Penyebaran Penduduk Kemaharajaan Bahari

12 Kelas X SMASMK linguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Hal ini sebagai petunjuk bahwa penduduk Madagaskar dihuni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya. Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijaya mengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudera Hindia.

4. Hubungan dengan Wangsa Sailendra

Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dan Dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada Prasasti Kalasan di Pulau Jawa, Prasasti Ligor di selatan hailand, dan Prasasti Nalanda di India. Sementara pada Prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena Prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dan bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasastiprasasti di Sumatra. Wangsa Sailendra diduga berasal dari Sumatra, walaupun asal-usul bahasa Melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang. Majumdar berpendapat Dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya Suwarnadwipa dan Medang Jawa, keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian, Moens menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuno di antaranya Prasasti Sojomerto.

5. Hubungan dengan Kekuatan Regional

Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China. Sriwijaya secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti. Maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di Provinsi Surat hani, hailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya tampak pada bangunan Pagoda Borom hat yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota, yakni Sumber: mansatumagelang.wordpress.com Gambar 1.16 13 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Mueang Chaiya, hatong Kanchanadit, dan Khirirat Nikhom. Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah dengan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu, Wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka, Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatra dan Jawa. Akan tetapi, akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya. Permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya. Dalam Prasasti Nalanda yang bertarikh 860, Balaputradewa menegaskan asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu, Raja Sriwijaya. Dengan kata lain, ia mengadukan kepada Raja Dewapaladewa, Raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatra dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika Raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa atas dorongan Sriwijaya. Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan Kerajaan Pala di Benggala, pada Prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa Raja Balaputradewa mende- dikasikan sebuah vihara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari Prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma. Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian, hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian, pada masa ini, Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari Dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I Ti-hua-ka-lo sebagai raja San-fo-ts’i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa Dinasti Song, candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada masa Dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan. Sumber: http:id.wikipedia. orgwikiSriwijaya Gambar 1.17 Pagoda Borom hat bergaya Sriwijaya di Chaiya, hailand.