Bahaya Komunitas Homoseksual Di Media Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr)

(1)

BAHAYA KOMUNITAS HOMOSEKSUAL DI MEDIA SOSIAL

(STUDI KASUS: INTERAKSI VIRTUAL COMMUNITY MEDIA

SOSIAL GRINDR)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

NICKY FRANIDA NUGRAHANI

NIM: 1112051000107

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H / 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK Nicky Franida Nugrahani

NIM: 1112051000107

Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr)

Media sosial memiliki keberagaman konten. Keberagaman konten ini sering kali disalahgunakan. Salah satu penyalahgunaan media sosial terjadi pada media sosial Grindr. Media sosial Grindr merupakan salah satu media sosial yang mampu menarik perhatian masyarakat, terutama oleh komunitas gay. Selain itu,

Grindr cenderung mempromosikan gaya hidup gay sebagai gaya hidup global. Di Indonesia, keberadaan gay masih menimbulkan permasalahan pada kerusakan nilai-nilai moral kehidupan. Sehingga, hal ini tentu menimbulkan kecemasan dan tantangan terberat bagi masyarakat dalam menghadapi LGBT.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, Bagaimana interaksi virtual community di media sosial Grindr? Mengapa pengguna memilih menggunakan

Grindr sebagai alat komunikasi? dan Apa efek sosial yang ditimbulkan dari interkasi virtual community Grindr?

Teori yang digunakan adalah Teori Community dan Internet menurut Lori Kendall. Teori ini membahas mengenai munculnya hubungan sosial yang di mediasi oleh komunikasi melalui internet. Hubungan sosial ini dapat dilihat melalui lima karakteristik desain online forum yang memfasilitasi virtual community diantaranya yaitu: Tujuan konten (Purpose of content), Tempat (extent of mediation), Sistem desain (Platform), Pola interaksi (pattern of interaction), dan Model keuntungan (Profit model). Selain itu, hubungan sosial ini juga melakukan negosiasi peran gender untuk mengasumsikan identitas yang mereka pilih sendiri dalam menciptakan realitas. Sehingga hubungan sosial ini dapat menimbulkan efek sosial. Asumsi ini dapat ditemukan melalui empat pembentukan community, diantaranya yaitu: conflict, cooperation, control, dan identity.

Interaksi virtual community itu di lakukan dengan tujuan mencari teman sesama gay untuk berkencan. Interaksi difasilitasi platform GPS, profile, general information dan chat. Dengan pola interaksi dari perkenalan melalui chat dan diakhiri dengan pertemuan untuk melakukan hubungan seksual. Tempat berinteraksi dilakukan berdasarkan keputusan kedua belah pihak dengan memanfaatkan keuntungan yang dimiliki Grindr yaitu GPS.

Adapun alasan pengguna berkomunikasi melalui Grindr yaitu, karena adanya konflik psikologis yang berkeinginan berinteraksi dan kerjasama dengan sesama gay untuk menjalankan realitas yang tidak dapat dilakukan pada realitas sebenernya. Kemudian adanya kebebasaan mengontrol dari pengguna untuk melakukan hal-hal yang diinginkan melalui Grindr, serta untuk melakukan penipuan identitas. Sehingga hal ini tentu aja merupakan interaksi yang berbahaya dan menimbulkan efek sosial pada masyarakat.


(6)

ii

AlhamdulillahiRabbil‟aalamiin segala puji dan syukur bagi Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr).

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan. hingga terkadang rasa putus asa selalu dirasakan. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagi pihak menjadikan penulis semakin bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan akhirnya skripsi dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan, arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan. MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M. Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah. M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaizni. M.Si selaku wakil Dekan Ill Bidang Kemahasiswaan.


(7)

iii

3. Fita Fathurrahmah. M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dan selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dikala padatnya jadwal mengajar dan meluangkan pikiran untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya kepada penulis dikala berkonsultasi. Serta teramat sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh Staff dan Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal peminjaman buku-buku yang digunakan sebagai referensi dan memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis hingga penyusuanan skripsi ini selesai.

7. Kepada ayah saya Ragil Sartoto dan mama saya Nurjanah. Terima kasih atas segala kesabarannya atas kendala-kendala yang dihadapi penulis selama proses penulisan skripsi.

8. Kepada ke-tiga narasumber yaitu: Toro, Vidi, dan Galih yang telah meluangkan waktunya untuk bertemu dan bersedia di wawancarai. Bersedia dimintai banyak informasi meskipun hal-hal yang ditanyakan benar-benar merupakan hal yang sensitif. Penulis sangat berterima kasih atas kesempatannya untuk saling mengenal dan berbagi infromasi.


(8)

iv

penulisan skripsi. Penulis sangat bahagia memiliki tante yang selalu memberikan dukungan yang tulus dan bantuan tanpa henti ketika penulis mengalami kesulitan.

10. Rally Ramdhani, yang telah banyak memberikan masukan, semangat dan motivasi. Serta kesabarannya menampung segala keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Serta adik saya Vicky Carin Sahara yang telah banyak memberikan semangat serta menghibur penulis di saat penulis dilanda kejenuhan.

11. Sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuangan selama kuliah Indah Noviyanti, Dewi Muffarikhah, Nina nurlina, Mely ismi, Syifa maharani. Terima kasih selalu memberikan semangat dan banyak informasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi.

12. KPI D, terima kasih atas kebersamaan yang menyimpan banyak kenangan. Vina, Latif, Tasha, Muthia, Dinda, dan Noni terima kasih telah menjadi bagian cerita semasa kuliah yang tidak akan terlupakan.

13. Terima kasih juga kepada Melqy yang telah banyak membantu dalam mencari buku-buku refrensi yang tepat untuk penulisan skripsi ini. Serta terima kasih kepada seluruh teman-teman angkatan KPI 2012 atas segala kebersamaannya. Terima kasih selalu memberikan semangat dan banyak informasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi.


(9)

v

14. Semua pihak, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah membantu penulis. Saya ucapkan terima kasih.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.

Jakarta, 22 Agustus 2016


(10)

vi

KATA PENGANTAR….………...ii

DAFTAR ISI……….…….…......vi

DAFTAR GAMBAR……….………...viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

1. Paradigma Penelitian ... 8

2. Pendekatan Penelitian ... 8

3. Jenis Penelitian ... 9

4. Metode penelitian ... 10

5. Subjek dan Objek Penelitian ... 10

6. Tempat dan Waktu Penelitian... 11

7. Teknik Pengumpulan Data ... 11

8. Teknik Analisis Data ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II. KAJIAN TEORETIS A. Communityand Internet Lori Kendall theory 1. Defining the Undefinable... 17

2. Community versus Networked Individualism ... 19

3. Real Communities versus Pseudocommunities... 21

4. Virtual Community ... 22

5. Komunitas online dan offline ... 29

B. Media Sosial 1. Pengertian media sosial ... 30

2. Karakteristik media sosial ... 32

3. Jenis-jenis media sosial ... 37

4. Khalayak media sosial ... 39

C. Homoseksual 1. Homoseksual dalam pandangan psikologis ... 40


(11)

vii

2. Homoseksual dalam pandangan Islam ... 43

BAB III. GAMBARAN UMUM GRINDR A. Sejarah Grindr ... 51

B. Logo Grindr ... 53

C. Misi Grindr ... 54

D. Biografi Pendiri Grindr ... 54

E. Struktur Organisasi Grindr ... 56

F. Privacy Policy Grindr ... 56

G. Profile Guidelines Grindr ... 58

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis interaksi Virtual Community di media sosial Grindr 1. Tujuan konten (Purpose of content) ... 61

2. Tempat (extent of mediation) ... 63

3. Sistem desain (Platform) ... 64

4. Pola interaksi (pattern of interaction) ... 67

5. Model keuntungan (Profit model) ... 69

B. Analisis pengguna media sosial menggunakan Grindr sebagai alat komunikasi 1. Conflict ... 72

2. Cooperation ... 73

3. Control ... 75

4. Identity ... 79

C. Analisis efek sosial yang ditimbulkan dari interaksi virtual community Grindr 1. Adzab ... 82

2. Penyakit kelamin ... 84

3. Ganguan interaksi sosial ... 84

4. Gangguan psikologis ... 85

5. Gangguan moral ... 86

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Grindr...53

Gambar 3.2 Pendiri Grindr...54

Gambar 4.1 Platform Grindr...65

Gambar 4.2 Feature Grindr...68

Gambar 4.3 Bigger Photos Grindr Informan A...70

Gambar 4.4 Bigger Photos Grindr Informan C...70

Gambar 4.5 General Information Informan A...77

Gambar 4.6 General information Informan B...78

Gambar 4.7 General information Informan C...78

Gambar 4.8 Profile Informan A...80

Gambar 4.9 Profile Informan B...81


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran internet memberikan pengaruh terhadap aktivitas komunikasi. Internet telah mengambil andil dalam kehidupan manusia baik secara positif maupun negatif. Setelah terhubung dengan internet setiap orang dapat menikmati dampak positif dari internet. Diantaranya ialah dengan tersedianya banyak informasi baik secara teks, suara, maupun gambar yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun.

Keberadaan internet juga memudahkan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus merasa terhalang oleh jarak. Menurut

Graham, “interaksi atau interactivity merupakan salah satu cara yang berjalan di antara pengguna dan mesin (teknologi) dengan memungkinan para pengguna maupun perangkat saling terhubung secara interaktif. Interaksi merupakan salah satu karakter media siber sebagai alat

komunikasi”.1

Melalui media siber setiap manusia dapat saling terhubung dalam waktu yang bersamaan. Bahkan penggunaan media siber dapat mewakili keterlibatan pola komunikasi, yang semula hanya dapat berkomunikasi secara langsung atau face to face. Adapun jenis-jenis media siber diantaranya: Website, Email, Blog, Wiki, Broadcasting, Peer to peer, dan Media sosial.

1

Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014), h. 76.


(14)

Selain membawa perubahan dalam pola komunikasi, Internet juga menghadirkan komunitas di dunia maya yang disebut sebagai virtual community. Menurut Rheingold (1995), virtual community merupakan agregasi sosial yang mengambil bentuk di dalam internet di mana semua orang membawa persoalan untuk didiskusikan dalam waktu yang lama, dan melibatkan perasaan atau pemikiran penggunanya dengan relasi yang terbentuk di ruang siber.2

Virtual community merupakan komunitas yang terbentuk dari komunikasi yang termediasi oleh komputer (Communication Mediated Computer). Anggota komunitas dapat saling berbagi pengalaman serta menikmati konten yang disediakan pada media siber. Bila pada komunitas di dunia nyata dibutuhkan pertemuan secara tatap muka untuk menjalin komunikasi, namun di komunitas virtual tidaklah diperlukan pertemuan secara tatap muka. Bahkan komunitas cenderung tidak perlu saling mengenal satu sama lain untuk tergabung dalam komunitas.3

Seiring dengan semakin bervariasinya konten media dan meningkatnya pengguna media siber. Semakin lama, internet cenderung menjadi sebuah kebutuhan pokok. Internet sebagai penunjang media komunikasi dan informasi yang banyak memberikan dampak positif, namun tidak sedikit juga terjadi penyalahgunaan yang justru membawa dampak negatif. Terutama penyalahgunaan yang dilakukan oleh virtual

2

Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 108.

3

Jasmadi. Membangun Komunitas Online secara Praktis dan Gratis, (Jakarta: Elex Media Computindo, 2008), h. 16-17.


(15)

3

community homoseksual melalui media sosial. Diantaranya dengan munculnya akun twitter bernama @GayUGM yang kurang lebih mencapai 1.802 followers. Akun yang eksis sejak Januari 2013 ini, aktif menyuarakan LGBT melalui tweet dan berkomunikasi dengan akun-akun lainnya. Namun kini akun tersebut telah non-aktif. Banyak diberitakan di internet, hal ini dikarenakan banyak menuai penolakan baik dikalangan masyarakat maupun lingkungan Universitas Gajah Mada. Kemudian betapa mengkhawatirkannya kemunculan akun twitter bernama @gaykids_botplg yang secara terang-terangan mengumbar kata-kata vulgar. Bahkan, mereka juga menampilkan foto dan video seksual yang tak layak di lihat oleh anak-anak dibawah umur. Selanjutnya muncul desakan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) kepada pengelola media-media sosial dan layanan pesan pendek. Agar dihapuskannya emosikon (emoji) atau sticker gay dan lesbian untuk pasar Indonesia, karena hal ini jelas menghawatirkan untuk dikonsumsi masyarakat.4

Mengingat media siber memiliki jenis-jenis media beragam yang memfasilitasi untuk bertukar informasi baik berupa visual, maupun audio.5 Di tahun 2009 muncul media sosial Grindr dengan kecanggihan teknologi GPS (Global Positioning System) yang dapat mendeteksi keberadaan gay

4Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. “

Pemerintah Akan Panggil Manajemen WhatsApp Gara-gara Emoticon LGBT”, diakses pada 17 Februari 2016, dari https://www.kominfo.go.id/content/detail/6824/pemerintah-akan-panggil-manajemen-whatsapp-gara-gara-emoticon-lgbt/0/sorotan_media/

5


(16)

terdekat melalui smartphone. Bahkan Aplikasi berbasis chatting ini populer di kalangan gay Indonesia. Berdasarkan website resmi Grindr

www.Grindr.com terdapat 10 peringkat negara terbesar pengguna Grindr, dan Indonesia mendapat urutan ke-9 sebagai negara pengguna Grindr

aktif.6

Sebuah layanan berbasis Internet, memudahkan pengguna untuk membuat profil diri yang kemudian digunakan untuk saling menghubungi dan dihubungi pengguna lain. Grindr sebagai Online dating, dianggap menarik karena adanya kontrol dari pengguna untuk mengatur sendiri apa yang ingin mereka lakukan melalui media tersebut. Menurut Houran (2009), ada tiga alasan utama kenapa begitu banyak pengguna internet yang tertarik menggunakan aplikasi online dating semacam ini, yaitu keinginan untuk mencari pasangan yang bertujuan dan memiliki ketertarikan yang sama, atau mencari pasangan yang memiliki ketertarikan yang sama sekali berbeda, sambil berusaha memisahkan diri dari orang-orang yang dianggap memiliki ketertarikan yang tidak menarik baginya (deal breakers).7

Kini homoseksual cenderung memperkuat eksistensi kaum gay

melalui ruang siber. Berani mengkampanyekan hak-haknya, bahkan juga tidak sungkan mempromosikan gaya hidup homoseksual sebagai gaya hidup yang wajar dan bukan sebagai sebuah penyimpangan. Namun secara

6

Steve levin, “fact Sheet Grindr”, diakses pada Juni 2015, dari www.grindr.com/press/

7

Ratih Cahyani, “Arisan 3!: Online Dating”, artikel diakses pada 16 Februari 2015, dari https://sgrcui.wordpress.com/2015/02/16/arisan-3-online-dating-2/


(17)

5

pandangan syariat Islam, perilaku yang banyak dilakukan oleh kaum Nabi Luth as ini merupakan dosa besar yang dilaknat oleh Allah SWT.Zina dan perbuatan seks menyimpang lainnya seperti homoseks atau lesbian dipandang bertentangan dengan martabat dan naluri manusia yang beradab. Menurut Hamka Haq yang merujuk pada surat al-A‟raf ayat 81 inilah sebagai penyebab mengapa Allah Swt mengharamkan homoseks.8

Dalam Al Quran dan Terjemahannya surat Al-A‟raf ayat 81 sebagaimana dijelaskan:

sesungguhnya kamu menggauli laki-laki guna memuaskan nafsu, selain wanita malah kamu adalah kamu adalah kaum yang melampaui

batas”.9

Grindr banyak dibicarakan sebagai sebuah transisi kehidupan. Kemunculan internet membawa peradaban baru yang mengubah banyak aspek kehidupan dan memberikan tantangan terberat bagi kehidupan dalam menghadapi LGBT.10 Perilaku homoseksual dalam kehidupan bertentangan dengan nilai-nilai agama maupun norma-norma susila. Perilaku ini dapat membahayakan baik dari segi psikologis, moral dan

8

Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk bangsa, (Jakarta: Baitul Muslimin Indonesia, 2015), h. 188.

9

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ASY SYIFA, 2001), h.426.

10

Fathul Purnomo, “Internet dan LGBT: Sebuah Transisi peradaban”, artikel diakses pada 22 Februari 2016, dari https://sgrcui.wordpress.com/2016/02/22/internet-dan-lgbt-sebuah-transisi-peradaban/


(18)

kesehatan. Oleh karena itulah, masyarakat pada umumnya memandang homoseksual merupakan praktik seksual yang menyimpang dan dinilai tidak baik.11 Berdasarkan Latar belakang di atas, maka penulis memilih judul “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar terfokus kepada permasalahan yang diteliti, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu, terhadap interaksi

virtual community yang dilakukan melalui media sosial Grindr. Interaksi ini dilakukan oleh pengguna Grindr aktif yang mengakses media sosial Grindr lebih dari 54 menit dalam sehari. Selain itu, terhadap pengguna Grindr di wilayah Ciputat, Bintaro, dan Pondok Indah

Alasan pemilihan kriteria pengguna Grindr dikarenakan kebutuhan informasi mendalam yang hanya diapatkan melalui pengguna Grindr

Aktif. Serta dijelaskan oleh pihak perusahaan Grindr bahwa pengguna aktif Grindr mengakses kurang lebih 54 menit dalam sehari. Selain itu, Kehadiran Grindr juga merubah hubungan sosial penggunanya, serta menimbulkan kerusakan pada nilai-nilai moral kehidupan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

11

Sidik Hasan dan Au Nasma, Let’s Talk About Love, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 62-64.


(19)

7

a. Bagaimana interaksi virtual community di media sosial Grindr? b. Mengapa pengguna memilih menggunakan Grindr sebagai alat

komunikasi?

c. Apa efek sosial yang ditimbulkan dari interkasi virtual community Grindr?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui interaksi virtual community yang dilakukan homoseksual melalui media sosial Grindr.

b. Untuk mengetahui alasan pengguna Grindr menggunakan Grindr

sebagai alat komunikasi.

c. Untuk mengetahui efek sosial yang ditimbulkan dari interaksi

virtual community Grindr. 2. Manfaat Penelitian

Sedangkan, adanya manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pengetahuan bagi ilmu komunikasi. Dan diharapkan mampu meninterpretasikan pola interaksi virtual community di era sekarang ini yang terus berubah-ubah, karena di pengaruhi oleh ketersediaan media siber yang terus berinovasi.

b. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menginformasikan dan memberikan wawasan kepada masyarakat


(20)

luas, agar lebih cermat lagi memilih dan menggunakan konten media sosial.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penulis menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis menekankan bahwa relitas merupakan konstruksi sosial. Kebenarann suatu realitas bersifat relative, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai oleh pelaku sosial, pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Nilai etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk rekontruksi realitas sosial secara dialektik antara

peneliti dan objek penelitian”.12

Penulis menggunakan paradigma konstruktivis karena ingin melihat realitas komunitas homoseksual pada media sosial Grindr, melalui dialektik antara penulis dengan objek penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan

12

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 126.


(21)

9

pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan kemudian dianalisis.13

Melalui pendekatan penelitian kualitatif, penulis melakukan wawancara langsung kepada informan, baik terhadap pengguna media sosial Grindr maupun pihak perusahaan Grindr. Agar mendapatkan informasi secara mendalam mengenai interaksi virtual communityGrindr.

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.14

Penulis dapat menggambarkan fenomena atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dari informasi yang telah didapatkan, yakni mengenai interaksi virtual community Grindr, alasan pengguna berkomunikasi melalui Grindr, serta efek sosial yang ditimbulkan dari interaksi virtual community Grindr.

13

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Kegunaannya,

(Jakarta: Grasindo, 2010), h.7.

14

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 9-10.


(22)

4. Metode penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian studi kasus intrinsik. Fokus penelitian terletak pada kasus itu sendiri karena keunikannya. Keberadaan kasus merupakan penyebab diperlukannya penelitian.15

A case study is an exploration of a „bounded system’ or a case

(or multiple cases) over time through detailed, in-depth data collection involving multiple sources of information rich in context”.16 Creswell menjelaskan studi kasus merupakan eksplorasi dari sistem yang dibatasi, atau eksplorasi dari kasus tunggal maupun multi-kasus dari waktu ke waktu secara rinci. Serta melakukan pengumpulan data secara mendalam dengan melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam konteks penelitian. Yaitu diantaranya dengan melakukan observations, indept interview, mengumpulkan documents dan audio-visual materials.

Penulis mengumpulkan data melalui objek penelitian yang telah ditentukan, untuk kemudian ditinjau kembali hasil temuan agar mendapatkan sebuah kesimpulan dari permasalahan penelitian. 5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah media sosial Grindr, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pengguna Grindr aktif.

15

Jhon. W. Creswell, Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions, (California: SAGE 1998), Hal 62

16

Jhon. W. Ceswell, Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions, h. 61.


(23)

11

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2016 hingga agustus 2016. Adapun tempat penelitian dilakukan pada wilayah Bintaro, Ciputat dan Pondok Indah.

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis melakukan beberapa cara sebagai berikut:

a. Observations

Penulis melakukan observasi secara tidak langsung atau observasi non partisipant. Penulis melakukan observasi kepada tiga orang pengguna Grindr melalui akunnya, untuk melihat interaksi yang dilakukan pengguna melalui media sosial Grindr. Namun penulis tidak ikut berinteraksi kepada pengguna Grindr lainnya.

b. Indept Interview

Penulis melakukan wawancara secara mendalam kepada tiga orang pengguna Grindr aktif yaitu, Toro, Vidi dan Galih. Penulis mewawancarai tiga informan sebagai objek yang dianggap memiliki infomasi dan dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(24)

Pengamatan dan wawancara juga dilengkapi dengan dokumentasi. Penulis mengambil data-data dari catatan maupun dokumentasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti diantaranya yaitu, transkip wawancara, fact sheet Grindr, dan dokumentasi dengan informan. Serta hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian untuk memperkuat data tentang Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus Interaksi Virtual Community di Media Sosial Grindr).

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada metode penelitian studi kasus kualitatif adalah:

a. Description

Fenomena kemunculan media sosial Grindr yang dikhususkan untuk pengguna gay atau homoseksual. Namun media sosial Grindr

ini mudah di download dan di akses oleh siapa pun atau pengguna umum melalui smartphone.

b. Theme

Kemunculan media sosial ini menimbulkan kekhawatiran. Fenomena kemunculan Grindr ini mengarah pada kerusakan nilai-nilai moral kehidupan, karena interaksi dari media Grindr ini hingga pada tindakan perzinahan.


(25)

13

Karena media Grindr ini mewadahi untuk tindakan diluar nilai-nilai moral kehidupan. Maka diperlukannya pembinaan dan penanaman moral secara lebih intensif kepada kerabat terdekat atau lingkungan. Serta diperlukannya himbauan agar cerdas dalam memilih dan menggunakan media sosial.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis telah melakukan tinjauan pada beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Pertama penelitian yang dilakukan oleh Syifa Awaliyah mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul penelitian “Perilaku Berbohong di Facebook (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga di Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur).17 Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang media internet di kalangan masyarakat luas. Sedangkan perbedaan terletak pada teori yang digunakan serta objek penelitiannya.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Fitri handayani, dengan judul

penelitian “Media Online dan Ruang Publik Virtual (Studi Terhadap

Kolom Komentar dari Kompas.com)” mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang media

17

Syifa Awaliyah, “Perilaku Berbohong di Facebook (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga di Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur)”, Skripsi pada Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Tidak Dipublikasikan.


(26)

internet.18 Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Ari Mukti Wibowo

mahasiswa Mercu Buana Jakarta, dengan judul penelitian “Pola

Komunikasi Antarpribadi Komunitas Homoseksual dalam Mempertahankan Solidaritas (Studi Terhadap Komunitas Love Story di

Jakarta”. Persamaan penelitian terletak pada objek penelitian yang terfokus

dengan komunitas homoseksual.19

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Savitri mahasiswi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Dengan judul penelitian

“Manajemen Kesan Kaum Gay Melalui Media Sosial Grindr”, penelitian

ini memiliki subjek yang sama dengan penulis, namun objek penelitian dan teori yang digunakannya berbeda. Hasil penelitian pada skripsi ini yaitu, pengguna Grindr melakukan pengelolaan kesan dalam akunnya. Mereka melakukan pengelolaan kesan dengan cara yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama yakni menarik perhatian pengguna lainnya melalui profile foto, yang kemudian dilanjutkan melalui proses

chatting. Pengelolaan kesan dengan cara yang berbeda-beda ini dikategorikan dalam peta konsep diri Johari Window yaitu, open self, hidden self, blind self, dan unknown self.20

18

Fitri Handayani,” Media Online dan Ruang Publik Virtual (Studi Terhadap Kolom Komentar dari Kompas.com)”, Skripsi pada Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Tidak dipublikasikan.

19

Ari Mukti Wibowo,” Pola Komunikasi Antarpribadi Komunitas Homoseksual dalam

Mempertahankan Solidaritas (Studi Terhadap Komunitas Love Story di Jakarta”, Skripsi pada Universitas Mercu Buana, 2015. Tidak dipublikasikan.

20

Dewi Savitri, “Manajemen Kesan Kaum Gay Melalui Media Sosial Grindr”, Skripsi


(27)

15

F. Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan, penulis menyusunnya ke dalam lima bab. Dimana setiap bab diuraikan lagi menjadi sub-sub bab, namun pada akhirnya selalu ditemui keterkaitan antar bab.

Di mulai dari Bab I Pendahuluan. Pada bab pertama ini mencangkup latar belakang masalah penelitian yang berkaitan dengan, komunitas homoseksual di media sosial terhadap interaksi virtual community. Dan pada bab ini, penulis menjabarkan secara singkat gambaran dari keseluruhan skripsi.

Selanjutnya Bab II Kajian Teoritis. Dalam bab kedua membahas landasan teori untuk menguraikan beberapa hal yang menyangkut pembahasan dalam penelitian ini, yaitu Teori Community dan Internet

menurut Lori Kendall yang membahas mengenai munculnya hubungan sosial yang di mediasi oleh komunikasi melalui internet. Hubungan sosial ini juga melakukan negosiasi peran gender pada forum online, untuk mengasumsikan identitas yang mereka pilih sendiri dalam menciptakan realitas. Asumsi ini dapat menimbulkan efek sosial. Penelitian ini juga menjelaskan mengenai media sosial, yaitu: pengertian media sosial, karakteristik media soaial, jenis-jenis media sosial, dan khalayak media sosial. Selanjutnya penjelasan mengenai homoseksual. Baik homoseksual dalam pandangan psikologis maupun dalam padangan Islam.

Bab III Gambaran Umum. Pada bab ketiga ini membahas gambaran umum Grindr yang meliputi: sejarah dan pendiri media sosial


(28)

Grindr, logo Grindr, misi Grindr, struktur organisasi Grindr, privacy policy Grindr, serta profile guidelines Grindr.

Bab IV Temuan dan Analisis Data Penelitian. Pada bab keempat ini membahas analisa hasil temuan data dengan landasan teori yang berkaitan dengan rumusan masalah, yakni mengenai interaksi virtual community Grindr. Selanjutnya alasan pengguna berkomunikasi melalui

Grindr, serta efek sosial yang ditimbulkan dari interaksi virtual community Grindr.

Bab V Penutup. Pada bab kelima, peneliti memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian, serta memberikan saran-saran dan beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(29)

17

BAB II

KAJIAN TEORETIS A. Community and Internet Lori Kendall theory

1. Defining the Undefinable (Mendefinisikan yang tidak terdefinisikan)

Dengan ketidakjelasan konsep komunitas, dalam studi komunitas dan internet mengharuskan penulis menghadapi definisi ruang lingkup komunitas. Adapun definisi virtual community

menurut Porter (2004), yaitu:21

a. Bagian dari individual (an aggregation of individuals) b. Berinteraksi dengan sekitarnya (interact around)

c. Berbagi ketertarikan (shared interest)

Definisi inilah yang biasanya digunakan untuk mengungkap ruang lingkup komunitas. Terutama yang berlaku pada booming dot.com di akhir 1990-an, yang ketika itu kegiatan bisnis tertarik dengan komunitas online sebagai potensi alat pemasaran. Dan dipahami sebagai komunitas yang sedikit lebih besar dari kelompok konsumen, yang dapat menimbulkan rasa ketertarikan lebih pada produk tertentu.22

21

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, (United Kingdom: Wiley-Blacwell, 2011), p. 309.

22


(30)

Kemudian, penulis juga harus menghadapi desain dari online forum yang dapat memfasilitasi virtual community. Porter (2004), menunjukan lima karakteristik virtual community, diantaranya meliputi:23

a. Tujuan konten (Purpose of content) b. Tempat (extent of mediation) c. Sistem desain (Platform)

d. Pola interaksi (pattern of interaction)

e. Model keuntungan (Profit model)

Sementara itu, dari sulitnya mendefinisikan komunitas hingga merancang desain komunitas sebenarnya mengandung asumsi penting. Asumsi itu mengenai untuk apa komunitas itu sendiri. Namun terlepas dari itu, banyak peneliti lain yang menyarankan untuk meninggalkan dari konsep komunitas. Ditegaskan oleh Fernback (2007) bahwa,

“Concept of online community has become increasingly hollow as it evolves into a pastiche of elements that ostensibly signify community”.24

Atau yang bisa diartikan dengan konsep komunitas online telah menjadi hampa karena berevolusi menjadi campuran dari unsur-unsur yang seolah-olah menandakan komunitas. Fernback mengambil pendekatan interaksionis simbolik dengan

23

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 310.

24


(31)

19

mewawancarai pengguna tentang konsepsi mereka sendiri dari interaksi kelompok online mereka, untuk menggambarkan konsep komunitas. Fernback menemukan bahwa peserta di kelompok

online memiliki karakter unik pada hubungan sosial online. Disamping merespon, komunitas online juga bertindak untuk mengekspresikan rasa persatuan dan dukungan yang mereka alami dalam kelompok online mereka. Fernback juga menunjukkan bahwa aspek yang lebih penting dan sulit dipahami ialah komitmen.25

2. Community versus Networked Individualism (Komunitas dan individual jaringan)

Menurut Wellman (2002), setidaknya proses di negara-negara maju yang meninggalkan komunitas di dukung oleh internet untuk mendukung jaringan individual. Dalam situasi jaringan individual, orang-orang tetap terhubung tetapi sebagai individu. Setiap individu dapat melakukan komunikasi secara berulang dengan jaringan sosial mereka. Dan secara terpisah mengoperasikan jaringan untuk mendapatkan informasi, kolaborasi, perintah, dukungan, sosialisasi, dan rasa memiliki. Dalam model Wellman ini, jaringan individual merupakan satu-satunya penggerak dari

25


(32)

jaringan itu sendiri. Wellman menggunakan pendekatan jaringan sosial untuk menganalisa individu, jaringan dan kelompok.26

Hodkinson dan Kendall (2007), membutikan secara empiris karakteristik Wellman yang berkaitan dengan Interaksi online. Mereka menemukan bahwa pengguna LiveJournal dengan diary

pribadi seperti Blog saling terkait. Lebih mengikuti pola interaksi individual, mayoritas interaksi berlangsung pada wilayah yang diawali oleh pribadi satu orang, berpusat di sekitar dan di atur oleh individu. Kendall juga menjelaskan,

“LiveJournal participants seek connection with others.

LiveJournal theoretically provides several tools that facilitate such connections. But its structure as a linked set of individually controlled journals mitigates against the kinds of connection

and feedback people seek”.27

Atau yang bisa diartikan dengan, peserta LiveJournal mencari hubungan dengan orang lain. LiveJournal secara teoritis menyediakan beberapa alat yang memfasilitasi hubungan. Tapi strukturnya sebagai Jurnal yang dikontrol secara Individu, memudahkan dalam mencari umpan balik dari seseorang.

Pengguna LiveJournal juga mengungkapkan dua keinginan yang bertentangan. Di satu sisi mereka mencari kontrol di ruang jaringan individu mereka sendiri, di sisi lain mereka juga masih

26

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 311.

27


(33)

21

menginginkan hubungan interpersonal yang hanya didapatkan dari orang lain. Serta keinginan dalam kebebasan berkontribusi dalam dialog kelompok. Di dalam jaringan individu seutuhnya, hal inilah dialog bisa terjadi.28

3. Real Communities versus Pseudocommunities

Dengan banyaknya anggapan mengenai konsekuensinya dalam menggunakan internet, maka peneliti komunitas internet terdahulu memiliki dua tanggapan mengenai hal tersebut. Yakni pertama “the internet will restore to us, the community we have lost”. Rheingold (1993) menggambarkan “hunger for community” diciptakan oleh

hilangnya ruang publik informal yang mengendalikan orang untuk menciptakan virtual community.29

Tanggapan kedua menyatakan, bahwa internet hanya

meneruskan proses sebelumnya dalam meningkatkan “isolation and anomie” menyendiri dan tak dikenal atau bahkan membuatnya

lebih buruk.30 Barney (2004) berpendapat bahwa, teknologi digital memiskinkan daripada memperkaya realitas bersama. Boogerman (2004) juga menyatakan bahwa, internet tidak dapat menumbuhkan

apa yang disebut “final communities” yaitu komunitas yang

bertindak tidak seperti pada artinya sebagai komunitas. Dan merupakan kelompok dari orang-orang yang menemukan atau

28

Ibid., p. 312.

29

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 313.

30


(34)

bekerja diluar alasan seseorang untuk hidup.31 Hal ini dikarenakan Internet adalah komodifikasi budaya berdasarkan sifatnya. Argumen Boogerman ini mirip dengan konsep internet yang tidaklah benar-benar berinteraksi sosial. Bias budaya bersosialisasi secara online dapat terus bertahan, meskipun terus meningkatnya orang-orang yang berpatisipasi dalam interaksi online. Seseorang di kehidupan online secara aktif tetap berusaha menghindarkan diri

dari apa yang disebut “the stereotype of introverted internet user

atau pengguna internet yang tertutup.32

Selain itu, penelitian virtual community juga dihadapkan dengan kemungkinan ketika offline, tidak semua yang kelihatan sebagai anggota komunitas merupakan anggota komunitas. Menurut Jones (1995), konsep dari pseudocommunity diartikan sebagai kurangnya ketulusan dan komitmen.33 Diutarakan juga oleh sosiolog Bellah

dan rekan (1985) yang membedakan antara “communities and lifestyle enclaves” dimana individu disatukan oleh kepentingan

ketertarikan dibandingkan saling ketergantungan yang kompleks.34

4. Virtual Community

Ketika hampir semua komunikasi melalui internet berbasis teks. Secara keseluruhan, penelitian pada virtual community terfokus pada beberapa isu kunci. Hal ini termasuk mengenai pembentukan

31

Ibid. 32

Ibid. 33

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 314.

34


(35)

23

dan kematian virtual community, kemungkinan penipuan identitas

online, serta hubungan antara identitas sosial offline dengan interaksi secara online. Virtual community sering kali terbentuk pada reaksi masyarakat lain yang tersedia, dengan membedakan identitas dan nilai yang ada. Kejadian internal juga menjadi rasa penting sebagai bagian dari komunitas. Namun virtual community

cenderung lebih rentan terhadap gangguan pembubaran dari offline. Maka untuk mendorong anggota baru diperlukannya partisipasi secara aktif.35

Secara keseluruhan peneliti pada virtual community terfokus pada beberapa asumsi kunci yang termasuk dalam pembentukan serta kematian virtual community itu sendiri. Diantaranya:36

1. Conflict

Pada teori community dan Internet menurut Lori Kendall, salah satu asumsi kunci dalam pembentukan virtual community

ialah konflik. Dengan adanya konflik dapat menghancurkan atau bahkan justru dapat menumbuhkan sebuah komunitas. Konflik ini bisa diakibatkan karena adanya konflik internal maupun eksternal komunitas. Virtual community khususnya sangat rentan terhadap gangguan orang diluar kelompok maupun orang di dalam kelompok yang merasa kurang puas. Stone (1992) menggambarkan kesulitan dialami oleh

35

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 314-316.

36


(36)

Communitree di tahun 1982, Communitree menderita masuknya anak laki-laki yang macet sistem melalui

scatological pesan (pesan tidak pantas), dan menemukan cara untuk merusak sistem perintah. Permasalahan tersebut semakin parah oleh kebijakan privasi yang menghalangi pengelola untuk melihat pesan mereka yang masuk. Dalam beberapa bulan,

Communitree menjadi tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, dalam praktiknya pengawasan dan kontrol tambahan terbukti diperlukan untuk menjaga ketertiban virtual community.37

2. Cooperation

Dijelaskan oleh Rheingold dan Dibbell (1993), konflik justru bisa menumbuhkan komunitas. Konflik dapat mempromosikan, serta merefleksikan pertumbuhan komunitas. Smith (1999) juga berpendapat bahwa, virtual community harus memiliki keragaman dalam meningkatkan komunitas jika ingin berkembang. Dari hasil keragaman konflik, untuk bertahan hidup virtual community harus melindungi sumber utama mereka. Dan oleh karena itu komunitas harus bisa mengelola konflik sebelum meningkat sedemikian rupa, supaya tidak merugikan komunitas secara keseluruhan.38 Namun yang paling sulit ialah memberlakukan sanksi karena ketidakmampuan untuk menghadapi pemberontak secara tatap muka, serta

37

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 316.

38


(37)

25

sulitnya menjaga batasan pelanggaran. Sementara masih memungkinkan bagi masuknya peserta baru.39

Dalam diskusinya mengenai manajemen konflik pada

virtual community, Smith menggambarkan berbagai konflik di

Micromuse. Micromuse adalah komunitas online yang dibangun untuk tujuan pendidikan sains bagi anak-anak, tapi diizinkan pengunjung umum juga. Smith menceritakan beberapa kejadian di mana peserta yang berkomitmen dilarang melakukan pelanggaran keras, serta sanksi tersedia bagi virtual community. Seperti dalam kasus CommuniTree, tindakan dari pelanggar tersebut mengancam operasi lanjutan dari software

serta mengganggu pekerjaan orang lain, namun yang memungkinkan komunitas menjadi eksis. Dan meskipun dilarang serta adanya sanki, yang melampaui batas mampu untuk kembali melalui celah teknis dalam perangkat lunak.40

3. Control

Mengingat konflik dapat merefleksikan pertumbuhan kelompok. Hal ini dapat melibatkan lebih jelas lagi mengenai norma dan aturan untuk perilaku bagi anggota komunitas. Selain itu konflik juga dapat menghasilkan mekanisme baru bagi pengendalian sosial. Untuk alasan ini, konflik

39

Ibid., p. 317

40 Ibid.


(38)

menyediakan informasi mengenai nilai-nilai yang berlaku dalam komunitas.

Namun karena tidak semua virtual community mengalami konflik yang sama, dan konflik belum tentu diperlukan untuk pembentukan ikatan komunitas secara erat. Baym (2000), menjelaskan cara di mana r.a.t.s. peserta aktif membangun

r.a.t.s. sebagai komunitas di mana keramahan adalah inti nilai dan perilaku yang diharapkan. Mereka melakukan beberapa strategi percakapan, diantaranya: (1) kualifikasi ketidaksepakatan, (2) menyelaraskan diri dengan peserta lain melalui perjanjian kesepakatan, dan (3) menghindari percapakan perselisihan dan kembali ke kegiatan inti dari grup yaitu soap operas (realitas semu).41

4. Identity

Dalam studi virtual community, para peneliti terdahulu telah membahas identitas dalam beberapa cara yang berbeda. Pandangan pertama, menyangkut kemampuan peserta virtual community untuk menutupi identitas mereka. Pandangan selanjutnya, menyangkut penyimpangan berbagai aspek identitas sosial yang berkaitan dengan ras dan jender serta norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam virtual community.

41


(39)

27

Donath (1999) menjelaskan, mengetahui identitas orang lain atau dengan siapa Anda berkomunikasi sangatlah penting untuk memahami dan mengevaluasi interaksi. Namun di dunia maya yang berbasis teks dan grafis, lebih memungkinkan untuk menutupi identitas atau bahkan sengaja menipu identitas dibandingan dengan pertemuan tatap wajah. Sebab sejak identitas online didefinisikan oleh media, seseorang mungkin juga hadir dengan merasa dirinya terwakili seperti dirinya yang sebenernya. Karena di dunia maya hal ini tidak terlalu dievaluasi oleh lawan bicara mereka.42

Luasnya penipuan identitas online juga mustahil untuk diukur. Namun para peneliti komunitas online menemukan bahwa, pada kebanyakan komunitas yang ada sejak lama penipuan identitas dapat diminimalkan. Pembentukan komunitas tergantung pada identitas yang konsisten. Peserta datang untuk mengenal satu sama lain, bahkan jika hanya melalui nama samaran tetapi sering berusaha untuk menghubungkan secara offline maupun online.43

Selain itu, tidak semua ketidakjelasan identitas online

sengaja diproduksi. Ini hanya karena keterbatasan forum komunikasi online yang sulit dalam memastikan identitas semua peserta. Baym (1995) mengatakan,”people never know

42

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 318.

43


(40)

who all the readers of their messages are.”Baym menjelaskan mengenai partisipasi newsgroup yang tidak akan pernah tahu siapa semua pembaca pesan mereka.44 Kendall (2002) juga menambahkan mengenai kebingunan identitas, karena seseorang yang mereka ketahui, dapat mereka temui di forum lain dengan nama lain. Hal ini terkadang menyebabkan orang untuk mencoba dijabarkan identitasnya oleh orang lain.45

Meski demikian, kebanyakan orang dalam virtual community ingin mewakili diri dengan cara yang konsisten dan realistis. Dan setiap orang tentu dapat melakukanya dengan konsisten. Ini menunjukan bahwa aspek identitas seperti ras, kelas dan jender berharap tidak akan menjadi signifikan secara

online, namun tetap menonjol. Susan Herring dan rekan-rekannya telah menganalisis berbagai aspek dari komunikasi gender online. Diantaranya mengenai bahasa online pria di tahun 1992, perbedaan gender dalam nilai-nilai yang mengarah dengan gaya percakapan online yang berbeda di tahun 1996, harapan pria tentang reaksi partisipasi secara online perempuan di tahun 1995, serta pelecehan perempuan secara online pada tahun 1999. Dan karya awal ini menjelaskan bahwa gender

44

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 319.

45


(41)

29

tidak hilang secara online hanya karena orang berkomunikasi melalui teks dan tidak bisa melihat tubuh masing-masing.46

Kendall (2002) juga menemukan hasil penelitian pada

BlueSky. peserta BlueSky membawa pemahaman dan harapan mengenai gender secara offline dapat dilakukan dengan interaksi secara online. Peserta BlueSky juga berlaku dan dibangun identitas gendernya melalui interaksi online mereka.47 5. Komunitas online dan offline

Sebagian besar masyarakat terhubung melalui internet, yang melibatkan baik secara online maupun offline. Pada virtual community yang terutama adalah online, namun peserta juga sering berusaha untuk memenuhi pertemuan dengan peserta lain secara tatap wajah. Sementara itu, bagi pengunjung kelompok juga banyak yang berusaha untuk meningkatkan hubungan melalui partisipasi secara online. Penelitian tentang komunitas dan Internet ini, penekanannya bergeser dari Studi etnografi menjadi komunitas virtual. Yakni untuk studi pencampuran masyarakat offline dan

online contacts. Sebuah pertanyaan kunci dalam penelitian ini adalah apakah partisipasi online membantu atau merugikan komunitas offline.48

46 Ibid. 47

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 320.

48


(42)

Dan yang perlu diingat, penelitian pada studi virtual community

ini tidak bisa melihat jangka panjang komunitas online dan beberapa studi hanya bisa melihat jangka panjang bagi pengguna. Namun penelitian ini bisa menentukan apakah mereka itu merupakan pengguna kurang berpengalaman yang terlibat dalam berbagai aktivitas online.49

B. Media Sosial

1. Pengertian media sosial

Pada dasarnya media sosial merupakan hasil dari perkembangan teknologi baru yang ada di internet dimana para penggunanya bisa dengan mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi, berbagi, dan membentuk sebuah jaringan di dunia virtual, sehingga para pengguna bisa menyebarluaskan konten mereka sendiri.50

Media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secaravirtual.51

Media sosial merupakan sekelompok aplikasi berbasis internet pada teknologi web 2.0, yang memungkinkan penciptaan

49

Mia Consalvo dan Charless Ess, The Handbook of Internet studies, p. 321-323.

50

Dan Zarella, The Sosial Media Marketing Book, (Canada: O‟Reilly Media, 2010), h. 2 -3.

51


(43)

31

serta pertukaran isi pesan diantara pengguna.52 Berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan oleh Durkheim, Tonnies maupun Marx, untuk memahami hubungan antara pengguna dengan medianya dapat dipahami melalui “Karakteristik kerja komputer dalam web 1.0 berdasarkan pengenalan individu terhadap individu lain yang berada dalam sebuah sistem jaringan (human cognition). Sedangkan web 2.0 berdasarkan bagaimana individu berkomunikasi dalam jaringan antar individu (human communication). Dalam web 3.0 karaktersitik teknologi dan relasi yang terjadi terlihat dari bagaimana (users) bekerja sama (human co-operation).53

Pada umumnya, kita memandang media hanya sebagai perantara pesan. Namun sebenarnya kita dapat memandang media dalam tiga hal, yang menurut Meyrowitz diantaranya ialah:

a. Medium sebagai saluran pesan (medium-as-vessel/conduit). b. Medium adalah Bahasa (medium-as-languange). Media dapat

mengekspresikan dan mengandung pesan tertentu.

c. Medium sebagai lingkungan (medium-as-environment). Media merupakan suatu pilihan konten yang dapat dibedakan dari medium yang lain.

Menurutnya, medium ini juga selanjutnya bisa mengandung nilai-nilai yang tidak sekadar menjadi sarana dalam penyampain pesan.

52Anderas M. Kaplan dan Michael Haenlein. “

User of the World, Unite! The Challenges and The Opportunities of Social Media”, 2010, h. 59-68.

53


(44)

Tetapi memberikan pengaruh pada segi sosial, budaya, politik, bahkan ekonomi.54

Keberadaan media sosial juga merupakan bentuk dari tiga makna bersosial yakni (1) pengenalan, (2) komunikasi, dan (3) kerjasama. Pengenalan merupakan dasar untuk berkomunikasi, dan komunikasi merupakan dasar untuk melakukan kerjasama. Didalam web atau jaringan internet ada sebuah sistem hubungan antar pengguna yang bekerja berdasarkan teknologi komputer yang saling terhubung. Bentuk-bentuk itu merupakan dasar untuk membentuk lapisan lain. Semacam jaringan layaknya dimasyarakat

offline yang membentuk tatanan, nilai, struktur hingga realitas sosial.55

2. Karakteristik media sosial

Adapun karakteristik media sosial ialah sebagai berikut:56 a. Jaringan (network).

Media sosial membentuk jaringan di antara penggunanya. Terlepas dari saling mengenal atau tidaknya pengguna di kehidupan nyata (offline). Jaringan inilah yang pada akhirnya membentuk komunitas atau masyarakat yang secara sadar

54

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 4-5.

55

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h.10.

56


(45)

33

maupun tidak, akan menghadirkan nilai-nilai dalam masyarakat virtual hingga pada struktur sosial secara online.57 b. Informasi

Informasi dijadikan komoditas antar pengguna. Pengguna media sosial dapat mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi. Informasi tersebut pada dasarnya merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan oleh pengguna itu sendiri.58

c. Arsip (archive)

Karakteristik arsip menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan, informasi tidak hilang begitu saja dan mudah diakses kapanpun dan dimanapun. Dengan kemunculan teknologi komunikasi, arsip pada media sosial memberikan kemampuan pada penggunanya untuk mengakses dan mengubahnya sendiri. Dijelaskan oleh Appadurai “the nature

and distributions of its users”.59 Arsip di dunia maya tidak hanya dipandang sebagai dokumen resmi semata yang tersimpan. Arsip di internet tidak pernah benar-benar tersimpan, informasi selalu berada dalam jaringan, terdistribusi

57

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 17

58

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 19.

59


(46)

sebagai sebuah informasi dan menjadi mediasi antara manusia-mesin dan juga sebaliknya.60

d. Interaksi

Menurut Lev Manovich (2001) dua tipologi untuk mendekati kata interaksi dalam perspektif media baru, yakni tipe terbuka (open) dan tipe tertutup (closed). Dalam tipe terbuka, pengguna memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana jaringan ini akan dibentuk dan bagaimana interaksi itu bisa terjadi. Sementara dalam tipe tertutup, menempatkan khalayak ketika mengakses media baru untuk memilih secara bebas pilihan-pilihan yang diberikan sesuai denngan yang di inginkan. Melihat dari dua tipe interaksi ini, dijelaskan bahwa khalayak memiliki kebebasan dalam membentuk jaringan, dan medium memberikan sarana kepada khalayak pengguna untuk saling berinterkasi.61

e. Simulasi sosial

Kata simulacra atau simulasi digunakan untuk mengungkapkan gagasan bahwa kesadaran akan yang nyata di benak khalayak semakin berkurang dan tergantikan dengan

realitas semu. Baudrillard menyebutnya “a copy of a copy with no original”.62 Simulasi di dalam media social menurut Bell

60

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 22-23.

61

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 27.

62


(47)

35

ialah proses dimana simulasi itu terjadi, perkembangan teknologi komunikasi serta kemunculan media baru menyebabkan individu semakin menjauhi realitas, menciptakan sebuah dunia baru, yaitu dunia virtual.63

Tim Jordan (1999) menggambarkan konsep simulacra yakni, pertama Pengguna harus melakukan koneksi untuk berada diruang siber. Yakni melakukan log in atau masuk ke dalam media sosial dengan menuliskan nama pengguna (username) serta kata kunci (password). Kemudian, Ketika berada di dalam media, pengguna melibatkan keterbukaan identitas sekaligus mengidentifikasi atau mengkontruk dirinya di dunia virtual.64

f. Konten oleh pengguna (User generated content)

Dalam media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun. Menurut Lister (2003), UGC (user generated content) merupakan relasi simbiosis dalam budaya media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi.65 Dilengkapi oleh Jordan user generated content ini sebagai penanda bahwa di media sosial khalayak tidak hanya memproduksi konten namun juga mengkonsumi konten yang

63

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 29.

64

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 29-30.

65


(48)

diproduksi oleh pengguna lain. Hal ini menjelaskan bahwa konten oleh pengguna ini merupakan format baru dari budaya interaksi (interactive culture) dimana para pengguna dalam waktu bersamaan bisa berlaku sebagai produser, dan sisi lain sebagai konsumen dari konten yang dihasilkan diruang

online.66

g. Penyebaran (share/sharing)

Benkler menjelaskan bahwa media tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga di distribusikan sekaligus dikembangkan oleh penggunanya.67 Sehingga pada praktiknya, ada semacam kesadaran bahwa konten yang disebar itu patut atau layak diketahui pengguna lain dengan harapan ada konsekuensi yang muncul dimasyarakat. Hal ini dapat diperhatikan melalui:68

a. Pengembangan dan penyebaran konten dilihat sebagai bentuk dari upaya individu sebagai pengguna media sosial dan anggota masyarakat offline.

b. Penyebaran melalui perangkat bisa dilihat sebagai fasilitas untuk memperluas jangkauan konten.

66

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 31-32.

67

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 33.

68


(49)

37

c. Penyebaran ini tidak terbatas pada penyediaan teknologi semata, tetapi juga menyediakan semacam budaya baru yang ada di media sosial bagi pengguna.

3. Jenis-jenis media sosial

Adapun jenis-jenis media sosial diantaranya ialah:69

a. Social networking

Merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial di dunia virtual hingga dampak yang ditimbulkan baik nilai-nilai etika dan moral. Karakter utama dari jejaring social ialah pengguna membentuk jaringan pertemanan baik terhadap yang sudah mengenal maupun belum di dunia nyata (offline). Biasanya alasan membentuk pertemanan ialah atas dasar kesamaan. Misalnya kesamaan hobi maupun kegemaran.70

b. Blog

Merupakan media sosial yang memfasilitasi pengguna untuk berbagi aktivitas keseharian. Konten yang disediakan oleh blog cenderung user experience atau pengalaman pengguna. Karakteristik blog ialah penggunanya adalah pribadi dan konten yang dipublikasikan juga terkait pengguna itu

69

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 40-49.

70


(50)

sendiri. Namun seiring perkembangan media sosial ini sekarang digunakan oleh institusi tertentu.71

c. Microblogging

Media sosial ini hampir mirip dengan Blog namun yang membedakan ialah keutamaan mempublikasikan pendapat dari pengguna. Media ini merujuk kepada twitter yang dapat menyebarkan informasi, mempromosikan pendapatnya, hingga membahas isu terkini kepada pengguna lainnya.72

d. Media sharing

Keutaman media sosial ini ialah disediakannya konten untuk berbagi dokumen, video, audio, gambar kepada sesama penggunanya.73

e. Social bookmarking

Media sosial ini digunakan oleh khalayak untuk mencari informasi baik secara teks, video, maupun foto melalui keyword atau kata kunci tertentu secara singkat. Hingga kemudian pengguna akan diarahkan kepada sumber informasi itu berada.74

f. Media konten bersama atau Wiki

Media sosial ini menyediakan informasi dari hasil kolaborasi para penggunanya. Dengan keutaman konten mirip

71

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 41-42.

72

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 43.

73

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 44.

74


(51)

39

kamus atau ensiklopedia. Media ini menghadirkan informasi berupa pengertian, sejarah, makna kata, hingga rujukan buku maupun referensi lain yang diungkapkan pengguna.75

4. Khalayak media sosial

Internet telah menciptakan ruang virtual dimana khalayak sebagai individu dapat bertemu dengan individu lain dalam waktu yang bersamaan, tetapi tidak berada dalam ruang atau lokasi yang sama. Individu-individu ini pada dasarnya juga tidak memiliki ikatan satu sama lain, selain dari tujuan mereka dalam mengakses media. Meski sama-sama mengakses media, namun mereka cenderung anonim dan tidak mengenal satu sama lain. Dalam tradisi ilmu komunikasi, untuk mengetahui khalayak media maka dapat dilihat dari hubungan khalayak dengan media yang diaksesnya. Pertama, khalayak cenderung berbagai pengalaman dan dipengaruhi oleh individu lain. kedua, dalam memilih media dan penciptaan makna khalayak cenderung heterogen atau berasal dan terdiri dari berbagai lapisan/kategori sosial. Dan ketiga, dengan keberadaan khalayak yang tersebar di wilayah yang berbeda maka dengan alasan itulah dapat mempertimbangkan jenis media atau konten apa yang dibutuhkan.76

Dan apabila mengingat bahwa “media sosial merupakan media web 2.0 dengan karakter media yang interaktif, terbuka

75

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 46-47.

76


(52)

dalam mengkreasikan konten, serta memiliki jaringan yang luas. Maka adapun kriteria dari pengguna media sosial:77

1. Khalayak tidak lagi pasif.

2. Khalayak bisa dilihat sebagai produser, media memberikan kontrol sepenuhnya kepada khalayak untuk mengkreasikan konten.

3. Khalayak memiliki kekuatan dalam pelibatan diri dari proses memproduksi informasi.

C. Homoseksual

1. Homoseksual dalam pandangan psikologis

Secara sederhana, homoseksual diartikan sebagai seseorang yang memiliki kecenderungan atau ketertarikan (orientasi) seksual dengan sesama jenisnya. Orientasi seksual yang seperti ini tentu saja bertentangan dengan orientasi seksual pada umumnya. Baik pria maupun wanita, pada umumnya mereka memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Wanita tertarik dengan pria, begitupun pria memiliki ketertarikan dengan wanita. Homoseksual cenderung melakukan hubungan seks dengan sesama jenis, yakni pria dengan pria dan wanita dengan wanita.78

Gaya hidup homoseksual terkait dengan cara khas individu untuk memilih berkumpul dengan kelompok orientasi seksual

77

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 95-96.

78

Sidik Hasan dan Au Nasma, Let’s Talk About Love, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 57.


(53)

41

tertentu. American Psychological Association (2008) mengatakan, orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual maupun jenis kelamin ataupun gender. Meskipun sebenarnya individu mengekspresikan orientasi seksual melalui perilaku dengan orang lain. Orientasi seksual merujuk kepada bentuk hubungan dengan orang lain. Diantaranya seperti tindakan berpegangan tangan atau berciuman. Dengan demikian, orientasi seksual erat kaitannya dengan hubungan pribadi yang intim yang dapat memenuhi kebutuhan akan cinta, keterikatan, dan kedekatan. Selain perilaku seksual, ekspresi orientasi seksual memberikan afeksi non-seksual antara pasangan, adanya nilai-nilai dan tujuan bersama, keinginan untuk saling mendukung, dan komitmen berkelanjutan.79

Perilaku homoseksual dalam kehidupan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma susila. Oleh karena itulah, masyarakat pada umumnya memandang bahwa homoseksual merupakan praktik seksual yang menyimpang dan dinilai tidak baik. Adapun dampak dari perilaku homoseksual diantaranya sebagai berikut:80

1. Perilaku homoseksual dapat mengakibatkan munculnya sejumlah persoalan kesehatan (medis). Diantaranya yaitu: Menularkan virus penyakit HIV/AIDS, Menimbulkan berbagai

79

American Psychological Association, Answers to your questions: for your better understanding of sexual orientation and homosexuality, (Washington: 2008), p. 1.

80


(54)

penyakit kelamin seperti kencing nanah (gonorrhoea) dan sifilis, Menyebabkan rusaknya organ-organ peranakan (reproduksi) dan kemandulan.

2. Menimbulkan dampak psikologis, diantaranya sebagai berikut: Tidak menyukai dan bahkan benci terhadap lawan jenis. la merasa lawan jenisnya bukanlah sosok yang dapat memberikan kepuasan seksual terhadap dirinya. Bahkan, lawan jenisnya dipandang hanya akan menghadirkan kekecewaan kepadanya. Pelaku homoseksual merasa dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati. Dan terkadang ia merasa bimbang terhadap identitas diri dan seksualitasnya.

3. Menimbulkan dampak moral, baik terhadap dirinya maupun masyarakat sekitar. Karena sejumlah perilaku tidak baik biasanya melekat pada pelaku homoseksual. Diantaranya terbiasa melakukan penyimpangan seksual.

4. Perilaku homoseksual tidak dapat berinteraksi secara sosial dengan leluasa. Ini karena masyarakat pada umumnya menganggap perilaku homoseksual sebagai sebuah penyimpangan. Sikap sosial yang demikian tentu saja turut pula memengaruhi perkembangan mental dan kepribadian pelaku homoseksual, terutama bagi kalangan remaja.


(55)

43

2. Homoseksual dalam pandangan Islam

Banyak yang mempertanyakan mengapa zina dan homoseks itu diharamakan. Dalam buku Islam Rahmah Untuk Bangsa menjelaskan bahwa syariat Islam memandang seks adalah sakral dan harus disalurkan secara secara bermoral lewat pernikahan. Penyaluran seks di luar nikah merupakan perbuatan yang amatlah tercela yang disebut dengan zina.81

Dalam Al Quran dan Terjemahannya surat Al-Isra ayat 32 secara sangat tegas melarang dan mengharamkan perzinaan sebagaimana ditegaskan:

dan janganlah kamu mendekati zina,

sesungguhnya itu adalah dosa besar dan seburuk-buruknya jalan”.82

Selain itu dalam buku Islam Rahmah Untuk Bangsa ini juga menjelaskan bahwa, zina dan perbuatan seks menyimpang lainnya seperti homoseks atau lesbian dipandang bertentangan dengan martabat dan naluri manusia yang beradab. Menurut Hamka Haq

81

Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk bangsa, h. 187.

82

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ASY SYIFA), 2001, h.758.


(56)

yang merujuk pada surat al-A‟raf ayat 81 inilah sebagai penyebab mengapa Allah Swt mengharamkan homoseks.83

Dalam Al Quran dan Terjemahannya surat Al-A‟raf ayat 81 sebagaimana dijelaskan:

sesungguhnya kamu menggauli laki-laki guna memuaskan nafsu, selain wanita malah kamu adalah kamu adalah kaum yang melampaui batas”.84

Adapun kisah Nabi Luth as dan Kaumnya pada buku

Shahih Tafsir Ibnu Katsir sebagaimana dijelaskan pada surat

Al-A‟raf ayat 80-81, sebagai berikut:

حأ ْ ب ق س شح فْ ا تْأتأ ْ ق ق ْ

ْ ي عْ ا

ْ ب ۚ ء س ا د ْ ش جر ا تْأت

فرْس ْ ق ْ ت أ

“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada

kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka

“Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki

83

Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk bangsa, h. 188.

84


(57)

45

untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui

batas”.85

Perbuatan faahisyah disini ialah Homoseksual. Sebagaimana diterangkan dalam ayat 81 Allah SWT berfirman, Dan ingatlah (

ْ ق ق ْ

) Nabi Luth as tatkala berkata kepada kaumnya. Nabi Luth as adalah putra Haran bin Azhar. Nabi Luth as adalah saudara sepupu Nabi Ibrahim. Nabi Luth as beriman kepada Nabi Ibrahim dan berhijrah bersamanya ke negri Syam. Kemudian Allah SWT mengutusnya kepada penduduk Sadum (Sodom) dan negeri-negeri sekitarnya untuk menyeru kepada agama Allah SWT. Memerintahkan penduduk Sadum kepada kebajikan dan melarangnya dari perbuatan-perbuatan dosa, keharaman serta perbuatan keji yang penduduk Sadum adakan, belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari keturunan Nabi Adam atau selainnya, yaitu laki-laki berhubungan intim dengan sesama laki-laki. Perbuatan yang dilakukan penduduk Sadum ini tidak wajar dilakukan manusia, tidak biasa, dan tidak pernah terlintas di benak manusia hingga penduduk Sodom

85

Imam Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2015), h.445


(58)

melakukannya.86 Oleh sebab itu, Nabi Luth as mengatakan kepada kaumnya,

ْ ي عْ ا حأ ْ ب ق س شح فْ ا تْأتأ

ء س ا د ْ ش جر ا تْأت

mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita. Yakni, kalian kepada laki-laki. Ini adalah perbuatan yang melampaui batas. Ini kebodohan dari kalian, karena meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Maka Nabi Luth as juga mengatakan kepada kaumnya sebagaimana pada surat Al-Hijr ayat 71, yaitu:

ي ع ف ْ ت ك يت ب ءَ ٰ ق

Inilah puteri-puteriku, (kawinlah dengan mereka),

jika kamu hendak berbuat (secara yang halal).”87

Kisah selanjutnya sebagaimana dijelaskan dalam surat

Al-A’raf ayat 82 sebagai berikut:

ۖ ْ تيْرق جرْخأ ا ق أ َ ْ ق ا ج ك

ر طتي س أ ْ

86

Imam Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, h. 446

87


(59)

47

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:

“Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.”88

Terhadap ajakan Nabi Luth as ini, kaumnya justru menyambutnya dengan keinginan untuk mengusir Nabi Luth as berikut pengikutnya. Maka Allah mengeluarkan Nabi Luth as dari negerinya dengan selamat, dan membinasakan kaumnya itu di bumi dalam keadaan hina.Tentang firman-Nya

(

ر طتي س أ ْ

)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.” Kata Mujahid yang dimaksud ialah mereka adalah orang-orang yang berlaga suci, (tidak menyukai) dubur laki-laki dan perempuan.89

Kemudian dijelaskan pada surat Al-A’raf ayat 83-84 sebagai berikut:

ْت ك تأرْ ا َ ْ أ ْيج أف

يرب غْ ا

ْي ع ْرطْ أ

ي رْج ْ ا ق ع ك فْيك ْرظ ف ۖ ارط

“Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami turunkan kepada

88

Imam Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir,

89


(60)

mereka hujan (batu) maka perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”90

Allah SWT mengatakan dalam firmannya, Kami selamatkan Nabi Luth as dan keluarganya sementara tidak ada seorangpun yang beriman kepadanya kecuali keluarganya saja. Sebagaimana dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 35-36, sebagai berikut:

تْيب رْيغ يف ْ ج ف ي ْ ْ ا يف ك ْجرْخأف

ي ْس ْ ا

“Lalu kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari

orang-orang yang berserah diri”.91

Dan dari keluarga Nabi Luth as itu dikecualikan isterinya, karena istrinya tidak beriman kepadanya bahkan mengikuti agama kaumnya. Istrinya berkerjasama dengan kaum Luth untuk melawan Nabi Luth as. Istri Nabi Luth as menyampaikan tamu-tamu yang datang melalui isyarat-isyarat yang sudah disepakati antara dirinya dengan kaum Luth. Oleh karena itu, ketika Allah memerintahkan Nabi Luth as supaya meninggalkan negerinya bersama keluarganya

90

Imam Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir,

91


(61)

49

pada malam hari, Allah SWT memerintahkan supaya Nabi Luth as tidak memberitahukan isterinya dan tidak pula mengeluarkannya dari negerinya. Sehingga istrinya bersama kaum (yang dibinasakan). Oleh karena itu Allah berfirman di dalam surat

al-A’raf

,

يرب غْ ا ْت ك

تأرْ ا َ

yaitu, “Kecuali isterinya, dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)”. Hal ini dimaksudkan istri Nabi Luth as termasuk orang-orang yang masih tetap tinggal di negerinya. Ada yang mengatakan kata

يرب غْ ا

(yang tertinggal) artinya

ي

ا

(orang-orang yang dibinasakan). Ini adalah penafsiran dengan berdasarkan suatu hal yang pasri (bahwa setiap orang yang tertinggal pasti mendapatkan adzab yang membinasakan mereka).92

Selanjutnya firman Allah SWT (

ْي ع ْرطْ أ

) “Dan Kami turunkan kepada mereka hujan,” ditafsirkan sebagaimana dalam surat Huud ayat 82-83, sebagai berikut:

ۖ كبر ع س د

يجس ر جح ْي ع ْرطْ أ

يع ب ي ظ ا ي

Dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh

92


(62)

Rabb-mu, dan siksaan itu tidaklah jatuh dari orang-orang

yang dzalim.”93

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al-A’raf ,

) ي رْج ْ ا ق ع ك فْيك ْرظ ف

)

maka perlihatkanlah (kepada kaummu), wahai Muhammad, bagaimana akibat orang yang berani durhaka terhadap Allah dan mendustaka Rasul-Nya.” Imam Ahmad, Abu Dawud at-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual), maka bunuhlah pelaku dan objeknya.94

93

Imam Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir,

94


(63)

51

BAB III

GAMBARAN UMUM GRINDR A. Sejarah Grindr

Sejak diluncurkan pada tahun 2009, Grindr merupakan jaringan sosial mobile pria terbesar di dunia. Grindr memberikan kehidupan gay

melalui situs kencan online. Grindr digunakan pria gay bertemu orang yang tepat, pada waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat. Aplikasi

Grindr ini mudah didapatkan. Bisa diunggah melalui AppStore, playStore

atau website resminya www.Grindr.com. Grindr juga terhubung dengan media sosial lain seperti www.Instagram.com, www.Facebook.com, dan

www.Twitter.com.

Grindr merupakan sebuah aplikasi gratis. Grindr memiliki keunggulan pada teknologi lokasi (GPS) di perangkat iOS maupun

Android, aplikasi ini digunkan untuk dengan pria di daerah yang mereka inginkan melalui chatting dan pertemuan. Sejak didirikan pada tahun 2009, popularitas Grindr meledak. Inovasi dalam jejaring sosial berbasis lokasi juga menarik perhatian pers di Amerika Serikat maupun luar negeri lainnya. Dari The New York Times hingga The Guardian Inggris, pemberitaan terpopular diberikan kepada Grindr.95

Pada juni 2015, dengan sangat mengejutkan Press Grindr

menyatakan Indonesia merupakan negara ke-9 pengguna aktif Grindr.

Adapun sepuluh pasar pengguna aktif harian Grindr, diantaranya ialah

95


(64)

United States, United Kingdom, Mexico, Brazil, France, Spain, Columbia, Italy, Indonesia, dan Australia.96

Pengguna Grindr sangat interaktif hingga menghabiskan 40 menit rata-rata dalam aplikasi. Dengan pengguna aktif kurang lebih 2 juta perhari. Jumlah log in hingga 9 juta perhari. Dan di update pada juni 2015 rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna ialah 54 Menit dalam sehari. Pesan yang dikirim juga lebih dari 70juta perhari. Foto yang dikirim pun lebih dari 5 juta perhari.97

Joel Simkhai menggunakan Grindr setiap hari. Joel senang melihat peluncuran aplikasi Grindr di seluruh dunia. Joel membuat aplikasi ini untuk dirinya sendiri dan cintanya terhadap jutaan orang yang pernah bergabung dengannya. Pada bulan Juni 2008, ketika Apple membawa GPS

(Global Positioning System) untuk iPhone, Joel bermimpi ingin bertemu dengan teman online di mana pun dalam sebuah aplikasi. Joel mengaku pada awalnya tidak punya rencana bisnis, tidak ada rencana pemasaran, tidak ada investor, tidak ada pemasukan uang. Tetapi yang ada hanyalah keinginan memudahkan orang untuk saling bertemu. Joel menyewa pengembang di Denmark, seorang desainer di Los Angeles, dan mereka bekerja sama selama 7 bulan untuk meluncurkan versi pertama Grindr.98

96

Steve levin, “fact Sheet Grindr”, diakses pada Juni 2015, dari www.grindr.com/press/

97

Steve levin, “fact Sheet Grindr”, diakses pada Juni 2015, dari www.grindr.com/press/

98Joel Simkhai, “experience”,

diakses pada 2008, dari


(65)

53

B. Logo Grindr

(Gambar 3.1. Logo Grindr)99

Pada logo Grindr, terdapat gambar menyerupai topeng serta tulisan

Grindr yang terletak di tengah. Keduanya didominasikan dengan warna hitam. Pada background logo juga terdapat warna orange dengan gradasi kuning.

Penggunaan lambang topeng sebagai logo Grindr ini, dimaknai sebagai tampilan yang membuat penasaran. Logo ini terinspirasi dari

history keberaaan gay yang hidup dalam persembunyian. Dan ketika itu memang Joel Simkhai memiliki banyak koleksi pajangan topeng dimeja kamarnya. Sehingga Joel terinspirasi mengguna topeng sebagai lambang situs aplikasi online yang dibuatnya.100

99

Steve levin, “fact Sheet Grindr”, diakses pada Juni 2015, dari www.grindr.com/press/

100Joel Simkhai, “Grindr”, Diakses pada 12 Desember 2014, dari


(1)

Transkip Wawancara

Judul Skripsi : Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr) Waktu Wawancara

Hari, Tanggal : Jumat, 15 Juli 2016

Tempat : Pondok Indah, Jakarta Selatan Nama informan : Responden C

Pekerjaan : Karyawan

Nama Pewawancara : Nicky Franida Nugrahani

Pertanyaan 1 : Sudah berapa lama menggunakan Grindr?

Jawaban 1 : Gue pake Grindr dua tahuanan deh kayanya. Ya tiga tahun deh. Dari tahun 2013 akhir.

Pertanyaan 2 : Dari mana Anda mengetahui aplikasi Grindr?

Jawaban 2 : Gue taunya dari temen sih awalnya soalnya sering banget pada ngomongin. Gue kepo, Gue download deh.

Pertanyaan 3 : Apa tujuan dari konten Grindr?

Jawaban 3 : Ya gue sih taunya Grindr itu buat nyari temen kencan sesama gay


(2)

Jawaban 4 : Biasanya gue sih ajak dia ketemu di tempat ngopi dulu baru deh gue ajak cus ke hotel.

Pertanyan 5 : Apa saja platform yang ada pada Grindr?

Jawaban 5 : Banyak sih, kaya chat, kirim foto, ada GPS jadi ke deteksi akun Grindr yang terdekat sama lokasi gue sekarang. Terus bisa pasang status. Bisa cantumin umur, tinggi, berat badan, tipe badan dan sebagainya. pokonya gitu deh banyak.

Pertanyan 6 : Bagaimana pola interaksi Grindr?

Jawaban 6 : Wah kalo interaksi sih se-singkat itu. Se-singkat chat, nyapa nanya role model, kirim foto, ngajak ketemuan. Pas ketemuan ML doang abis itu udah deh kelar.

Pertanyaan 7 : Apa keuntungan dari media sosial Grindr?

Jawaban 7 : Banyak sih tapi yang paling gue suka gara-gara GPS-nya.

Pertanyaan 8 : Jelaskan, Apa alasan Anda selama ini menggunakan Grindr? Jawaban 8 : Alesan gue main grindr sih emang pengen nyari temen gay. Ya walaupun gue udah nikah tetep aja gue gasuka cewek. Setelah gue main grindr ya gue ngerasa asik aja bisa kencan tanpa harus punya komitmen gitu. Pokonya gue


(3)

yang sebenarnya. ya walaupun disitu gue gak pernah pasang foto dan nama asli gue.


(4)

Wawancara dengan responden A pada Senin, 20 Juni 2016 di Ciputat.


(5)

(6)