Representasi Identitas Komunitas Hizbut Tahrir Indonesia Melalui Media Sosial Facebook
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Robiatul Atiyah NIM: 1112051000045
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437/2016 M
(2)
2x3
6x6
6x9
3r
4r
(3)
6x6
6x9
3r
4r
(4)
(5)
i 1112051000045
Representasi Identitas Komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui Media Sosial Facebook
Di zaman globalisasi ini, media sosial dimanfaatkan sebagai ajang pengungkapan diri melalui konten atau posting. Setiap manusia pasti memiliki identitas atau profil pribadi masing-masing dan ingin dipublikasikan di khalayak ramai. Media sosial dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengungkapkan identitas. Oleh karena itu, peneliti mengkaji tentang representasi identitas komunitas dalam Facebook Hizbut Tahrir Indonesia.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti memunculkan pertanyaan penelitian. Bagaimana representasi identitas komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui media sosial?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan metode wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Penelitian ini melibatkan dua narasumber yaitu Juru Bicara dan Admin Facebook Hizbut Tahrir Indonesia. Data ini kemudian dianalisis menggunakan empat level media siber.
Penelitian ini menggunakan teori pengungkapan diri (self disclosure) dari Joseph A. De Vito dan teori empat level media siber. Ada empat level dalam melihat realitas sosial-siber di media sosial. Level-level ini bisa juga digunakan sebagai panduan dalam melihat realitas dan hubungannya antara online-offline. Level ini terdiri dari ruang media (media space), dokumen media (media archive), objek media (media object), dan pengalaman (experiential stories).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa visualisasi yang ditampilkan melalui Foto diri atau foto profile dan foto sampul. Foto diri dan sampul yang ditampilkan berupa logo atau lambang dari bendera Hizbut Tahrir Indonesia. Teks-teks yang dipublikasikan yakni kolom kanal diri (about) dan kolom isi atau konten
(posting). Adanya interaksi antara pengguna dan admin Facebook Hizbut Tahrir
Indonesia. Interaksi yang terjalin di halaman ini mulai dari komentar, tanda suka sampai dengan balas pesan melalui inbox Facebook. Motif dari pembuataan halaman Facebook Hizbut Tahrir Indonesia salah satunya ialah sebagai tempat untuk menampilkan identitas.
(6)
ii
Alhamdulillahirabbil alamin, peneliti ucapakan puji serta rasa syukur
kepada sang pencipta, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya untuk peneliti. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Allah tempat mengadu, tempat berlindung dan yang selalu memberikan hal yang
terbaik kepada peneliti. Dzat yang Maha Esa dan Maha Berkehendak. Shalawat
serta salam tidak lupa peneliti hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Representasi Identitas Komunitas Hizbut Tahrir
Indonesia melalui Media Sosial Facebook” diharapkan mampu menyumbang
wawasan serta pengetahuan tentang pengungkapan diri dan new media. Meskipun
dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan yang peneliti miliki.
Namun atas doa dan semangat dari berbagai pihak peneliti mampu
menyelesaikannya. Dari hati yang dalam, peneliti ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
MA, beserta Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
Adminstrasi Umum, serta Dr. Suhaimi M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Masran,
MA, dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita
Fathurokhmah, M.Si yang telah banyak membantu dalam penyusunan
(7)
iii
tahun setengah.
4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, meluangkan waktu serta memberikan arahan, nasihat dan
ilmu bagi peneliti agar mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan
benar.
5. Seluruh dosen yang ada di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
segala ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.
6. Narasumber yang terlibat Ustad Ismail selaku Juru Bicara Hizbut Tahrir
Indonesia dan Admin Fanpage Facebook Hizbut Tahrir Indonesia yang
tidak dapat saya sebutkan namanya
7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Azhari Sofwani dan Ibunda Khofsah.
Terima kasih atas segala yang doa yang selalu dilatunkan, kasih sayang
yang tidak permah berhenti, semangat dan semua hal yang mulai dari yang
berbentuk materi ataupun tidak yang telah kalian berikan dengan tulus
ikhlas sampai saya bisa duduk dibangku kuliah. Umi dan Bapak semoga
saya akan selalu menjadi kebanggaan kalian, love you till my last breath.
8. Kakak-kakakku dan kakak iparku tercinta Ria Zuhria, Nurjahan, Ali Fikri,
Senja, Rusdian Wahyudi dan keponakanku tersayang Almira Nadifa,
Muhammad Zuhdi dan Khalisa Thalita Ramadhania. Semoga kalian bisa
(8)
iv
bantuan untuk skripsi dan mendengarkan keluh kesah. Makasih udah
selalu jadi best supporter.
10.Ma bae yaitu Aidha Marinda Ayu, Eka Nanda Wulandari dan Rezania
Meidiati yang menjadi inspirasi, supporter, dan sahabat perjuangan skripsi.
Terima kasih kalian selalu menjadi penghibur dikala sedih dan gundah,
menjadi supporter dikala ingin berjuang dan memulai sesuatu. See u on
top guys! Love you. Terima kasih juga buat Bella Arifah, Helwa Salsabila
dan Karima Dwi Aprina.
11.Teman-teman kelas KPI B 2012 Weak dan KKN HEART 2015 yang telah
memberikan banyak kesan yang berharga selama peneliti kuliah, terima
kasih telah menjadi teman yang baik, jangan lupa ya kalo nikah undang.
12.Serta terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti
dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu.
Pada kesempatan yang sempit ini, peneliti berterima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu peneliti. Semoga Allah SWT membalas apa
yang telah kalian berikan untuk peneliti dan selalu memberikan
keberkahan untuk kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 30 Maret 2016
(9)
v
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian... 8
1. Metode Penelitian ... 9
2. Subjek dan Objek Penelitian ... 9
3. Tempat dan Waktu Penelitian... 9
4. Teknik Pengumpulan Data ... 9
5. Teknik Analisis Data ... 11
F. Tinjauan Pustaka... 12
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Representasi ... 14
B. Identitas dan Pengungkapan Diri ... 15
C. Media Sosial ... 26
D. Facebook ... 34
BAB III GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR INDONESIA A. Sejarah Hizbut Tahrir ... 39
B. Sejarah dan Perkembangan Hizbut Tahrir Indonesia ... 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Diri Komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui Media Sosial Facebook ... 47
B. Media Sosial Facebook dalam Merepresentasikan Identitas Komunitas Hizbut Tahrir Indonesia ... 53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
(10)
vi
Gambar 1: Lestrarikan Alam ... 48
Gambar 2: Bahaya Maksiat ... 49
Gambar 3:Foto Diri dan Sampul Foto ... 50
Gambar 4: Album Foto Hizbut Tahrir Indonesia ... 51
Gambar 5: Foto Kronologi Hizbut Tahrir Indonesia... 52
Gambar 6: Kolom Suka (Like) ... 54
Gambar 7: Logo Hizbut Tahrir Indonesia pada Postingan... 55
Gambar 8: Foto Profil ... 56
Gambar 9: Kolom Tentang Diri atau About ... 59
Gambar 10: Konten dengan Tema Pemerintahan ... 61
Gambar 11: Konten tentang Ekonomi ... 62
Gambar 12: Konten tentang Kegiatan dakwah ... 63
Gambar 13: Konten tentang Pengungkapan Diri ... 64
Gambar 14: Contoh Interaksi yang Terjadi ... 65
Gambar 15: Kolom Komentar ... 66
Gambar 16: Komentar Pro pada Kolom Komentar... 67
Gambar 17: Komentar Kontra pada Kolom Komentar ... 67
(11)
1 A. Latar Belakang
Hizbut Tahrir merupakan sebuah organisasi masyarakat yang
bergerak di bidang politik yang berideologi Islam. Politik merupakan
kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir berupaya
menawarkan agar sistem khilafah yang pernah diterapkan pada masa nabi
dan khulafa’ al- rosyidin dihidupkan dan diterapkan kembali.1
Hizbut Tahrir berada diantara umat, dan bersama-sama
memperjuangan untuk menjadikan Islam sebagai solusi permasalahan
utamanya, serta membimbing umat untuk mendirikan kembali sistem
Khiafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas
kehidupan. Hizbut Tahrir mengurusi urusan-urusan umat dan
memperkenalkan dunia kepada mereka, agar mereka bisa memimpin
dunia dan menjadikan tujuan mereka di dunia untuk meraih kebahagian
di akhirat serta ridho Allah SWT.
Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis),
Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan
umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui
tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh
Taqiyuddin An-Nabhani.
1
Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir; Partai Politik Islam Ideologis (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2000), h. 67-69.
(12)
Latar belakang berdirinya Hizbut Tahrir adalah pemahaman yang
dianut oleh Syaikh Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin
Ismail bin Yusuf An-Nabhani tentang perintah Allah SWT yang tertuang
dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi,
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat
(jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan,
yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang
dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran: 104)
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di
Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan
Aljazair. Juga ke Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan
negara-negara Eropa lainnya. Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada
tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di
seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir
Indonesia merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di
masjid, perusahaan, dan perumahan.2 Hizbut Tahrir melebarkan sayap
organisasinya ke berbagai wilayah termasuk dengan menggunakan
internet. Internet merupakan salah satu alat yang dijadikan sebagai alat
penyebaran informasi Hizbut Tahrir.
2
Http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/ yang diakses pada 17 desember 2015 jam 08.00 WIB
(13)
Teknologi internet menawarkan sumber informasi komunikasi
yang dapat diakses tanpa mengenal ruang dan waktu. Internet mampu
mendistribusikan pesan dengan sangat luas serta mampu mempercepat
penyebaran dan pertukaran informasi ke seluruh dunia dengan semua
kelebihan yang dimilikinya.
Internet sendiri hadir untuk menjawab kebutuhan manusia yang
ingin berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk kemajuan fitur
aplikasi teknologi internet adalah situs jejaring sosial (sosial networking
site). Pengguna jejaring sosial tidak hanya aktif memperbarui foto atau
status seputar kehidupan yang mereka jalani sehari-hari, tetapi juga
menyampaikan informasi serta pandangan terkait dengan isu-isu aktual
yang terjadi di sekitarnya.
Kehadiran situs jejaring sosial (sosial networking site) atau sering
disebut dengan media sosial seperti Facebook, Twitter, Skype dan
sebagainya merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan
konten seperti profil, aktivitas atau bahkan pendapat pengguna juga
sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi
dalam jejaring sosial di ruang siber.3
Melalui Facebook dan Twitter
masyarakat bisa menggalang kekuatan sendiri untuk menolak kebijakan
pemerintah yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani masyarakat.4
3
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Baru (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 30.
4
(14)
Salah satu jejaring sosial yang paling banyak digunakan adalah
Facebook. Media sosial Facebook telah menyedot banyak perhatian di
kalangan pengguna internet di seluruh dunia, terutama yang aktif
berinteraksi sosial dalam dunia maya. Selain menggunakan media cetak,
media sosial merupakan salah satu alat yang dijadikan sebagai alat
penyebaran informasi Hizbut Tahrir, salah satu media sosial yang
digunakan adalah Facebook. Hal ini dilakukan karena menurut pandangan
Hizbut Tahrir untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita besar
membutuhkan dukungan dari banyak orang dalam jumlah besar. Dengan
adanya media sosial kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi semakin
mudah dan jarak bukan lagi menjadi kendala yang rumit yang harus
dihadapi.
Setiap manusia pasti memiliki identitas atau profil pribadi
masing-masing dan ingin dipublikasikan di khalayak ramai. Di zaman globalisasi
ini, media sosial dimanfaatkan sebagai ajang pengungkapan diri melalui
konten atau posting. Bagi Erving Goffman, bahwa setiap individu pada
kenyataannya melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara
menampilkan diri (self performance).5 Sedangkan, Wood and Smith
menyatakan bahwa identitas yang berlaku di internet merupakan konstuksi
komplek bagi diri, dan secara sosial terkait bagaimana kita berangapan
terhadap diri kita sendiri, dan bagaimana pula kita mengharapkan diri dan
stigma orang lain terhadap kita dan bagaimana orang lain itu
mempersepsikannya. Bahkan penggambaran diri merupakan upaya
5
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana Media Group, 2014) , h. 142
(15)
individu untuk mengkonstruk dirinya dalam konteks online melalui foto
atau tulisan, sehingga lingkungan sosial mau menerima keberadaan dan
memiliki persepsi yang sama dengan individu ini. Di internet pada
dasarnya komunikasi dan interaksi yang terjadi memakai medium teks,
secara langsung hal ini akan memengaruhi bagaimana seseorang
mengungkapkan identitas dirinya di kehidupan virtual.6
Berkembangnya media komunikasi baru, terutama internet, telah
mentransformasikan pula bagaimana interaksi antara individu sebagai
entitas yang pada kenyataannya membawa fenomena sosial yang baru dan
berbeda dari yang selama ini dipahami.7 Dengan adanya pengungkapan
diri dari Hizbut Tahrir Indonesia melalui konten di halaman Facebook, ada
beberapa orang menerima dengan baik lewat interaksi yang terjadi dan
tidak sedikit yang berusaha menolak karena takut atau tidak nyaman
dengan wacana-wacana yang disampaikan oleh mereka. Akan tetapi
penolakan yang didapati tidak menghalangi perjuangan Hizbut Tahrir
Indonesia untuk mengungkapkan diri di dunia virtual. Disini peneliti
tertarik untuk mengkaji bagaimana representasi identitas komunitas Hizbut
Tahrir Indonesia melalui media sosial Facebook.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan dan fokus pada tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai batasan masalah agar pembahasannya tidak meluas dan dan lebih terfokus. Untuk
6
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, h. 143.
7
(16)
itu peneliti menetapkan bahwa penelitian ini membahas mengenai representasi identitas dari salah satu komunitas islam yang ada di Indonesia yaitu Hizbut Tahrir Indonesia dilihat melalui media sosial
Facebook.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti, adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut bagaimana representasi identitas
komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui media sosial Facebook?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan representasi identitas yang
ada pada komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui media sosial
Facebook.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lanjut
bagi para peneliti lain maupun masyarakat umum serta dapat
memberi manfaat guna menambah pengetahuan tentang new
media dan pengungkapan diri.
Kegiatan penelitian ini juga merupakan stimulus dan
kesempatan bagi peneliti untuk mengeksplorasi lebih jauh
materi-materi yang didapatkan dibangku perkuliahan yang
(17)
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi
yang dapat digunakan bagi pembaca pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya dalam menelaah dan memperhatikan
lagi kegunaan media sosial Facebook sebagai sarana disclosure
komunitas. Dan memberi masukan akan penting self disclosure
dalam menjalin hubungan interpersonal.
E. Metode Penelitan
1. Metode Penelitian
Dalam skripsi ini peneliti memilih menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat
tentang fakta-fakta dan sifat- sifat populasi atau objek tertentu.8
Metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu melakukan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku.
Laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut.9
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman
yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif
partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi
diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang
8
Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.
9
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.
(18)
menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan
berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.10
Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama
dan sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data
tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan.11
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia melalui
Media Sosial Facebook sedangkan objek penelitiannya adalah
representasi identitas dalam Hizbut Tahrir Indonesia melalui
Facebook.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Crown Palace A25, Jl Prof.
Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12390 Telp/Fax: (62-21) 83787370
/ 83787372 yang merupakan kantor pusat Hizbut Tahrir Indonesia
untuk melakukan wawancara dan waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai dari Desember 2015 sampai penelitian ini selesai.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan
10
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2006), h. 23.
11
(19)
dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek
penelitian12Yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah
admin Facebook Hizbut Tahrir Indonesia yang tidak bisa
disebutkan namanya dan Ustad Ismail Yusanto selaku juru bicara
Hizbut Tahrir di Facebook.
b) Observasi
Observasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
penelitian ini. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.13
Observasi yang dilakukan sesaat atau pun mungkin dapat di ulang.
Observasi dalam penelitian ini, peneliti mengamati bagaimana
representasi identitas Hizbut Tahrir Indonesia di Facebook.
c) Dokumentasi
Teknik ini merupakan instrumen pengumpulan data yang
sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data.
Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau privat. Dokumen
publik misalnya : laporan posisi, berita surat kabar, acara TV dan
lainnya. Dokumen privat misalnya: memo, surat-surat pribadi,
12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 155.
13
Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(20)
catatan pribadi dan lainnya.14
Didalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik dokumentasi publik yaitu melalui internet.
5. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif, maka dalam menganalisis data yang berhasil dikumpulkan
tidak digunakan uji statistik melainkan non statistik sesuai dengan
penelitian bersifat kualitatif. Analisis data ini bertujuan agar peneliti
mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat
digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
penelitian. Peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada
analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah
mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data
yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal
yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua
hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang
ditemukan.15
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisi media siber,
pada analisis ini terdiri dari empat level, yakni ruang media (media
space), dokumen media (media archive), objek media (media object),
14
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Malang : Perdana Media Group, 2009), h. 118.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teoori & Praktik (Jakarta : Bumi Aksara, 2013) h.210
(21)
dan pengalaman (experiential stories). Dalam ruang media untuk level
ini hanya terfokus pada prosedur dan atau bagaimana perangkat media
siber digunakan. Level dokumen media digunakan untuk melihat
bagaimana isi sebagai suatu teks dan makna yang terkandung di
dalamnya dipublikasikan melalui media siber. Karena di level ini lah
peneliti bisa mengetahui bagaimana representasi dari pengguna atau
khalayak itu sendiri. Level selanjutnya adalah level objek media. Pada
level ini peneliti dapat mengetahui bagaimana teks itu ditanggapi atau
berinteraksiu dengan pengguna siber lainnya. Dan pada level
pengalaman media, level ini peneliti bisa menghubungkan realitas
yang terjadi di dunia virtual (online) dengan realitas yang ada di dunia
nyata (offline).16
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi guna untuk memastikan ada
kesamaan judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, ada satu tema yang serupa
namun berbeda yang membahas tentang tipe kepribadian, skripsi ini
berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Self Disclosure Pengguna
Facebook yang disusun oleh Dimas Pamuncak mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jurusan pada tahun 2014. Skripsi ini menyimpulkan tentang
16
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014), h. 208
(22)
pengaruh apa saja tipe kepribadian bagi pengungkapan diri yang ditujukan
kepada pengguna Facebook. Perbedaannya peneliti disini menggunakan
pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya.
Penelitian yang berjudul Komunikasi Antarpribadi dalam
Pembentukan Identitas Sosial Anggota Hizbut Tahrir Indonesia oleh Arif
Mulizar mahasiswa Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 2013.
Skripsi ini mempunyai kesamaan dengan peneliti yaitu sama-sama
membahas tentang Hizbut Tahrir Indonesia. Namun, skripsi ini peneliti
membahas tentang pola komunikasi antarpribadi dari anggota-anggota
Hizbut Tahrir Indonesia. Sedangkan di penelitian ini membahas tentang
representasi identitas yang ada di Facebook Hizbut Tahrir Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
Bab I
Latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta
sistematika penulisan.
Bab II
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan
permasalahan penelitian, metodologi penelitian, pedoman penelitian serta
sistematika penelitian.
Bab III
Bab ini membahas tentang gambaran umum Facebook Hizbut Tahrir
Indonesia.
(23)
Bab ini berisi temuan, analisis data, dan interpretasi menggunakan empat
level media yaitu ruang media, dokumen media, objek media dan
pengalaman.
Bab V
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang diajukan
(24)
14
LANDASAN TEORI A. Representasi
Stuart Hall mengungkapkan ada dua proses representasi. Pertama,
representasi mental yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang masih ada
dikepala kita masing-masing. Sedangkan yang kedua, yaitu ‘bahasa’ yang
berperan penting dalam mengkonstruksi suatu makna.1 Maka dari itu, yang
terpenting dalam representasi adalah bahwa kelompok yang dapat
berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah kelompok tertentu,
yang memiliki suatu latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat
menciptakan suatu pemahaman yang hampir sama. Berpikir dan merasa
juga merupakan sistem representasi, sebagai sistem representasi berarti
berpikir dan merasa juga berfungsi untuk memaknai sesuatu. Untuk dapat
melakukan hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama
terhadap konsep, gambar, dan ide (cultural codes). 2
Pemaknaan terhadap sesuatu bisa sangat berbeda dalam budaya
atau kelompok masyarakat yang berlainan, karena pada masing-masing
budaya, kelompok, dan masyarakat tersebut tentunya ada cara-cara
tersendiri dalam memaknai sesuatu. Kelompok masyarakat yang memiliki
latar belakang pemahaman yang tidak sama terhadap kode-kode budaya
tertentu tidak akan bisa memahami makna yang diproduksi oleh kelompok
masyarakat lain.
1
Stuart Hall. “The Work of Representation”. Representation: Cultural Representation and signifying Practices. (London. Sage Publication, 2003), hal. 17.
2
(25)
Media sosial sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk
representasi pada isinya. Representasi dalam media sosial menunjuk pada
bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu
ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi bekerja pada hubungan
tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu
ada pemaknaan baru. Representasi berubah-ubah akibat makna yang juga
berubah-ubah. Setiap waktu terjadi proses negoisasi dalam pemaknaan.
Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi
merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan
kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia
sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Dengan pandangan baru
yang menghasilkan pemaknaan baru, juga merupakan hasil pertumbuhan
konstruksi pemikiran manusia, melalui representasi makna diproduksi dan
dikonstruksi. Ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat suatu
hal bermakna sesuatu.
B. Identitas dan Pengungkapan diri 1. Identitas
Identitas adalah konsep atas keberadaan seseorang untuk dapat
dipandang sebagai human being. Bagaimana dia memandang dirinya,
bagaimana dia ingin dipandang dan bagaimana dia memandang orang
lain adalah bagian dari penentuan sesuatu yang disebut jati diri
seseorang.3
3
Sih Natalia Sukmi, “Konstruksi Identitas Pengguna Media Dunia Media yang Konvergen” Jakarta, 13-14 November 2013 (FISIP) Universitas Indonesia, 2013), h. 456.
(26)
Bagi Erving Goffman, bahwa setiap individu pada kenyataannya
melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara menampilkan diri
(self performance). Namum penampilan diri ini pada dasarnya
dibentuk atau untuk memenuhi keinginan audiensi atau lingkungan
sosial, bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh individu
itu sendiri. Sehingga identitas yang muncul yakni ilustrasi apa yang
sebenarnya menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan
pengakuan sosial, meski dalam banyak hal ekspektasi yang dating dari
lingkungan sosial sering kali berlawanan dengan kehendak pribadi.4
Komunikasi dijadikan sebagai alat untuk membentuk identitas.
Identitas baik dalam pandangan diri anda maupun orang lain, dibentuk
ketika secara sosial berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan.
Mendapatkan serta reaksi orang lain dalam interaksi sosial dan
sebaliknya, memperlihatkan rasa identitas dengan cara
mengekspresikan diri dan merespons orang lain. Identitas adalah kode
yang mendefinisikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam atau
kode yang terdiri dari simbol-simbol.5
Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan
dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensi tersebut
berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau lapisan.6 Tingkatan
pertama adalah personal layer, yang terdiri dari rasa akan keberadaan
diri dalam situasi sosial. Identitas tersebut terdiri dari berbagai
4
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana Media Group, 2014) , h. 142
5
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Sibe, h. 142.
6
Stephen W. Littlejohn and Karen A.Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h.131
(27)
perasaan serta ide tentang diri sendiri, siapa dan seperti apa yang
sebenarnya. Tingkatan kedua adalah enactment layer atau pengetahuan
orang lain tentang diri seseorang berdasarkan pada apa yang dilakukan,
apa yang dimiliki dan bagaimana akan bertindak. Tingkatan ketiga
dalam identitas adalah relational atau siapa diri anda dalam kaitannya
dengan individu lain. Identitas dibentuk dengan adanya interaksi yang
terjadi. Dan yang keempat adalah tingkatan communal, tingkat
identitas ini sangat kuat dalam banyak budaya. Ketika identitas
seseorang dibentuk terutama oleh komunitas yang lebih besar daripada
oleh perbedaan individu di antara manusia dalam komunikasi. Kapan
pun anda memperhatikan apa yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh
komunitas tersebut, maka anda akan menyesuaikan diri pada tingkatan
identitas tersebut.7
Wood and Smith menyatakan bahwa identitas yang berlaku di
internet merupakan konstruksi komplek bagi diri, dan secara sosial
terkait bagaimana kita berangapan terhadap diri kita sendiri dan
bagaimana pula kita mengharapkan diri pandangan dan stigma orang
lain terhadap kita dan bagaimana orang lain itu mempersepsikannya.
Bahkan penggambaran diri atau self-performance merupakan upaya
individu untuk mengkonstruk dirinya dalam konteks online melalui
foto atau tulisan, sehingga lingkungan sosial mau menerima
keberadaan dan memiliki persepsi yang sama dengan individu ini. Di
internet pada dasarnya komunikasi dan interaksi yang terjadi memakai
7
(28)
medium teks, secara langsung hal ini akan memengaruhi bagaimana
seseorang mengkomunikasikan identitas dirinya di kehidupan virtual
(virtual life) dan setiap teks menjadi semacam perwakilan dari setiap
ikon diri dalam penampilan diri.8
Dalam komunikasi tatap muka seseorang akan memahami dengan
gambaran identitas diri orang lain melalui gender, ras, pakaian, dan
karakteristik nonverbal lainnya. Namun untuk berinteraksi lewat dunia
maya hal ini sulit untuk dilakukan, teknologi internet menwarkan
fasilitas untuk menyembunyikan beberapa petunjuk atau karakteristik
tertentu yang tidak ingin ditampilkan dan diketahui oleh publik.
Sementara menurut Tim Jordan, ada dua kondisi yang bisa
menggambarkan bagaimana keberadaan individu dan
konsekuensinydalam berinteraksi di internet, yaitu pertama: untuk
melakukan koneksitas di cyberspace setiap orang harus melakukan
loggingin atau melakukan prosedur tertentu seperti menulis username
dan password untuk membuka akses ke email, situs jaringan sosial
seperti facebook, atau laman web lainnya. Ketika prosedur ini dilalui,
maka individu mendapatkan semacam ruang pribadi di mana setiap
individu mendapatkan laman khusus yang hanya bisa diakses oleh
individu itu, yang biasa disebut dengan istilah akun (account).9
Kedua, memasuki dunia virtual kadang kala juga melibatkan
keterbukaan dalam identitas diri sekaligus juga mengarahkan
bagaimana individu itu mengidentifikasikan atau mengkonstruk
8
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber , h. 143.
9
(29)
dirinya di dunia virtual. Pengguna facebook, sebagai contoh, harus
memasukkan informasi tentang dirinya seperti nama, tempat tanggal
lahir, pendidikan, hobi dan sebagainya. Setiap individu di media siber
memiliki kemampuan tanpa batas untuk mengkreasikan siapa diri kita
di dunia virtual, dan hasil kreasi itulah yang nantinya akan mewakili
individu dalam memainkan perannya serta berinteraksi di internet.
Pilihan untuk membuka identitasnya secara jujur dengan pilihan untuk
membuka identitas palsu merupakan pilihan yang bisa diambil.10
Sementara Shirkley Turkle dalam bukunya Second Self: Computers
and the human spirit dan life on the screen: identity in the age of the
internet menyatakan, bahwa internet menghubungkan miliaran
individu dari belahan bumi mana pun dalam ruang baru yang
berimplikasikan pada cara khalayak berfikir selama ini tentang
seksualitas, bentuk dari komunitas, dan bahkan identitas diri. Di ruang
siber sangat berbeda kenyataan di mana individu akan menemukan
dunia baru termasuk identitas, baik yang esensial maupun
non-esesnsial.11
Wood and smith menyodorkan tiga tipe identitas dalam
berinteraksi di internet, yakni real-life identity, pseudonymity, dan
anonymity.12 Identitas pertama menunjukan siapa sebenarnya individu
itu. Pada pseudominity, identitas asli mulai kabur dan bahkan menjadi
palsu, meski dalam beberapa hal ada representasi yang bisa
10
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Cyber , (Jakarta: Kencana, 2012), h.126-130.
11
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, h. 144-145.
12
(30)
menunjukkan identitas asli seseorang. Terakhir, anonymity atau
anonym merupakan bentuk baru identitas yang benar-benar terpisah
dan tidak bisa dirujuk kepada siapa identitas itu dimiliki.13 Dalam
banyak ruang virtual, anonimitas itu bisa terjadi sepenuhnya. Peserta
dapat mengubah nama atas kehendak mereka sendiri dan tidak ada
catatan yang disimpan untuk menghubungkan nama-nama dengan
identitas di dunia nyata.14
2. Teori Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Joseph A. DeVito mendefinisikan self-disclosure sebagai suatu
bentuk komunikasi antarpribadi dimana informasi tentang diri yang
biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang
lain. Self-disclosure merupakan perilaku komunikasi di mana
pembicara secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak
lain.15
Menurut DeVito pengungkapan diri berupa informasi, perilaku,
sikap, keinginan, motivasi, dan ide yang ada pada orang yang
bersangkutan. Kedalaman pengungkapan diri yang dilakukan
tergantung seberapa besar ia nyaman dalam keadaan, jika kenyamanan
tersebut besar maka informasi yang akan diberikan juga akan banyak.
13
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, h. 145
14
Rulli Nasrullah, Berwacana Di Ruang Publik Virtual, Prosiding Seminar Besar Nasional Komunikasi Padang 26-27 November 2013, “komunikasi @2014 Komunikasi dan pemilihan umum 2014: persiapan, pelaksanaan dan masa depan” (ISKI, 2013), h. 350.
15
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1994), h. 163.
(31)
Namun sebaliknya jika orang yang bersangkutan tidak nyaman ia akan
cenderung menutup diri.16
Wrightsman mengungkapkan pengungkapan diri adalah proses
menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan
dan informasi dengan orang lain. Sedangkan menurut Morton,
pengungkapan diri merupakan diri merupakan kegiatan membagi
perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.17
Pengungkapan diri atau self-disclosure ini dapat terjadi jika
seseorang sengaja memberikan informasi seputar dirinya kepada orang
lain, dan orang tersebut lebih menyukai informasi langsung yang
diberikan orang yang bersangkutan dibandingkan harus mendengarkan
dari sumber lainnya.18
Self disclosure dapat dibedakan antara satu dengan lainnya
karena terbagi dimensinya. DeVito mengungkapkan ada lima dimensi
self-disclosure:19
1) Ukuran (Amount)
Ukuran pengungkapan diri dapat dilihat dari frekuensi
seseorang melakukan self-disclosure dan durasi pesan-pesan yang
bersifat pengungkapan diri, yakni waktu yang diperlukan untuk
menyatakan pengungkapan diri tersebut.20
16
Muhammad Budyatna dan Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Kencana, 2011), h. 158
17
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 106
18
Muhammad Budyatna dan Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi, h. 158 19
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang: Kharisma Publishing, 2011), h. 61
20
(32)
2) Valensi
Valensi self-disclosure adalah kualitas positif dan negatif dari
self-disclosure. Jika mengungkapkan diri dengan baik dan
menyenangkan disebut dengan self disclosure positif, atau dengan
tidak baik dan tidak menyenangkan berarti disebut dengan self
disclosure negatif. Kualitas ini akan menimbulkan dampak yang
berbeda.21
3) Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan atau ketepatan dari self-disclosure kita akan
dibatas oleh sejauh mana pengenalan diri sendiri. Selanjutnnya,
self disclosure juga akan berbeda tergantung pada kejujuran. Kita
dapat secara total jujur atau kita dapat melebih-lebihkan, membuat
detail-detail yang penting, atau malah berbohong.22 4) Tujuan atau maksud
Kita akan menyingkapkan apa yang kita tujukan untuk
disingkapkan. Dengan
demikian kita akan secara sadar mengontrol self disclosure
yang kita lakukan.23
5) Keakraban
Kita dapat menyingkapkan hal-hal yang paling akrab dalam
hidup kita atau hal yang kita anggap sebagai impersonal atau ada
yang berbohong.24
21
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribad, h. 164
22
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, h. 62
23
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribad, h. 164
24
(33)
Pengungkapan diri juga mempunnyai faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut DeVito ada enam faktor yang mempengaruhi
pengungkapan diri, sebagai berikut:
1) Efek dyadik
Dyadic effect dalam pengungkapan diri menyatakan secara
tidak langsung bahwa dalam proses ini terdapat efek spiral (saling
berhubungan), dimana setiap pengungkapan diri individu diterima
sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri dari yang
lain. Dalam hal ini, pengungkapan diri antar kedua individu akan
semakin baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan.
Secara umum, individu cenderung menyukai orang lain yang
mengungkapkan cerita rahasianya pada jumlah yang kira-kira
sama.25
2) Ukuran Audiens
Pengungkapan diri lebih sering terjadi dalam kelompok yang
kecil daripada kelompok yang besar. Dengan pendengar lebih dari
satu seperti controling sangatlah tidak mungkin karena respon
yang nantinya bervariasi antara pendengar. Alasan lain adalah jika
kelompoknya lebih besar dari dua, pengungkapan diri akan
dianggap dipamerkan dan terjadinya pemberitaan publik.26
3) Topik
Topik mempengaruhi ukuran dan tipe pengungkapan diri.
Sejumlah topik lebik memungkinkan orang untuk membuka
25
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 164
26
(34)
dirinya daripada topik lainnya. Pengungkapan diri mengenai uang,
kepribadian dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada berbicara
tentang rasa dan minat, sikap dan opini, dan juga pekerjaan.27
4) Valensi
Valensi (kualitas positif atau negatif) dari self disclosure juga
penting. Pengungkapan diri yang positif lebih diminati daripada
pengungkapan diri yang negatif. Pendengar akan lebih tertarik jika pengungkapan diri orang lain yang didengarnya bersifat positif.28
5) Jenis Kelamin (Sex)
Banyak riset yang membuktikan bahwa wanita lebih sering
membuka dirinya daripada laki-laki. Namun keduanya membuat
pengungkapan diri negatif yang hampir sama dari segi jumlah dan tingkatannya.29
6) Ras, Kebangsaan dan Usia
Ras, Kebangsaan dan Usia juga mempengaruhi Self
Disclosure. Murid kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri
mereka dibandingkan murid kulit putih. Murid di Amerika lebih
sering mengungkapkan diri daripada kelompok yang sama di
Jerman dan di Timur Tengah. Terdapat perbedaan jumlah
pengungkapan diri dalam usia yang berbeda.
Pengungkapan diri pada teman dengan gender berbeda
27
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 166
28
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi, h. 106
29
(35)
meningkat dari usia 17-50 tahun dan menurun kembali.30
7) Mitra Kita dalam Suatu Hubungan
Seseorang yang menjadi tempat bagi individu untuk
pengungkapan diri mempengaruhi frekuensi dan kemungkinan dari
pengungkapan diri. Individu cenderung mengungkapkan diri pada
individu yang hangat dan dapat menerima individu apa adanya.31
Pengungkapan diri memiliki berbagai fungsi yang kesemuanya
menunjukkan keunggulan self disclosure sebagai keberhasilan dari
komunikasi antarpribadi. DeVito mengatakan bahwa pengungkapan
diri memiliki enam fungsi, sebagai berikut:
1) Memberikan pengetahuan tentang diri
Melalui pengungkapan diri kita menemukan perspektif baru
pada diri kita. Pemahaman yang lebih mendalam dari perilaku
kita sendiri.32
2) Kemampuan untuk menanggulangi masalah
Melalui pengungkapan diri akan ada peningkatan
kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah.33
3) Sebagai pelepasan energi
Menyimpan rahasia pribadi dan tidak menampakkannya
kepada orang lain menghabiskan banyak energi dan
membuat kita kehabisan energi untuk hal lainnya.34
30
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 166
31
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, h. 63
32
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 168
33
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 168
34
(36)
4) Komunikasi yang efektif
Melalui self disclosure, kita dapat meningkatkan
komunikasi yang efektif.35
5) Untuk membuat hubungan yang penuh arti
Hubungan yang lebih berarti melalui self disclosure
membantu kita menerima hubungan yang lebih dekat
dengan orang dimana kita melakukan self disclosure
dengannya.36
6) Kejiwaan yang sehat
Melalui self disclosure kita secara tidak langsung
melindungi tubuh kita dari stress.37
C. Media Sosial
1. Definisi Media Sosial
Media sosial merupakan sekelompok aplikasi berbasis internet di
atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0, yang memungkinkan
penciptaan dan pertukaran isi pesan pengguna.38 Menurut Philip Kotler
dan Kevin Keller, media sosial merupakan saran bagi konsumen untuk
berbagi infomasi teks, gambar, audio, dan video dengan satu sama
35
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribad, h. 168
36
Ifdil, “Konsep Dasar Self Disclosure dan Pentingnya bagi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling”, vol XIII. No. 1. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. 2013, h. 112
37
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 168
38
Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein. “Users of the world, unite! The Challenges and Opportunities of Sosial Media,”2010, h 59-68
(37)
lain.39 Istilah media sosial menunjuk pada media dimana user dapat
berpartisipasi dan berkonstribusi secara aktif.40
Menurut Fuchs definisi dari media sosial yang berasal dari
berbagai literatur penelitian sebagai berikut ini:
a) Menurut Mandibergh, media sosial adalah media yang mewadahi
kerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user
generated content).41
b) Menurut Shirky, media sosial merupakan alat untuk meningkatkan
kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to
co-operate) diantara pengguna dan melakukan tindakan secara
kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional
maupun organisasi.42
c) Boyd menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak
yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu
saling berkolaborasi atau bermain.43
d) Menurut Van Dijk media sosial adalah platform media yang akan
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi
mereka dalam beraktivitas. Karena itu, media sosial dapat dilihat
39
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Indeks Gramedia, 2012), h. 568. 40
Nurudin. Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi. Jurnal Komunikator UMY : Vol. 5, no. 2, (November 2013): h. 84-93.
41
Rulli Nasrullah, Media sosial: perspektif komunikasi, budaya dan sosioteknologi
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 11
42
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 11.
43
(38)
sebagai medium online yang menguatkan hubungan antarpengguna
sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.44
e) Meike and Young mengartikan media sosial sebagai konvergensi
antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi sesama
individu (to be shared one-to-one) dan media publik untuk berbagi
kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.45
Secara garis besar media sosial bisa dikatakan sebagai sebuah
media online, di mana para penggunanya (user) melalui aplikasi
berbasis internet dapat berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan
kontenberupa blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia
virtual yang disokong oleh teknologi multimedia yang kian canggih.
Saat ini media sosial yang paling banyak digunakan dan bertumbuh
pesat adalah jejaring sosial, blog dan wiki.46
2. Karakterisrik Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di media
siber. Karena itu, melihat media sosial yang ada tidak jauh berbeda
dengan karakteristik yang dimiliki oleh media siber. Meski
karakteristik media siber bisa dilihat melalui media sosial, media sosial
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa jenis
media siber lainnya. Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang
hanya dimiliki oleh media sosial dibanding dengan media lainnya.
Salah satunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman
44
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 11
45
Rulli Nasrullah, Media sosia, h. 11.
46
Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan, Ebook: Panduan Media Sosial untuk Kementrian Perdagangan RI, (Jakarta: 2014), h. 39.
(39)
bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia
virtual. Pada akhirnya bagaimana karakteristik media sosial itu bisa
dipergunakan untuk bidang seperti jurnalisme, hubungan masyarakat,
pemasaran dan politik.47 Adapun karakteristik media sosial, yaitu:
1) Jaringan (Network)
Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media
sosial terbangun dari struktur sosial yang terbentuk di dalam
jaringan atau internet. Karakter media sosial adalah membentuk
jaringan di antara penggunanya. Tidak peduli apakah di dunia
nyata (offline) saling kenal atau tidak, namun kehadiran media
sosial memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung
secara mekanisme teknologi.48
2) Informasi (Inform)
Informasi menjadi bagian yang penting dari media sosial
karena tidak seperti media-media lainnya di internet, pengguna
media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan
informasi. Bahkan informasi menjadi semacam komoditas
dalam masyarakat informasi (information society). Menurut
Casstels informasi diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi
yang menjadikan informasi itu komoditas bernilai sebagai
47
Rulli Nasrullah, Media sosial, hal. 15 48
Elisabeth Shinta. “Peran Media Sosial Facebook dalam Komunitas Kaum Lesbi di Kota Tua”. Jurnal Komunikasi. Vol III. No. 02. 2011, hal. 36.
(40)
bentuk baru dari kapitalisme yang dalam pembahasan sering
disebut dengan berbagai istilah.49
3) Arsip (Archive)
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter
yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa
diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun. Setiap
informasi apa pun yang diunggah di Facebook, sebagai contoh,
informasi itu tidak akan hilang begitu saja saat pergantian hari,
bulan sampai tahun. Informasi itu akan terus tersimpan dan
bahgan bisa diakses dengan mudah.50
4) Interaksi (Interactivity)
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya
jaringan antarpengguna. Jaringan ini tidak sekedar memperluas
hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet
semata, tetapi juga harus dibanggun dengan interaksi
antarpengguna tersebut. Secara sederhana interaksi yang terjadi
di media sosial minimal berbentuk saling mengomentari atau
memberikan tanda, seperti tanda jempol ‘like’ di Facebook.51
5) Simulasi sosial (simulation of society)
Media sosial memiliki karakter sebagai medium
berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual. Khalayak
seolah-olah tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang
49
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 35.
50
Elisabeth Shinta. “Peran Media Sosial Facebook dalam Komunitas Kaum Lesbi di Kota Tua”. Jurnal Komunikasi. Vol III. No. 02. 2011, hal. 37.
51
(41)
ada di layar. Di media sosial interaksi yang ada memang
menggambarkan bahkan mirip dengan realitas, akan
tetapiinteraksi yang terjadi adalah simulasi dan terkadang
berbeda sama sekali.52
6) Konten oleh pengguna (user-generated content)
Karakteristik media sosial lainnya adalah konten oleh
pengguna atau lebih popular disebut dengan user generated
content (UGC). Term ini menunjukkan bahwa di media sosial
konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna
atau pemilik akun.53
Media sosial telah menjadi bagian integral masyarakat modern.
Selalu saja ada ruang virtual yang diminati oleh penggunanya. Ada
akun-akun untuk berbagi foto, video, status terbaru, saling menyapa
dan bertemu secara virtual dengan teman-teman baru dan teman-teman
lama. Selalu ada jalur keluar melalui media sosial terhadap kebutuhan
akan beragam komunikasi yang muncul di masyarakat.54
3. Level Realitas di Media Sosial
Sebuah realitas yang terjadi di media sosial bisa dilihat melalui
dua konsep, yakni konten dan bentuk (form) media sosial. Menurut
Taylor dan Every sebuah aksi dari komunikasi dan interaksi yang
terjadi di internet harus dilihat pula dari apa yang membawa (site)
komunikasi itu dan apa yang tampak dari yang disampaikan.
52
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 38.
53
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 39.
54
Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan, Ebook: Panduan Media Sosial untuk Kementrian Perdagangan RI, (Jakarta: 2014), h. 35.
(42)
Berdasarkan hal tersebut, realitas sosial di media-siber yang ada di
media sosial bisa dibagi ke dalam dua kerangka besar, yakni level
mikro maupun makro. Level mikro berada dan merujuk pada teks yang
dikonstruksi oleh pengguna, sedangkan level makro merujuk pada
konteks yang mengelilingi teks.55
Ada empat level dalam melihat realitas sosial-siber di media
sosial. Level-level ini bisa juga digunakan sebagai panduan dalam
meneliti realitas dan hubungannya antara online-offline.56 Level-level
tersebut antara lain:
a) Ruang Media (Media Space)
Dalam ruang media, level ini dapat mengungkap bagaimana
struktur maupun perangkat (prosedur) dari media sosial, seperti
bagaimana membuat akun, prosedur mempublikasikan konten, dan
aspek grafis dari tampilan media sosial. Dengan mengetahui
bagaimana perangkat media sosial bekerja, akan diketahui segala
kemungkinan yang terjadi di media sosial dari aspek perangkat
teknologi.57
Mempelajari perangkat teknologi di media sosial, bisa
diungkapkan bahwa (a) media sosial bergantung pada sejumlah
prosedur yang berbeda dengan media tradisional yang tidak
memerlukan keterlibatan pengguna. Di media sosial diperlukan
keterlibatan pengguna secara aktif dengan mengikuti
langkah-langkah atau prosedur tertentu. (b) Dari keterlibatan atau prosedur
55
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 59
56
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 60.
57
(43)
yang harus diikuti inilah komunikasi interaktif terjadi atau sebuah
akun di media siber terhubung dengan akun lainnya. (c) Keunikan
yang ada di media sosial adalah sebuah akun akan hidup,
terhubung, dan terkoneksi terus-menerus.58
b) Dokumen Media (Media Archive)
Level dokumen media digunakan untuk melihat bagaimana
isi-sebagai sebuah teks dan makna yang terkandung yang
dipublikasikan melalui media sosial. Teks yang dibangun oleh
pengguna (encoding) menjadi sorotan penting dalam level ini
untuk diterjemahkan (decoding) sebagai sebuah realitas
sosial-siber. Di level ini teks yang dipublikasikan itulah yang akan
menjadi pusat perhatian baik dari segi kalimat ataupun foto. Teks
tidak sekedar mewakili pendapat atau opini pengguna media sosial.
Sebagai media sosial, teks bisa menunjukan ideologi, latar
belakang sosial, pandangan politik, keunikan budaya, hingga
bentuk kebudayaan.59
c) Level Objek Media (Media Object)
Level objek media merujuk pada teks maupun konteks yang
berada di sekitar teks tesebut di media sosial. Level ini
memfokuskan pada riset atau temuan yang ada di media sosial,
melakukan observasi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
subjek, berpartisipasi pada aktivitas komunitas, dan atau
melakukan pengujian atas bagaimana persepsi atau intuisi
58
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 60.
59
(44)
pengguna media sosial. Jika pada level dokumen media peneliti
hanya memfokuskan pada teks dari produser, pada level ini peneliti
mengalihkan pada bagaimana teks itu muncul dalam konteks
tertentu secara online.60
d) Level Pengalaman (Experiential Stories)
Level pengalaman media menjembatani anatara dunia virtual
dan dunia nyata. Misalnya, melihat dan mengungkap bagaimana
motif yang melandasi pengguna dalam memanfaatkan dan
memublikasikan sebuah status di Facebook. Level ini juga melihat
apakah yang terjadi di jaringan online juga memberikan pengaruh
di dunia nyata (offline). Pada tataran makro ini, interpretasi
diperlukan untuk melihat realitas yang ada di dunia nyata. Contoh,
yang melandasi pengguna dalam mengonstruk sebuah status, juga
maksud yang ingin dicapai dari mendistribusikannya di media
sosial. Jika pada level objek media persentase terbesar melihat
konteks secara online, pada level pengalaman media yang menjadi
fokus utama adalah pengungkapan realitas offline.61
D. Facebook
1. Pengertian Facebook
Facebook merupakan salah satu online social networking atau
situs jejaring sosial, yang diciptakan untuk memberikan fasilitas
teknologi daengan maksud pengguna dapat bersosialisasi untuk
berinteraksi dalam dunia maya.
60
Rulli Nasrullah, Media Sosial , h. 61.
61
(45)
Facebook yang merupakan situs jejaring sosial memungkinkan
orang untuk saling berkomunikasi lebih dari sekedar layanan chatting
biasa. Sesuai dengan tagline yang dimiliki Facebook, “Facebook helps
you connect and share with the people in your life” (Facebook
membantu Anda menghubungkan dan berbagi dengan orang lain),
berbagai informasi diri dapat diungkapkan melalui situs jejaring sosial
ini.
Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang melejit
setelah seorang mahasiswa jurusan ilmu computer dari universitas
Harvard yang bernama Mark Zuckerberg bersama kawan
sepermainannya yang juga memiliki status yang sama dengan Mark
yaitu mahasiswa Harvard membuat situs ini, Facebook diluncurkan
pada tahun 4 Februari 2004. Kemudahan yang ditawarkan situs ini
membuat orang-orang tertarik untuk bergabung dengan Facebook
sebab ada beberapa keunggulan dari jejaring sosial Facebook, yaitu:62
1) Merekomendasikannya sangat mudah, bisa dari sarana publikasi
maupuin langsung dari artikel atau foto yang di unggah. Ada
sarana publikasi untuk teman yang belum punya akun ini. Dengan
publikasi itu, kita bisa meminta dia membuat di Facebook.
2) Tampilannya simpel dan informatif, lebih dari Friendster.
3) Mudah melakukan update, terutama saat update status. Status
yang kita posting dapat langsung diketahui oleh teman kita,
sehingga teman kita dapat berkomentar atau menyukai status yang
62
Danang Priyamboro, “Penggunaan Facebook terhadap Tingkat Sosial Capital Mahasiswa” (Skripsi Sarjana Ekstensi FISIP, Univeristas Indonesia Depok, 2009), h. 21-23
(46)
kita posting.
4) Memiliki sarana PMYK (People You May Know) untuk
memperbanyak teman.
5) Penampilan sarana group ditampilkan lebih akrab melalui sarana
diskusi yang memudahkan samua anggota.
6) Proses pendaftaran akun yang mudah dan cepat
7) Tidak memiliki pilihan audio mp3 atau musik pada tampilan
profil, sehingga pengunjung terhindar dari gangguan suara musik
yang mungkin tidak disukai.
8) Meng-upload sedemikian mudah, tanpa bantuan program
penggungah lainnya
9) Tersedianya kolom obrolan (chatting) sebagai fitur dari
Facebook.
Kehadiran situs jejaring sosial, seperti Facebook, merupakan
media sosial yang digunakan untuk memublikasikan konten, seperti
profil, aktivitas atau bahkan pendapat pengguna; juga sebagai media
yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring
sosial di ruang media siber. Fasilitas di Facebook seperti wall bisa
dimanfaatkan pengguna untuk mengungkapkan apa yang sedang
dialami/disaksikan, bercerita tentang keadaan disekitar dirinya,
hingga bagaimana tanggapan tentang situasi yang ada. Status pada
Facebook dapat dimanfaatkan untuk melacak pola pikir, kecerdasaan,
(47)
pada Facebook merupakan karakter atau identitas dari penulisnya. 63
Facebook sebagai website jaringan sosial, di mana para pengguna
dapat bergabung dalam komunitas. untuk melakukan koneksi dan
berinteraksi dengan orang lain. Saat ini, setiap orang sangat ingin
mengetahui berbagai informasi baik ataupun buruk, sisi baik ataupun
buruk seseorang, mengetahui tentang tempat maupun berbagai
kondisi secepat mungkin. Hal tersebut merupakan kelebihan yang
dimiliki Facebook yaitu update berbagai informasi secara real time
atau online.
2. Fanpage Facebook
Fanpage atau halaman digunakan untuk membantu bisnis, merek,
dan organisasi berbagi berita dan berhubungan dengan orang lain.
Seperti profil, anda dapat menyesuaikan halaman dengan
menerbitkan berita, menyelenggarakan acara, menambahkan aplikasi,
dan lainnya. Orang yang menyukai halaman anda dan
teman-temannya akan mendapatkan berita terbaru pada Kabar Berita.64
Halaman Facebook memiliki sejumlah kelebihan di antaranya
adalah kemudahan akses karena sebagian besar pengguna media
sosial di Indonesia memiliki akun Facebook. Update dan berbagi
informasi (foto, berita, dan video) juga dapat dilakukan dengan lebih
cepat dan mudah. Penggunaan halaman Facebook lebih mudah
digunakan untuk sarana pertukaran informasi karena minat orang
untuk mengakses informasi di internet lebih banyak dibandingkan
63
Rulli Nasrullah, Media sosial: perspektif komunikasi, budaya dan sosioteknologi
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 40.
64
(48)
dengan media lainnya. Secara garis besar, halaman Facebook banyak
dimanfaatkan oleh pebisnis dan artis, untuk memberikan informasi
atau event kepada penggemarnya atau pelanggannya melalui
Facebook.
Halaman Facebook akan memberikan kita kemudahan dalam
mencari dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan, karena
halaman Facebook menyediakan informasi teraktual yang setiap saat
bisa kita akses. Disini pengguna media dituntut untuk lebih aktif jika
tidak ingin ketinggalan informasi. Kita bisa dengan mudah bergabung
dengan halaman Facebook tersebut hanya dengan mengklik “sukai
halaman” kita sudah menjadi anggota atau pengikut dari halaman
tersebut. Di halaman itu kita bisa mengirim dan menerima informasi
yang kita perlukan.
Adapun halaman Facebook bertujuan untuk membuat fans turut
serta dalam memposting konten secara reguler. Sehingga terciptalah
sebuah hubungan yang terkesan ketergantungan atau sering dikenal
dengan istilah maniak. Karena kita seakan-akan dituntut untuk terus
mengikuti informasi yang ditawarkan oleh halaman Facebook
tersebut. Para pengikut akan mendapatkan kepuasan dari informasi
(49)
39 A. Sejarah Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir (HT) atau Liberation Party (Partai Pembebasan)
merupakan organisasi Politik Islam ideologi berskala Internasional yang
aktif memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali kepada
kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah Islamiyyah.1
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah
SWT:
Artinya: “(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat
(jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imran: 104)
Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis),
Palestina.Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan
umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam. Hizbut
Tahrir didirikan oleh Taqiyyudin al-Nabhani. Sejak didirikan, Hizbut
Tahrir dipimpin oleh Taqiyyudin al-Nabhani hingga wafat, yakni
tanggal 20 Juni 1977 M. Taqiyyudin al-Nabhani merupakan salah
1
(50)
seorang ulama berpengaruh di Palestina, doktor lulusan Universitas
Al-Azhar, Kairo, Mesir, yang sebelumnya adalah seorang hakim agung di
Mahkamah Isti'naf, Quds, Palestina. Sepeninggal Taqiyyudin
al-Nabhani Hizbut Tahrir dipimpin oleh Abdul Qodim Zallum hingga
wafat tahun 2003. saat ini kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh
Syeikh Atha' Abu Rastah secara Internasional.2
Hizbut Tahrir telah beberapa kaliberupaya pengambil alihan
kekuasaan di banyak negeri-negeri Arab, seperti di Yordania pada tahun
1969, Mesir pada tahun 1973, dan serentak di Irak, Sudan, Tunisia,
Al-Jazair pada tahun 1973, namun semuanya gagal. Sejak saat itulah Hizbut
Tahrir mulai merubah setrategi perjuangannya dengan lebih banyak
melontarkanwacana dan membina masyarakat melaluidakwah.
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi
kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga
studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan
(akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus
rahasia kelangsungan kelompoknya.3
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari
kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem
perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan
mereka dari cengkraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.
2
http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/, diakses pada 2 maret 2016
3
(51)
Ide-ide, pendapat-pendapat, dan hukum-hukum yang telah dipilih
dan ditetapkannya, telah di himpun dalam berbagai buku dan selebaran.
Semua itu telah diterbitkan dan disebarluaskan kepada umat. Berikut
nama-nama buku yang telah diterbitkan oleh Hizbut Tahrir.4
1. Nizhamul Islam (Peraturan Hidup Dalam Islam)
2. Nizhamul Hukmi Fil Islam (Sistem Pemerintahan Islam)
3. Nizhamul Iqtishadi Fil Islam (Sistem Ekonomi Islam)
4. Nizhanul Iztima’i Fil Islam (Sistem Pergaulan di dalam Islam)
5. At-Takattul al-Hizbi (Pembentukan Partai Politik)
6. Mafahim Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Hizbut Tahrir)
7. Daulah al-Islamiyah (Negara Islam)
8. Syakhshiyah al-Islamiyah (Kepribadian Islam, tiga jilid)
9. Mafahiim Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Politik
Hizbut Tahrir)
10.Nadlarat Siyasiyah Li Hizbut Tahrir (Pandangan Politik Hizbut
Tahrir)
11.Muqaddimah ad-Dustur (Pengantat Undang-undang Dasar Negara
Islam)
12.Al-Khilafah (Sistem Khilafah)
13.Kaifa Hudimat al-Khilafah (Persekongkolan Meruntuhkan
Negara Khilafah)
14.Nizham al-‘Uqubat (Sistem Sanksi)
15.Ahkam al-Bayyinat (Hukum Pembuktian)
4
(52)
16.Naqdlu al-Isytirakiyah al-Markisiyah (Kritik Terhadap Sosialis
Marxis)
17.At-Tafkiir (Membangun Pemikiran)
18.Sur’atu al-Badihah (Kecepatan Berfikir)
19.Fikru al-Islam (Pemikiran Islam)
20.Naqdlu an-Nadlariyatu al-Iltizami fi al-Qawanini al-Gharbiyyah
(Kritik terhadap Teori Stipulasi Undang-undang Barat)
21.Nida Haar (Seruan Hizbut Tahrir Untuk Umat Islam)
22.Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla (Politik Ekonomi yang Agung)
23.Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah (Sistem Keuangan di Negara
Khilafah).5
Disamping itu, terdapat ribuan selebaran buklet dan diktat yang di
keluarkan Hizbut Tahrir, baik menyangkut ide maupun politik. Cara
yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam menyampaikan ide-ide dan
hukum-hukum yang telah dipilih dan ditetapkannya adalah dengan cara politik.
Yaitu, dengan menyampaikan semua ide dan hukum kepada masyarakat,
hingga mereka mau menerima, mengamalkan, dan turut mengembannya,
agar bias terwujud dalam aspek pemerintahan dan realitas kehidupan.6
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam,
dan mengemban Islam keseluruh penjuru. Ini berarti mengajak semua
kaum muslimin untuk kembali hidup secara Islami di darul Islam dan di
dalam masyarakat Islam. Seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur
sesuai dengan hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi
5
http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/, diakses pada 2 maret 2016
6
(53)
penelitiannya adalah halal dan haram, dibawah naungan Daulah
Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang di pimpin oleh seorang Khalifah
yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslim untuk di dengar dan
ditaati, dan agar menjalankan kehidupannya berdasarkan Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya. Juga untuk mengemban risalah Islam ke seluruh
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Hizbut Tahrir beraktivitas di seluruh lapisan masyarakat di dunia
Islam, dengan mengajak kaum muslim untuk melanjutkan kehidupan
Islam di bawah naungan Negara Khilafah Islam. Juga untuk memperkuat
komunitas muslim yang hidup secara Islami, dengan terikat pada
hukum-hukum Islam dan menciptakan identitas Islam yang kuat.7
Hizbut Tahrir juga beraktivitas bersama-sama komunitas muslim
di Barat untuk mengingatkan mereka agar menyambut seruan
perjuangan mengembalikan khilafah dan menyatukan kembali umat
Islam secara global. Selain itu, Hizbut Tahrir juga berupaya menjelaskan
citra Islam yang benar kepada masyarakat barat serta terlibat dalam
dialog dengan para pemikir, pembuat kebijakan dan akademisi barat.8
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di
Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan
Aljazair. Turki, Inggris, PerancisBelanda, dan negara-negara Eropa
lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan,
Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Australia dan termasuk Indonesia. 9
7
http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/, diakses pada 2 maret 2016
8
http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/, diakses pada 2 maret 2016
9
(54)
B. Sejarah dan Perkembangan Hizbut Tahrir Indonesia
Pada 1980-an, beberapa organisasi radikal Internasional mulai
tumbuh dan berkembang di Indonesia, seiringdengan berdirinya Hizbut
Tahrir berskala Internasional, organisasi ini diteruskan ke berbagai negara
di penjuru dunia termasuk Indonesia. Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia
pada tahun 1982-1983, karena semangat dakwah dan dengan misi
mengembalikan Islam ke dalam sistem khilafah secara International.10
Pada Awal 1980-anHizbut Tahrirmenyebar gagasan khilafahnya ke
berbagai kampus perguruan tinggi melalui Jaringan Lembaga dakwah
kampus.Karena pada saat itu konstelasi politik dibawah orde baru belum
memungkinkan gerakan organisasi ini untuk muncul, karena terjadi
ancaman intimidasi dan pembubaran dari penguasa, sehingga gerakan ini
hanya melakukan aktivitas "di bawah Meja Sistem Negara".
Kemudian setelah lengsernya rezim soeharto tahun 1998 oleh
gerakan reformasi, terjadi perubahan konstelasi politik, yakniera
keterbukaan sehingga membuka peluang bagi organisasi-organisasi
yang lama terkungkung oleh rezim soeharto mulai menampakkan
statusnya termasuk Hizbut Tahrir.Sejak terselenggarakannya Konferensi
Internasional di Istora Senayan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Hizbut
Tahrir Internasional maupun Nasional, serta dihadiri tokoh-tokoh
organisasilain, Hizbut Tahrir Indonesia resmi melakukan aktifitasnya di
Indonesia secara terbuka sejak tahun 2000. Hizbut Tahrir dalam konteks
Indonesia kemudian dikenal dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia
10
(55)
kemudian disingkat dengan HTI.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibangun atas dasar kemandirian
yang dalam pendanaan untuk operasional organisasi diperoleh dari
simpatisan, dan tidak menerima bantuan dari pemerintah bahkan secara
tegas menolak dan mengharamkan penerimaan uang dari pemerintah.
Untuk menjaga kemandirian dan independensi inilah maka setiap
sumbangan yang diberikan kepada HTI harus melalui penelitian secara
seksama.
Sejak awal Hizbut Tahrir maupun HTI memang di desain sebagai
organisasi politik. Tetapi berbeda dengan organisasi politik yang
dikenalselama ini. HTI tidak mendaftarkan diri secara formal sebagai
parpol yang ikut dalam pemilu. HTI menerjemahkan pertai politik dalam
pengertian yang luas, yaitu sebagai suatu organisasi yang aktifitasnya
bertujuan mengoreksi kekuasaan dan membangunnya secara benar. Hal
inidilakukan karena menurut HTI dalam situasi sekarang ini banyakpartai
Islam justru membingungkan umat Islam sendiri. Oleh karena itu,
HTI tidak mengikuti jejak partai-partai lain yang berdasarkan Islam
untuk ikut andil dalam pemilu yang kemudian dapat menjadi anggota
legislatif.11
Dengan demikian, Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik,
sehingga kegiatan-kegiatan yangdilakukannyabukan sosial keagamaan,
namun demikian, sampai saat ini Hizbut Tahrir maupun HTI belum pernah
mengikuti pemilu sebagaimana umumnya partai politik. Kegiatan-kegiatan
11
(56)
politik yang dilakukan HTI lebih banyak melontarkan ide-ide/wacana, dan
melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik
laki-laki maupun wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka
keturunan Arab atau bukan, berkulit putih ataupun hitam. Hizbut Tahrir
adalah sebuah partai untuk seluruh kaum muslimin dan menyeru mereka
untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil dan menetapkan
seluruh aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi kebangsaan, warna
kulit, maupun madzhab mereka. Hizbut Tahrir melihat semuanya dari
pandangan Islam.12
Cara mengikat individu-individu ke dalam Hizbut Tahrir adalah
dengan memeluk Aqidah Islamiyah, matang dalam Tsaqafah Hizbut
Tahrir, serta mengambil dan menetapkan ide-ide dan pendapat-pendapat
Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang mengharuskan dirinya menjadi
anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya ia melibatkan dirinya dengan
(pembinaan dan aktivitas dakwah) Hizbut Tahrir; ketika dakwah telah
berinteraksi dengannya Hizbut Tahrir. Jadi ikatan yang dapat mengikat
anggota Hizbut Tahrir adalah Aqidah Islamiyah dan Tsaqafah Hizbut
Tahrir yang terlahir dari aqidah ini. Halaqah-halaqah (pembinaan)
wanita dalam Hizbut Tahrir terpisah dengan halaqah laki-laki. Yang
memimpin halaqah-halaqah wanita adalah para suami, mahramnya, atau
para wanita.13
12
http://hizbut-tahrir.or.id/tentang-kami/, diakses pada 2 maret 2016
13
(57)
47
A. Identitas Diri Komunitas Hizbut Tahrir Indonesia melalui Media Sosial Facebook
Pada bab ini peneliti akan menganalisa tentang representasi identitas
komunitas Hizbut Tahrir Indonesia di Media Sosial Facebook dengan
menggunakan teori self disclosure. Teori self disclosure berbicara tentang
seseorang memberikan informasi yang belum pernah dibicarakan atau
dipuiblikasikan sebelumnya, biasanya informasi ini bersifat rahasia. De Vito
mengungkapankan ada lima dimensi-dimensi self disclosure:1
1) Ukuran (Amount)
Ukuran pengungkapan diri dapat dilihat dari frekuensi seseorang
melakukan self-disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat pengungkapan
diri, yakni waktu yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan diri
tersebut.2
Ukuran atau jumlah pengungkapan diri yang dilakukan di Facebook
Hizbut Tahrir Indonesia setiap harinya tak menentu seperti apa yang dikatakan
oleh Admin Hizbut Tahrir Indonesia bahwa,
“Waktunya tidak ditentukan yang terpenting adalah kita tersumber dari web resmi Hizbut Tahrir Indonesia”
Tidak ada kententuan atau prosedur yang diharuskan dari Hizbut
Tahrir Indonesia baik dari segi waktu maupun dari segi durasi berapa lama
harus memposting tentang pengungkapan diri di Facebook Hizbut Tahrir
1
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang: Kharisma Publishing, 2011), h. 61
2
(58)
Indonesia. Peneliti juga menemukan bahwa di Facebook Hizbut Tahrir
Indonesia tidak ditemukan waktu yang sama dalam pengungkapan diri melalui
postingan tersebut. Melainkan admin Facebook memposting suka hati yang
terpenting pesan yang disampaikan jelas dan lengkap dengan foto serta sebuah
artikel, karena juga tidak ada prosedur yang mewajibkan Admin Facebook
Hizbut Tahrir Indonesia dalam memposting. Frekuensi atau waktu dalam
mengungkapkan diri melalui Facebook Hizbut Tahrir Indonesia pun tidak
ditentukan.
2) Valensi
Valensi disclosure adalah kualitas positif dan negatif dari
self-disclosure. Jika mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan disebut
dengan self disclosure positif, atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan
berarti disebut dengan self disclosure negatif. Kualitas ini akan menimbulkan
dampak yang berbeda.3
Pengungkapan diri positif dilakukan di Facebook Hizbut Tahrir
Indonesia seperti tentang ajakan-ajakan merawat lingkungan, menutup aurat,
ajakan datang ke acara dakwah Hizbut Tahrir dan ajaran-ajaran islam lainnya.
Postingan positif itu dilakukan agar orang-orang yang mengakses Facebook
Hizbut Tahrir Indonesia mendapatkan manfaat baiknya dari postingan
tersebut. Tujuan dari postingan misalnya ajakan merawat lingkungan seperti
(gambar 1) dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia melalui halaman Facebooknya
agar masyarakat mengetahui bahwa Hizbut Tahrir Indonesia ada ditengah
masyarakat bukan hanya sekedar untuk mengkritik Pemerintahan yang ada di
3
(59)
Indonesia, melainkan untuk mengajarkan kebaikan-kebaikan yang
diperintahkan sang pencipta Alllah SWT.
Gambar 1: Konten Ajakan Melestarikan Hutan
https://www.facebook.com/336318866577945/photos/pb.336318866577945.-2207520000.1459782069./442844095925421/?type=3&theater
Postingan positif di Hizbut Tahrir Indonesia juga bukan sekedar
tentang ajakan, namun juga larangan tentang perbuataan yang dilarang oleh
Allah SWT yang melanggar ajaran islam, contohnya postingan dampak
perbuataan maksiat seperti berikut ini.
(1)
LAMPIRAN WAWANCARA
A. Nama Narasumber : Tidak Disebutkan
Jabatan : Admin Facebook Hizbut Tahrir Indonesia Lokasi Wawancara : Kantor Hizbut Tahrir Indonesia, Crown
Palace A25, Jl Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12390
Waktu Wawancara : Senin, 29 Februari 2016 Foto / Dokumentasi :
Gambar setelah melakukan wawancara dengan Admin Facebook
Hizbut Tahrir Indonesia
1. Media sosial apa saja yang digunakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)?
Jawaban:
Facebook, twitter, instagram, youtube, google plus 2. Apa yang anda ketahui soal Facebook?
(2)
Platform social media terbesar di dunia
3. Apa tujuan Facebook di pilih sebagai salah satu media sosial yang digunakan oleh HTI ?
Jawaban:
Sebagai salah satu sarana yang diganakan untuk berdakwah terutama di dunia online
4. Bagaimana cara mensosialisasikan akun Facebook HTI kepada publik?
Jawaban:
Disebarluaskan melalui akun sosmed lain, dipromosikan oleh pengguna facebook lainnya, dan menggunakan iklan facebook
5. Siapa saja yang terlibat di dalam akun Facebook HTI dan tolong jelaskan tugasnya?
Jawaban:
Admin (memposting konten di akun fb), penulis konten (membuat konten yang akan diposting) dan pembuat visual grafis (membuat gambar yang mendukung postingan)
6. Mengapa menggunakan Foto berupa logo Hizrbut Tahrir di Profile Picture dan Cover Facebook HTI? Apakah makna dari logo HTI tersebut?
Jawaban:
(3)
7. Apa yang ditulis di about Facebook? Dan apa yang mendasari penulisan di about itu?
Jawaban:
Short description: Halaman resmi Hizbut Tahrir Indonesia
Long description: Publikasi-publikasi yang diterbitkan atas nama Hizbut Tahrir Pusat dan Wilayah, Kantor Media (al-Maktab al-I'lami), Juru Bicara dan Perwakilan Media Hizbut Tahrir saja yang merupakan pendapat Hizbut Tahrir.
Yang mendasari adalah ketentuan yang diberikan oleh pengurus DPP HTI
8. Dalam sehari, ada berapa banyak yang harus dishare di Facebook HTI?
Jawaban: Tidak tentu
9. Apakah ada ketentuan yang harus dilakukan dalam menshare baik status, foto maupun video di Facebook HTI ?
Jawaban:
Konten bersumber dari web resmi HTI (www.hizbut-tahrir.or.id) 10. Mengapa setiap kali memposting harus didukung dengan Foto?
Jawaban:
Dari pengalaman kami, postingan dengan menggunakan foto yang didesain dengan menarik menambah tingkat viralitas dan engagement (interaksi)
(4)
11. Mengapa setiap memposting dengan foto, di fotonya tertera semua akun sosial media dari HTI?
Jawaban:
Untuk menginformasikan dan mempromosikan akun social media yang dimiliki oleh HTI
12. Dalam sehari berapa kali admin mengakses Facebook HTI? Apa saja kegiataan yang dilakukan saat mengakses akun Facebook tersebut?
Jawaban:
Posting, cek komentar, inbox message dan pasang iklan (jika perlu) 13. Mengapa akun facebook HTI selalu membuat hashtag
#HizbutTahrirIndonesia di postingannya ? Jawaban:
Sebagai identitas dan untuk memudahkan orang mencari postingan HTI dengan hashtag tersebut
14. Interaksi seperti apa yang dibentuk Facebook HTI dan Pengikut Facebook HTI?
Jawaban:
Via komentar dan inbox message
15. Apakah ada pengikut di facebook HTI yang berkomentar tidak layak di facebook HTI? Dan bagaimana tindakannya?
Jawaban:
Ada. Tindakannya ada yang dibiarkan, dijawab dan bahkan ada yang kami banned
(5)
2x3
3x4
4x6
6x6
6x9
3r
4r
(6)