12
2. Penerapan Mediasi Penal dalam penyelesaian perkara malpraktik kedokteran saat ini .
Deskripsi analisis hasil penelitian terhadap penerapan mediasi penal saat ini dalam penyelesaian perkara malpraktik kedokteran telah
dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat dengan cara perdamaian kekeluargaan antara pelaku dokter dan korban pasien maupun
keluarganya yang diakhiri dengan pembayaran ganti kerugian kepada korban
P enal mediation out of court
maupun dalam penyelesaian perkara pidana pada tahap
–tahap proses peradilan pidana yang kesepakatan dan pembayaran ganti kerugiannya dari pelaku kepada
korban hanya dijadikan sebagai pertimbangan yang meringankan tuntutan pidana dan penjatuhan pidana
penal mediation within court
. Pada tahap penyidikan, utamanya dalam perkara malpraktik
kedokteran, apabila hanya menimbulkan kerugian yang kecil biasanya diselesaikan dengan mediasi di antara dokter dan pasien atau
keluarganya dan pihak kepolisian sebagai saksi atas kesepakatan yang dicapai, perkara tidak diteruskan atas dasar kesepakatan bersama antara
pelaku dokter dan korban pasien ataupun keluarganya. Namun demikian jika perkara tindak pidana malpraktik yang diakibatkan
kesengajaan dan menimbulkan kerugian yang besar seperti, nyawa atau cacat seumur hidup maka mediasi tidak dapat dilakukan, adapun
pembayaran ganti kerugian berupa biaya rumah sakit dan penguburan jenazah korban hanya sebagai salah satu pertimbangan yang digunakan
oleh hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa.
Dengan demikian penulis berpendapat bahwa kesepakatan mengganti kerugian tidak menghapuskan tindak pidananya, karena
dokter sebagai terduga pelaku tindak pidana dalam praktik kedokteran tetap saja disidik dan diproses sesuai dalam sistem peradilan pidana.
Pada delik aduan yang diproses penyidikannya didasarkan pada pengaduan korban yaitu pasien danatau keluarganya, penulis
menemukan adanya penyelesaian dengan mediasi, baik sebelum dilakukannya pengaduan sehingga korban pasien atau keluarganya
tidak jadi mengajukan pengaduan, maupun jika pengaduan telah dibuat oleh korban, akan tetapi korban masih mempunyai kesempatan untuk
menarik pengaduannya. Di sini pun peran polisi bukan sebagai mediator, melainkan hanya sebagai saksi yang menyaksikan
diselesaikannya
perkara pidana
tersebut melalui
kesepakatan perdamaian.
17
Di samping delik aduan dalam perkara praktik kedokteran biasanya pasien danatau keluarganya menyelesaikan sendiri
perkara tersebut dengan mediasi yaitu dalam tindak pidana praktik kedokteran ringan sekali pun tindak pidana yang dilakukan oleh dokter
bukan merupakan delik aduan, akan tetapi berdasarkan alasan untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat dan semua pihak maka
penyelesaian secara mediasi seringkali menjadi pilihan.
Sementara itu pada tahap penuntutan juga ditemukan adanya penyelesaian dengan mediasi sebelum dilakukannya penuntutan. Dalam
17
AKBP Sis Mulyono , Bagian Binkum Polda Lampung.
13 mediasi ini pihak korban pasien danatau keluarganya meminta ganti
kerugian kepada pihak pelaku yaitu dokter maupun lembaga tempat dokter berpraktik seperti pada rumah sakit, namun demikian walaupun
telah terjadi kesepakatan dari pihak pasien danatau keluarganya dan dokter untuk mengganti kerugian, kesepakatannya tidak menghilangkan
penuntutan, sehingga proses peradilan tetap berjalan sebagaimana mestinya dan kesepakatan ganti kerugian hanya bersifat sebagai
pertimbangan jaksa dalam mengadakan penuntutan, keputusan tetap di tangan hakim.
Mediasi penal dalam perkara malpraktik kedokteran di sini hanya bersifat memperingan tuntutan, oleh karena belum ada undang-
undang yang mengatur pelaksanaan mediasi beserta kekuatan hukum dari akta kesepakatan hasil mediasi penal. Jadi, pelaku tetap dipidana
akan tetapi pidananya diperingan. Sementara itu dalam menangani kasus malpraktik kedokteran
yang masuk ke dalam katagori „delik biasa‟, seperti kasus-kasus yang mengandung unsur kelalaian dokter
dalam melakukan tindakan medis seperti Pasal 359 KUHP karena kelalaiannya menyebabkan matinya orang lain, maka dilakukan
mediasi dengan negosiasi di mana korban pasien danatau keluarganya meminta ganti kerugian kepada dokter dengan sebuah akta kesepakatan
bahwa telah dilakukan pembayaran ganti kerugian kepada korban. Dalam hasil penelitian praktik mediasi penal dalam perkara malpraktik
kedokteran oleh hakim tidak pernah dilakukan, oleh karena tidak ada peraturan normatif yang mengaturnya, karena hal-hal yang menyangkut
kesepakatan para pelaku yaitu dokter dan korban pasien ada pada tingkat penyidikan dan penuntutan, hakim hanya memberikan
keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal yang dikemukakan dalam surat dakwaan yang salah satunya kesepakatan yang dicapai
melalui mediasi sebelum perkara dilimpahkan ke pengadilan.
Penulis berpendapat bahwa walaupun belum ada aturan dan dasar hukum praktik mediasi penal dalam perkara malpraktik
kedokteran tetapi dengan diterapkannya mediasi penal walaupun perundang-undangan belum mengaturnya maka telah terjadi
pergeseran paradigma adanya quasi hukum privat kedalam hukum publik dan dengan melihat telah banyaknya praktik mediasi penal
dalam menyelesaikan perkara malpraktik kedokteran baik dengan mekanisme yang tidak terlembaga maupun dengan mekanisme yang
terlembaga seperti dalam peradilan profesi dan adat, musyawarah secara kekeluargaan , menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat
untuk adanya mediasi penal dalam perkara malpraktik kedokteran sebagai alternatif dalam penyelesaianya untuk menghindari kesulitan
yang ada dalam proses peradilan pidana.
14
3. Perspektif pendekatan restoratif dalam sistem hukum pidana