Pelaksanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak Prasekolah di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Medan Tahun 2014

(1)

WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANTANG MEDAN TAHUN 2014

ERISKA NOVIA SAPUTRI 135102038

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


(2)

(3)

(4)

Pelaksanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak Prasekolah di TK Wilayah Kerja Puskesmas

Rantang Medan Tahun 2014

ABSTRAK Eriska Novia Saputri

Latar belakang: Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

Tujuan penelitian: Untuk mengidentifikasi pertumbuhan, perkembangan, masalah mental emosional, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di TK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rantang Medan. Analisa data yang digunakan adalah univariat

Hasil: Hasil penelitian diperoleh data, mayoritas responden berumur 66 bulan 35 orang (53,8%), laki-laki 34 orang (52,3%), IMT (Indeks Massa Tubuh) normal sebanyak 40 orang (61,5%). Lingkar kepala normal sebanyak 56 orang (86,2). Berdasarkan TDD (Tes Daya Dengar) dan TDL (Tes Daya Lihat) normal yaitu 65 orang (100%), perkembangan normal umur 60 bulan sebanyak 9 orang (75%), umur 66 bulan 25 orang (71,4%), umur 72 bulan 11 orang (61,1%), tidak mengalami masalah mental emosional sebanyak 40 orang (61,5%), dan tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperkatif sebanyak 47 orang (72,3%)

Kesimpulan : Hasil penelitian menyatakan bahwa status pertumbuhan, perkembangan, masalah mental emosional, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dikategorikan normal. Oleh karena itu disarankan pada ibu dan guru TK untuk memberikan stimulasi secara rutin dan berkesinambungan sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) anak prasekolah di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Medan tahun 2014”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara dan Dosen Pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis.

3. Mula Tarigan, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan saran pada pemnulis

4. Dr. dr M Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), SpOG-K selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan saran pada pemnulis

5. Kepala Sekolah TK yang berada di wilayah kerja puskesmas Rantang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

6. Seluruh dosen dan staf program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.


(6)

7. Kedua orang tua (H. Sumiran (Alm) dan Khayati) yang tidak hentinya memberikan dukungan doa, semangat, dan material kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis.

Medan, 2014


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 6

1.Defenisi Tumbuh Kembang ... 6

2.Teori-Teori Perkembangan ... 7

3.Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan ... 9

4.Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 10

5.Tahap Perkembangan Anak Prasekolah ... 12

6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah . 12 B. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 13

1.Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 13

2.Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 14

3.Intervensi Dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak ... 36

C. Dasar Penelitian ... 39

BAB III KERANGKA KONSEP ... 41

A. Kerangka Konsep ... 41

B. Defenisi Operasional ... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ... 44

A. Desain penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 44

C. Tempat Penelitian ... 45


(8)

E. Pertimbangan Etik ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Uji Validitas dan Reliabilita ... 46

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 47

I. Analisis Data ... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil ... 51

B. Pembahasan ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kelompok umur stimulasi anak ... 14

Tabel.2.2. Jadwal dan Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita dan Anak Prasekolah ... 17

Tabel 2.3. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan ... 18

Tabel 2.4. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan ... 22

Tabel 2.5 KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan ... 26

Tabel 2.6 KPSP Pada anak umur 66 Bulan ... 27

Tabel 2.7 KPSP Pada Anak Umur 72 Bulan ... 28

Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak ... 30

Tabel 2.9 Kuesioner Masalah Mental Emosional ... 36

Tabel 2.10 Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktif (GPPH)(Abbreviated Conner Ratting Scale) ... 37

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 43

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Medan Tahun 2014 ... 50

Tabel 5.2.Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan status pertumbuhan di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Medan Tahun 2014 ... 51

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tes daya dengar (TDD) dan tes daya lihat (TDL) Anak Prasekolah Di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Medan Tahun 2014 ... 51 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kuesioner


(10)

Tabel 5.5 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan perkembangan umur 60 bulan di TK wilayah kerja Puskesmas Rantang tahun

2014 ... 53 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kuesioner

Pra Skrining Perkembangan (KPSP) umur 66 bulan di TK wilayah

kerja Puskesmas Rantang ... 53 Tabel 5.7 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan perkembangan

umur 66 bulan di TK wilayah kerja Puskesmas Rantang

tahun 2014 ... 54 Tabel 5.9 Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan perkembangan

umur 60 bulan di TK wilayah kerja Puskesmas Rantang

tahun 2014... 56 Tabel 5.10 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Kuesioner Masalah Mental Emosional di TK wilayah kerja

Puskesmas Rantang tahun 2014 ... 57 Tabel 5.11 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan masalah

mental emosional Anak Prasekolah Di TK Wilayah Kerja

Puskesmas Rantang Medan Tahun 2014 ... 58 Tabel 5.12. Distribusi frekuensi dan persentase responden

berdasarkan formulir Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktif (GPPH) di TK wilayah kerja Puskesmas Rantang ... 58 Tabel 5.13 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif Anak Prasekolah


(11)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka Konsep ... 42


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Grafik Lingkar Kepala perempuan dan laki-laki ... 21 Gambar 2.2. Poster E atau Snellen Chart ... 33


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/ Wali Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (PSP) (Informed Concent) Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Protap penelitian

Lampiran 5 : Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 8 : Master Tabel


(14)

Pelaksanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak Prasekolah di TK Wilayah Kerja Puskesmas

Rantang Medan Tahun 2014

ABSTRAK Eriska Novia Saputri

Latar belakang: Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

Tujuan penelitian: Untuk mengidentifikasi pertumbuhan, perkembangan, masalah mental emosional, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di TK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rantang Medan. Analisa data yang digunakan adalah univariat

Hasil: Hasil penelitian diperoleh data, mayoritas responden berumur 66 bulan 35 orang (53,8%), laki-laki 34 orang (52,3%), IMT (Indeks Massa Tubuh) normal sebanyak 40 orang (61,5%). Lingkar kepala normal sebanyak 56 orang (86,2). Berdasarkan TDD (Tes Daya Dengar) dan TDL (Tes Daya Lihat) normal yaitu 65 orang (100%), perkembangan normal umur 60 bulan sebanyak 9 orang (75%), umur 66 bulan 25 orang (71,4%), umur 72 bulan 11 orang (61,1%), tidak mengalami masalah mental emosional sebanyak 40 orang (61,5%), dan tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperkatif sebanyak 47 orang (72,3%)

Kesimpulan : Hasil penelitian menyatakan bahwa status pertumbuhan, perkembangan, masalah mental emosional, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dikategorikan normal. Oleh karena itu disarankan pada ibu dan guru TK untuk memberikan stimulasi secara rutin dan berkesinambungan sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi penduduk, maka kualitas tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan, termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang untuk mengetahui masalah tumbuh kembang pada anak.(Depkes RI, 2012, hlm.1).

Menurut (Word Health Organization) WHO masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18 tahun (Hidayat, 2009, hlm.41). Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan mulai pada “masa kritis”. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap(Depkes RI, 2012, hlm.1)

Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas


(16)

dalam kehidupan anak. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia 6 tahun adalah usia kritis sekaligus strategis untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan spiritual. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami pentingnyamasa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan (Yamin & Sabri, 2013, hlm.4).

SDIDTK yang dilakukan pada anak usia dini sangatlah penting karena masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia. PAUD atau TK memberikan upaya untuk menstimulsi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak sebelum memasuki pendidikan lebih lanjut (Fadlillah, 2012, hlm.66).

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang. SDIDTK dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti posyandu, Bina Keluarga Balita, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK merupakan jalur formal dan non formal SDIDTK (Yazid, 2012, hlm.12).

Indikator keberhasilan SDIDTK pada tahun 2010 diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK (Depkes, 2012, hlm.3). Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang adalah meningkatnya status kesehatan gizi, mental, emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal. Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang 13,0%.Sebanyak 21 provinsi masih memiliki gizi


(17)

buruk di atas prevalensi nasional. Dua belas provinsi lainnya berada di bawah prevalensi nasional (Susanti, 2011, ¶ 3).

Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada tanggal 13-15 juli 2010, 500 anak dari lima Wilayah DKI Jakarta, ditemukan 57 anak (11,9%) mengalami kelainan tumbuh kembang. Kelainan tumbuh kembang yang paling banyak yaitu delayed development (pertumbuhan yang terlambat) 22 anak, kemudian 14 anak mengalami global delayed development, 10 anak gizi kurang, 7 anak microcephali, dan 7 anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir. Pelayanan SDIDTK dilakukan tanggal 13-15 Juli 2010 di aula Gedung Kemenkes dan Gedung Smesco Jakarta, dalam rangkaian memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli 2010 ( Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan RI., 2010, ¶1).

Pada tahun 2012, dari 193.881 balita yang ada di kota Medan, jumlah prasekolah yang dilayani SDIDTK sebanyak 25.529 anak (13.16%), yang mengalami status gizi kurang sebanyak 871 anak (3,41 %), yang mengalami gangguan perkembangan meragukan berdasarkan KPSP sebanyak 22 anak (0.09 %). Dari 22 anak yang mengalami gangguan perkembangan berdasarkan KPSP 6 anak diantaranya berasal dari TK yang ada diwilayah kerja puskesmas Rantang. TK yang berada di bawah wilayah kerja puskesmas Rantang sebanyak 6 TK, Jumlah TK yang diperiksa sebanyak 4 TK dengan jumlah anak yang diperiksa sebanyak 208 anak, 5 anak (1,78%) termasuk kategori kurus, 6 anak (2,88 %) mengalami gangguan perkembangan meragukan berdasarkan KPSP (Dinas Kesehatan Kota Medan. 2012).

Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti ingin mengetahui proses dan hasil pelaksanaan program SDIDTK di TK yang ada diwilayah kerja puskesmas


(18)

Rantang, sehingga dapat diketahui status pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah untuk dapat dilakukan penyaringan dan pengkajian faktor resiko yang mempengaruhi, sehingga tindakan intervensi dapat dilakukan sedini mungkin dan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal sesuai dengan usianya. B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah penelitian adalah bagaimana pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi tumbuh kembang (SDIDTK) anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pertumbuhan ,perkembangan, masalah mental emosional, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang.

2. Tujuan Khusus

2.1Untuk mengidentifikasi karakteristik responden di TK wilayah kerja puskesmas Rantang

2.2Untuk mengidentifikasi pertumbuhan anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang

2.3Untuk mengidentifikasi perkembangan anak prasekolah umur 60 bulan di TK wilayah kerja puskesmas Rantang

2.4Untuk mengidentifikasi perkembangan anak prasekolah umur 66 bulan di TK wilayah kerja puskesmas Rantang

2.5Untuk mengidentifikasi perkembangan anak prasekolah umur 72 bulan di TK wilayah kerja puskesmas Rantang


(19)

2.6Untuk mengidentifikasi masalah mental emosional anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang

2.7Untuk mengidentifikasi gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif anak prasekolah di TK wilayah kerja Puskesmas Rantang

3. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengalaman dalam menerapkan metode penelitian dan pelaksanaan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) anak prasekolah.

2. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui status pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah, sehingga apabila ada masalah penyimpangan terhadap pertumbuhan dan perkembangnnya dapat dilakukan intervensi sedini mungkin.

3. Bagi pendidikan kebidanan.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan ilmu asuhan neonatus, bayi dan balita bahwa stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dapat digunakan untuk pemantauan tumbuh kembang anak.

4. Bagi Pengelola dan Tenaga Pengajar TK

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola dan guru PAUD atau TK untuk dapat melakukan kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak prasekolah, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan usianya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 1.Defenisi Tumbuh Kembang

1.1Defenisi Pertumbuhan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008, hlm.109).

1.2Defenisi Perkembangan

Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong,2008, hlm.109).

1.3 Pertumbuhan Anak Prasekolah

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat, 2009, hlm. 25).


(21)

1.4Konsep Perkembangan Anak Prasekolah

Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 2013, hlm.18).

2. Teori-Teori Perkembangan

2.1Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008, hlm 118).

Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase pra-operasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2008, hlm 119).

2.2.Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versus


(22)

rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117).

Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Wong, 2008, hlm 118).

2.3.Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun) ((Wong, 2008, hlm 117).

Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut (Wong, 2008, hlm 117).


(23)

2.4.Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm 119).

Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm. 120) 3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum meeraka menggunakan tubuh bagian bawahnya.

Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam ke luar. Anak-anak belajar


(24)

mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki ( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)

4. Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan 3.1 Aspek Pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala.

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal (Hidayat, 2011, hlm 37).

3.2Aspek perkembangan

a. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011, hlm 210). Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25).

b. Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan


(25)

koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).

c. Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).

d. Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26)

Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat, 2009, hlm. 38).

5. Tahap Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk


(26)

sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

a. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.

Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok.

Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid


(27)

menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

B. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 1. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012, hlm.15).

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi (Depkes, 2012, hlm.15).

Tabel 2.1. Kelompok umur stimulasi anak (Depkes, 2012, hlm. 15).

No. Priode Tumbuh Kembang Kelompok Umur

Stimulasi 1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal

2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan 3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 361-48 bulan Umur 48-60 bulan 4. Masa anak prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan


(28)

Kemampuan anak prasekolah dirangsang dengan stimulasi terarah pada kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak kasar pada anak prasekolah misalnya dengan mendorong anak untuk bermain bola bersama temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh, belari, melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya (Depkes, 2012, hlm.37).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak prasekolah misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan, belajar mengukur dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.37).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak prasekolah misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat-ingat, menjawab pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.38).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak prasekolah misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.39).

2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan mudah dilakukan, tenaga kesehatan


(29)

juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40).

Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial) (Depkes, 2012, hlm.1).

Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Hermawan, 2011).

Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi penyimpangan mental emosional.

Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah adalah sebagai berikut :


(30)

Tabel.2.2. Jadwal dan Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita dan Anak Pra Sekolah (Depkes, 2012, hlm.40).

Umur Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan Perkembangan Mental Emosional

BB /TB

LK KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH

0 bln

3 bln

6 bln

9 bln

12 bln

15 bln

18 bln

21 bln

24 bln

30 bln

36 bln

42 bln

48 bln

54 bln

60 bln

66 bln

72 bln

Keterangan :

BB / TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan

LK : Lingkar Kepala

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional CHAT : Ceklist for Autism in Toddler


(31)

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu pada keadaan kasus rujukan, ada dicurigai anak mempunyai penyimpangan pertumbuhan, dan jika ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.

1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) (Depkes, 2012, hlm.41).

Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 2.3. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan (Depkes, 2012, hlm.41).

Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan

Keluarga dan masyarakat

- orang tua - kader kesehatan

- petugas PAUD, BKB, TPA dan guru TK

- KMS

- Timbangan Dacin

Puskesmas - Dokter

- Bidan - Perawat - Ahli Gizi - Peugas lainnya

- Tabel BB/TB - Grafik LK - Timbangan

- Alat Ukur tinggi Badan

- Pita pengukur

lingkar kepala

1.1.Pengukuran Tinggi badan terhadap tinggi badan

Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita, pengukuran dilakukan oleh


(32)

tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran BB/TB pada anak prasekolah menggunakan timbangan injak.

Cara penimbangannya yaitu:

1. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak memakai jaket, alas kaki, topi, jam tangan, dan tidak memegang sesuatu. 2. Anak berdiri diatas timbangan tampa dipegangi.

3. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan (Depkes, 2012, hlm 42).

Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :

1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi badannya, kemudian anak berdiri tegak menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur,

2. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. 3. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012, hlm 42).

Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu dengan amelakukan pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom tinggi badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran, pilih kolom untuk beratbadan berdasarkan jenis kelamin anak, cari berat badan yang terdekat dengan berat badan anak. dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD) (Depkes, 2012, hlm 42).

1.2. Pengukuran Lingkar Kepala Anak

Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui batas lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran


(33)

dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 2012, hlm. 50).

Cara mengukur lingkar kepala yaitu alat pengukur lingkar kepala anak mengenai dahi, menutupi alais mata, diatas diua telinga, dan bagian kepala yang menonjol, tarik agak kencang. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0. Tanyakan tanggal lahir anak, hitung umur anak. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak kemudian buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang (Depkes, 2012, hlm. 50).

Interpretasi hasil pengukuran yaitu bila ukuran lingkar kepala anak berada didalam “jalur hijau” maka lingkar kepala anak normal. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal. Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosepal bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”. Intervensi yang dilakukan bila detemukan makrosefal ataupun mikrosefal segera rujuk kerumah sakit (Depkes, 2012, hlm. 50).


(34)

(35)

2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi skrining atau pemeriksaan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Daya Dengar ( TDD). Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan (Depkes, 2012, hlm.52).

Tabel 2.4. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan (Depkes, 2012, hlm.52).

Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan Keluarga dan

masyarakat

- orang tua

- kader kesehatan, BKB, TPA

Buku KIA

- Petugas PAUD terlatih - Guru TK terlatih

- KPSP - TDL - TDD

Puskesmas - Dokter

- Bidan - Perawat

- KPSP - TDL - TDD

Keterangan:

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu Dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini


(36)

2.1.Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus (Depkes, 2012, hlm 52).

Cara penggunaan KPSP yaitu :

a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.

b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.

c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh

ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab (Depkes, 2012, hlm 52).

Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau pengasuh anak menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukan nya. sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh menjawab anak belumpernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau


(37)

pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm 53).

Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).

Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak. lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P) (Depkes, 2012, hlm 53).

Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan


(38)

kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm 53).

Tabel 2.5 KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 67). 1. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan.

“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”……….. “Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”……….. “Apa yang kamu lakukakn jika kamu lelah?”………

Jawab “Ya” bila anak menjawab 3 pertanyaan dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat. Jika dingin jawaban yang benar adalah “menggigil”, “pakai mantel”, atau “masuk kedalam rumah” Jika lapar jawaban yang benar adalah “makan”

Jika lelah jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring atau tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”

Bicara & bahasa

Ya Tidak

2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Sosialisasi &

kemandirian

Ya Tidak

3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn keseimbangannya selama 6 detik atau lebih ?

Gerak kasar Ya Tidak

4. Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan mennyebut “lebih panjang”. Perhatikan dua garis ini pada anak.

Tanyakan : “mana garis yang panjang” Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang,

setelah anak menunjuk putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk putar lagi dan ulangi pertanyaan tadi.

Apakah anak dapat menunjuk garis sebanyak 3 kali dengan benar?

Gerak halus Ya Tidak

5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini dikertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan .

Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini

Jawaban : Ya

Jawaban : Tidak

Gerak halus Ya Tidak

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi perintah berikut ini:

“Letakkan kertas di atas lantai” “ Letakkan kertas ini di bawah kursi” “Letakkan kertas ini di depan kamu” “Letakkan kertas ini dibelakang kamu”

Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”, “didepan”, dan “dibelakang”.

Bicara & bahasa

Ya Tidak

7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya

Sosialisasi & kemandirian

Ya Tidak

8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak: “Tunjuk segi empat merah”

“ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?

Bicara & bahasa

Ya Tidak

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).

Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Gerak kasar Ya Tidak

10.Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi &

kemandirian


(39)

Tabel 2.6 KPSP Pada anak umur 66 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 68).

1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak

menggambar seperti contoh ini dikertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini

Jawaban : Ya Jawaban : Tidak

Gerakan halus Ya Tidak

2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi perintah berikut ini:

“Letakkan kertas di atas lantai” “ Letakkan kertas ini di bawah kursi” “Letakkan kertas ini di depan kamu” “Letakkan kertas ini dibelakang kamu”

Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”, “didepan”, dan “dibelakang”.

Bicara & Bahasa

Ya Tidak

3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya

Sosialisasi & Kemandirian

Ya Tidak 4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak:

“Tunjuk segi empat merah” “ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?

Bicara & Bahasa

Ya Tidak

5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).

Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Gerak kasar Ya Tidak

6. dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Ya Tidak 7. Suruh anak menggambar ditempat kosong yang tersedia. Katakan kepadanya : “Buatlah

gambar orang”.

Jangan memberi perintah lebih dari itu. jangan bertanya atau mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar,. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, tangan dan kai dinilai satu bagian. dapatkah anak sedikitnya menggambar 3 bagian tubuh?

Gerak halus Ya Tidak

8. Pada gambar orang ayang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak setidaknya menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh ?

Gerak Halus Ya Tidak 9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan

membantu kecuali mengulang pertanyaan:

“ Jika kuda besar maka tikus………..” “Jika api panas maka es………..” “ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …………”

Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria)?

Bicara & bahasa Ya Tidak

10. Apakah anak anda dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis atau bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya?

(bola besar tidak ikut dinilai)”


(40)

Tabel 2.7 KPSP Pada Anak Umur 72 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 69). 1. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak:

“Tunjuk segi empat merah” “ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?

Bicara & Bahasa Ya Tidak

2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).

Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Gerak kasar Ya Tidak

3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & kemandirian

Ya Tidak

4. Suruh anak menggambar ditempat kosong yang tersedia. Katakan kepadanya : “Buatlah gambar orang”.

Jangan memberi perintah lebih dari itu. jangan bertanya atau mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, tangan dan kaki dinilai satu bagian. dapatkah anak sedikitnya menggambar 3 bagian tubuh?

Gerak halus Ya Tidak

5. Pada gambar orang ayang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak setidaknya menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh ?

Gerak halus Ya Tidak

6. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan:

“ Jika kuda besar maka tikus………..” “Jika api panas maka es………..” “ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …………”

Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria)?

Sosialisasi & kemandirian

Ya Tidak

7. Apakah anak anda dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis atau bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya?

(bola besar tidak ikut dinilai)”

Gerak kasar Ya Tidak

8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn keseimbangannya selama 11 detik atau lebih ?

Gerak kasar Ya Tidak

9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.

Apakah anak menggambar seperti contoh ini?

Jawaban : “ YA” Jawaban : “ Tidak”

Gerak halus Ya Tidak

10. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan samapi 3 kali bila anak menanyakan.

“Sendok dibuat dari apa?”………. “Sepatu dibuat dari apa?”……….. “Pintu dibuat dari apa?” ……… Apakah anak dapat menjawab 3 pertanyaan tersebut dengan benar? Sendok dibuat dari besi , baja, plastik, kayu.

Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu. Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca


(41)

2.2Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).

Cara melakukan TDD :

a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan. b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.

c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh orang tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya adlam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapt melakukannya dalam sebulan terakhir.

d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orang tua atau pengasuh(Depkes, 2012. hlm. 70).


(42)

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat diatanggulangi (Depkes, 2012. hlm. 70).

Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN

1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak

menyebutkan nam benda tersebut. Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda tersebut dengan benar?

Ya Tidak

2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan anak. suruh naka mengulangi angka-angka yang telah anda ucapkan : “Empat, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan jari tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan

buk/kertas, ucap empat angka yang berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau meniru ucapan anda dengan

menggunakan jati tangannya? ( anda dapat mengulanginya dengan suara yang lebih keras

Ya Tidak

2.3Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart (Depkes, 2012, hlm 71).


(43)

Cara melakukan tes daya lihat :

a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman

b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,

menghadap ke poster E atau snellen chart .

d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk pemeriksa.

e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.

f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang sama.

g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri:………

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa. kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan maka minta anak datang


(44)

lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya) (Depkes, 2012, hlm 70).


(45)

3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah

Deteksi Dini Penyimpangan mental Emosional adalah kegiatan atau Pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui , maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME), deteksi dini autis pada anak prasekolah menggunakan ceklist for Autism in Todlers (CHAT) dan deteksi dini gangguan pemusatan parhatian dan Hiperaktivitas pada anak pra sekolah menggunakan kuesioner Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH) (Depkes, 2012, hlm.74).

a) Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mentah pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional rutin dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental emosional umur 36 bulan-72 bulan. (Depkes, 2012, hlm.74).

Cara melakukan Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak yaitu tanyakan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku yang tertulis pada KMME pada orang tua atau pengsuh anak. Catat jawaban YA kemudian hitung jumlah jawaban YA.


(46)

Interpretasi hasil pemeriksaan KMEE yaitu apabila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi yang dilakukan bila ada jawaban YA hanya 1 (satu), maka lakukan konseling pada ibu dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila anak tidak ada perubahan maka rujuk kerumah sakit. bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih maka rujuk anak kerumah sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang atau kejiwaan. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.


(47)

Tabel 2.9 Kuesioner Masalah Mental Emosional

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab yang jelas ?

(seperti banyak menangis, mudah tersinggung, atau bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)

2. Apakah anak anda tampak mengindar dari teman-temanya atau anggota keluarganya? (seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau metrasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa dinikmatinya)

3. Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak an menentang terhadap lingkungn sekitarnya?

Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya, atau menyiksa binatang atau anak –anak lainya)

Dan tampak tidak peduli terhadap nasihat-nasihat yang sudah diberikan kepadanya? 4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya rasa ketakutan atau kecemasan yang

berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebnding dengan anak lain yang seusianya?

5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya konsentrasi yang buruk atau muah teralihkan perhatiannya. sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?

6. Apakah anak anda menunjukkan prilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam komunikasi dan membuat keputusan?

7. Apakah anak anda menunjukan perubahan pola tidur ? (seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering terbangun saat tidur malam oleh karena mimpi buruk, mengigau).

8. Apakah anak anda mengalami perubangan pola makan? (seperti ekhilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau makan sama sekali)

9. Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau keluhan-keluhan fisik lainnya?

10. Apakah anak anda sering mengeluh sering putus asa atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?

11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran prilaku atau kemampuan yang dimilikanya? (seperti ngompol kembali, menghisap jempol, atau tidak mau berpisah dengan orang tua atau pengasuhnya

12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa alasan yang jelas? b) Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah.


(48)

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan , kader, BKB, petugas PAUD , Pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa keterlambatan berbicara, gangguan komunikasi atau interaksi sosial, prilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT (checklist for Autim in Toddlers). Dalam CHAT ada 2 jenis pertanyaan yaitu : 9 pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua atau pengasuh anak, dan 5 perintah bagi anak untuk menjelaskan tugas yang tertulis pada CHAT. Bila setelah diperiksa anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak (Depkes, 2012, hlm.76).

c) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguan pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan , kader, BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive (Depkes, 2012, hlm.78).

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), yang terdiri dari 10 pertanyaan yang


(49)

ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atauguru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH yaitu:

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, stu persatu prilaku yang tertulis pada formulir GPPH

b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.

c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika dirumah, disekolah, pasar, toko, dll) setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.

d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan pemeriksaaan.

Interpretasi hasil pemeriksaan GPPH yaitu dengan memberi nilai masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai, nilai 0 bila keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak, nilai 1 bila keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak, nilai 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak. nilai 3 bila keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih, kemungkinan anak dengan GPPH. Intervensi yang dilakukan jika jumlah nilai terbesar anak berkemungkinan dengan GPPH perlu dirujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut (Depkes, 2012, hlm.78).


(50)

Tabel 2.10 Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktif (GPPH)(Abbreviated Conner Ratting Scale)

NO. KEGIATAN YANG DIAMATI 0 1 2 3

1. Tidak kenal lelah atau aktifitas yang berlebihan

2. Mudah menjadi gembira atau impulsive

3. Mengganggu anak-anak lain

4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian pendek

5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus

6. Kurang perhatian, mudah teralihkan

7. Permintaannya harus segera terpenuhi, mudah menjadi frustasi

8. Sering dan mudah menangis

9. Suasana hatinya mudah berubah dengan cepatdan drastic 10. Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah

Nilai total :

3. Intervensi Dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Depkes (2012), menyatakan tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan adalah anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki, dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya, waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih dibawah lima tahun.

a. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan

Intervensi dini penyimpangan perkembangan dalah tindakan tertentu pada anak yang yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai


(51)

lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak hamus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak (Depkes, 2012, hlm.80).

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama dua minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi, yaitu:

1.Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesui dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3,6,9, 12,15,18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA”= 7 atau 8.

Contoh tindakan intervensi yang dilakukan pada anak prasekolah misalnya seorang anak umur 42 bulan belum bisa menggambar “lingkaran”, maka tindakan intervensi yang dilakukan adalah membantu anak memegang pensil dengan benar, ajak anak melihat dan memperhatikan cara menggambar “lingkaran”. Beri kesempatan anak untuk meniru menggambar “lingkaran” berulang-ulang. Pujilah anak bisa menggambar “lingkaran” (Depkes, 2012, hlm.81).

2.Bila seorang anak mempunyai masalah atau penyimpangan perkembangan, sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada.

Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel maka intervensi diberhentikan dahulu, dan dilanjutkan bila anak sudah dapat diintervensi lagi (Depkes, 2012, hlm.82).


(52)

Setelah orang tua dan keluarga telah melakukan intervensi perkembangan secara intensif selama dua minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan atau perkembangan atau tidak (Depkes, 2012, hlm.82).

a. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak

Menurut Depkes RI (2012), Rujukan diperlukan jika masalah atau penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut :

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya, dan kader) dianjurkan untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA (Depkes, 2012, hlm.83).

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu, termasuk Puskeling melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat, nutrisionis, dan tenaga kesehatan yang terlatih lainnya) (Depkes, 2012, hlm.83).

3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh


(53)

kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboraturium atau pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan skunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi (fisioterapi, terapis bicara, dan sebagainya) ahli gizi dan psikolog (Depkes, 2012, hlm.83).

C. Dasar Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian dilakukan oleh dewi maritalia (2009) tentang analisis pelaksanaan program Simulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) balita dan anak prasekolah di puskesmas kota semarang tahun 2009.Adapun perbedaan penelitian perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan dewi adalah penelitian ini bertujuan mengidentifikasi status pertumbuhandan perkembangan, masalah mental emosional, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada anak prasekolah berdasarkan pelaksanaan SDIDTK di TK Wilayah Kerja Puskesmas Rantang. Sedangkan penelitian lain bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Kota Semarang.

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional.. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah umur 5-6 tahunyang ada diwilayah Kerja Puskesmas Rantang sebanyak 65 orang menggunakan teknik total sampling . adapun variabel yang diteliti adalah pertubuhan anak prasekolah yang meliputi berat badan, Tinggi badan, dan lingkar kepala. Aspek perkembangan dinilai mengguanakan KPSP berdasaran umur, Aspek Masalah mental emosional menggunakan Kuesionee masalah mental emosional (KMME), Aspek gangguan pemusatan dan perhatian menggunakan formulir GPPH.


(54)

Penelitian yang sama dilakukan oleh Patemah, dkk (2013) Faktor Determinan Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh Kader di Wilayah Puskesmas di Kota Malang. adapun perbedaan penelitian terdapat pada Tujuan penelitian, tempat penelitian, jumlah populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, cara pengumpulan data, variabel penelitian, dan desain penelitian. Variabel bebas dalam penelitian Patemah adalah karakteristik kader (umur, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader), pengetahuan, sikap, fasilitas dan sarana prasarana, dukungan masyarakat,dukungan bidan,dan pelatihan. Variabel terikat adalah pelaksanaan SDIDTK sedangkan variabel dalam penelitian ini deteksi dini tumbuh kembang anak prasekolah yang merupakan salah satu kegiatan dari pelaksanaan SDIDTK dan variabel bebasnya adalah Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi dini penyimpangan perkembangan, deteksi dini masalah mental emosional, deteksi gangguan pemusatan perhatian.


(55)

BAB III

KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL

A.Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar terlihat keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti (Nursalam, 2003). Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah salah satu kegiatan pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak prasekolah yaitu deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah Jenis deteksi dini tumbuh kembang anak prasekolah. Dimana peneliti akan mengidentifikasi status pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah dengan melakukan kegiatan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak Prasekolah

2. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 3. Intervensi Dan Rujukan Dini Tumbuh Kembang Anak

Prasekolah

1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.

3. Deteksi dini masalah mental emosional

4. Deteksi gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif


(56)

B. Defenisi Operasional Tabel 3.1. Defenisi Operasional N

o.

Variable Defenisi operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Deteksi dini

penyimpangan pertumbuhan Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali. meliputi pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas Rantang Timbangan, meteran tinggi badan, Pita pengukur lingkar kepala Dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala

I. BB / TB

1. Normal = -2 SD s/d 2 SD 2. Kurus = -3 SD

s/ d - 2 SD 3. Kurus sekali =

< -3 SD 4. Gemuk = > 2

SD s/ d 3 SD 5. Gemuk sekali

= >3 SD II. Lingkar Kepala

1. Normal = 2 SD 2. Mikrosefali = <

2 SD

3. Makrosefali = >2 SD

Ordinal

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar, meliputi tes daya dengar (TDD), tes daya lihat (TDL) anak prasekolah di TK wilayah kerja puskesmas

KPSP, instrumen TDD, kartu E atau snellen chart Dengan memeriksa perkembangan anak prasekolah dengan KPSP, memeriksa pendengaran dan penglihatan

I. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) 1. Perkembangan

sesuai umur (S)= Jika jawaban “Ya” 9 atau 10 2. Perkembangan

meragukan (M)= Jika jawaban “Ya” 7 atau 8

3. Penyimpangan Perkembangan (P)= Jika jawaban “Ya” 6 atau < 6

II. TDD (Tes Daya


(1)

 

 

 


(2)

(3)

 

 

 

Lampiran 7


(4)

Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak Pra-Sekolah di Tk Wiayah Kerja Puskesmas Rantang Tahun 2014

No. Umur J. Kelam

in

Pertumbuhan Perkembangan KMME

(Kuesioner Masalah Mental Emosional)

GPPH

( Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) LK ko

de

IMT (Indeks Masa Tubuh)

TD L

TD D

KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

BB TB IMT Kode P

1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10

Total Kode P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 total ko de P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 Total kode

1 2 1 49 1 26 124 16,88 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 0 0 1 2 1 1 0 10 1

2 2 2 47 2 15 109 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 2 0 2 1 2 0 1 0 0 8 1

3 3 2 49 1 19 117,5 13,57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 5 1

4 2 1 49 1 18 117,5 12 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 2 2 3 0 1 1 2 2 2 1 1 15 2

5 2 2 47,5 2 16 122,5 12,3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 1 2 2 1 0 1 3 2 2 0 14 2

6 2 1 51,5 1 25 119 17,85 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 2 1 1 2 2 1 2 0 12 1

7 3 2 48 1 19 117 13,57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 0 0 1 2 2 1 1 11 1

8 3 2 49 1 19 118 13,57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 1

9 1 1 49 1 19 113 14,61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 16 2

10 3 1 48 1 19 118,5 13,57 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 0 1 1 2 3 1 14 2

11 3 1 50 1 20 115,5 15,03 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1

12 1 2 50 1 16 105,5 14,41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 1 1 2 0 1 0 0 2 1 0 9 1

13 3 1 47 2 17 113 13,07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 0 1 2 0 1 1 1 2 2 1 11 1

14 2 2 47 2 13 112,5 10 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 2 0 2 1 2 0 1 0 0 8 1

15 2 2 49 1 20 117 14,28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 2 3 0 1 1 2 2 2 1 1 15 2

16 3 2 46 2 14 111 11,66 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 1 1 0 1 0 1 1 1 10 1

17 3 2 49,5 1 19 118 13,57 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 3 2 0 1 0 1 3 1 0 1 12 1

18 3 2 49,5 1 20 122 13,3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 3 0 0 1 0 1 0 0 0 5 1

19 2 1 46 2 15 118 10,71 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 2 1 1 0 2 1 0 0 1 1 2 9 1

20 3 1 49 1 17 117 12,5 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 0 0 1 2 1 1 0 10 1

21 1 1 50 1 18 112,5 13,84 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 2 0 2 0 2 1 2 0 1 0 0 8 1

22 2 1 47 2 14 107,5 12,17 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 2 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 5 1

23 1 1 48,5 1 18 112 14,4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 0 1 3 2 2 0 14 2

24 2 1 48 1 14 111 11,38 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1

25 2 1 50 1 18 121,5 12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 2 0 1 0 0 2 1 0 9 1

26 3 1 49 1 19 117 13,57 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 0 1 2 0 1 1 1 2 2 1 11 1

27 2 1 49 1 15 110 12,5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 0 1 0 0 2 2 3 2 12 1

28 2 1 50 1 24 108 20 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 1

29 1 1 49 1 20 110 16,5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 1 2 2 0 1 0 2 1 2 3 14 2

30 1 1 48 1 15,5 109 12,9 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 1 0 0 2 2 1 1 1 9 1

31 3 1 50 1 19 111 15,7 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 2 1 0 1 2 1 0 0 0 6 1

32 2 1 51 1 30 116,5 21,4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 0 1 2 1 1 2 2 1 2 0 12 1

33 2 1 49 1 17 108,5 14,1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 2 1 2 2 1 0 1 1 2 3 1 14 2

34 2 2 50 1 24 108 20 4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 16 2

35 2 2 50 1 14,5 113,5 11,15 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 2 1 1 2 2 1 2 0 12 1

36 2 2 50 1 19,5 107 17,72 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 0 0 1 2 2 1 1 11 1

37 3 2 50 1 20 110,5 16,7 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 1

38 3 2 49 1 18 109 15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 3 0 1 1 2 2 2 1 1 15 2


(5)

 

 

 

40 1 2 49 1 18 111,5 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 0 2 1 0 1 2 1 0 0 0 6 1

41 2 2 50 1 16 106 14,5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 1 0 2 1 1 3 3 2 16 2

42 3 2 49 1 16,5 109,5 13,75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 16 2

43 2 2 49 1 22,5 106 20,45 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 2 0 2 1 2 0 1 0 0 8 1

44 2 2 49 1 23 117 16,4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 5 1

45 2 2 48 1 16 105 14,54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 2 0 1 1 1 2 2 1 11 1

46 2 2 49 1 18 112 14,4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 1 2 2 0 2 1 1 2 2 2 15 2

47 3 2 48 1 15 109 12,5 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 2 0 1 2 1 1 2 2 1 2 0 12 1

48 2 2 48 1 14 102 13,4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 0 0 1 2 2 1 1 11 1

49 2 2 49 1 25 114 19,23 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 0 2 1 0 1 2 1 0 0 0 6 1

50 2 2 49 1 20 112 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 0 1 0 0 2 2 3 2 12 1

51 1 1 47,5 2 16 110 13,2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 16 2

52 2 1 49 1 18 117 12,8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 2 0 1 1 0 0 2 2 1 1 1 9 1

53 1 1 50 1 26 113 20,47 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 2 1 2 1 0 2 1 1 3 3 2 16 2

54 2 1 50 1 16 118 11,51 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 1 2 1 0 1 0 0 2 2 0 9 1

55 2 1 48 1 17 110 14,16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 1

56 2 1 49 1 25 119 17,8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 2 2 0 0 0 1 1 0 0 7 1

57 3 1 49 1 28 115 21,21 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 2 1 2 2 1 0 1 1 2 3 1 14 2

58 3 2 48 1 16 107 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 8 1

59 2 2 50 1 19 115 14,6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 17 2

60 2 2 48 1 24 111 19,51 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 1 0 1 1 2 1 0 1 9 1

61 3 1 47 2 30 120 20,83 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 2 0 0 2 1 2 1 2 12 1

62 1 1 48 1 17 113 13.07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 2 1 1 0 1 0 1 2 2 1 1 10 1

63 2 1 49 1 23 114 17,69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 0 1 2 1 0 1 1 0 2 1 9 1

64 2 1 49,5 1 19 106 17,27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 2 2 1 0 0 1 3 2 2 15 2

65 1 1 51 1 24 114 18,46 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 2 1 0 2 1 0 1 1 2 0 0 8 1

Keterangan :

Umur : 1 = 60 Bulan

IMT (indeks Massa Tubuh ) : 1 = Normal

KMME : 1 = Normal

2

=

66

Bulan

2

=

Kurus

2

=

Gangguan

3

=

72

Bulan

3

=

Sangat

Kurus

4 = Gemuk

5 = Sangat Gemuk

GPPH

: 1 = Normal

Jenis

Kelamin

:

1

=

Laki-laki

2

=

Gangguan

2 = Perempuan

Lingkar Kepala : 1 = Normal

KPSP (Kuesioner Pra skriningg Perkembangan)

TDL

: 1 = Normal

2

=

Mikrosefali

1

=

Normal

2

=

Gangguan

Penglihatan

2 = Meragukan

3 = Penyimpangan

TDD

: 1 = Normal

2

=

Gangguan

Pendengaran


(6)

A.

IDENTITAS

Nama

:

Eriska

Novia

Saputri

Tempat/Tanggal Lahir

: Magetan, 08 November 1991

Agama

:

Islam

Jenis

Kelamin

:

Perempuan

Status

:

Belum

Menikah

Anak Ke

: Pertama (1) dari tiga (3) bersaudara

Nama Ayah

: H. Sumiran (Alm)

Nama

Ibu

:

Khayati

Alamat

: Jln. Merdeka Timur

B.

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1997-2003

: SD 005 Batu Gajah

Tahun 2003-2006

: SMP N 004 Pasir Penyu

Tahun 2006-2009

: SMA N 1 Pasir Penyu

Tahun 2009-2012

: D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Prima Indonesia

Medan

Tahun 2013-2014 : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara