 1 (Juli 2008): 158, www.ijhssnet.com/journals/Vol._1No._8;_July_2011/18.pdf (diakses pada 15 Januari 2014) dan Ṣala>h} ‘Abdu al-Fatta>h} al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b: al-Shahi>d al-H{ayy (Oman:
D ār 'Ammār, 2000), 62-68 . 5 Al-‘Aqqa>d (1899-1964), secara khusus adalah seorang mentor (penasehat)
bagi Qutb. Dialah yang pada mulanya mengenalkan Qutb pada literatur-literatur Barat. Ia juga yang mengarahkan Qutb untuk senantiasa berpegang teguh kepada penalaran tidak sekedar lafaz , juga menjauhkannya dari peniruan gaya prosa yang konservatif. Selain itu, pemikiran ‘Aqqa>d juga mempengaruhi Qutb hingga ia lebih condong kepada rasionalis, sekularis, dan individualis. Hingga pada saat ia sadar untuk kembali ke wacana keislamaman nanti. Karena menurutnya, Islam adalah obat bagi penyakit yang sedang melanda dunia pada umumnya, dan masyarakat Mesir pada khususnya. Abdul Muid, ‚Teologi Pembebasan Islam Sayyid Qut}b,‛ Tesis Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, 57.
Dan tulisan pertamanya dimuat di salah satu media massa pada tahun 1921. 6
Cara berpikir yang kritis, telah menjadi karakteristik Sayyid Qu ṭb yang kemudian dikenal oleh teman-teman kampusnya di Da>r ‘Ulu>m Universitas Kairo Mesir, bahkan sewaktu ia menjabat sebagai seorang pegawai dalam departemen pendidikan. Dalam jabatannya tersebut, ia kemudian diutus ke Amerika, untuk meneliti sistem pendidikan di sana. Saat ia berdomisili di Amerika, Qut}b melihat kebobrokan moral warga Amerika, hal ini lah yang kemudian membekas di hatinya sehingga menjadi benih kebenciannya atas upaya westernisasi. Oleh karena itu, sepulangnya dari Amerika, ia pun bergabung dengan al-Ikhwa>n al-Muslimu>n (selanjutnya disingkat menjadi IM) dan kemudian mengundurkan diri dari jabatannya di departemen pendidikan. 7
Sepulangnya Qut}b dari Amerika dan bergabungnya dengan IM, ia pun semakin fokus dalam dunia politik, khususnya sebelum revolusi
Mesir terjadi. Namun karena kekecewaannya terhadap pemerintah saat itu, ia pun keluar dari kerjasama yang dibina antara para militer dengan IM. Dan ini lah awal di mana Qut}b dan IM mendapatkan tekanan dari pemerintah, hingga Qut}b dipenjara tiga kali dan akhirnya dieksekusi. 8
6 AB. Rahman, Nooraihan Ali dan Wan Ibrahim, ‚The Influence of al-Aqqa>d and Di>wa>n School of Poetry on Sayyid Qut}b’s Writings,‛ International Journal of
Humanities and Social Science , 158. 7 Organisasi ini pertama kali diprakarsai oleh H}assan al-Banna> 1928.
Gerakan ini pada tahun-tahun pertama tampil dalam bentuk organisasi keagamaan, sosial dan kemayarakatan. Namun aktivis-aktivis ini kemudian masuk dalam ranah politik setelah adanya konflik Palestina dengan Israel, dan mulai masuk dalam politik praktis pada tahun 1941, khususnya setelah mereka concern terhadap rezim yang sedang berkuasa di Mesir, seperti kolonial Inggris. Lihat Jason Brownlee, ‚The Muslim Brothers: Egypt’s Most Influential Pressure Group,‛ Journal Compilation, (2010):
423, https://webspace.utexas.edu/jmb334/www/document/article.HC.2010.pdf
(diakses pada 15 Januari 2014), Ibrahim Olatunde Uthman, ‚From Social Justice to Islamic Revivalism: An Interrogation of Sayyid Qut}b’s Discourse,‛ Global Journal of Human Social Science Sociology, Economics and Political Science
11, vol. 12 (2012): 92-94, https://globaljournals.org/GJHSS_Volume 12/11-From-Social-Justice-to.pdf (diakses pada 16 Januari 2014) dan Thameem Ushama, ‚Extremism in the Discourse of Sayyid Qut}b: Myth and Reality,‛ Intelectual Discourse (2007), 167-168.
8 Ibrahim Olatunde Uthman, ‚From Social Justice to Islamic Revivalism: An Interrogation of Sayyid Qut}b’s Discourse,‛ 92-94.
2. Kondisi Sosial Politik Mesir dan Pengaruhnya Kepada Pemikiran Qut}b
Mengutip apa yang dikatakan oleh John Calvert, bahwa konsep kedaulatan Tuhan Qut}b tidak hanya dipengaruhi oleh tulisan-tulisan
al-Mawdu>di>. Menurutnya, konsep kedaulatan Tuhan milik Qut}b juga ikut dipengaruhi kondisi sosial politik Mesir saat itu. Bahkan, kondisi sosial-politik ini bisa dikatakan menjadi sumber utama dalam pembentukan ideologi Qut}b, sedangkan tulisan al-Mawdu>di> menempati tempat kedua dalam hal ini. Pendapat ini didasari atas geneologi konsep kedaulatan Tuhan itu sendiri. Menurut Calvert, konsep kedaulatan Tuhan ini bukanlah hal asing dalam Islam, karena semua ulama mengatakan bahwa hanya Allah yang memiliki kedaulatan tertinggi. Hanya saja, yang membuat penafsiran mereka berbeda dengan penafsrian Qut}b dan para islamis lainnya, karena para Islamis mencampuradukkan antara teori dan praktik, aspek akidah dengan pelasksanaaannya, sehingga berakhir kepada pengkafiran
muslim lainnya. 9 Al-Qarad}a>wi> juga mengatakan hal yang sama, bahwa konsep kedaulatan Tuhan ini telah ada dalam pelajaran ushu>l fiqh,
yakni dalam membahas definisi 10 al-h}ukm. Kesimpulan tersebut didukung dengan teori van Dijk, bahwa kognisi sosial yang mengitari
seorang penulis cukup banyak memberi warna dalam tulisannya. Oleh karena itu, menurutnya, sebuah tulisan tidak hanya dipahami dalam teks linguistiknya saja, melainkan disertai dengan analisis kognisi sosial yang mengelilinginya. 11
Mesir sering dianggap sebagai garda depan perkembangan politik, sosial, intelektual dan keagamaan di dunia Arab dan dunia Muslim yang lebih luas. Mesir memberikan contoh yang menonjol mengenai dinamika dan keberagaman hubungan antara agama dan masyarakat, tantangan pada negara, dan dampaknya pada proses domokrasi. Dan sebagian besar karakter politik Mesir tersebut dipengaruhi oleh revolusi 1952 dan pemerintahan Jamal ‘Abdu al-
9 Lihat John Calvert, Sayyid Qut}b and the Origin of Radicalism, 214 dan Youssef Choueiri, ‚The Political Discourse of Contemporaryi Islamist Movement,‛
dalam Islamic Fundamentalism, ed. Abdel Salam Sidahmed dan Anoushiravan Ehteshami (Oxford: Westview Press, 1996), 22-26.
10 al-Qarad}a>wi>, ‚Qad}iyyah al-h}a>kimiyyah wa ma> A<tharathu min Jadal,‛ al- Qarad}a>wi> net,
16 Agustus 2011, http://www.qaradawi.net/articles/86-2009-12-12- 10-35-10/5091-2011-08-16-09-45-20.html (diakses pada 20 September 2013)
11 Teun van Dijk, Ideology and Discourse , 7 , www.discourses.org (diakses pada 12 Nopember 2013).
Na>s}ir (selanjutnya akan disebut dengan Nasser, 1918 M-1970 M). Hal itu karena Nasser mendefinisikan kembali hakikat nasionalisme Mesir
dan sosialisme Arab baik di dalam maupun luar negeri. 12 Lebih lanjut mengenai nasionalisme Arab yang Nasser usung,
sebelumnya di Mesir juga negara Arab lainnya sedang dilanda westernisai dan nasionalisme liberal. Kemudian timbullah dua kekuatan, IM ( ikhwa>n al-muslimu>n) dan Nasionalisme Arab versi Nasser sebagai tandingan dari nasionalisme liberal yang sedang marak saat itu. Hanya saja perbedaannya, jika IM menyeru kepada syariat Islam, Nasser justru mengislamkan nasionalime itu sendiri. Dan akibat perbedaan prinsip ini lah, IM dan pemerintahan Nasser kemudian menjauh dan semakin memburuk hingga berakhir pada kekerasan. Meskipun pada awalnya Nasser mendapat dukungan dari IM, usai revolusi IM menantangnya setelah terbukti akan keengganannya untuk mengikuti saran IM dalam menjadikan syariat Islam sebagai dasar. Di pihak lain, pemerintahan saat itu merasa bahwa IM berkeinginan untuk merebut kekuasaan. Oleh karena itu, permusuhan antara kedua
kekuasaan ini bisa dikatakan permusuhan politik. 13 Perselisihan ini kemudian berlanjut kepada pembantaian juga
dipenjaranya banyak anggota IM. Dan ini mengantarakan Qut}b kepada suatu kesimpulan, bahwa rezim Nasser yang telah menolak syariat Islam dan lebih memilih nasionalisme sekular, juga menyiksa banyak warga sipil telah bertentangan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, Qut}b menganggap pemerintahan Nasser adalah jahiliyah, juga orang-
orang yang patuh kepada pemerintahannya. 14 Tidak hanya rezim Nasser yang membentuk ideologi Qut}b, perjalanannya ke Amerika
juga turut mengembangkan ideologinya tersebut. Lebih jelasnya, pada tahun 1948 Qut}b diutus ke Amerika
dengan kedok mempelajari sistem dan kurikulum pendidikan Amerika. Padahal, tujuan sebenarnya adalah agar Qut}b menjadi seorang yang
12 John L. Esposito dan Jon O. Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim, penerjemah Rahman Astuti (Bandung: Mizan, 1999), 235.
13 Nazih N. Ayubi, Political Islam: Religion and Politics in the Arab World (London: Routledge, 1994),138.
14 Adnan Musallam, From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and the Foundations of Radical Islamism (New York: Preager Publisher, 2005), 138-139, dan
Richard L. Rubenstein, ‚Jihad versus Jahiliyya: The Seminal Islamist Doctrine of Sayyid
(Februari 2010), http://www.newenglishreview.org/Richard_L._Rubenstein/Jihad_versus_Jahiliyya% 3A_The_Seminal_Islamist_Doctrine_of_Sayyid_Qutb/ (diakses pada 19 April 2014).
Qutb,‛
New
English
Review Review
dianggapnya telah rusak. 15 Hal itu diawali dengan datangnya seorang wanita mabuk ke
kamar Qut}b di kapal. Perempuan tersebut mengajaknya untuk melakukan hubungan lawan jenis. Hal ini tidak ia lihat sekali saja, karena ia juga melihat bahwa keinginan masyarakat Amerika untuk hal itu telah merambah pada sebagian besar masyarakat Amerika. Semua ini mengantarkan Qut}b kepada sebuah kesimpulan bahwa hubungan lawan jenis tanpa hubungan resmi diAmerika tidak lagi menyentuh permasalahan moral, tetapi kebutuhan biologis yang sudah 16 dimaklumi.
Kritik Qut}b tidak hanya dalam masalah moral, tapi juga dalam cara berpikir masyarakat Amerika yang meterialistis. Lebih jelasnya, pada saat Qut}b di Amerika meningkatkan Bahasa Inggrisnya di universitas Kolombia, ia mendengar bahwa teman-teman mudanya hanya membicarakan mobil, uang, film dan bintang film yang sedang populer saat itu. Dan ini mengantarkannya kepada kesimpulan, bahwa itu adalah ‚ciri khas Amerika.‛ 17
Hal lain yang didapat oleh Qut}b selama dia di Amerika, adalah phobia mereka terhadap Islam. Hal ini semakin jelas setelah
15 Roxanne L. Euben, Musuh dalam Cermin ,‛ penerjemah Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2003), 225.
16 Bandingkan dengan John Calvert, ‚Sayyid Qut}b in America,‛ ISIM News Letter,
2001, 2, https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/17485/ISIM_7_Sayyid_Qutb _in_America.pdf?sequence=1 (diakses pada 16 Januari 2014) dan Mhd. Syahnan, ‚A Study of Sayyid Qut}B’s Qur’a>n Exegesis in Earlier and Later Editions of His Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n ,‛ Tesis Pascasarjana Mc Gill University, 1997, 9.
Juli
17 Lihat Thameen Ushama, ‚Sayyid Qut}b: individual to Collective Action,‛ Intelectual
(2004): 2-3, http://www.iium.edu.my/intdiscourse/index.php/islam/article/viewFile/258/249 (diakses pada 18 Januari 2014) dan John Calvert, ‚Sayyid Qut}b in America,‛ ISIM News
Discourse
2001, 2, https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/17485/ISIM_7_Sayyid_Qutb _in_America.pdf?sequ ence=1 (diakses pada 16 Januari 2014).
Letter,
Juli Juli
sama dengan Ahli kitab untuk menghancurkan Islam. 18 Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
Qut}b bukannya tidak mengenal Barat sebelum keberangkatannya ke Amerika. Karena menurut riwayat pendidikan dan karirnya, ia sering membaca literatur Barat. Namun, kebencian tersebut baru timbul setelah ia tinggal di Amerika walaupun hanya dua tahun. Hal ini terlihat dari buku-buku yang ditulis oleh Qut}b maupun artikel sewaktu di Amerika, seperti Hama>im fi> New York, al-Isla>m wa Mushkila>t al- Had}a>rah dan Amri>ka al-lati> Raaytuhu. Selain itu, buku yang ditulis sebelum keberangkataannya ke Amerika yaitu al-Ada>lah al- Ijtima>’iyah, mengalami revisi setelah kepulangannya dari Amerika. Lebih jelasnya, buku tersebut beberapa bulan setelah kepulangannya tidak diterbitkan kembali, dan ternyata Qut}b merevisi bukunya
tersebut menjadi lebih Islami. 19 Dan keberangkatannya ke Amerika inilah, awal dari perubahan ideologinya menuju Fundamentalis yang
radikal. 20 Oleh karena itu, dalam karya-karya Qut}b yang ditulis setelah kepulangannya dari Amerika khususnya pasca revolusi, ia
banyak mengkritik masyarakat Barat dari berbagai aspek, seperti moral dan pemerintahan juga sikap para Muslim yang mengikuti gaya hidup mereka. Dan semua ini Qut}b sebut dengan 21 ja>hiliyah modern.
18 Mhd. Syahnan, ‚A Study of Sayyid Qut}b’s Qur’a>n Exegesis in Earlier and Later Editions of His Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n ,‛ Tesis Pascasarjana Mc Gill University,
1997, 10. 19 Ibrahim Olatunde Uthman, ‚From Social Justice to Islamic Revivalism:
An Interrogation of Sayyid Qut}b’s Discourse,‛ Global Journal of Human Social Science Sociology, Economics and Political Science
11, vol. 12 (2012): 95 20 Mhd. Syahnan, ‚A Study of Sayyid Qut}b’s Qur’a>n Exegesis in Earlier and
Later Editions of His Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n ,‛ Tesis Pascasarjana Mc Gill University, 1997, 10. 169, L. Carl Brown, Musuh dalam Cermin ,‛ penerjemah Abdullah Ali, 225 dan Thameem Ushama, ‚Extremism in the Discourse of Sayyid Qut}b: Myth and Reality,‛
(2007): 167-168., http://www.iium.edu.my/intdiscourse/index.php/islam/article/view/49 (diakses pada 18 Januari 2014). 21 Paul Brykczynski, ‚Radical Islam and the Nationalism in the Political Thought of Hassan al-Banna and Sayyid Qut}b,‛ History of Intelectual Culture no. 1, vol. 5 (2005): 8-10, http://www.ucalgary.ca/hic/files/hic/pbrykczynski.pdf(diakses pada 27 Januari 2014) dan Peta Tarlinton, ‚Understanding the Adversary: Sayyid
Intelectual
Discourse
Hal itu ditambah lagi dengan pengalaman Qut}b saat remaja. Qut}b yang sejak remaja telah memperhatikan dunia politik saat itu, mengalami dua rezim penguasa di Mesir—kerajaan ataupun repubik— yang keduanya bersekutu dengan ahli kitab. Ketidaksukaannya terhadap ahli kitab semakin diperkuat tatkala ia tinggal di Amerika, dan melihat kebahagian warga saat itu atas kematian H{assan al-Banna (1906 M-1949 M). Maka, tidak heran jika Qut}b kemudian mengundurkan diri dari kementerian pendidikan sepulangnya dari Amerika. Hal ini diperkuat ketika para pemimpin Republik Mesir menolak syariat Islam sebagai dasar negara, dan lebih memilih sistem buatan manusia sebagai dasar negaranya, seperti nasionalisme,
demokrasi dan Pan-Arabisme. 22 Dengan ini, terlihat mengapa Qut}b tidak menyukai produk Barat serta menganggap ahli kitab baik Yahudi
dan Nasrani, sebagai otak di balik kemunduran Islam. Ketiga hal inilah, pemerintahan yang tirani, moral masyarakat Barat dan ahli
kitab, yang banyak mempengaruhi pemikiran Qut}b khususnya dalam menafsirkan konsep kedualatan Tuhan. Dan untuk membuktikan hal
ini, akan peneliti jelaskan dalam sub bab berikutnya.