PENGARUH KUALITAS PERBANKAN SYARIAH DAN FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Periode 2010.Q1 – 2015.Q4)
ix
PENGARUH KUALITAS PERBANKAN SYARIAH DAN FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Periode 2010.Q1 – 2015.Q4)
SKRIPSI
Oleh :
Mahmudah Agustiyani NPM : 20130730318
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(2)
i
PENGARUH KUALITAS PERBANKAN SYARIAH DAN FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP PEMBIAYAAN PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Periode 2010.Q1 – 2015.Q4)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islm (SEI) Strata Satu
Pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
Mahmudah Agustiyani NPM : 20130730318
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(3)
(4)
iii
MOTTO
Barang Siapa Bersungguh-Sungguh Maka Dapatlah
Jika Allah belum menentukan takdirmu untuk menyerah, jangan pernah berhenti untuk melangkah
dan
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur Alhmdulillah kepada ilahi Rabbi, skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak dan Ibu,
Jazakumullah khoirun katsiiron atas segala kasih sayang, do’a, nasihat,
bimbingan dan penyemangat yang tak ternilai. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan dipanjangkan umurnya. Aku bangga mempunyai orang tua
seperti engkau berdua.
Kakak-kakakku dan Saudara-saudaraku
Mbak Kun, Mas Mamat, Mbak Elfi, Mbak Reni, Mas Robin, Mas AJi, dan Ida Terima kasih buat semua masukan, dorongan dan do’anya.
(6)
(7)
(8)
(9)
viii
DAFTAR TABEL
1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Di Indonesia ... 3
1.2 Jumlah Aset, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Umum Syariah Periode 2010 – 2015 ... 5
4.1 Analisis Deskriptif ... 78
4.2 Hasil Uji Chow ... 92
4.3 Hasil Uji Hausman ... 93
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 94
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 96
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur Pemikiran Penelitian ... 77
4.1 Tren Pembiayaan Bank Umum Syariah ... 79
4.2 Tren Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 81
4.3 Tren Capital Adequacy Ratio (CAR)... 84
4.4 Tren Nilai Tukar Dolar/Rp ... 86
4.5 Tren Suku Bunga ... 89
4.6 Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ... 107
4.7 Perbandingan Rekening DPK BUS dan Tren Suku Bunga ... 115
(11)
(12)
(13)
(14)
ABSTRAK
Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Salah satu perannya sebagai lembaga intermediasi dapat mengerakkan laju perekonomian masyarakat dan akan berdampak pada laju perekonomian nasional. Dalam kegiatan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peranan sektor perbankan. Karena perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Aktivitas pembiayaan tersebut dapat meningkatkan produktivitas pada sektor riil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia pada periode 2011 hingga 2015 yang di pengaruhi oleh kualitas perbankan dan faktor makroekonomi. Pengaruh kualitas perbankan diwakilkan oleh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sedangkan faktor makroekonomi diwakilkan oleh variabel Nilai Tukar Dolar/Rp dan Suku Bunga. Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa time series dan cross section dalam bentuk kuartal dari kurun waktu
Maret 2011 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat analisis metode Regresi Data Panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK) dan variabel nilai tukar dolar/Rp berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan
perbankan syariah. Sedangkan untuk variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Suku
Bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci: Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR) Nilai
(15)
ABSTRACT
Banking is an important part in a country’s economy. One of its roles is as an intermediation institution that can move the economy in society and will affect the national economy. In building of economy, it will always relate to the role of banking sector, since banking is a financing institution in real sector. This research aims to analyze the financing of Commercial Shatia Bank in Indonesia during 2011 to 2015 thah influenced by the banking quality and macro economy factors. The influences of banking
quality were representated by DPK (Dana Pihak Ketiga/ A Third Party Fund) and Capital
Adequacy Ratio (CAR). Whereas the macro economy was represented by Dollar/Rupiah Exchange Rate and the Interes Rate. The data used were secondary data in namely time series and cross section in the form of quarterly during the period March 2011 until
December 2015. The method used for the reseach showed that the Dana Pihak Ketiga
(DPK) variable and Dollar/Rupiah Exchange Rate gave singnificant and positive
influence towards the Shariah Bank Financing. On the other hand, the variable of Capital Adequacy Ratio (CAR) and the Interest Rate had no significant influence towards the Shariah Bank Financing in Indonesia.
Keywords:Financing, Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR), Dollar/Rupiah Exchange Rate, and Interest Rate
(16)
1
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Lembaga perbankan merupakan institusi penting bagi negara. Peran dari industri perbankan masih mendominasi sistem keuangan di Indonesia dengan
pangsa pasar sekitar 77,9 persen dari total aset lembaga keuangan.1 Dengan
fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, memiliki peran strategis bagi pengembangan perekonomian suatu negara. Kinerja bank yang baik diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian.
Peran dari perbankan yang begitu besar tersebut, kiranya sangat penting untuk dipastikan bahwa sistem keuangan dan perekonomian di suatu negara berjalan dengan lancar dan efisien. Kinerja bank sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal tersebut dapat berupa kemampuan dari daya saing masing-masing yang dimiliki. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa kondisi makro dan kondisi keuangan suatu negara secara umum. Kondisi makro yang kondusif dapat memberikan lingkungan yang positif terhadap perkembangan perbankan. Sebaliknya, kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil dapat mempengaruhi risiko pasar dan risiko kredit perbankan yang pada gilirannya dapat berdampak pada kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem perbankan merupakan unsur terciptanya stabilitas sistem
keuangan dan akan bermuara kembali pada stabilitas perekonomian negara.2
1 Aviliani, dkk, The Impact Of Macroeconomic Condition On The Bank’s Performance In
Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol 17, No 4, 2015, hal 380.
(17)
2
2
Perbankan di Indonesia menerapkan sistem keuangan ganda, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Hingga saat ini Perbankan
konvensional masih menduduki market share tertinggi dalam industri
keuangan. Sementara market share dari perbankan syariah hanya sebesar 4,86
persen per Juli 2016. 3 Kondisi ini bertolak belakang dengan jumlah penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebesar 87,18 persen dari total
237.641.326 jiwa penduduk Indonesia.4 Padahal penduduk muslim merupakan
potensi bagi pengembangan industri perbankan syariah, karena prinsip perbankan syariah sesuai dengan syariat Islam. Berbeda dengan perbankan konvensional yang menggunakan sistem bunga.
Menurut penelitian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011,
menyatakan bahwa Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Sehingga dapat mendorong Indonesia sebagai pelopor dan kiblat dari pengembangan keuangan syariah di dunia. Selain itu, ketetapan regulasi dalam Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 merupakan faktor pendukung yang kuat terjadinya akselerasi industri
perbankan syariah di Indonesia. 5
3http://infobanknews.com/market-share-perbankan-syariah-naik/ diakses pada 12 Januari
2016 pukul 5:08 WIB.
4 Badan Pusat Statistik, 2010, Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. Sensus
Penduduk.diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.
5Alimsyah, Halim, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan
dalam Menyogsong MEA 2015, disampaikan dalam ceramah ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Milad ke-8, 13 April 2012, hal 1.
(18)
3
3
Data Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya di singkat (OJK) pada tahun 2015 dalam statistik perbankan syariah, menyatakan bahwa pertumbuhan perbankan syariah telah berkembang cukup pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan jumlah jaringan kantor perbankan syariah yang ada di Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 5 6 11 11 11 11 12 12
Jumlah kantor
581 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.163 1.990
UUS 27 25 23 24 24 23 22 22
Jumlah kantor
241 287 262 336 517 590 320 311
BPRS 131 138 150 155 158 163 163 163
Jumlah kantor
202 225 286 364 401 402 439 446
Total Kantor
1.024 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.922 2.747
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK, Desember 20156
Dari Tabel 1.1 pertumbuhan Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Bank Umum Syariah (BUS), namun pada tahun 2010 terjadi
penurunan jumlah UUS dikarenakan ada beberapa UUS yang melakukan spin
off. Di tahun 2013, UUS mengalami pengurangan dikarenakan tutupnya HSBC
6
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-syariah/Default.aspx diakses pada 30 September 2016.
(19)
4
4
Syariah dan pada pertengahan tahun 2014 BTPN Syariah juga melakukan spin
off. Sementara pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), pertumbuhannya
terus meningkat hingga tahun 2012 dan mengalami stagnan pada 3 tahun terakhir. Namun meskipun jumlah BPRS tetap, jumlah kantor BPRS terus berkembang di wilayah Indonesia. Walaupun jumlah BUS lebih sedikit dibandingkan dari UUS dan BPRS, namun jumlah jaringan yang dimiliki oleh BUS jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jaringan yang dimiliki oleh UUS dan BPRS. Jika dirata-ratakan setiap BUS memiliki 178 kantor atau
jaringan sedangkan setiap UUS hanya memiliki 19 kantor atau jaringan.7
Perbankan yang berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan atau financial intermediary industry, memiliki aktivitas pokok yaitu melakukan
proses penghimpunan dana dari pihak surpuls dan melakukan penyaluran dana
kepada pihak defisit. Dalam melakukan kegiatan tersebut, pertumbuhan suatu bank sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan juga kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat, baik untuk sector rill ataupun untuk konsumsi.
Aktivitas penyaluran dana bank syariah merupakan aktivitas utama untuk
mendapatkan laba atau bagi hasil dengan melakukan aqad tijarah (jual-beli),
akad syarikah (kerjasama/kongsi), dan aqad hasan (kebijakan).8 Dengan
aktivitas penyaluran dana dari lembaga perbankan syariah tersebut, dapat
7 Kurnia, Nenny, Islamic Financial Outlook 2015, Karim Consulting Indonesia, hal 6. 8
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press,2001, hal 5.
(20)
5
5
membantu dalam pembangunan ekonomi. Pembiayaan yang diberikan oleh sektor perbankan kepada sektor riil berperan untuk meningkatkan produktivitas pada sektor riil. Sehingga, dapat meningkatkan iklim dunia usaha dan investasi yang kemudian akan meningkatkan pendapatan nasional.
Namun, peneliti menemukan bahwa pertumbuhan dari aktivitas perbankan syariah tidak stabil pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat di lihat dari data yang diperoleh dari statistik perbankan syariah pada tahun 2010 hingga 2015 menunjukkan bahwa pertumbuhan kinerja dari perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Berikut tabel pertumbuhan jumlah aset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan perbankan syariah dari tahun 2010 hingga tahun 2015:
Tabel 1.2
Jumlah Aset, Dana Pihak Ketiga dan Jumlah pembiayaan Bank Umum Syariah periode 2010 - 2015
Tahun Aset DPK Pembiayaan
Miliar Rupiah Pertumbuhan per tahun (%) Miliar Rupiah Pertumbuhan per Tahun (%) Miliar Rupiah Pertumbuhan per tahun (%)
2010 97.519 47,55 76.063 45,46 68.181 45,42
2011 145.467 49,17 115.415 51,79 102.655 50.56
2012 195.018 34,06 147.512 27,81 147.505 43,69
2013 242.276 24,23 183.534 24,42 184.122 24,82
2014 272.343 24,41 217.858 18,70 199.330 8,26
2015 296.262 8,78 231.175 6 203.894 2,3 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK, Desember 2015 (Data Diolah)
(21)
6
6
Berdasarkan dari tabel 1.2, pertumbuhan kinerja perbankan syariah secara umum mengalami penurunan. Pertumbuhan dari pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan yang signifikan dan hanya meningkat pada tahun 2011 saja. Penurunan pembiayaan ini dipengaruhi oleh kemampunan dana pihak ketiga yang menurun. Sehingga mengakibatkan aset yang dimiliki oleh perbankan syariah juga ikut menurun. Peningkatan kinerja perbankan pada tahun 2011 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan jumlah BUS, UUS dan BPRS mencapai 2.101 total kantornya. Selain itu, kondisi internal perbankan syariah yang cukup baik. Bank syariah mampu menekan rasio pembiayaan
bermasalah (Non performing Financing) diangka rendah sebesar 2,52 persen
dengan kondisi kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) di angka 16,63
persen yang berada pada posisi aman. Kemudian laba bersih (Return On Asset)
yang dihasilkan oleh bank syariah mencapai 1,97 persen meningkat sedikit dari tahun sebelumnya sebesar 1,67 persen di tahun 2010.
Pada saat yang sama pada tahun 2011, kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan daya tahan yang kuat ditengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Pertumbuhan perekonomian Indonesia mencapai 6,5 persen yang merupakan angka tertinggi dari sepuluh tahun terakhir. Kemudian pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79 persen. Kondisi ini disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya investasi, ekspor, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta
pemerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah yang semakin membaik.9
(22)
7
7
Sehingga secara tidak langsung kondisi perekonomian dapat mempengaruhi kinerja dari perbankan syariah.
Guncangan-guncangan yang berasal dari perekonomian global akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian domestik. Sehingga secara langsung akan mempengaruhi kondisi makro Indonesia dan memberikan dampak pada sektor perbankan. Salah satunya saat kondisi ketidakpastian ekonomi global akibat krisis utang Eropa dan prospek pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS), memicu gejolak di pasar keuangan. Ditandai dengan terjadi penarikan modal dalam negeri oleh sebagian investor, sehingga
memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.10 Untuk menjaga kestabilan
perekonomian Indonesia, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan. Salah satunya Bank Indonesia (BI) menerapkan bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mengalami guncangan. Bauran kebijakan tersebut diterapkan melalui respon kebijakan suku bunga dan nilai tukar rupiah. Pada tahun 2011 Bank Indonesia (BI) menetapkan penurunan suku bunga menjadi 6,0 persen. Hal ini mendorong stabilitas sistem keuangan tetap terjaga cukup baik. Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya kemampuan menyerap risiko instabilitas dan tetap menjalankan
fungsi intermediasinya. 11
Dengan penerapan kebijakan-kebijakan tersebut, dapat memberikan pengaruh kepada kinerja dari perbankan syariah dalam menjalankan perannya
10 Ibid., hal 27.
(23)
8
8
sebagai lembaga intermediasi. Terlebih untuk aktivitas pembiayaan perbankan
syariah yang lebih tertuju kepada sektor rill dapat terganggu. Dengan adanya pelemahan ekonomi mampu menurunkan bisnis dalam dunia usaha. Sehingga dapat mengurangi penurunan produksi yang dapat menganggu perolehan laba perusahaan. Sehingga akan berdampak kepada kegiatan pembiayaan perbankan syariah.
Stabilitas moneter dan stabilitas perbankan dapat dikatakan dua sisi yang saling berpengaruh dan menentukan satu sama lain. Keterkaitan antara kebijakan moneter dengan perbankan dapat dilihat dari peran perbankan dalam menjalankan proses perputaran uang yang melibatkan pelaku ekonomi di sektor ril dan interaksi antara bank sentral dengan perbankan dalam transaksi di pasar uang. Dengan interaksi ini, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, dan perkembangan transaksi uang yang dilakukan oleh perbankan.
Secara umum, variabel makroekonomi yang sering dijadikan determinan terhadap pembiayaan dari berbagai kajian adalah nilai tukar, inflasi, dan suku bunga. Emile dan Rita (2011) menggunakan variabel nilai tukar dan inflasi sebagai variabel makro yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Raimond, dkk (2014) menambahkan dengan variabel suku bunga. Sementara Yoda ditria, dkk (2008) menggunakan variabel suku bunga, nilai tukar dan ekspor sebagai variabel makroekonomi.
(24)
9
9
Indikator modal merupkan urat nadi perbankan, oleh karenanya kriteria dan pengukuran kesehatan kinerja bank menjadikan perhatian oleh pihak manajemen. Rasio modal harus dikedepankan, mengingat industri perbankan kegiatannya mengandalkan dari kepercayaan masyarakat. Melihat kondisi kesehatan bank salah satunya melalui aspek permodalan. Dengan kondisi kesehatan yang bagus maka dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Dengan semakin banyak bank mampu menghimpun dana dari masyarakat maka akan semakin tinggi pula dana yang dimiliki untuk dialokasikan ke berbagai sektor yang menguntungkan. Selain semakin banyak dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor riil yang berpotensi bagus, maka akan semakin tinggi pula laba yang akan diperoleh oleh perbankan. Dengan peningkatan laba tersebut, mampu meningkatkan modal yang dimiliki oleh perbankan. Oleh karenanya kinerja dari modal dan dana pihak ketiga menjadikan penting dalam operasional perbankan.
Kualitas perbankan yang tercermin dari kinerja bank tersebut, dapat memberikan pengaruh kepada aktivitas pembiayaan. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Muhammad Luthfi Qolby (2013) yang menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam jangka pendek dan panjang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. 12 Selain
itu, beberapa kajian menggunakan variabel capital adequacy ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), dan Return On Asset (ROA) sebagai variabel yang
12 Qolby, Muhammad Luthfi, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan pada Perbankan
Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007-2013,Economics Development Analysis Journal, EDAJ 2 (4), 2013, hal 379.
(25)
10
10
mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah dalam kajian Wuri Ariani dan harjum Muharam (2011). Kadek Sri Utami, dkk (2014) hanya menggunakan variabel tingkat kecukupan modal dan tingkat efisiensi. Sementara Emile dan Rita (2011) menggunakan variabel dana pihak ketiga, pendapatan bank dan sertifikat wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Penyaluran pembiayaan perbankan syariah berperan untuk kegiatan masyarakat dalam investasi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhannya. Secara langsung kegiatan tersebut dapat memberikan dampak pada kelancaran kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat. Dari beberapa tahun terakhir, komposisi pembiayaan bank syariah masih didominasi
oleh akad Murabahah. Sampai pada Juni 2014 jumlah pembiayaan Murabahah
mencapai sebesar 112 Triliun dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 102 Triliun. Jika di bandingkan dengan jumlah pembiayaan-pembiayaan lain yang
disalurkan oleh bank syariah, pembiayaan Murabahah memiliki kedudukan
tertinggi dari pada pembiayaan yang lainnya. Seharusnya bank syariah mampu mengunggulkan pembiayaan dalam akad kerja sama usaha, agar memperoleh keuntungan yang lebih besar. Hingga Juni 2014 pembiayaan berbasis bagi hasil
dalam aqad musyarakah hanya sebesar 23 persen saja. Sementara akad
mudharabah masih sangat kecil sekali yaitu sebesar 7 persen. 13
Melihat hal terebut, perbankan syariah harus dapat meningkatan penyaluran pembiayaannya dalam akad lain, tetapi tanpa mengurangi dari
(26)
11
11
penyaluran akad yang sudah banyak diminati oleh masyarakat. Jika hanya
terfokus kepada pembiayaan murabahah saja, maka dikhawatirkan pembiayaan
dengan akad lain tidak berkembang dan semakin menurun peminatnya. Jika hal ini terjadi maka perbankan syariah tidak mampu berekspansi dalam penyaluran pembiayaannya. Padahal pengembangan kualitas dan kuantitas penyaluran pembiayaan dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah dan meningkatkan market share perbankan syariah.
Disis lain, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah kepada sector rill merupakan fungsi intermediasi yang dapat merefleksikan posisi
terpenting perbankan dalam ekonomi nasional. Kebijakan perbankan dalam menyalurkan dana merupakan instrumen keseimbangan ekonomi yang dapat memberikan stimulus terhadap kondisi ekonomi yang melambat ataupun kondisi ekonomi yang menguat. Sehingga pemahaman terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah penting untuk ditelusuri. Terlebih lagi dengan fenomena pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2011 hingga tahun 2015 cenderung mengalami penurunan. Sehingga hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk meneliti terkait pengaruhnya kualitas perbankan dan faktor makroekonomi terhadap pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Kinerja perbankan syariah mengalami penurunan performanya di beberapa tahun terakhir. Sehinga hal ini dapat menganggu aktivitas pembiayaan perbankan syariah. Padahal fungsi dari penyaluran dana perbankan dapat
(27)
12
12
memberikan stimulus untuk perkembangan dunia usaha. Jika penyaluran dana menurun maka pendapatan yang diperoleh untuk bank pun juga menurun, selain itu dapat menurunkan tingkat produksi sektor riil yang dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara. Dari permasalahan diatas, dapat diuraikan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah kualitas perbankan mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah?
2. Apakah faktor makroekonomi mempengaruhi pembiayaan perbankan
syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kualitas perbankan terhadap pembiayaan perbankan syariah.
2. Menganalisis faktor makroekonomi terhadap pembiayaan perbankan
syariah.
D. Batasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, penelitian ini membatasi pada pembiayaan pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, Bukopin Syariah, dan BRI Syariah pada periode tahun 2011.Q1 hingga 2015.Q4. Penelitian ini menggunakan variabel kualitas perbankan yang digunakan yaitu dana pihak
ketiga (DPK) dan kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
Kemudian untuk variabel makroekonomi yaitu Nulai Tukar Dolar/Rp dan suku bunga Bank Indonesia.
(28)
13
13
E. Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat, baik secara akademis maupun praktis.
1. Dari segi teoritis pada prespektif akedemis, penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Bagi peneliti, untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh.
b. Bagi Akademik, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu
ekonomi khususnya ekonomi Islam mengenai pengaruh makroekonomi dan kualitas perbankan dari sisi penghimpunan dana dan kecukupan modal yang dimiliki terhadap pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah dan diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Dalam hal kegunaan praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi instansi perbankan, hasil dari penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam rangka mengantisipasi berbagai faktor makro dan faktor mikro perbankan yang dapat mempengaruhi penawaran pembiayaan.
b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan moneter, guna menjaga stabilitas perbankan.
(29)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan menggambarkan relevansinya dengan penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil dipilih antara lain:
Emile Setia dan Rita (2011), mengadakan penelitian mengenai “Faktor
-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan bank syariah. Penelitian ini menggunakan bulanan laporan
keuangan Islam Commercial Bank Devisa periode 2006-2009 sebagai objek
penelitian. Untuk menganalisis data menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel, yaitu nilai tukar, inflasi, dana pihak ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan pendapatan bank secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pembiayaan bank syariah. Lima variabel yang mampu menjelaskan variabel dependen adalah 31,2 persen dan sisanya 68,8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Secara parsial, nilai tukar (signifikan negatif), inflasi (positif tidak signifikan), dana pihak ketiga (positif tidak signifikan), SWBI (signifikan negatif) dan pendapatan bank (negatif tidak signifikan) dengan tingkat bergulir dana dari bank syariah.
(30)
15
Penelitian yang dilakukan oleh Emile Satia dan Rita menggabungkan antara variabel makroekonomi dan juga variabel internal perbankan. Hasil dari penelitian ini menyatakan terdapat beberpa variabel makroekonomi dan internal perbankan berrpengaruh terhadap pengguliran dana perbankan syariah. Sehingga hal ini terdapat relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hanya saja peneliti tidak menggunakan metode analisis data yang sama, dikarenakan sampel yang digunakan oleh peneliti banyak.
Muhammad Lutfy Qolby (2013) mengadakan penelitian mengenai “
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di
Indonesia Periode Tahun 2007-2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model
(ECM). Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa dalam jangka panjang
Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara stastistik terhadap pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia. Pada jangka pendek Return On Assets (ROA)
tidak berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia.
Penelitian diatas dilakukan dengan menggunakan variabel internal perbankan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Metode penelitian yang digunakan untuk mengukur
(31)
16
pengaruh dari jangka pendek dan pengaruh jangka panjang. Relevansi dengan penelitian ini adalah variabel internal Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap pembiayaan.
Yoda Ditria, Jenni Vivian dan Indra Widjaja (2008) mengadakan penelitian
mengenai “Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor
Terhadap Tingkat Kredit Perbankan”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan hubungan antara tingkat suku bunga, pergerakan nilai tukar, dan kuantitas ekspor terhadap tingkat kredit bank dan juga tiga jenis pinjaman bank, yang merupakan kredit modal kerja, kredit investasi dan konsumsi pinjaman menggunakan data historis dari Triwulan I tahun 2002 sampai Triwulan III 2007. hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro di atas mempengaruhi jumlah pinjaman dan tiga jenis kredit: kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun ketiga variabel ekonomi makro memiliki pengaruh yang sama terhadap tiga jenis pinjaman, besarnya pengaruh terhadap masing-masing jenis kredit berbeda, di mana kredit investasi memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan tingkat suku bunga, pinjaman modal kerja memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kuantitas ekspor dan pertukaran, dan kredit konsumsi memiliki pengaruh yang moderat terhadap variasi dari ketiga variabel makroekonomi.
Penelitian ini, mengukur pengaruh dari faktor makroekonomi terhadap penyaluran kredit perbankan dari sisi jenis kredit, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Relevansi dari penelitian ini adalah faktor
(32)
17
makroekonomi memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit tetapi besaran pengaruhnya berbeda untuk antar jenis kredit perbankan.
Raimond Tandris, Parengkuan Tommy dan Sri Murni (2014) mengadakan
penelitian mengenai “Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Pengaruhnya
terhadap Perminaan Kredit Perbankan di Kota Manado”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suku bunga, inflasi dan nilai tukar terhadap permintaan kredit pada perbankan di Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan secara bersama suku bunga, inflasi dan nilai tukar berpengaruh terhadap permintaan kredit. Suku bunga berpengaruh negatif namun signifikan terhadap permintaan kredit pada perbankan di Kota Manado. Inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit. Manajemen bank seharusnya mengelola suku bunga kredit dengan tepat, karena permintaan kredit masyarakat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga.
Relevansi dengan penelitian diatas adalah pengukuran permintaan kredit perbankan menggunakan variabel makroekonomi. Dan hasil dari penelitian terebut menyatakan bahwa dari tiga variabel yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kredit perbankan. Namun, metode penelitian yang digunakan berbeda dengan penulis, karena dalam penelitian ini menggunakan banyak sampel dan banyak waktu.
Kadek Sri Suarni, I Ketut Kirya dan Firdayana Yudiaatmaja (2014)
(33)
18
Tingkat Efisiensi Bank dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Kredit
yang Disalurkan pada PT BPR Nur Abadi Tahun 2011-2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal bank terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal dengan data dokumentasi, kemudian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh secara simultan dari tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (2) terdapat pengaruh negatif secara parsial dari tingkat suku bunga kredit, tingkat efisiensi bank dan tingkat kecukupan modal terhadap jumlah kredit yang disalurkan, (3) Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan adalah tingkat kecukupan modal pada PT Bank Perkreditan Rakyat Nur Abadi.
Dari penelitian diatas, menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap penyaluran jumlah kredit. Oleh karena itu relevansi dari penelitian adalah penggunaan variabel yaitu variabel tingkat kecukupan modal.
Wuri Arianti N.P dan Harjum Muharam (2011), melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA)
Trehadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah”. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
(34)
19
sejauh mana hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Finance (NPF) dan Return On Asset (ROA) dengan
jumlah pembiayaan perbankan syariah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Kuartal Keuangan Bank Muamalat Indonesia
periode 2001-2011 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis
data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya DPK berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan, sementara CAR, NPF, dan ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Secara simultan DPK, CAR, NPF, dan ROA memiliki pengaruh signifikansi terhadap pembiayaan, itu dibuktikan dengan sig-F nilai 0,000 lebih rendah dari signifikansi 5%. Diprediksi dari empat variabel ke pembiayaan adalah 98,9%
seperti yang ditunjukkan oleh adjusted R2 sedangkan sisanya 1,1% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.
Relevansi dari penelitian adalah menggunakan variabel internal perbankan, tetapi penulis menggunakan metode penelitian yang berbeda. Karena penulis meneliti banyak sampel tidak hanya satu sampel saja.
(35)
20
A. KERANGKA TEORITIK 1. Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang
beroperasi dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadist Nabi SAW. Bank Islam beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga tetapi memggunakan tata cara bermuamalat dengan menjauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba atau yang dilarang dalam ketentuan syariat Islam. Bank Islam merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.1
Undang-Undang mengenai perbankan syariah terdapat dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat.2
Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana
(surplus units) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit
units). Bank melakukan manajemen dana untuk mengelola dan mengatur
1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002,
hal 13.
(36)
21
dana yang diterima dari pihak surplus untuk disalurkan kepada aktivitas
financing atau kepada pihak yang defisit. Sehingga dapat memberikan
manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam mengelola dana untuk aktivitas financing, bank syariah harus mampu memenuhi kriteria likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas. Kualitas bank syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen bank untuk melaksanakan peranannya. Baik dilihat dari kecukupan modal yang dimiliki
dan dari manajemen penghimpunan dana dari masyarakat.3
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya
disebut dengan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu tingkat laba bank
syariah tidak saja berpengaruh terhadap bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpanan dana. Hubungan kemitraan ini merupakan
bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah.4 Berikut
beberapa hal yang terkait dengan bank syariah:
3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005,
hal 261
4
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Penerbit EKONISIA, 2008. hal 65.
(37)
22
a. Fungsi Bank Syariah
Fungsi bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar
akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut:5
1) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
b. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut:6
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara
Islam, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
5 Ibid.,hal 45.
(38)
23
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan)
atau jenis-jenis usaha yang dilarang dalam Islam.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, agar tidak
terjadi kesenjangan antara pemilik modal dengan pihak yang memebutuhkan dana, melalui kegiatan investasi.
3) Untuk meningkatkan kegiatan usaha produktif untuk menuju
kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, dengan cara pembinaan
nasabah yang menonjolkan sifat kebersamaan pengusaha produsen program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5) Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter. Dengan aktiva
bank syariah mampu menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan dengan kebijakan moneter.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank
non-syariah.
2. Sumber Dana Bank Syariah
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan dalam penghimpunan dana dari masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, kebutuhan akan dana menjadi masalah yang sangat krusial sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk
(39)
24
tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.7 Tanpa
adanya dana yang cukup, bank tidak dapat berfungsi dan tidak dapat melakukan aktivitas apapun. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam proses menghimpun dana dari masyarakat. Dengan
demikian sumber dana bank syariah terdiri dari:8
a. Dana dari modal sendiri (Dana Pihak ke-1)
1) Modal yang disetor.
2) Cadangan-cadangan.
3) Laba yang ditahan.
b. Dana pinjaman dari pihak luar (Dana Pihak ke-2)
1) Pinjaman dari bank-bank lain.
2) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain dari luar negeri.
3) Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank.
4) Pinjaman dari bank sentral.
c. Dana dari masyarakat (Dana pihak ke-3)
1) Giro (Demand deposit)
2) Deposito (time deposit)
3) Tabungan (saving)
Konsep uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam uang secara tegas merupakan
sebuah harta yang berfungsi sebagai medium of change dimana sifatnya flow
7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005,
Hal 265.
(40)
25
concept sehingga uang tidak dapat hanya di jadikan capital yang sifatnya
stock concept. Sehingga dalam ekonomi Islam menekankan prinsip keadilan
dimana harta kekayaan tidak boleh hanya di simpan atau mengendap melainkan harus di putar atau di investasikan. Berdasarkan prinsip tersebut
bank Syariah dana Bank Syariah terdiri dari :9
a. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yaitu pemilik bank. Pada umumnya dana modal sendiri terdiri dari:
1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham
2) Cadangan, yaitu sebagai laba bank yang tidak di bagi untuk menutup
timbulnya resiko kerugian di kemudian hari.
3) Laba di tahan, yaitu sebagai laba yang seharusnya dibagikan pada
para pemegang saham, namun oleh para pemegang saham sendiri melalui RUPS diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
b. Kuasi Ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana bagi-hasil atas dasar prinsipmudharabah
yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul mal) dan pengusaha
(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana
tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang di peroleh di bagi antara keduanya berdasarkan perbandingan
9 Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP
(41)
26
(nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini, dalam
kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jsa bagi investor
berupa:
1) Rekening investasi umum, di mana bank menerima simpanan dari
nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam
bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqahdengan
jangka waktu 1,3,6,12,24.
2) Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer
investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lainnya) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha tertentu yang mereka setujui prinsip ini
dinamakan mudharabah muqayyadah.
3) Rekening Tabungan Mudharabah, tabungan ini tidak bisa di tarik
sewaktu-waktu sebagaimana tabungan wadi’ah. Sehingga untuk
tabunga Imudharabah biasanya tidak diberikan fasilitas ATM, karena penabung tidak dapat menarik dananya dengan leluasa.
c. Titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated
deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga (DPK) yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro, atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan
(42)
27
dana mereka dan memeperoleh keleluasaan untuk menarik kembali sewaktu-waktu.
Sebagai lembaga yang mempunyai fungsi financial intermediary,
peran perbankan tidak berhenti pada proses penghimpunan dana saja. Tetapi berkewajiban untuk menyalurkan dana yang telah dihimpun untuk pembiayaan kepada masyarakat yang kekurangan dana. Untuk melaksakan fungsi tersebut, bank syariah harus mempersiapkan strategi penggunaan dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kewajiban yang telah ditetapkan. Alokasi ini untuk mencapai tujuan, (1) mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah. (2) mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu:
a. Earning Assets (Aktiva yang menghasilkan)
Earning Assets adalah aset bank yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan. Aset ini di salurkan dalam bentuk investasi yang terdiri:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)
3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al-Bai)
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah/Ijarah Muntahiah Bi
(43)
28
5) Penempatan pada bank lain (antar bank aktiva) dalam bentuk
tabungan dan deposito.
Pembiayaan merupakan fungsi terpenting bagi bank. Tingkat
penghasilan dari pembiayaaan (yield on financing) merupakan tingkat
penghasilan tertinggi bagi bank. Selain itu, penempatan pada bank syariah (antar bank aktiva) baik dalam bentuk tabungan maupun deposito juga mampu memberikan porsi besar dari penggunaan dana bank.
b. Non Earning Assets (Aktiva yang tidak menghasilkan)
1) Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets)
Cash assets terdiri dari uang tunai dalam vault, cadangan
likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank sentral,
giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam proses
penagihan (collection). Investasi cash assets ini tidak memperoleh
penghasilan, dan kalaupun ada sangat kecil sekali dan tidak berarti.
Namun cash assets ini penting guna mendukung fungsi simpanan
pada bank, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan layanan dari bank koresponden yang berkaitan dengan pembiayaan dan investasi.
2) Pinjaman (qard)
Pinjaman qard al hasan merupakan perwujudan kegiatan
sosial bank syariah yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam kegiatan ini bank tidak memperoleh penghasilan sedikit pun, karena bank di
(44)
29
3) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premis and
equipment)
Penanaman dana dalam bentuk aktiva dan inventaris tidak menghasilkan pendapatan bagi bank, tetapi merupakan kebutuhan bank untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya. Fasilitas itu terdiri dari bangunan gedung, kendaraan dan peralatan lainnya yang dipakai oleh bank dalam rangka penyediaan layanan kepada
nasabah.10
3. Pembiayaan Bank Syariah
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I belive, I
trust, yaitu “saya percaya” atau “saya menaruh kepercayaan”. Perkataan
pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan
oleh bank selaku shaibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan
benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.11
Menurut ketentuan Bank Indonesia pembiayaan adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempaan, penyertaan
10 Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005, hal 271.
11 Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(45)
30
modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada
rekening administratif serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.12
Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok
bank, yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak deficit unit. Pembiayaan menurut sifat
penggunaannya, digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan dan digunakan untuk produksi sebagai peningkatan usaha maupun investasi.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi dua
aspek penting yaitu aspek Syar’i dan aspek ekonomi. Aspek syar’i yaitu
dalam melakukan realisasi pembiayaan, bank syariah harus tetap
berlandaskan syari’at Islam yaitu tidak menggandung unsur MAGHRIB (maysir, gharar, Riba) dan dana tersebut harus di salurkan kepada bidang
usaha yang halal. Kemudian untuk aspek ekonomi, yaitu bank syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun
bagi nasabah bank syariah.13 Sehingga dalam penetapan harga produknya
didasarkan pada aturan perjanjian hukum Islam antara bank dengan pihak lain.
Proses penyaluran pembiayaan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, agar sesuai dengan sasaran dan tujuan dari bank. Ketika bank
12 Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003 Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank
Syariah.
13 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005,
(46)
31
menetapkan keputusan pemberian pembiayaan, maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam artian bahwa bank akan dapat menerima kembali dana yang telah diserahkan. Terarah maksudnya adalah penggunaan pembiayaan harus sesuai dengan perencanaan pembiayaan yang telah ditetapkan. Dan menghasilkan pendapatan berarti pemberian pembiayaan harus memberikan
kontribusi pendapatan bagi bank, nasabah/mudharib dan masyarakat umum.
Sehubungan dengan aktifitas operasional bank syariah, maka pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Sehingga tujuan pembiayaan bank syariah adalah untuk memenuhi kepentingan stakeholder, yaitu 14:
a. Bagi Bank: dapat digunakan sebagai instrumen bank dalam memelihara
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta menjadi pendorong peningkatan penjualan produk bank yang lain dan pembiayaan dapat diharapkan menjadi sumber utama pendapatan bank yang berguna bagi kelangsungan hidup bank terebut.
b. Bagi Debitur/ Mudharib: pemberian kredit dan pembiayaan oleh bank
dapat digunakan untuk memperlancar usaha dan selanjutnya meningkatkan gairah usaha sehingga terjadi kontinuitas perusahaan.
c. Bagi masyarakat (negara): bahwa pemberian kredit dan pembiayaan
oleh bank mampu menggerakkan perekonomian masyarakat,
14 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik Dan Aplikasi, Edisi ke-2, Yogyakarta:
(47)
32
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat akan mampu menyerap tenaga kerja dan pada gilirannya mampu mensejahterakan masyarakat. Selain itu, bagi negara kredit dan pembiayaan dapat digunakan sebagai instrumen moneter. Pemerintah dapat mempengaruhi restriksi maupun ekspansi kredit perbankan melalui kebijakan moneter dan perbankan.
Pembiayaan bank syariah mempunyai peranan yang sangat penting dalam laju perekonomian. Secara umum pembiayaan memiliki fungsi
untuk:15
a. Meningkatkan Daya Guna Uang
Dana titipan dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan dan deposito di bank, uangnya digunakan untuk suatu usaha yang bertujuan untuk peningkatan produktifitas.
b. Meningkatkan Daya Guna Barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut
meningkat. Selain itu produsen dapat memindahkan barang dari suatu tempat guna kemanfaatan akan barang tersebut.
c. Meningkatkan Peredaran Uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya
15Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005
(48)
33
berkembang. Sehingga dapat menciptakan suatu kegairahan berusaha yang dapat menambah kuantitas peredaran uang.
d. Menimbulkan Kegairahan Berusaha
Pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna meningkatkan usahanya.
e. Stabilitas Ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
1) Pengendali inflasi
2) Peningkatan ekspor
3) Rehabilitasi prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk
menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting.
f. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional
Dengan peningkatan usaha tentunya diiringi dengan peningkatan profit. Dengan peningkaan pendapatan akan meningkatkan pajak. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga
(49)
34
langsung atau tidak, melalui pembiayaan pendapatan nasional akan bertambah.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2014
pasal 3 tentang kegiatan pembiayaan syariah meliputi :16
a. Pembiayaan jual beli (murabahah, salam, dan istishna).
Prinsip dalam akad ini adalah adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditetapkan di awal transaksi dan menjadi bagian atas harga barang yang diperjual belikan. Dalam akad jual beli ini keuntungan yang
didapat oleh bank disebut dengan margin.
1) Ba’I Al Murabahah
Merupakan transaksi jual beli dimana bank menyebutkan keuntungan tertentu diawal transaksi. Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, sehingga harga beli dari suplier atau produsen ditambah dengan keuntungan bank sebelum dijual kepada nasabah. Harga jual dicantumkan di dalam akad, sehingga tidak dapat diubah oleh masing-masing pihak sampai masa akad berakhir. Barang diserahkan setelah akad dan di bayar
dengan cara diangsur atau dicicil.17
2) Al-Ba’I Salam (In Front Payment Sale)
16 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2014 pasal 3 Tentang Kegiatan
Pembiayaan Syariah.
17
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal 93.
(50)
35
Dalam kontrak ini, barang yang ingin dibeli belum ada jadi harus diproduksi atau dipesan terlebih dahulu. Sementara pembayarannya dilakukan dimuka dan barang akan diserahkan dikemudian hari. Transaksi ini sebagai solusi memenuhi kebutuhan nasabah/umumnya petani untuk modal kerja. Barang yang dipesan pun harus jelas spesifikasi, kualitas, kuantitas serta
waktu penyerahannya.18
3) Ba’I Al-Istishna (Puschase by Order or Manufaktur)
Kontrak jual beli dalam pesanan antara pembeli dengan
produsen atau supplier untuk membuat sesuatu jenis barang
tertentu yang belum ada. Dalam kontrak ini produsen menerima pesanan dari pembeli sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati diawal. Selanjutnya kedua belah pihak sepakat atas harga, serta pembayaran dapat dilakukan dengan cara dibayar dimuka atau dicicil ditangguhkan sampai waktu tertentu pada waktu yang akan datang. Akad ini cocok untuk produk-produk manufaktur yang dipesan secara khusus seperti gedung, kantor dll.19
b. Pembiayaan investasi (mudharabah, musyarakah, mudharabah
musytarakah, dan musyarakah mutanaqisah).
1) Al Mudharabah (Trust Financing, Trust Invesment)
18 Ibid., hal 93.
19Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(51)
36
Al mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua
pihak atau lebih dimana pihak pertama sebagai (Shahibul maal)
yang menyediakan seluruh kebutuhan dana (100%), sedangkan
pihak kedua sebagai pengelola (mudharib) yang menyediakan
keahliannya. Keuntungan usaha dengan akad mudharabah ini
dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal (bank) selama kerugian itu
bukan di akibatkan dari kelalaian di pengelola (mudharib).20
2) Al Musyarakah (Partnership, Project financing Perticipation)
Al Musyarakah adalah kerjasama dari dua pihak atau lebih
dimana masing-masing pihak menyertakan modalnya (baik intanjible assets ataupu tanjible assets) dengan pembagian
keuntungan berdasarkan dari kesepakan. Kesertaan masing-masing pihak yang melakukan akad ini, dapat berupa dana (funding), keahlian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), barang perdagangan (trading assets) atau intenjible
assets seperti good will atau hak paten, reputasi/nama baik,
kepercayaan serta barang-barang lain yang dapat di nilai dengan uang. Jika dalam kontrak ini terdapat kerugian maka, kerugian tersebut ditanggung oleh semua pihak sesuai dengan
proporsional masing-masing pihak.21
20 Ibid., hal 752.
(52)
37 3) Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah bentuk Mudharabah di mana
pengelola dana (mudharib) turut menyertakan modal dalam
kerjasama dimana keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak.
4) Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau syirkah
yang kepemilikan aset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian porsi kepemilikan (hishshah) secara bertahap oleh pihak lainnya
c. Pembiayaan jasa (ijarah, ijarah mutahiya bittamlik, hawalah,
wakalah, ju’alah, qardh).
1) Sewa-menyewa (Ijarah dan IMBT)
Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas
barang atau jasa atas tenaga kerja. Dalam kontrak ijarah ini tidak
terjadi pemindahan kepemilikan. Namun, dalam
perkembangannya, peminjam (nasabah) dimungkinkan untuk
memiliki objek ijarah di akhir periode peminjaman. Dengan
demikian, sewa yang diikuti pemindahan kepemilikan di akhir
periode disebuat dengan Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT).22
2) Hawalah (Pengalihan Utang-Piutang)
22
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(53)
38
Transaksi pengalihan tanggung jawab pembayaran utang
piutang. Aqad ini digunakan untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Bank mendapat ganti-biaya atas jasa pemindahan piutang. 23
3) Wakalah
Nasabah memberikan kuasa kepada bank syariah untuk mewakilkan dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukaan letter of credit, inkaso dan transfer uang. Kelalaian
dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali
kegagalan karena force majeure menjadi tanggung jawab
nasabah.24
4) Jualah
Jualah adalah suatu kontrak di mana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan usaha atau tugas. Prinsip ini diterapkan pada bank syariah untuk melayani pesanan tertentu dari nasabah dan
mengambil fee atasnya.25
5) Qardh
Qard adalah pinjaman uang. Al-Qardh digunakan untuk
membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka
23 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN,
2005, hal.303.
24 Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006, hal 97
25 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001,
(54)
39
pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan social. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.26Qard dapat dikategorikan sebagai aqad tathawwu’,
yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial, atau
meminjamkan harta tanpa mengharap imbalan.27
Dalam terjadinya perjanjian pembiayan di Bank Islam didasarkan pada empat hal, yaitu (1) bank sebagai pemberi pembiayaan, (2) nasabah sebagai pihak penerima pembiayaan, (3) objek yang dituju untuk dibiayai, dan (4) jaminan yang diberikan oleh nasbaha kepada bank. Berdasarkan hal tersebut, maka bank Islam selanjutnya menyusun rencana pembiayaannya. Terdapat beberapa pendekatan dalam
penyusunan rencana pembiayaan tersebut antara lain :28
a. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan sumber dana
yang dapat dikumpulkan oleh bank secara rasional.
Penyusunan rencana pembiayaan memperhatikan
kemampuan penghimpunan dana dari sumber-sumber dana yang dapat dikuasainya. Namun, dari dana yang dikumpulkan oleh bank dari berbagai sumber tersebut tidak seluruhnya dapat dipasarkan dalam bentuk pembiayaan, karena untuk menjaga likuiditas bank.
26 Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah, Edisi Revisi Keempat, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2005, hal 102.
27 Zainul, Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: AlvaBeta, 2003, hal 27. 28 Muhammad, Manajemen Perbankan, hal 770.
(55)
40
b. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan kemampuan
pasar untuk menyerap penawaran dana dalam bentuk pembiayaan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencaan pembiayaan berdasarkan pendekatan pasar antara lain:
1) Corak pemasaran (market profile), ditinjau dari economic
environment yang melalui berbagai indikator ekonomi
seperti cultural environment maupun regulatory
environment.
2) Corak persaingan (competition profile), melihat berapa
banyak pembiayaan yang dapat diserap oleh pasar dan besar
pesaing yang dapat merebut market share.
3) Corak nasabah (customer profile), melihat kategori nasabah
masuk dalam jenis perusahaan milik pemerintas, swasta atau dari kelompok pengusaha. Ini bermanfaat untuk menetapkan sasaran pemasaran.
4) Corak produk (Product profile) yang telah dan akan
dipasarkan. Perbandingan antara jenis pembiayaan yang dapat disediakan dengan seluruh jenis pembiayaan perbankan dan besaran daya serap pasar. Ini bermanfaat untuk menciptakan diversifikasi jenis-jenis pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan pasar.
(56)
41
Pembahasan terkait pendekatan anggaran bank terletak pada pencapaian keseimbangan antara sumber dana (pendekatan sumber dana) dengan pasar dana (pendekatan pasar) serta faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Pendekatan ini didasarkan pada rencana kerja hasil dari investigasi, studi dan
penelitian pasar, production process dan financial. Anggaran ini
dijadikan rencana yang harus dicapai di masa mendatang.
d. Pendekatan perencanaan pembiayaan berdasarkan
ketentuan-ketentuan moneter yang telah ditetapkan oleh pengusaha moneter. Pada saat perbankan dihadapkan pada peraturan moneter yang
ketat terutama dalam masalah pembiayaan (tight money policy) oleh
penguasa moneter. Dalam situasi seperti ini, perbankan tidak memiliki kebebasan dalam merencanakan pembiayaan. Dalam
situasi tight money policy biasanya jumlah ekspansi dari plafon
kredit/pembiayaan dibatasi. Sehingga, pihak manajemen bank harus dapat bekerja dengan tingkat efisien yang tinggi agar tetap menguntungkan dan menekan debitur macet sekecil-kecilnya.
Kegiatan pembiayaan yang dilakukan bank syariah merupakan kegiatan utama yang memperoleh keuntungan atau laba. Namun disisi lain, selain memperoleh keuntungan kegiatan pembiayaan juga memiliki risiko kerugian akibat gagal bayar dari nasabah pembiayaan. Sehingga bank syariah akan selalu memperhatikan batas-batas pemberian pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal penting yang perlu diperhatikan
(57)
42
adalah ketentuan Financing deposit ratio. Dalam peraturan bank Indonesia
No.5/10/PBI/2003, tanggal 11 Juni 2003, pasal 5 butir 1 dan 2, diatur tentang batas maksimum penyertaan modal bank syariah dalam aktivitas pembiayaan menetapkan bahwa bank syariah dapat memiliki rasio
pembiayaan mencapai financing deposit ratio (FDR) diatas 100%, yang
paling tinggi 110%.
4. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai lembaga intermediasi, bank harus mampu menjalankan kegiatan penghimpunan dana dan kegiatan penyaluran dana. Agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, bank syariah harus mampu menghimpun dana dari masyarakat luas sebagai dana utama dalam operasional perbankan.
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang di peroleh dari masyarakat, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik
dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing.29 Dana pihak ketiga
merupakan komposisi dana terbesar yang dimiliki oleh perbankan. Selain itu, Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting untuk kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas, disebabkan sumber dana masyarakat luar
merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. 30 Sehingga salah
29 Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet. 2006, hal.98. 30 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pres, 2010, hal 64.
(58)
43
satu sumber dana yang dapat digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan masyarakat (DPK), semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun, akan semakin besar pula volume pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat defisit.31 Macam-macam Dana Pihak Ketiga (DPK) dan aqad yang
digunakan oleh bank syariah antara lain 32 :
1) Simpanan Giro
Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa:
giro adalah simpanan yang penerikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahabukuan.
Simpanan giro dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi dan harus memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Giro
diterapkan dengan menggunakan prinsip wadi’ah yad dhamanah,
yaitu nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun demikian, bank
31 Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005,
hal 55.
32 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Liannya, Ed. Revisi, Jakarta: Rajawali Press, 2013,
(59)
44
syariah diperbolehkan memberikan bonus dengan catatan tidak
disyaratkan sebelumnya kepada nasabah.33
2) Simpanan Tabungan
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pengertian tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syariat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Dalam praktiknya, bank syariah memiliki dua aqad dalam produk
tabungan, yaitu tabungan dengan wadi’ah dan mudharabah. Yang
dimaksud dengan tabungan wadi’ah adalah simpanan dana dari
nasabah yang diperbolehkan digunakan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya selama dana itu mengendap di bank
syariah. Tabungan ini menggunakan prinsip wadi’ah yad
dhamanah. Nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu dan
bank dapat memberikan imbalan keuntungan dengan tidak diperjanjikan diawal.
Sedangkan tabungan mudharabah mempunyai dua bentuk,
yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah,
perbedaan utama di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya
33 Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo.
(60)
45
persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam
mengelola hartanya.34
3) Simpanan Deposito
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
yang dimaksud dengan depositoadalah
simpanan yng penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.
Untuk mencairkan deposito yang dimiliki deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktik
bank syariah produk deposito menggunakan akada mudharabah
dimana akad tersebut mendistribusikan bagi hasil kepada shahibul
maal atas usaha yang dilakukan oleh pihak bank sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati di awal. Deposito mudharabah hanya
dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.35
Dalam melakukan aktivitas penghimpunan dana tersebut, bank syariah akan memberikan keuntungan kepada nasabah atas dana yang
dititipkannya dalam bentuk bonus untuk nasabah tabungan wadi’ah namun
tidak diperjanjikan diawal. Kemudian memberikan bagi hasil untuk nasabah
tabungan mudharabah. Sehingga untuk dapat memberikan bagi hasil
kepada para deposan, bank harus mengelola dana dari masyarakat tersebut
34 Muhammad. Manajemen Perbankan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005,
hal 270.
35 Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Dua, Jakarta: PT
(61)
46
untuk disalurkan kebidang sektor riil yang dapat menghasilkan keuntungan untuk bank syariah. Dengan demikian salah satu sumber dana yang dapat digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan dari masyarakat (DPK), semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun, akan semakin besar pula
volume pembiayaan yang akan disalurkan.36 Dana yang berhasil dihimpun
bank syariah, nantinya akan disalurkan ke pembiayaan dalam bentuk
transaksi yang menggunakan aqad mudharabh, musyarakah, murabahah,
salam, istishna, dan ijarah. Dari penyaluran dana tersebut, nantinya bank
syariah akan mendapatkan keuntungan berupa perolehan bagi hasil, margin
maupun fee dari akad sewa.
5. Modal
Secara tradisional, modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai
buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih
antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilitas). 37 Menurut Johnson dan Johnson fungsi dari modal antara lain:38
a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian
lainnya. Mampu memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan.
b. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit.
36 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2005,
Hal. 55.
37 Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: AlvaBeta, 2003, hal 147.
38
(62)
47
c. Modal menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative untuk menghasilkan keuntungan.
Dalam praktiknya, sumber-sumber permodalan bank syariah berasal dari modal inti dan kuasi ekuitas. Modal inti berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank yang disebabkan oleh kegagalan pembiayaan dari debitur dan melindungi para pemegang
rekening titipan (Wadi’ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang
didanai dengan modal sendiri. Kemudian modal yang bersumber dari kuasi ekuitas berfungsi sebagai menanggung risiko atas aktiva yang dibiayai oleh
dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. 39 Hal ini bertujuan untuk menjaga
pendapatan bank serta tingkat keuntungan para investor yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap reputasi bank.
Sebagai lembaga intermediary, kecukupan akan modal yang
dimiliki oleh suatu bank akan mempengaruhi porsi penyaluran pembiayaan bank. Dimana dalam penyaluran dana merupakan pendapatan terbesar untuk bank. Namun, disisi lain jika terlalu tinggi tingkat pembiayaannyaa maka akan meningkatkan risiko pembiayaan yang sering disebut dengan
pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). Jika banyak
yang mengalami pembiayaan bermasalah maka bank akan mengalami kesulitan likuiditas saat nasabah mengambil dana simpanannya. Hal ini
39
Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah, Edisi Revisi Keempat, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, hal. 247.
(1)
123
2015Q1 19653454 21752001 0.1321 13,084 0.075 2015Q2 20286122 17310457 0.1103 13,332 0.075 2015Q3 20628947 18863643 0.1382 14,657 0.075 2015Q4 20901728 20123658 0.1394 13,795 0.075 BUKOPS 2011Q1 1836457 3028735 0.1212 8,709 0.06 2011Q2 2000403 3307635 0.1746 8,597 0.0675 2011Q3 1965815 3824776 0.1772 8,823 0.0675 2011Q4 2326887 4415786 0.1529 9,068 0.0675 2012Q1 2478587 4234540 0.1458 9,180 0.0575 2012Q2 2859992 4721867 0.1325 9,480 0.0575 2012Q3 3205028 4955815 0.1228 9,580 0.0575 2012Q4 3241656 5403355 0.1278 9,670 0.0575 2013Q1 3336832 5907907 0.1263 9,719 0.0575 2013Q2 3612162 6152069 0.1184 9,929 0.06 2013Q3 3886685 6337347 0.1118 11,613 0.0725 2013Q4 4035479 6140630 0.111 12,189 0.075 2014Q1 4059469 6505266 0.1124 11,404 0.075 2014Q2 4235592 6369826 0.1074 11,969 0.075 2014Q3 4314879 6506300 0.1615 12,212 0.075 2014Q4 3715560 3994957 0.1585 12,440 0.0775 2015Q1 3774808 3915239 0.145 13,084 0.075 2015Q2 4638781 4061048 0.1563 13,332 0.075 2015Q3 4833647 4337818 0.1626 14,657 0.075 2015Q4 5146901 4756303 0.1631 13,795 0.075
(2)
124
Lampiran II
Hasil Regresi Data Panel
A.
Hasil Model
Common Effect
Dependent Variable: LOG(P?) Method: Pooled Least Squares Date: 01/02/17 Time: 08:13 Sample: 2011Q1 2015Q4 Included observations: 20 Cross-sections included: 5Total pool (balanced) observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DPK?) 1.148020 0.024375 47.09917 0.0000 CAR? 1.861702 0.808392 2.302969 0.0235 LOG(EXR?) 0.429220 0.208844 2.055218 0.0426 BIR? -5.159891 4.486706 -1.150040 0.2530 C -6.388454 1.734882 -3.682356 0.0004 R-squared 0.964664 Mean dependent var 16.57850 Adjusted R-squared 0.963177 S.D. dependent var 1.058166 S.E. of regression 0.203056 Akaike info criterion -0.301966 Sum squared resid 3.917004 Schwarz criterion -0.171707 Log likelihood 20.09830 Hannan-Quinn criter. -0.249248 F-statistic 648.3784 Durbin-Watson stat 0.450100 Prob(F-statistic) 0.000000
B.
Hasil Model
Fixed Effect
Dependent Variable: LOG(P?) Method: Pooled Least Squares Date: 01/02/17 Time: 08:14 Sample: 2011Q1 2015Q4 Included observations: 20 Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.178720 1.265631 -3.301689 0.0014 LOG(DPK?) 0.718705 0.079928 8.991933 0.0000 CAR? -0.446596 0.723529 -0.617246 0.5386 LOG(EXR?) 0.993987 0.185721 5.352043 0.0000 BIR? -5.020039 3.156041 -1.590613 0.1152 Fixed Effects (Cross)
_BMI--C 0.283480 _BSM--C 0.414560
(3)
125 _BNIS--C -0.116271 _BRIS--C 0.109798 _BUKOPS--C -0.691566
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.983779 Mean dependent var 16.57850 Adjusted R-squared 0.982353 S.D. dependent var 1.058166 S.E. of regression 0.140569 Akaike info criterion -1.000553 Sum squared resid 1.798118 Schwarz criterion -0.766087 Log likelihood 59.02764 Hannan-Quinn criter. -0.905660 F-statistic 689.8800 Durbin-Watson stat 0.659834 Prob(F-statistic) 0.000000
C.
Hasil Model
Random Effect
Dependent Variable: LOG(P?)Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/02/17 Time: 08:14
Sample: 2011Q1 2015Q4 Included observations: 20 Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.827860 1.254039 -3.849847 0.0002 LOG(DPK?) 0.887637 0.062953 14.09994 0.0000 CAR? 0.159576 0.700067 0.227944 0.8202 LOG(EXR?) 0.749617 0.171147 4.379951 0.0000 BIR? -4.640069 3.151840 -1.472178 0.1443 Random Effects
(Cross)
_BMI--C 0.149221 _BSM--C 0.228595 _BNIS--C -0.058554 _BRIS--C 0.149711 _BUKOPS--C -0.468972
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.186360 0.6374 Idiosyncratic random 0.140569 0.3626
(4)
126
R-squared 0.873901 Mean dependent var 2.757248 Adjusted R-squared 0.868592 S.D. dependent var 0.407583 S.E. of regression 0.147750 Sum squared resid 2.073852 F-statistic 164.5945 Durbin-Watson stat 0.627947 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.921859 Mean dependent var 16.57850 Sum squared resid 8.662059 Durbin-Watson stat 0.150342
D.
Uji
Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 26.808407 (4,91) 0.0000 Cross-section Chi-square 77.858676 4 0.0000
E.
Uji
Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: BANK
Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 11.954499 4 0.0177
Lampiran III
Uji Asumsi Klasik Data Panel
A.
Uji Multikolinieritas
(5)
127
DPK CAR EXR BIR
DPK 1.000000 -0. 260621 0. 266275 0.205906 CAR -0.260621 1.000000 -0.118566 0.048754 EXR 0.266275 -0.118566 1.000000 0. 792432 BIR 0.205906 0.048754 0.792432 1.000000
B.
Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESID? Method: Pooled Least Squares Date: 01/02/17 Time: 08:17 Sample: 2011Q1 2015Q4 Included observations: 20 Cross-sections included: 5Total pool (balanced) observations: 100
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22191468 33724349 -0.658025 0.5122 LOG(DPK?) -379188.3 2129776. -0.178041 0.8591 CAR? 3665542. 19279359 0.190128 0.8496 LOG(EXR?) 3394282. 4948772. 0.685884 0.4945 BIR? -52269793 84096727 -0.621544 0.5358
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap
: Mahmudah Agustiyani
Tempat/Tgl Lahir
: Pacitan, 10 Agustus 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: RT.02,RW 06 Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo,
Kab.Pacitan, Jawa Timur
(6)
128