Latar Belakang POPULATION MOBILITY AND POVERTY A Study on the Acceleration of Poverty Reduction in Urban Areas (A Case Study in Denpasar City).

3-4•August•2015,•Bali-Indonesia• POPULATION MOBILITY AND POVERTY A Study on the Acceleration of Poverty Reduction in Urban Areas A Case Study in Denpasar City By: I Gusti Wayan Murjana Yasa Luh Gede Meydianawathi Surya Dewi Rustariyuni I Nyoman Nurcaya Abstract Some studies suggest that population mobility affects the increase in inequality of development among regions. On the one hand, mobility is one of the strategies employed by the people to improve their welfare; however, on the other hand it creates problems, not just in the migrants’ places of origin, but also in the places of destination especially the urban areas. The excessive emergence of migrants in urban areas leads to a high rate of population growth and high population density, unemployment, poverty and a growing number of slum settlements. This study aims to: 1 analyze the characteristics of migrants in the slum settlements; 2 analyze the relationship between the poverty of the people in the slum settlements and their mobility status; and 3 analyze the strategies for the acceleration of poverty reduction in the slum settlements in urban areas especially Denpasar City. The study was conducted through several stages, i.e. a focus group discussion with the stakeholders, followed by a sample survey involving 196 migrants living in the slum settlements in Denpasar City. The result of the study shows that the main characteristics of the migrants’ poverty in the slum settlements are poor housing conditions and lack of sanitation including unprotected sources of water. The migrants’ poverty in the slum settlements is primarily caused by structural factors the government policy and cultural factors related to the values adopted by the migrants in their living habits. In regard to the types of mobility, permanent migrants looking to settle have worse characteristics of poverty compared to non-permanent migrants. Empowerment based on the internal strength of the migrants and the control of land tenancy are critical factors to the success of the acceleration of poverty reduction in the slum settlements. Keywords: population mobility, poverty, slum settlements

1. Latar Belakang

Kehadiran migran di Kota Denpasar, dapat berdampak positif dan juga negatif. Dampak positif dari kehadiran para migran tersebut adalah tersedianya tenaga kerja yang relatif murah khususnya untuk aktivitas buruh kasar yang sangat sulit dipenuhi dari tenaga kerja lokal. Dampak positif lainnya adalah peluang akan proses saling membelajarkan yang positif bagi tenaga kerja lokal dari tenaga kerja pendatang khususnya terkait dengan survival strategi dar tenaga kerja migran. Strategi bertahan di Kota denpat hidup dari para migran dapat menjadi pembelajaran dan sekaligus juga kebijakan dalam memberikan aturan terhadap para migran. Dampak negatif dari kehadiran para migran adalah persaingan dalam memeperoleh tenaga kerja hususnya pada klas menengah dan juga di sektor informal. Dampak lainnya adalah terkait dengan masalah keamanan, sosial dan budaya. Terkait dengan kemiskinan, prilaku para migran khususnya klas menengah ke bawah justru menambah kekumuhan yang bersumber dari prilaku migran. Keadiran permukiman kumuh permukiman tidak layak huni di Kota Depasar disinyalir semakin banyak jumlahnya sejalan dengan semakin tingginya volume migran masuk ke Kota Denpasar. Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45509HK2012 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Denpasar, diketahui sekurangnya ada 35 titik lokasi lingkungan perumahan dan permukiman kumuh. Status kependudukan mereka digolongkan menjadi dua yaitu penduduk sementara dan penduduk tetap Kota Denpasar. Kondisi ini menyebabkan munculnya rumor bahwa Denpasar mengimpor kemiskinan. Rendahnya marginal propensity to consume MPC dari para migran non- permanen tersebut dapat menjadi sumber utama kekumuhan, Untuk menekan biaya hidup di daerah tujuan mereka cenderung menyewa lahan secara berkelompok dan di atas lahan tersebut mereka mendirikan rumah-rumah semi permanen yang seringkali tidak dilengkapi dengan fasilitas, seperti air bersih, penerangan, sanitasi dan lainnya. Kondisi seperti inilah yang memunculkan permukiman kumuh. Pada sisi yang lain kehadiran para migran di daerah tujuan juga memberi dampak positif. Berbagai peluang kerja yang tidak sanggup diambil para pekerja lokal dapat memanfaatkan pekerja migran. Pekerja pada sebagian besar proyek pembangunan, seperti jalan raya, jembatan, bangunan rumah, gorong-gorong, galian kabel, galian pipa, dan berbagai pekerjaan kasar lainnya, sebagiam besar memanfaatkan tenaga kerja luar migran. Dewasa ini, telah terjadi kompetisi dalam membuka dan meraih berbagai peluang kerja dan peluang usaha antara migran pendatang dengan penduduk lokal non migran. Dalam pembangunan, termasuk pembangunan desa di daerah perkotaan dan juga mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, bukanlah semata menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan swasta. Sinergi ketiganya dalam pembangunan merupakan implementasi dari paradigma pembangunan good governance. Para migran 3 dapat diajak secara partisipatif menanggulangi kemiskinan perkotaan, dan mencegah kekumuhan. Pihak swasta, dapat diajak bekerjasama untuk menyediakan berbagai keperluan para migran termasuk kebutuhan akan permukiman layak huni, dan pemerintah menyediakan regulasi yang memungkinkan para migran dapat tinggal secara nyaman pada tempat tinggal yang layak huni tanpa harus senantisa berhadapan dengan kekawatiran akan penggusuran, dan perlakuan tidak aman lainnya.Terkait dengan migran di permukiman kumuh, setidaknya ada beberapa pihak yang terkait, pertama, pemilik lahan khususnya bagi para migran yang tinggal dan membangun tempat tinggal di lahan sewaan; kedua, pemilik rumah untuk migran yang tinggal di rumah sewaan’ ketiga, pemerintah yang memiliki kewenangan mengatur regulasi; dan pihak swasta yaitu pemilik rumah atau tanah sewaan. Ketiga stakeholders inilah yang menentukan terjadinya permukiman kumuh. Salah satu misi pembangunan Kota Denpasar adalah meningkatkan pelayanan publik menuju kesejahteraan masyarakat. Prioritas pembangunan untuk menunjang keberhasilan misi ini adalah pengentasan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan dilakukan melalui berbagai program, yaitu peningkatan akses penduduk miskin terhadap penddikan, kesehatan, lingkungan hidup dan perumahan dan permukiman disamping pengentasan kemiskinan. Implementasi berbagai prioritas pembangunan tersebut dilakukan dalam kerangka pengembangan ekonomi rakyat. Pengembangan ekonomi rakyat dimaksudkan untuk memberi kesempatan dan akses lebih luas terhadap para pelaku ekonomi berskala kecil yaitu usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM yang melingkupi tidak kurang dari 98 persen unit usaha dan menyerap tenaga kerja sekitar 99 persen dari keseluruhan kesempatan yang tersedia. Sesuai misi mempercepat ketahanan ekonomi masyarakat melalui sistem ekonomi kerakyatan, ada beberapa keuntungan yang dapat diharapkan dengan kebijakan ini adalah, pertama, pertumbuhan ekonomi yang terjadi didasarkan sebesar-besarnya kontribusi dari UMKM yang berarti peningkatan produktivitas sektor ini telah diberikan perhatian penting. Peningkatan produktivitas UMKM berarti juga sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat lapisan bawah. Model inilah yang diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan yang sekaligus juga meningkatkan peran kelompok masyarakat berpenghasilan rendah memberi kontribusi yang semakin besar dalam pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkeadilan dan inklusif yang kini dikembangkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten menguatkan model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi yang ada di daerah masing-masing yang memungkinkan berbagai persoalan mendasar terkait dengan aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi dapat menjadi prioritas utama dalam peningkatannya dan juga pengentasan kemiskinan. Aspek kesehatan, pendidikan dasar, kemiskinan juga menjadi bagian penting dalam prioritas pembangunan yang capaian keberhasilannya sudah ditargetkan bagi masing-masing pemerintah kabupaten kota. Berbagai upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan di Kota Denpasar telah berhasil menurunkan jumlah rumah tangga miskin secara cukup meyakinkan. Pada tahun 2008 jumlah rumah tangga miskin di Kota Denpasar mencapai 3571 rumah tangga dan pada tahun 2012 menurun menjadi 2106, berarti selama 2008-2012 berhasil diturunkan rumah tangga miskin sebanyak 1465 rumah tangga atau sekitar 41,02 persen atau dalam satu tahun rata-rata berhasil diturunkan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 366 rumah tangga.

2. Tujuan dan Manfaat