PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007 2008

(1)

1

BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A

SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

SKRIPSI

Oleh:

GARNIES PERMANASARI X4304013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN

PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Oleh :

GARNIES PERMANASARI X4304013

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(3)

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Harlita, S.Si, M.Si Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si NIP. 19690401 199802 2 001 NIP. 19760419 200112 2 003


(4)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Sri Widoretno, M.Si ...

Sekretaris : Dra. Muzayyinah, M.Si ... Anggota I : Harlita, S.Si, M.Si ...

Anggota II : Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si ...

Disahkan oleh

Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

ABSTRAK

Garnies Permanasari. PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui apakah penerapan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi siswa; 2) mengetahui penerapan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur terhadap meningkatnya penguasaan konsep biologi siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kolaboratif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dalam 2 tindakan yang berulang atau siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi untuk merencanakan tindakan berikutnya. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian adalah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur. Pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, dan dalam pelaksanaannya disertai diskusi kelompok dengan penomoran tiap anggota dan tugas berantai bagi masing-masing nomor. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Data diperoleh dari kajian dokumen, observasi, penyebaran angket, wawancara, dan tes evaluasi kognitif. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Validasi data menggunakan teknik triangulasi metode melalui angket, lembar observasi, wawancara, dan tes. Motivasi belajar diukur melalui angket dan wawancara, partisipasi siswa diukur melalui angket dan lembar observasi, dan penguasaan konsep biologi diukur dengan tes evaluasi kognitif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penerapan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan partisipasi siswa; 2) penerapan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari kenaikan rata-rata prosentase motivasi belajar siswa pra siklus sebesar 63,3%, siklus I sebesar 69,47 %, dan siklus II sebesar 77,12%. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari kenaikan rata-rata prosentase pada item pernyataan positif, dan penurunana prosentase item pernyataan negatif baik pada hasil angket maupun hasil lembar observasi partisipasi siswa. Peningkatan penguasaan konsep diukur dari nilai rata tes kemampuan awal, tes evaluasi siklus I, tes evaluasi siklus II. Nilai rata-rata tes kemampuan awal sebesar 65,7; siklus I sebesar 72; dan siklus II sebesar 79.


(6)

MOTTO

Sekali-kali tidak akan menimpa kami,

melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.

Dia-lah Pelindung Kami, dan hanya kapada Allah , orang–orang yang beriman harus bertawakal.

(At Taubah: 51)

Ketahuilah,

bahwa kejayaan itu datang setelah kesabaran. Jalan keluar itu datang setelah terjadinya bala cobaan. Sesungguhnya, dibalik setiap kesulitan itu selalu ada kemudahan…

(HR. Imam Ahmad: 293)

Apa yang Allah pilihkan bagi hamba-Nya yang beriman adalah pilihan yang terbaik, meski tampaknya sulit, berat atau memerlukan pengorbanan harta, kedudukan,

jabatan, keluarga, anak, atau bahkan lenyapnya dunia seisinya.

( Dr. Abdullah Azzam)

Dalam RIHLAH ILALLAH... Awali langkah dengan Bismillah

Selimuti hati dengan Kesabaran dan keikhlasan Jalani hidup dengan ketabahan

Karena setelah kesulitan, selalu ada kemudahan


(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

© Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak tercinta. Terima kasih atas kasih

sayang yang tiada batas; atas kesabaran yang tak bertepi; atas kepercayaan yang tak pernah pudar; atas rangkaian do’a yang tak pernah putus; atas senyum, air mata, serta tetes peluh yang tiada pernah mampu terbalas.

© Adik-adikku tersayang, Anjar, Tiara, si Kecil Duta dan zaky.,

Terima kasih atas keceriaan, dukungan, dan kasih sayang kalian. I love you all...

© Alm.mbah Gimun dan mbah Darinah tercinta. I love both of

you..

© Mbah putri, mbah kakung, lik Po’, lik Narno, lilik-lilikku,

serta segenap keluarga besar di Solo dan Cilacap. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang telah diberikan.

© Puji dan Esti teman seperjuanganku dalam mengerjakan

skripsi. Terima kasih telah banyak membantu dan selalu menyemangatiku. Thank’s a lot...

© Pelangi hatiku. Terima kasih atas iringan cinta, kasih sayang,

dukungan, dan setiap warna yang terlukis di hidupku.

© Ida, Wiwid, Mba nix, umah, titik, ratna serta semua teman

P.Biologi ’04. Terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak terlupakan.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE KEPALA

BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN

PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008.” Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa di dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama dalam bimbingannnya dan petunjuk dari dosen pembimbing dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Harlita, S.Si, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.

5. Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.

7. Putri Kusuma Wardani, S.Pd, selaku Guru Biologi SMP Negeri 8 Surakarta Kelas VII yang senantiasa memberikan bantuan, arahan serta bimbingan selama penelitian.


(9)

8. Staff pengajar, karyawan dan para siswa kelas VIIA SMP Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian.

9. Ibu dan bapak tercinta, Adik-adikku tersayang, mbah putri dan kakung, dan keluarga besar di Solo dan Cilacap yang tak henti-hentinya mendoakan penulis untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

10.Semua ”Pahlawan tanpa tanda jasa” yang telah membimbing dan mendidikku dengan penuh kesabaran..

11.Semua teman di program biologi angkatan 2004 UNS atas perhatian, bantuan, serta dukungan kalian.

12.Semua pihak yang telah membantu memperlancar penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak sesuai dengan amalnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat.

Surakarta, 2009

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka 7

1. Pembelajaran Tematik 7

a. Pembelajaran Terpadu 7

b. Pembelajaran Tematik 10

2. Metode Kepala Bernomor Terstruktur 19

3. Motivasi Belajar dan Partisipasi 23

a. Motivasi Belajar 23

b. Partisipasi 26


(11)

B Kerangka Berfikir 30 BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian 33

B Bentuk dan Strategi Penelitian 33

C Sumber Data Penelitian 34

D Teknik Pengumpulan Data 35

E Kriteria Ketuntasan Kegiatan Penelitian 37

F Uji Validitas Data 37

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 46

a. Penelitian Awal (Pra Siklus) 46

b. Siklus I 49

c. Siklus II 58

d. Deskripsi Antar Siklus 66

B. Pembahasan 69

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan 80

B. Implikasi 80

a. Implikasi Teoritis 80

b. Implikasi Praktis 80

C. Saran 81

DAFTAR PUSTAKA 82


(12)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1. Perbandingan Diagram dan Deskripsi Tiga Model

Pembelajaran Terpadu 9

Tabel 2. Perbedaan NHT dan Kepala Bernomor Terstruktur 21

Tabel 3. Teknik Penilaian Angket 36

Tabel 4. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus

Per Indikator 46

Tabel 5. Hasil Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus Per Item 47 Tabel 6. Hasil Prosentase Lembar Observasi Partisipasi Pra Siklus

Per Item 48

Tabel 7. Hasil Tes Kemampuan Awal 49

Tabel 8. Hasil Tes Kognitif 1 51

Tabel 9. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I Per Indikator 52 Tabel 10. Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus I Per Item 52 Tabel 11. Hasil Prosentase Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus I

Per Item 53

Tabel 12. Hasil Lembar Observasi Psikomotorik Siklus I Per Item 54 Tabel 13. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Pembelajaran Tematik

dengan Metode Kepala Bernomor Terstruktur Siklus I

Per Indikator 55

Tabel 14. Hasil Lembar Observasi Performance Guru Siklus I

Per Indikator 55

Tabel 15. Hasil Tes Kognitif 2 61

Tabel 16. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II Per Indikator 62 Tabel 17. Hasil Prosentase Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus II

Per Item 63 Tabel 18. Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus II Per Item 63 Tabel 19. Hasil Lembar Observasi Psikomotorik Siklus II


(13)

Tabel 20. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Pembelajaraan Tematik dengan Metode Kepala Bernomor Terstruktur Siklus II

Per Indikator 65 Tabel 21. Hasil Lembar Observasi Performance Guru Siklus II

Per Indikator 65


(14)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1. Alur Penyusunaan Perencanaan Pembelajaran Pematik 18 Gambar 2. Contoh Langkah Pelaksanaan Metode Kepala Bernomor

Terstruktur 22

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir 32

Gambar 4. Skematik Kegiatan Inti Penelitian 39

Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian 45

Gambar 6. Diagram Batang Perbandingan Hasil Tes Kognitif 66 Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Angket Motivasi Belajar

Siswa Per Indikator 67

Gambar 8. Diagram Batang Perbandingan Hasil Angket Partisipasi

Siswa Per Item 67

Gambar 9. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar Observasi

Partisipasi Siswa Per Item 67

Gambar 10. Diagram Batang Perbandingan Hasil Penilaian

Lembar Observasi Psikomotorik Per Item 68 Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Tingkat Kepuasan

Penggunaan Pembelajaran Tematik dengan Metode Kepala Bernomor Terstruktur Per Indikator 68 Gambar 12. Diagram Batang Perbandingan Hasil Lembar Observasi


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN halaman

a. Silabus 86

b. Silabus Pembelajaran Tematik dengan dengan Metode Kepala

Bernomor Terstruktur 88

c. Jaring Tema 90

d. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Tematik

Pembelajaran 91

e. RPP 92

f. Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Pembelajaran

Tematik) 107

g. Soal Postest Siklus I (pertemuan 1) 111

h. Soal Postest Siklus I (pertemuan 2) 112

i. Soal Postest Siklus II (pertemuan 1) 113

j. Lembar Tugas siswa 1 (Siklus I) 114

k. Lembar Tugas siswa 2 (Siklus II) 116

l. Kisi-Kisi tes Kemampuan Awal 118

m. Soal Tes Kemampuan Awal 119

n. Jawaban Tes Kemampuan Awal 121

o. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Siklus I 122

p. Soal Tes Kognitif Siklus I 126

q. Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif Siklus I 129 r. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Siklus II 130

s. Tes Kognitif Siklus 2 134

t. Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif Siklus II 136

u. Angket Motivasi Belajar 139

v. Angket Partisipasi Siswa 146

w. Lembar Observasi Partisipasi 150


(16)

y. Kriteria Skor Setiap Aspek yang Dinilai pada Lembar Observasi

Psikomotorik 153

z. Sumber Angket Kepuasan 155

å. Angket Kepuasan 157

ä. Lembar Observasi Performance Guru 162

ö. Pedoman Wawancara 163

LAMPIRAN 2. UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS

a. Rumus Validitas dan Reliabilitas 164

b. Uji Validitas Tes Kognitif Siklus 1 166 c. Uji Validitas Tes Kognitif Siklus 2 168

d. Uji Validitas Angket Motivasi 170

e. Uji Validitas Angket Partisipasi Siswa 175 f. Uji Validitas Angket Kepuasan 177 g. Uji Reliabilitas Tes Kognitif Siklus 1 179 h. Uji Reliabilitas Tes Kognitif Siklus 2 181 i. Uji Reliabilitas Angket Motivasi 185 j. Uji Reliabilitas Angket Partisipasi Siswa 187

k. Uji Reliabilitas Angket Kepuasan 189

LAMPIRAN 3. HASIL PENELITIAN

a. Daftar Nama Siswa 191

b. Daftar Hadir Siklus 1 192

c. Daftar Hadir Siklus 2 193 d. Daftar Nama Kelompok Kelas VIIA 194 e. Hasil Pengisian Angket Motivasi Siklus I 196 f. Hasil Pengisian Angket Motivasi Siklus II 198 g. Hasil Pengisian Angket Partisipasi Siklus I 200 h. Hasil Pengisian Angket Partisipasi Siklus II 202 i. Hasil Pengisian Lembar Observasi Partisipasi Siklus I 202 j. Hasil Pengisian Lembar Observasi Partisipasi Siklus II 203 k. Hasil Pengisian Lembar Observasi Psikomotorik Siklus I 204 l. Hasil Pengisian Lembar Observasi Psikomotorik Siklus II 204


(17)

m. Hasil Pengisian Angket Kepuasan Siklus I 205 n. Hasil Pengisian Angket Kepuasan Siklus II 206 o. Hasil Pengisian Lembar Observasi Performance Guru Siklus I 208 p. Hasil Pengisian Lembar Observasi Performance Guru Siklus II 209 q. Hasil Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Siklus I 210 r. Hasil Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Siklus II 211

s. Hasil Wawancara Siklus I 212

t. Hasil Wawancara Siklus II 213

u. Hasil Tes Kemampuan Awal 214

v. Hasil Tes Kognitif Siklus I 216

w. Hasil Tes Kognitif Siklus II 218

x. Hasil Angket Motivasi Belajar Pra Siklus 220 y. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I 223 z. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II 226 æ. Hasil Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus 232 ø. Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus I 234 å. Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus II 236 aa. Hasil Penilaian Lembar Observasi Psikomotorik Siklus I 240 bb.Hasil Penilaian Lembar Observasi Psikomotorik Siklus II 241

cc. Hasil Angket Kepuasan siklus I 242

dd.Hasil Angket Kepuasan siklus II 244

LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI 246

LAMPIRAN 5. HASIL PENGISIAN SISWA


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 salah satunya adalah pemerintah berkewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Oleh sebab itu, pemerintah wajib untuk mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang terpokok dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan sangat berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat khususnya bagi anak didik), dan proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik).

Proses belajar yang dilakukan oleh siswa dapat terjadi karena adanya motivasi. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang dapat mendorong siswa untuk ikut serta atau berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Motivasi belajar serta partisipasi siswa yang baik dalam proses belajar mengajar, akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses belajar mengajar di kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta, menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih rendah. Tingkat partisipasi siswa yang rendah diindikasikan oleh beberapa fakta di lapangan yaitu, sebagian besar siswa (53%) lebih banyak mendengarkan, mencatat penjelasan guru serta kurang aktif dalam proses belajar mengajar, terutama dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab. Hasil observasi juga menunjukkan 11 orang siswa (27,5%) melakukan aktivitas sendiri seperti mengobrol dengan teman dan mempermainkan alat tulis. Indikasi lain yaitu, hanya 5 orang siswa (12,5%) yang sering menjawab pertanyaan guru dan bertanya jika ada kesulitan dalam belajar. Proses belajar mengajar di kelas VII A lebih banyak menggunakan metode ceramah dari awal hingga akhir pelajaran.


(19)

Guru menyampaikan materi secara lisan dan hanya menuliskan beberapa kalimat yang dianggap penting. Kegiatan diskusi hanya dilakukan 1 sampai 2 kali pertemuan dalam 1 semester.

Praktik pendidikan di kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta yang masih berpusat pada guru (teacher centered), penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi, serta kegiatan belajar yang kurang menantang, dapat menurunkan ketertarikan siswa untuk belajar. Ketertarikan siswa tersebut akan menumbuhkan motivasi, sehingga siswa terdorong untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa terlibat secara pasif, sehingga siswa kurang mampu meningkatkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok. Keadaan tersebut dapat terjadi karena motivasi siswa baik intrinsik maupun ekstrinsik kurang, sehingga partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pun tidak maksimal.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, dan dapat mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep materi yang sedang dipelajari. Guru diharapkan dapat mengkomunikasikan suatu konsep kepada siswa dengan baik agar dapat dipahami dan dikuasai sepenuhnya oleh siswa, akan tetapi tidak semua siswa dapat menguasai konsep secara baik dan memuaskan, karena proses pembelajaran dan interaksi edukatif yang berbeda-beda.

Hasil belajar biologi siswa yang masih rendah pada semester gasal menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai konsep-konsep biologi. Tingkat penguasaan konsep biologi terlihat dari hasil belajar biologi yang masih berada di bawah batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMP Negeri 8 Surakarta yaitu 60. Pada semester ganjil, siswa yang nilainya kurang dari batas tuntas sebanyak 11 anak (27,5%), sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 29 anak (72,5%).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu konsep untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan serta keaktifan siswa dalam mencari, menggali, dan menemukan konsep-konsep materi yang sedang dipelajari,


(20)

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Penerapan pembelajaran tematik memungkinkan optimalisasi penggunaan metode dan media yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta meningkatkan penguasaan konsep biologi, dan berdampak pada pencapaian hasil yang optimal.

Salah satu upaya untuk menciptakan peran aktif siswa adalah dengan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Beberapa metode mungkin lebih efektif daripada yang lain, tetapi tidak ada satu jenis metode yang cocok dan efektif untuk semua jenis materi pokok atau materi pelajaran. Berdasarkan hal tersebut, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sering digunakan beberapa metode secara bergantian atau bersamaan sesuai dengan tujuan pengajaran. Satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan metode kepala bernomor terstruktur. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat bertukar ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama dan daya serap materi yang diberikan guru.

Perpaduan antara pembelajaran tematik dengan salah satu metode pembelajaran kooperatif diharapkan menjadi sarana belajar yang menarik dan menyenangkan, sehingga akan menumbuhkan motivasi belajar yang lebih besar di dalam diri siswa. Motivasi tersebut merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk lebih melibatkan diri (berpartisipasi) dalam proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi tingkat penguasaan konsep biologi.

Terkait hal tersebut di atas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul: “PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE KEPALA

BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN

PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/ 2008”


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasar dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih bersifat teaching centered (pembelajaran berpusat pada guru) dan siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.

2. Pendekatan pembelajaran dan metode yang digunakan kurang bervariasi, sehingga motivasi dan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar kurang maksimal.

3. Pendekatan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur diharapkan dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi, partisipasi, serta penguasaan konsep biologi.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas VII A Semester genap SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 anak.

2. Obyek penelitian

a. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran terpadu yang diterapkan adalah pembelajaran yang mengaitkan materi biologi SMP kelas VII pada Kompetensi Dasar 7.4 tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan kepadatan penduduk (aspek geografi) serta perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup (aspek ekonomi).

b. Pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur merupakan modifikasi dari Numbered Heads Together (NHT) yang di dalamnya terdapat diskusi kelompok dengan penomoran tiap anggota dan tugas berantai bagi masing-masing nomor.


(22)

c. Penilaian kualitas pembelajaran meliputi: 1) pengukuran motivasi belajar siswa dibatasi pada perubahan sikap belajar siswa selama proses pembelajaran melalui angket (Yenny Anjar J, 2008: 108-112); 2) pengukuran partisipasi siswa dibatasi pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran baik fisik, mental, maupun sosial melalui angket (Yenny Anjar J, 2008: 123-124) dan lembar observasi partisipasi (Yenny Anjar J, 2008: 208); 3) penguasaan konsep biologi siswa disetiap siklus menggunakan tes.

d. Materi pelajaran Biologi kelas VII semester genap yang digunakan adalah pokok bahasan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi siswa SMP Negeri 8 Surakarta?

2. Apakah penggunaan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa SMP Negeri 8 Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan dan Pembatasan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah penggunaan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi siswa SMP Negeri 8 Surakarta.

2. Mengetahui penggunaan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur terhadap meningkatnya penguasaan konsep biologi siswa SMP Negeri 8 Surakarta.


(23)

F. Manfaat Penelitian

1. Informasi bagi guru mengenai pentingnya memilih pendekatan pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai dengan materi pelajaran biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Inovasi bagi dunia pendidikan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran biologi.

3. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pembelajaran biologi.


(24)

24

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Tematik a. Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Fogarty (1991) dalam Agus Sudrajat (2007: 8) menyatakan bahwa dalam arti luas pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam lintas peserta didik. Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena dalam pembelajaran terpadu peserta didik akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipelajari dan dipahami (Tim Pengembang PGSD, 2001: 6).

Dari sejumlah model pembelajaran terpadu menurut Fogarty (1991) dalam Agus Sudrajat (2007: 8) tiga diantaranya sesuai untuk dikembangkan dalam pelajaran IPA tingkat pendidikan di Indonesia. Ketiga model yang dimaksud adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated). Tim Pengembang PGSD (2001: 17) berpendapat bahwa ada tiga model pembelajaran terpadu yang dipilih dan dikembangkan, yaitu:

1) Model Keterhubungan (connected)

Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang dengan sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas- tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya, dalam satu bidang studi.


(25)

2) Model Jaring Laba-Laba (webbed)

Model jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Dalam pendekatan ini pengembanganya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasai antara guru dan siswa, dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi lain. Dari sub-sub tema tersebut dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

3) Model Keterpaduan (integrated)

Model keterpaduan merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan menetapkan prioritas kurikulum dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan, tema yang bekaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program.


(26)

Tabel 1. Perbandingan Diagram dan Deskripsi Tiga Model Pembelajaran Terpadu

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

Model

Keterhubungan (connected)

Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS.

Peserta didik akan mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam lingkup bidang studi.

Kurang

menampakkan keterkaitan interdisiplin.

Model jaring laba-laba

(Webbed)

Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain.

1.Tema yang familiar membuat motivasi belajar meningkat.

2.Memberikan pengalaman berpikir serta bekerja interdisipliner. Sulit menentukan tema Model keterpaduan (integrated)

Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks

pembelajaran.

Hubungan antar bidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar. 1.Fokus terhadap kegiatan belajar, tekadang mengabaikan target penguasaan konsep. 2.Menuntut wawasan yang luas dari guru.


(27)

b. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu. Pembelajaran bertema ini adalah model jaring laba-laba (webbed) yang menggunakan tema-tema tertentu sebagai pemersatu konsep.

Menurut Lucky Cahyana (2008: 1) ”pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik”. Asri Budiningsih (2007: 127) berpendapat bahwa ”Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran sepeti fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema-tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni”.

Sugiyanto (2007: 96-97) menyatakan bahwa dalam menentukan tema yang bermakna perlu memperhatikan beberapa persyaratan, antara lain:

1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, serta dapat memudahkan dalam memadukan banyak mata pelajaran.

2) Tema harus bemakna, artinya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.

3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. 4) Tema dikembangkan harus mewadahi minat anak.

5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.

7) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

1) Landasan Pembelajaran Tematik

Menurut Winarni (2007: 3), landasan pembelajaran tematik ada 3 yaitu: a) Landasan filosofi

(1) Progresivisme

Proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.


(28)

(2) Konstruktivisme

Anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya.

(3) Humanisme

Melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensi, dan motivasi yang dimilikinya.

b) Landasan Psikologis

(1) Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat kekhasan dan kedalamannya isi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

(2) Psikologi belajar untuk menentukan bagaimana isi materi pelajaran disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. c) Landasan Yuridis

UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 2) Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing), maka guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah juga sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang


(29)

masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) (Akhmad Sudrajat, 2008: 5).

3) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Depdikbud (1996) dalam Sugiyanto (2007: 101-102) pembelajaran tematik sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu holistik, bermakna, otentik dan aktif.

a) Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak terkotak-kotak. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi, sehingga akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.

b) Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dengan banyak membentuk jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan menghasilkan skemata. Yang akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan kebermaknaan yang dipelajari. Selanjutnya akan mengakibatkan pembelajaran fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.

c) Otentik

Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep melalui kegiatan belajar secara langsung. Dengan memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan.

d) Aktif

Pembelajaran tematik menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna mencapai hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan


(30)

siswa, sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar. Pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.

4) Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Akhmad Sudrajat (2008: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki beberapa rambu-rambu dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.

2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester. 3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk

dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 5. Tema-tema yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa, minat,

lingkungan, dan daerah setempat. 5) Implikasi Pembelajaran Tematik

Menurut Winarni (2007: 4-5) pembelajaran tematik mempunyai berbagai implikasi, antara lain:

1) Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

2) Implikasi bagi siswa

a) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.

b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, atau pemecahan masalah.

3) Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

a) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan


(31)

konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Maka dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

b) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan dan dapat dimanfaatkan (by utilization).

c) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan berbagai media akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

d) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

4) Implikasi terhadap pengaturan ruangan anatara lain: Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah, peserta didik dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memanjang hasil karya peserta didik, alat/sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpan kembali.

5) Implikasi terhadap pemilihan metode.

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu dipersiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multimedia. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.

6) Keuntungan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Menurut Asri Budiningasih (2007: 127) pembelajaran tematik memiliki keuntungan, antara lain:

1) Bagi guru

a) Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.


(32)

b) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.

c) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.

d) Guru bebas membantu siswa melatih masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.

e) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

2) Bagi siswa

a) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar. b) Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.

c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. e) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.

Menurut Agus Sudrajat (2007: 10) pembelajaran tematik memiliki kelemahan atau kekurangan, antara lain:

1) Aspek guru

Berwawasan luas, memiliki kreatifitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi, bersedia mengembangkan diri untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.


(33)

2) Aspek peserta didik

Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif ”baik”, dalam kemampuan akademik maupun kreatifitasnya karena dalam pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).

3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, termasuk juga fasilitas internet untuk menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Semua ini dapat diatasi karena internet mudah diakses dan warnet mudah ditemukan.

4) Aspek kurikulum

Harus luas, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru mempunyai kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilain keberhasilan pembelajaran peserta didik.

5) Aspek penilaian

Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), dalam menetapkan keberhasilan peserta didik dengan penilaian yang bervariasi serta berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

7) Langkah-langkah Menyiapkan Pembelajaran Tematik

Menurut Agus Sudrajat (2007: 15-16) langkah-langkah menyiapkan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan dikaitkan dengan pencapaian standar kompetensi.

2) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua standar kompetensi dan kompetensi dasar.


(34)

3) Menentukan tema pemersatu antar standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 4) Membuat matrik keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu. Tujuannya untuk menunjukkan kaitan antara tema dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.

5) Menjabarkan kompetensi-kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.

6) Menyusun silabus pembelajaran yang dikembangkan dari berbagai indikator menjadi beberapa kegiatan belajar konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antar beberapa bidang kajian.


(35)

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah menyiapkan pembelajaran tematik disajikan dalam gambar 1 berikut:

Gambar 1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Tematik

(Sumber: Agus Sudrajat, 2008: 14)

8) Penilaian Pembelajaran Tematik

Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu atau pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar. Dalam penilaian proses belajar upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan dalam penilaian hasil belajar proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaain kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat dilakukan, diukur dan diamati.

Membuat matriks atau hubungan KD dan tema

atau topik pemersatu

Merumuskan indikator pembelajaran

Menyusun silabus pembelajaran Menetapkan bidang

kajian yang akan dipadukan

Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar

bidang kajian

Memilih/menetapkan tema atau topik

pemersatu

Memetakan KD dan tema pemersatu

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran


(36)

Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar (Agus Sudrajat, 2008: 18).

2. Metode Kepala Bernomor Terstruktur

Metode pembelajaran kepala bernomor terstruktur merupakan modifikasi dari metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) atau Kepala Bernomor. NHT adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif tipe struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan kawan-kawan. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar siswa bekerja sama, saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Magel (2006: 1) menyatakan bahwa Cooperative learning is a form of active learning in which smalll groups work together on exercises designed to improve learning. Artinya, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran aktif yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil yang bekerjasama dalam latihan-latihan dan bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran. Cooper, McKinney, and Robinson (1991) dalam Magel (2006: 1) berpendapat bahwa cooperative learning as ” a stuctured, systematic instruction strategy in which small groups work together for a common goal”. Pernyataan tersebut berarti pembelajaran kooperatif sebagai strategi pembelajaran sistematis dan terstruktur dimana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar bersama. Bekerjasama berarti melakukan sesuatu bersama dengan saling membantu dam bekerja sebagai tim (kelompok). Jadi, pembelajaran setiap kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lain. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki, dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada dikelas, dan siswa penyandang cacat bila ada (Muhammad Nur, 2005: 1).


(37)

Nurhadi (2005: 121) menyatakan bahwa dalam metode Kepala Bernomor (NHT), Spencer Kagan melibatkan siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, yaitu: 1) penomoran (numbering); 2) pengajuan pertanyaan (questioning); 3) berpikir bersama (heads together); 4) pemberian jawaban (answering). Penomoran (numbering) adalah membagi siswa kedalam beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda. Pengajuan pertanyaan (questioning) adalah guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan sangat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Berpikir bersama (heads together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa tiap oranhg mengetahui jawaban tersebut. Pemberian jawaban (answering) yaitu guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Anita Lie (2002: 59) menyatakan bahwa, teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Ada perbedaan dan persamaan antara NHT dengan kepala bernomor terstruktur. Persamaannya adalah 1) keduanya memiliki 4 langkah dasar yaitu numbering, questioning, heads together, dan answering; 2) dapat digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia peserta didik; 3) kesiapan siswa meningkat; 4) siswa dapat berdiskusi sungguh-sungguh (Anonim, 2006)


(38)

Perbedaan NHT dan kepala bernomor terstruktur dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Perbedaan NHT dan Kepala Bernomor Terstruktur.

Pembeda Numbered Heads Together Kepala Bernomor Terstruktur

Langkah-langkah

Tidak ada pembagian tugas secara berantai dalam tiap kelompok

Ada pembagian tugas secara berantai dalam tiap kelompok

Tanggung jawab pribadi

Tuntutan tidak begitu besar pada tiap pribadi

Dituntut penuh dalam pelaksanaan tanggungjawab pribadi

Kelebihan metode

- Siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai (dalam satu tim)

- Siswa saling bertukar pikiran (dalam satu tim)

- Dapat diadakan kerjasama antar siswa yang senomor

Kekurangan metode

- Pemanggilan ulang kepada siswa yang telah dipanggil - Tidak semua anggota

kelompok dipanggil oleh guru

Waktu yang dibutuhkan lebih banyak

(Sumber: Anonim, 2006)

a. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Kepala Bernomor Terstruktur Langkah-langkah pembelajaran metode kepala bernomor terstruktur menurut Ahmad Noor Fatirul (2006: 39) adalah:

1) Siswa dibagi dalam kelompok atau tim (antara 4-5 orang), dan tiap siswa mendapat nomor.

2) Memberikan pertanyaan pada tiap tim,dan penugasan diberikan pada tiap siswa berdasarkan nomor dengan tugas yang berantai.

Misal: siswa nomor 1 bertugas mencatat soal, siswa nomor 2 bertugas mengerjakan soal , dan siswa nomor 3 melaporkan hasil diskusi, siswa nomor 4 mencatat pertanyaan dari tim lain, siswa nomor 5 menanggapi tanggapan dari kelompok lain, dan seterusnya.


(39)

3) Jika perlu, guru bisa menyuruh siswa yang senomor dari semua tim bekerjasama, sehingga siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerjasama mereka.

4) Laporkan hasil diskusi tim (presentasi) dan tanggapan dari tim lain. 5) Kesimpulan.

Stuktur tugas dan kelompok dalam metode kepala bernomor terstruktur dapat divariasi yaitu, penugasan berdasarkan nomor dapat diubah-ubah agar ada pemerataan tanggung jawab (rolling tugas); dapat dipakai dalam kelompok permanen untuk efisiensi kelompok dan penstrukturan tugas; adanya variasi komposisi sehingga siswa bisa keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain (cara ini dapat mengurangi kebosanan/ kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen) (Anita Lie, 2002: 61).

Sebagai contoh pelaksanaan metode kepala bernomor terstruktur dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Contoh Langkah Pelaksanaan Metode Kepala Bernomor Terstruktur

Tim C

No.3a No.3b No.3c Tim B

No.2a No.2b No.2c Tim A

No.1a No.1b No.1c

Tim C

No.1c No.2c No.3c Tim B

No.1b No.2b No.3b Tim A


(40)

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kepala Bernomor Terstruktur

Metode pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur memiliki kelebihan dan kekurangan. Anonim (2006) menyebutkan tentang kelebihan dan kekurangan metode kepala bernomor terstruktur yaitu:

1) Kelebihan:

a) Setiap siswa menjadi siap semua.

b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c) Siswa dapat saling bertukar pikiran/ ide.

2) Kekurangan:

a) Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b) Waktu yang dibutuhkan untuk penerapan metode lebih banyak.

3. Motivasi Belajar dan Partisipasi

Sardiman A.M (2007: 39) berpendapat bahwa kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

a. Motivasi Belajar

Salah satu faktor psikologis dalam belajar adalah motivasi. Melendy (2008: 1) menyatakan bahwa motivasi berperan sebagai kunci permainan dalam pendidikan. Motivation plays a key role in educationthe word’s Latin root “movere” which means “to move,” suggests that motivation can be defined as a process that starts with a need that activates behavior which in turn moves someone towards achieving a goal. Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan”, berdasarkan pernyataan tersebut motivasi adalah suatu proses yang bermula dari kebutuhan yang mengarahkan perilaku seseorang kepada pencapaian tujuan.

Gage dan Berliner (1984) dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 42) mengemukakan bahwa ”Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Motivasi positif yang telah terbentuk dalam diri siswa dapat mendorong siswa untuk lebih berpartisipasi dalam proses belajar


(41)

mengajar. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Winkel (2007: 186) ”Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri.”

Winkel (2007: 169) juga menyatakan bahwa “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

Menurut Winkel (2007: 194) motivasi belajar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.

1) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Beberapa bentuk motivasi ekstrinsik antara lain:

(1) Belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi sosial; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misalnya guru dan orang tua; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administratif.

2) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi intrinsik menumbuhkan minat dan perasaan senang sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa belajar dapat memperkaya diri sendiri.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 85), motivasi belajar penting bagi siswa. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; (2) Menginformasikan kekuatan usaha belajar; (3) Mengarahkan kegiatan belajar; (4)


(42)

Membesarkan semangat belajar; (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.

Nasution (1995) dalam Suprijanto (2007: 41) menyatakan bahwa ”cara untuk menumbuhkan motivasi peserta didik antara lain dengan memberi nilai perkembangan belajar, memberi hadiah atau pujian, memberi tahu kemajuan belajar, memberi tugas yang menantang, dan menciptakan suasana yang menyenangkan”. Martinis Yamin (2005: 83-84) mengungkapkan bahwa ”prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar”. Memberikan motivasi kepada siswa, berarti kita memberdayakan afektif mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan langsung (eksternal), penguatan pengganti, dan penguatan diri sendiri. Wlodkowski (1984) dalam Melendy (2008: 1) menyatakan bahwa:

There are three stages that can help facilitate motivation: attitude and needs in the beginning stage; stimulation and affective strategies in the middle stage; and competence and reinforcement strategies in the final stage. Firstly, the attitude component suggests that teachers strive to facilitate positive attitudes towards learning the subject at hand and to establish expectancy that task demands can be met successfully. In addition, the needs component suggests creating a collaborative rather than competitive environment. In the second stage, stimulation requires the stimulation of learners’ attention, and the affective component suggests creating a positive group atmosphere. In the third stage, the competence component suggests creating activities that facilitate feelings of accomplishment and progress as products of effort. Finally, the reinforcement component suggests creating activities that will point to the positive results of tasks and that will lead to praise and/or rewards.

Berdasarkan pernyataan tersebut ada 3 tahapan yang dapat membantu menumbuhkan motivasi: sikap dan kebutuhan pada tahap awal; rangsangan dan strategi-strategi afektif pada tahap pertengahan; kompetensi dan strategi-strategi penguatan pada tahap akhir. Pertama, komponen sikap menganjurkan guru untuk berusaha memberikan contoh sikap positif dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan meyakinkan bahwa tugas-tugas dapat mengantarkan pada kesuksesan. Selain itu, komponen kebutuhan menganjurkan lingkungan yang kolaboratif daripada lingkungan kompetitif. Tahap kedua, rangsangan dibutuhkan untuk menarik


(43)

perhatian para siswa, dan komponen afektif menganjurkan suasana kebersamaan yang positif dalam suatu kelompok. Pada tahap ketiga, komponen kompetensi menganjurkan terciptanya berbagai kegiatan yang dapat menumbuhkan keinginan berprestasi dan kemajuan belajar sebagai hasil dari usaha. Terakhir, komponen penguatan menganjurkan guru dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan tugas dan akan membuahkan pujian dan/atau penghargaan.

b. Partisipasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 28), ”partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan”. Bloom (1961) dalam Suhaenah Suparno (2001: 81) berpendapat bahwa:

Partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt) maupun secara tertutup (covert). Jumlah keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran.

Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) menyatakan bahwa Partisipasi adalah ”keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka”.

Partisipasi peserta didik dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Indikator pembelajaran partisipatif, sesuai pendapat Knowles (1970) dalam E. Mulyasa (2005: 156-157) yaitu adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik, adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.


(44)

Aktivitas dan partisipasi siswa dapat ditumbuhkan di dalam pembelajaran Menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83-84) untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas meliputi sembilan aspek yaitu diantaranya:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa. 3) Mengingatkan kompetensi prasarat.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari. 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7) Memberikan umpan balik.

8) Melakukan tagihan-tagihan seperti tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi diakhir pembelajaran. 4. Penguasaan Konsep Biologi

Penguasaan dapat diartikan proses, cara atau perbuatan menguasai/ menguasakan dapat juga berarti kemampuan untuk memahami atau menerapkan pengetahuan, kepandaian, dsb. Sedangkan menguasai berarti mampu dalam suatu bidang (Peter Salim & Yenni, 1991: 764).

Menurut Mulyani Sumantri dan Permana (2001: 41) mendefisinikan “Penguasaan konsep adalah individu mampu menyebutkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep, kemudian dirumuskan kembali tentang konsep itu”. Dengan demikian, penguasaan konsep adalah mampu menangkap arti serta mampu menjelaskan konsep-konsep dari suatu materi pelajaran.

Oemar Hamalik (2003: 165) berpendapat bahwa belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep antara lain:

1) Mengurangi kerumitan lingkungan.

2) Membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar kita.

3) Membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju.

4) Mengarahkan kegiatan instrumental. 5) Memungkinkan pelaksanaan pengajaran.


(45)

Siti Maryam Sudjoko (1985 : 39-44) menyatakan bahwa ”biologi adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki sasaran/objek studi berupa makhluk hidup”. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu sistem pertanyaan dan jawaban yang dimunculkan dari observasi. Berbagai observasi dilakukan manusia dalam rangka mendapatkan konsep-konsep biologi. Biologi sebagai ilmu sains yang mengajarkan berbagai konsep dan teori-teori tertentu maka memerlukan strategi khusus dalam pembelajaran.

Tujuan mempelajari biologi adalah agar siswa mampu memahami, menemukan, menjelaskan, menguasai konsep dan prinsip dalam biologi (Rosmaini, 2004 : 33-34). Menguasai konsep disini tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tetapi juga mengharuskan untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut serta mampu mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain.

Penguasaan konsep pada diri siswa tidak dapat berlangsung secara bersamaan. Keberhasilan siswa dapat ditentukan oleh kemampuannya untuk menguasai konsep mata pelajaran yang ada. Penguasaan konsep siswa akan berbeda-beda pada setiap siswa karena adanya beberapa faktor. Salah satu faktor itu adalah keadaan awal atau input siswa. Winkel (2005: 151) menggambarkan bahwa: “Keadaan awal yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses belajar mengajar dimulai tetapi dapat berperanan dalam hal itu”.

Siswa yang mampu memahami konsep akan mampu menggeneralisasikan konsep tersebut membentuk prinsip. Sejumlah prinsip ilmiah yang berkaitan, bila digeneralisasikan akan membentuk suatu teori. Orang akan mampu menghubungkan, menerangkan, meramalkan berbagai macam hasil percobaan, dan hasil observasi yang dikerjakan melalui cara-cara sederhana hingga paling efisien dengan menggunakan teori. Konsep beserta generalisasinya merupakan pusat mengkoordinasikan fakta dan data dalam suatu bentuk yang menjelaskan hubungan-hubungan. Oleh karena itu, konsep merupakan alat dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi pelajaran biologi.


(46)

Penguasaan terhadap suatu konsep menunjukkan tercapainya indikator belajar kemampuan pada ranah kognitif. Menurut taksonomi Bloom (1961) dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26-27) ranah kognitif meliputi 6 tingkatan yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Oemar Hamalik (2003: 166) menyatakan bahwa untuk penguasaan konsep ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh siswa yaitu :

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya. b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.


(47)

B. Kerangka Berfikir

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa faktor yaitu faktor input atau masukan adalah siswa, faktor proses adalah kegiatan belajar, dan output atau keluaran. Apabila input berkualitas namun proses belajar mengajar tidak mendukung, maka outputnya belum tentu berkualitas. Oleh karena itu, proses berperan penting dalam menghasilkan output yang berkualitas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2007/2008, masih terlihat kurangnya motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar di kelas VII A lebih banyak menggunakan metode ceramah dari awal hingga akhir pelajaran. Hal tersebut mendorong siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat penjelasan guru, serta kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Guru menyampaikan materi secara lisan, dan hanya menuliskan beberapa kalimat yang dianggap penting. Kegiatan diskusi hanya dilakukan dalam 1 sampai 2 kali pertemuan dalam satu semester.

Penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi serta kegiatan belajar yang kurang menantang dapat menurunkan ketertarikan siswa untuk belajar. Ketertarikan siswa dalam belajar akan menumbuhkan suatu dorongan psikis dalam diri siswa sehingga siswa terdorong untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dorongan psikis tersebut merupakan motivasi bagi siswa untuk terus belajar. Motivasi belajar sangat diperlukan sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar kemungkinan besar tidak akan melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Motivasi yang rendah berakibat siswa tidak ikut berpartisipasi pada proses pembelajaran dan menyebabkan tingkat penguasaan konsep materi biologi menjadi rendah. Penguasaan konsep yang rendah berakibat terhadap pencapaian hasil belajar yang kurang maksimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

Kualitas proses pembelajaran ditentukan oleh keterlibatan atau partisipasi siswa dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar banyak dipengaruhi oleh upaya guru dalam pemberian


(48)

motivasi, penyediaan fasilitas belajar, dan perencanaan pengajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep materi yang sedang dipelajari.

Untuk mengatasi permasalahan di atas dalam menyampaikan materi biologi diterapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur. Penggunaan tema yang sederhana dan menarik dalam pembelajaran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai suatu konsep. Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan serta keaktifan siswa dalam mencari, menggali, dan menemukan konsep-konsep materi yang sedang dipelajari, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Penerapan pembelajaran tematik memberi peluang bagi guru untuk mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran dan media belajar yang bervariasi, sehingga memudahkan siswa memahami dan menguasai konsep.

Penambahan metode pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur, diharapkan akan memancing rasa tertarik siswa dan memotivasi siswa agar berperan aktif dalam proses belajar dan menjadi lebih siap untuk menjawab setiap saat nomornya dipanggil. Adanya tugas berantai akan membuat siswa bertanggungjawab untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Diskusi dengan stuktur kelompok yang berbeda memungkinkan siswa bertukar ide dengan lebih banyak teman. Penunjukan secara acak yang dilakukan guru mengharuskan setiap siswa untuk belajar lebih baik agar tidak diragukan anggota tim yang lain, sehingga dapat mendorong setiap tim untuk meningkatkan kualitas belajar tiap anggotanya.

Pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan, yang akan berpengaruh terhadap seberapa besar tingkat penguasaan konsep biologi siswa sebagai output belajar, serta menciptakan kebermaknaan belajar yang dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman yang senantiasa berkesan selama hidup.


(49)

Untuk lebih jelasnya, alur kerangka pemikiran dalam melaksanakan penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir

INPUT Motivasi belajar

dan partisipasi siswa kurang

sehingga penguasaan konsep

siswa rendah

PROSES PEMBELAJARAN

OUTPUT Penguasaan

Konsep Siswa Meningkat

KBM Berpusat Pada Guru (teacher centered ),

metode pembelajaran kurang bervariasi

Motivasi belajar dan partisipasi siswa

bertambah Ketertarikan

siswa untuk belajar bertambah

Pembelajaran tematik yang menggunakan tema sederhana dan menarik untuk mengaitkan

konsep-konsep Metode

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor


(50)

50

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep belajar biologi dilaksanakan di lingkungan sekolah menengah pertama, sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah SMP Negeri 8 Surakarta yang beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto No. 51 Surakarta. Kelas yang digunakan dalam penelitian adalah kelas VII A tahun ajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 anak.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai dari bulan Maret 2008 sampai dengan April 2009 yang secara garis besar dibagi menjadi 3 tahap :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi permohonan ijin observasi, pelaksanaan observasi, identifikasi masalah, perumusan tindakan, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal dan instrumen, seminar proposal, permohonan ijin penelitian. Tahap persiapan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2008.

b. Tahap Penelitian

Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilakukan di lapangan, yaitu pengambilan data. Tahap ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2008. c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan yang dilaksanakan pada bulan Juni 2008 sampai dengan April 2009.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) kolaboratif. Rancangan penelitian dan pemecahan masalah disusun sesuai dengan kondisi yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru atau peneliti. Adapun solusi pemecahan masalah yang


(1)

xcvii

xcvii BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penerapan pembelajaran tematik dengan metode Kepala Bernomor Terstruktur yang dilakukan oleh peneliti pada siswa SMP Negeri 8 Surakarta, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penerapan pembelajaran tematik dengan kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar biologi dan partisipasi siswa SMP Negeri 8 Surakarta.

2. Penerapan pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa SMP Negeri 8 Surakarta.

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui upaya bersama antara guru dan siswa serta penyelenggara pembelajaran dalam rangka meningkatkan penguasaan konsep biologi secara maksimal yang akan berdampak terhadap prestasi belajar biologi siswa.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai inovasi pembelajaran biologi di SMP Negeri 8 Surakarta serta dapat menjadi inspirasi pembelajaran bagi guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, partisipasi siswa, serta penguasaan konsep biologi.


(2)

C. Saran

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta, saran yang diberikan adalah sebagai berikut adalah:

1. Kepada Guru

a. Guru hendaknya lebih mempersiapkan diri sebelum proses belajar mengajar, tidak hanya perangkat pembelajarannya, tapi juga materi dan variasi cara mengajar agar dapat menumbuhkan ketertarikan belajar siswa sehingga meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar.

b. Guru hendaknya lebih kreatif dan selektif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran yang bervariasi akan memunculkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa sehingga memudahkan proses penguasaan konsep pada diri siswa. c. Bagi guru atau pihak lain yang ingin menerapkan pembelajaran tematik

dengan kepala bernomor terstruktur hendaknya memperhatikan alokasi waktu yang ada untuk mata pelajaran biologi karena pembelajaran tematik dengan metode kepala bernomor terstruktur memerlukan waktu yang relatif lebih lama dalam pelaksanaannya.

2. Kepada Siswa

Siswa diharapkan aktif tidak hanya aktif secara fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi pembelajaran.


(3)

xcix

xcix

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sudrajat. 2007. Strategi Pelaksanaan Pembelajaarn Terpadu. Diakses pada http://smpn 4 cimahi.com/ ? p=5, tanggal 24 Maret 2008; diunduh tanggal 24 Maret 2008

Ahmad Noor Fatirul. Cooperative Learning. trimanunipa@yahoo.com, diakses tanggal 3 Maret 2009

Akhmad Sudrajat. 2008. Mengenal Pembelajaran Tematik. Diakses pada http://www. stellamaris.co.id, tanggal 24 Maret 2008; diunduh tanggal 24 Maret 2008

_________. 2008. Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. Diakses pada http://akhmad sudrajat. wordpress.com/ 2008/04/15/Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa, tanggal 24 Maret 2008; diunduh tanggal 24 Maret 2008

Anita Lie. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta:Grasindo

Anonim. Pembelajaran Kooperatif. Diakses pada http://Learning-with-me-blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html, tanggal 24 Maret 2008; diunduh tanggal 3 Maret 2009

Asri Budiningsih. 2007. Pembelajaran Inovatif dan Partisipasif. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

E. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

_________. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Etin Solihatin. 2007. Coopertive Learning: analisis model pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Evin Tri Rahayu. 2009. Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Metode Number Heads Together dalam Meningkatkan hasil Belajar biologi. Surakarta

Galon, A. Melendy. 2008. “Motivating Writers: The Power of Choice”. Journal international. Volume 10, issue 3. Diakses pada


(4)

H:\September_08_gm.php.htm, tanggal 24 Juli 2009; diunduh tanggal 24 Juli 2009

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press

H. B Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

L. G. A. K. Wardani. 1986. Materi Pengajaran Mikro. Surakarta: Unit Program Pengalaman Lapangan Universitas Sebelas Maret Press

Lexy J Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Lucky Cahyana. 2008. Belajar Tematik Bermakna. http://www. Jawapos.co.id. diakses 24 Maret 2008

Magel, Rhonda C. 2006. “Using Cooperative Learning in a Large Introductory Statistics Class”. Journal of Statistcs Education. Vol. 6, no. 3. Diakses pada http://www.amstat.org/publications/jse/v6n3/magel.html, tanggal 23 Juli 2009; diunduh tanggal 23 Juli 2009

Martinis Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press

Muhamad Nur. 2005. Pembelajaran kooperatif. Depdiknas. Jawa Timur.

_________. 2007. Kiat membelajarkan siswa. Jakarta: Tim Gaung Press Jakarta

Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dangan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Mulyani Sumantri dan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

_________. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Peter Salim dan Yenni. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press


(5)

ci

ci

Rachmawati. 2006. Partisipasi. diakses pada

http://library.usu.ac.id/download/fp/06008762.pdf, tanggal 25 Juli 2008; diunduh tanggal 25 Juli 2008

Rosmaini S. 2005. Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Menggunakan Model daur Belajar. Jurnal Pembelajaran. Vol.28; no. 01. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau (UNRI)

Sardiman. A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Siti Maryam Sudjoko. 1985. Pengajaran Biologi Secara Individual. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Theori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Setyawati. 2009. Judul: Penggunaan Jurnal Belajar dengan PCC (Picture Cue Card) dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatakan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret

Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Surakarta

Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi belajar. Jakarta: Depdiknas Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi. 2004. Sains Biologi SMP Jilid 1B Kelas VII Semester 2 Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Jakarta: Erlangga Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta:Bumi Aksara

Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S2 Pendidikan Dasar. Bandung: CV. Maulana

Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: FKIP Universitas Sanata Dharma


(6)

Winarni. 2007. Model Pembelajaran Tematik SD Kelas I-III. Karanganyar: Bintek Pembelajaran Tematik Bagi Guru Kelas I-III Dinas P dan K Kabupaten Karanganyar

Yenny Anjar Jayadi. 2008. Judul: Penggunaan Jornal Belajar dengan Macromedia Flash dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2. Surakarta. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret

Yuli Ardiani Setyastuti. 2008. Judul: Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terpimpin yang Dilaksanakan dengan Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Motivasi Belajar pada Materi Pokok Laju Reaksi Kelas XI IA Semester I SMA Negeri I Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2007 2008

0 4 82

PENERAPAN METODE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 3 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS 5 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

0 7 155

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Melalui Metode Kepala Bernomor Terstruktur Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jetiskarangpung 2 Kecamat

0 3 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Melalui Metode Kepala Bernomor Terstruktur Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jetiskarangpung 2 Kecamat

0 3 13

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN CREATIVE APPROACH BERBASIS PICTORIAL RIDDLE APPROACH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN KETERAMPILAN SISWA DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS (PTK SMP Negeri 2 Karanganom Kelas VII Tahun Ajaran 2007/2008 ).

0 1 8

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY TERPIMPIN PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 0 6

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007 / 2008.

0 0 8

PENDAHULUAN PENERAPAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 0 6