Pengendalian Statistical Quality Control SQC Produk Rusak

31 Menurut Ibrahim 2000:XIX TQM adalah suatu sistem manajemen untuk selalu meningkatkan kualitas dalam proses kerja dan hasil akhirnya untuk memenuhi kepuasan konsumen secara terus-menerus. Sedangkan menurut Tjiptono dan Diana 2003:4 mendefinisikan TQM sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, TQM adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi secara terus menerus dalam memenuhi kepuasan pelanggan.

2.5. Pengendalian Statistical Quality Control SQC

2.5.1. Pengertian Statistical Quality Control SQC

Menurut Besterfield dalam Ariani 2004:54 SQC adalah salah satu teknik dalam TQM yang digunakan dalam mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistik. Menurut Sumayang 2003:272 pengendalian kualitas statistik adalah pengendalian yang menggunakan statistik sederhana untuk mengenali dan menghilangkan penyimpangan yang tidak acak atau menghilangkan penyimpangan yang terjadi sekali- sekali, sporadis pada proses produksi. Jadi SQC adalah salah satu 32 teknik dalam TQM yang digunakan dalam mengendalikan, mengelola dan menghilangkan penyimpangan yang terjadi secara tidak acak, sekali-sekali atau sporadis guna membuat produk sesuai dengan spesifikasi dengan menggunakan metode statistik.

2.5.2. Sistem Statistical Quality Control SQC

Dalam sistem pengendalian mutu statistik yang mentolerir adanya kesalahan atau cacat produk pada kegiatan pengendalian mutu yang ada pada penerimaan bahan baku selama proses dan pengujian produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan beberapa waktu, antara lain: pada waktu bahan baku ada ditangan pemasok, pada waktu bahan baku sampai di perusahaan, sebelum proses dimulai, selama proses produksi berlangsung, setelah proses produksi, dan sebelum dikirimkan pada pelanggan Ariani, 2004:55.

2.6. Produk Rusak

Perusahaan sangat tidak menginginkan produk yang dihasilkannya mengalami kerusakan, adanya produk yang rusak mengakibatkan laba perusahaan menurun. Produk rusak merupakan produk yang tidak dapat dikerjakan kembali sebagai produk semula. Dalam produk rusak telah menyerap banyak biaya-biaya antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik sehingga membuat perusahaan merugi dengan adanya produk rusak. Untuk mengurangi produk rusak maka perusahaan melakukan perbaikan terus menerus dan melibatkan seluruh 33 pekerja untuk melakukan perbaikan kualitas agar terhindar dari adanya produk rusak. Terjadinya kerusakan pada produk rusak yang dihasilkan yang pertama dilakukan mengetahui sifat dan penyebab kerusakan, yang kedua adalah masalah akuntasi yaitu mencatat biaya-biaya dan unit-unit yang rusak dan mengamulasikan biaya-biaya kerusakan serta melapor pada bagian yang bertanggung jawab atas tindak perbaikan. Dapat dikatakan bahwa jumlah produk rusak yang terjadi dapat dikurangi atau bahkan dihindari dengan tindakan tersebut pada masa-masa yang akan datang. Produk rusak atau produk defects merupakan salah satu elemen yang dapat dianalisis oleh perusahaan ketika membaca laporan biaya kualitas. Perusahaan sering mengabaikan hal tersebut dan lebih memfokuskan pada perputaran biaya-biaya antar bagian atau departemen sehingga ketika laporan biaya kualitas dinyatakan, maka seringkali persentase produk rusak terhadap biaya kualitas total menjadi sangat signifikan. Produk rusak yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan ulang. Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik Mulyadi, 2005:302. Menurut pandangan tradisional produk dikatakan cacat atau rusak apabila kriteria produk tersebut terletak diluar batas atas dan batas bawah dari batasan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud 34 adalah kriteria yang harus dipenuhi produk tersebut dalam memenuhi kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana mestinya produk dibuat. Maka suatu produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi spesifikasinya Hansen dan Mowen, 2005:7. Dari definisi di atas dapat diambil intisari bahwa produk yang rusak adalah produk yang tidak sesuai spesifikasi sehingga tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan, tidak dapat dikerjakan ulang rework dan memiliki nilai jual yang rendah sebagai nilai sisa disposal value.

2.7. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak