Gaya Hidup Fitness ( Study Etnografi Tentang Gaya hidup Fitness Di Lubuk Pakam)

(1)

GAYA HIDUP FITNESS

(Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness Di Lubuk Pakam) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

OLEH :

RENDI ARSAMI SIREGAR 070905011

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

OLEH

Nama : Rendi Arsami Siregar Nim : 070905011

Departemen : Antropologi

Judul : Gaya hidup fitness (Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness Di Lubuk Pakam)

Medan, 07 Desember 2012

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra. Nita Savitri M.Hum ) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 196101251988032001 NIP.196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

GAYA HIDUP FITNESS

(Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness Di Lubuk Pakam)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 07 Desember 2013

Penulis


(4)

ABSTRAK

Rendi Arsami Siregar, 2013, Judul : Gaya Hidup Fitness ( Study Etnografi Tentang Gaya hidup Fitness Di Lubuk Pakam). Skripsi ini terdiri dari 5 bab + 106 halaman + 6 Daftar tabel + 13 daftar pustaka + 3 lampiran interviewguide + 1 lampiran lokasi penelitian

Penelitian ini mendeskripsikan tentang gaya hidup fitness di Lubuk Pakam. Untuk menjawab permasalahan di atas penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, di mana kebudayaan di anggap sebagai seperangkat pengetahuan yang di peroleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya dan belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang gaya hidup masyarakat pelaku fitness di Lubuk Pakam dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal dan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

Berbicara tentang fitness, tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen atas negara-negara pinggiran yang menghasilkan berbagai sektor industri diantaranya ialah sektor industri kesehatan yaitu fitness center yang mana sedang maraknya sekarang sehingga membuat masyarakat tertarik untuk melakukan olahraga fitness. Nantinya juga penelitian ini akan melihat pengaruh-pengaruh lain diantaranya keberadaan budaya konsumen di tandai dengan munculnya produksi tanda dan makna terus menerus. Selain itu pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen juga mempengaruhi perkembangan fitness melalui media massa dan elektronik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan alasan seseorang memilih olahraga fitness, kegiatan yang dilakukan di pusat kebugaran fitness serta hubungan relasi antara sesama anggota fitness di dalam dan di luar area pusat kebugaran fitness, berfokus pada gaya hidup fitness di kota Lubuk Pakam, Khususnya di jalan Dr Cipto No: 87 di mana terdapat tempat kebugaran yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbel Club Lubuk Pakam secara etnografis.

Selain menggunakan observasi, saya juga melakukan wawancara dan mengumpulkan berbagai bahan data seperti, data literatur, sekunder maupun primer dan juga cara saya dalam mendapatkan data di mana bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa serta apa yang ada di balik olahraga fitness tersebut yang membuat gaya hidup fitness begitu berkembang dan semakin di minati oleh pelakunya di Lubuk Pakam.

Kata Kunci : Gaya hidup fitness, tubuh yang diimpikan, citra diri , dan kesehatan.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih karunia-Nyalah, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulisan skripsi ini masih belum bisa dikatakan sempurna, baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data. Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu Antropologi, dan untuk penelitian ini berjudul “GAYA HIDUP FITNESS”. (Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness Di Lubuk Pakam).

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU terima kasih atas ilmunya, dan Bapak Drs. Agustrisno, M.S.P, selaku Sekretaris Departemen Antropologi FISIP USU .

Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu, Ma selaku dosen pembimbing proposal saya yang dilanjutkan oleh Ibu Dra. Nita Savitri M,Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmunya dan nasehat serta saran-saran selama dalam proses bimbingan skripsi, mulai dari awal hingga akhir. Terima kasih banyak atas waktu, ilmu dan nasehat serta saran-sarannya yang telah diberikan kepada penulis.


(6)

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Rytha Tambunan selaku dosen penasehat akademik saya, yang telah begitu banyak membantu penulis baik dalam nasehat arahan dan waktu yang telah beliau luangkan untuk penulis dalam berbagi hal dalam urusan akademik. Terima kasih karena telah mendidik dan mengarahkan saya didalam perkuliahan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin selaku ketua penguji proposal atas saran-saran dan masukannya sewaktu ujian proposal, dan Ibu Dra. Nita Savitri M,Hum selaku dosen penguji proposal terima kasih atas saran-saran, kritik dan masukannya sewaktu ujian proposal. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kak Nur dan Kak Sofi selaku pegawai di Departemen Antropologi, terima kasih karena telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Muhammad Abdu Siregar dan Ibunda Rosita. Terima kasih banyak karena telah mendidik saya dari kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, terima kasih juga atas dukungan doa, semangat, kesabaran, motivasi dan materi yang telah diberikan kepada saya, terlebih kasih sayangnya ibu selama ini. Saya sangat bangga memiliki orangtua seperti Ayah dan Ibu, tanpa kalian saya bukanlah apa-apa di dalam hidup ini, terima kasih karena kalian telah menjadi penyemangat hidup saya yang sejati, saya berjanji pasti akan membalas semua kebaikan kalian Ayah dan Ibu.

Saya juga berterima kasih kepada kedua adik saya yang sangat saya banggakan dan juga sangat saya sayang Syahdullah Nuh Siregar, dan Syahamallal Hut Siregar, tanpa kehadiran kalian saya bukanlah apa-apa di dalam hidup ini. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis persembahkan buat yang terspesial dan


(7)

tersayang kepada Mirna Amd. Kom yang telah banyak menasehati dan memotivasi penulis dalam hal-hal yang positif dan banyak memberikan semangat yang terus-menerus hingga penulis mampu bertahan melewati rintangan serta halangan dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi penulis. I’m nothing without your love. Saya berterima kasih untuk keluarga Mirna Amd. Kom yang selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat, sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik saya stambuk 2007 yaitu, Khairil Fikri, Alvi Zulkarnaen, Fauzi Abdulah, S.Sos, Hendra Alfino. Tino Saragih, Jonathan Tarigan, Wahyu Tata Mualim, Bobi Chandra Pane, Nur Azizah Lubis, Rabitha Adawiyah dan juga sahabat-sahabat lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas hubungan persahabatan yang selama ini telah kita jalani bersama dengan baik di Departemen Antropologi.

Medan, 07 Desember 2013

Penulis


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rendi Arsami Siregar, lahir di Sekip pada tanggal 14 july 1989, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Muhammad Abdu Siregar dan Ibunda Rosita. Pendidikan formal Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah Negeri, tamat tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Lubuk Pakam, tamat tahun 2004. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Lubuk Pakam, tamat tahun 2007. Pada tahun 2007 mengikuti pendidikan (S1) di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Alamat email : rendiarsami_siregar@yahoo.com. Pengalaman organisasi dan beragam aktifitas yang dilakukan adalah : pada tahun 2008 -2009 menjadi anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), pada tahun 2012 sampai sekarang menjadi sekretaris jenderal di OP2B (Organisasi Pedagang Pasar Beringin), Pada tahun 2012 juga sampai sekarang menjadi anggota NCI (National Coruption Investigation) wilayah sumatera utara menjabat sebagai pimpinan unit keuangan dan informatika. Pada tahun 2013 menjadi ketua bidang sosial pada Lembaga Swadaya Masyarakat Pembela keadilan amanah rakyat (LSM PAKAR) untuk kabupaten Deli Serdang hingga sekarang.


(9)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Berkat, Kuasa, Anugerah dan Kehendak-Nya, saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul GAYA HIDUP FITNESS ( Study Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness Di Lubuk Pakam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini membahas secara menyeluruh mengenai Gaya Hidup Fitness. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Penguraian yang saya lakukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa yang dikemukakan didalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya, akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan alat pengumpulan data, juga kesimpulan dan saran. Penguraian dalam bab ini, dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian skripsi.

Bab dua menggambarkan secara umum mengenai gambaran umum kota Lubuk Pakam kabupaten Deli Serdang, lokasi dan keadaan alam, batas wilayah, sejarah Kota Lubuk Pakam, keadaan penduduk berdasarkan jumlah penduduk, usia, pendidikan dan berdasarkan mata pencaharian, tidak hanya itu pada bab ini membahas sarana olahraga kebugaran yang ada di Kota Lubuk Pakam, pengguna sarana olahraga kebugaran fitness di Lubuk Pakam, serta hubungan fitness dengan kesehatan.


(10)

Bab tiga menjelaskan secara khusus tentang pelaku kegiatan fitness dan kegiatan yang dilakukan di tempat fitness, apa saja yang terdapat di dalam ruangan fitness, hubungan pelaku fitness di dalam dan di luar area fitness, serta cara fitness yang benar.

Bab empat menjelaskan tentang Fitness sebagai suatu gaya hidup yang dimana melihat hal-hal yang mendorong seseorang melakukan fitness, Fitness sebagai pola konsumsi simbolik, pengaruh periklanan dalam gaya hidup fitness, dan fitness sebagai media pencitraan diri.

Bab lima merupakan suatu kesimpulan dan saran mengenai Gaya Hidup Pelaku Fitness di kota Lubuk Pakam.

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan. Saya telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini. Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa dikatakan telah sempurna. Dengan rendah hati, saya mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca. Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.

Medan, 07 Desember 2013

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka. ... 10

1.3. Rumusan Masalah ... 16

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 16

1.5. Metode Penelitian ... 17

1.6. Rangkaian Pengalaman Lapangan ... 20

BAB IIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25

2.1. Sejarah Singkat Lubuk Pakam. ... 25

2.2. Letak Geografls dan Lingkungan Alam. ... 29

2.3. Kependudukan ... 32

2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

2.5 .Sarana olahraga kebugaran di Lubuk Pakam ... 40

2.6 . Pengguna Sarana Olahraga Kebugaran Fitness Di Lubuk Pakam. ... 43

2.7. Fitness dan Kesehatan. ... 44

BAB III PELAKU DAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN DI TEMPAT FITNESS. ... 47

3.1.Para Pelaku Fitness. ... 47

3.1.1. Kalangan Muda. ... 48

3.1.2. Kalangan Tua ... 50

3.1.3. Pemuas hasrat seksual (Gigolo). ... 51

3.2. Aktifitas Yang Dilakukan Di Sarana Kebugaran Fitness. ... 53

3.2.1. Angkat Besi / Beban. ... 53

3.2.2. Latihan Tinju. ... 54


(12)

3.2.4. Mengajak Berduel, Ngobrol dan Bercanda ... 57

3.3. Apa Saja Yang Terdapat di Dalam Ruangan Fitness. ... 57

3.3. 1. Peralatan olahraga. ... 58

3.3.2. Cermin. ... 65

3.3.3. Peralatan Sound System Musik. ... 65

3.4. Hubungan relasi pelaku fitness di dalam dan di luar area fitness. ... 66

3.5. Cara Fitness Yang Benar. ... 68

BAB 1VFITNESS SEBAGAI SUATU GAYA HIDUP. ... 82

4.1. Hal-Hal Yang Mendorong Seseorang Melakukan Fitness. ... 82

4.1.1. Menjaga Kesehatan dan Menurunkan Berat Badan. ... 84

4.1.2. Menginginkan Tubuh Yang Ideal dan Berotot. ... 85

4.1.3. Hobby ... 86

4.1.4. Gaya Hidup (Lifestyle) ... 86

4.2. Fitness Sebagai Pola Kegiatan Konsumsi. ... 89

4.3. Pengaruh Periklanan Dalam Gaya Hidup Fitness. ... 93

4.4. Fitness Sebagai Ekspresi Pencitraan Diri. ... 95

BAB VPENUTUP ... 98

DAFTAR PUTAKA. ... 105


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

Tabel 2.1 Nama lingkungan, total jumlah penduduk 33 dan kepala keluarga

Tabel 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan umur 34 Tabel 2.3 Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin 35 Tabel 2.4 Komposisi penduduk berdasarkan agama 37 Tabel 2.5 Komposisi penduduk berdasarkan kelompok etnik 38 Tabel 2.6 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian 40


(14)

ABSTRAK

Rendi Arsami Siregar, 2013, Judul : Gaya Hidup Fitness ( Study Etnografi Tentang Gaya hidup Fitness Di Lubuk Pakam). Skripsi ini terdiri dari 5 bab + 106 halaman + 6 Daftar tabel + 13 daftar pustaka + 3 lampiran interviewguide + 1 lampiran lokasi penelitian

Penelitian ini mendeskripsikan tentang gaya hidup fitness di Lubuk Pakam. Untuk menjawab permasalahan di atas penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, di mana kebudayaan di anggap sebagai seperangkat pengetahuan yang di peroleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya dan belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang gaya hidup masyarakat pelaku fitness di Lubuk Pakam dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal dan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

Berbicara tentang fitness, tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen atas negara-negara pinggiran yang menghasilkan berbagai sektor industri diantaranya ialah sektor industri kesehatan yaitu fitness center yang mana sedang maraknya sekarang sehingga membuat masyarakat tertarik untuk melakukan olahraga fitness. Nantinya juga penelitian ini akan melihat pengaruh-pengaruh lain diantaranya keberadaan budaya konsumen di tandai dengan munculnya produksi tanda dan makna terus menerus. Selain itu pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen juga mempengaruhi perkembangan fitness melalui media massa dan elektronik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan alasan seseorang memilih olahraga fitness, kegiatan yang dilakukan di pusat kebugaran fitness serta hubungan relasi antara sesama anggota fitness di dalam dan di luar area pusat kebugaran fitness, berfokus pada gaya hidup fitness di kota Lubuk Pakam, Khususnya di jalan Dr Cipto No: 87 di mana terdapat tempat kebugaran yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbel Club Lubuk Pakam secara etnografis.

Selain menggunakan observasi, saya juga melakukan wawancara dan mengumpulkan berbagai bahan data seperti, data literatur, sekunder maupun primer dan juga cara saya dalam mendapatkan data di mana bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa serta apa yang ada di balik olahraga fitness tersebut yang membuat gaya hidup fitness begitu berkembang dan semakin di minati oleh pelakunya di Lubuk Pakam.

Kata Kunci : Gaya hidup fitness, tubuh yang diimpikan, citra diri , dan kesehatan.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Penelitian ini mengkaji tentang berkembangnya gaya hidup fitness pada masyarakat Kota Lubuk Pakam yang diiringi dengan bertambahnya jumlah tempat-tempat kebugaran Fitness Center. Tempat-tempat fitness di Kota Lubuk Pakam yang cukup dikenal yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbell Club yang berada di jalan Dr Cipto No: 87, Olvi Fitness berada di jalan Serdang No: 89, dan Maestro Fitness di jalan AR, Fahruddin Komplek Pakam Citra Lestari No: 49. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hal ini terjadi karena semakin banyaknya para pelaku atau peminat olahraga fitness yang ingin datang untuk berolahraga atau sekedar datang untuk berbincang dengan yang lain dan berkumpul di tempat fitness tersebut.

Alasan lain peneliti mengkaji tentang gaya hidup fitness di Lubuk Pakam yaitu dimana peneliti melihat beberapa para pelaku fitness setelah melakukan olahraga mereka beristirahat sambil menghisap rokok. Hal ini semakin menambah rasa penasaran peneliti untuk semakin mengkaji masalah di atas. Bukankah berolahraga untuk menyehatkan tubuh, tetapi mengapa sebagian para pelaku fitness setelah melakukan sesuatu untuk membuat tubuh mereka sehat namun setelah selesai dan pada waktu beristirahat mereka menghisap rokok yang sudah jelas bahwa rokok itu dapat merusak kesehatan tubuh. Apakah mereka melakukan olahraga fitness hanya untuk gaya atau mencari identitas agar dianggap hebat oleh orang lain atau apakah ada makna tersembunyi dibalik olahraga fitness tersebut.


(16)

Penelitian ini dilakukan di Jalan Dr Cipto No: 87 dimana terdapat tempat kebugaran Vikido Fitness Cobra Barbell Club dengan alasan tempat tersebut merupakan tempat fitness pertama yang ada di Lubuk Pakam dan memiliki keunikan dimana alat-alat yang terdapat didalamnya di buat sendiri dengan menempah kepada tukang las tetapi model dan bentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemilik Vikido Fitness Cobra Barbell Club. Hal ini sangat berbeda dengan tempat fitness lain yang ada di Kota Lubuk Pakam dimana alat-alatnya dibeli langsung dari tempat penjualan alat-alat kebugaran yang langsung jadi dan siap pakai.

Berbicara tentang fitness, tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen atas negara-negara pinggiran yang menghasilkan berbagai sektor industri diantaranya ialah sektor industri kesehatan yaitu fitness center yang mana sedang maraknya sekarang sehingga membuat masyarakat tertarik untuk melakukan olahraga fitness. Hal ini tentunya terkait dengan peran media massa, dengan pemahaman bahwa sebagian besar negara-negara di luar negara yang mengkonsumsi “komoditi” tidak bisa terlepas dari konsumsi kesan dalam media. Meningkatnya dominasi negara-negara pusat dalam hal produksi serta distribusi budaya melalui media, sering ditunjukkan oleh negara-negara konsumen1

Budaya masyarakat konsumen sering diberi ciri materialis dan tindakan mementingkan diri sendiri yang hedonistis dimana individu memusatkan kehidupannya pada konsumsi barang-barang. Hal ini terjadi diawali dengan adanya peralihan produksi barang secara massal dan munculnya pasar-pasar yang

.

1


(17)

baru untuk barang konsumen yang diiringi dengan perubahan pada sarana produksi, seperti misalnya rasionalisasi pedagang eceran, yang selanjutnya mendorong munculnya tempat-tempat konsumsi baru seperti toko serba ada, pasar raya dan pusat-pusat perbelanjaan.

Dalam tempat konsumsi tersebut, seluruh kegiatan peragaan bertujuan membuat barang tampak lebih bagus dengan memanipulasi kesan dan logika pemajangan yang menghasilkan situasi dimana makna dialihkan melalui suatu proses kompetisi. Karena itu membeli barang berarti membeli kesan dan pengalaman, dan kegiatan belanja bukan lagi suatu transaksi ekonomi “sederhana” melainkan interaksi simbolis, dimana individu membeli dan mengkonsumsi kesan dan gaya hidup2

Dalam masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi cara belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup. Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi, dan radio yang banyak menekankan peningkatan diri, pengembangan diri, bagaimana mengelola kepemilikan, hubungan dan ambisi serta bagaimana membangun gaya hidup.

.

Dengan demikian, mereka yang bekerja dimedia, desain, mode, dan periklanan serta para ‘intelektual informasi’ yang pekerjaannya adalah memberikan pelayanan serta memproduksi, memasarkan dan menyebarkan barang-barang simbolik sebagai ‘perantara budaya baru’. Budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa industrialisasi ketika barang-barang mulai di produksi secara massal sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media

2

http://www.jakartabeat.net/humaniora/kanal-humaniora/esai/item/1443-nouveaux-riches-dan-budaya-konsumsi-itu.html


(18)

dalam hal ini menempati posisi strategis sekaligus sebagai medium yang menjembatani produsen dengan masyarakat sebagai calon konsumen3

Keberadaan budaya konsumen ditandai dengan munculnya produksi tanda dan makna terus menerus. Contohnya jelas terlihat pada produksi kesehatan susu L-Men yang diperuntukan untuk para lelaki yang mengiginkan tubuh proporsional dan memiliki perut yang six-pack.

.

Gambar : finalis L-Men 2010

Dalam mengiklankan produknya di dalam media massa terlihat bahwa seorang laki-laki harus memilki tubuh yang atletis dan perut yang six-pack agar disukai oleh wanita dengan cara berolahraga “diantaranya dengan fitness” dan mengkonsumsi produk dari L-Men. Iklan dan media pun menekankan tanpa henti bahwa kesan pribadi seseorang datang dari penampilan dan penampilan itu tergantung dari reaksi atau respon lingkungan.

3

http://novian-r-p-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37217- Informasi%20dan%20Masyarakat-Budaya%20Konsumen.html


(19)

Akibatnya ditekankan bahwa (misalnya) peningkatan penampilan dengan pakaian model mutakhir, perawatan tubuh dan wajah akan menghasilkan citra diri yang bertambah baik dan meningkat (status). Pencitraan tubuh agar dikatakan seksi, atletis, cantik, tampan, dan sebagainya membuat semua orang berlomba-lomba mendapatkan ‘status' tersebut. Sehingga tidak aneh kalau kebutuhan eksploitasi tubuh akan selalu tinggi, macam produk kecantikan kulit, produk-produk pengkurusan tubuh (diet), operasi payudara, hidung bahkan muka dan kulit4

Persepsi tentang tubuh dalam kebudayaan konsumen didominasi oleh meluasnya dandanan untuk citra visual (logika kebudayaan konsumen adalah pemujaan pada konsumsi citra). Citra membuat orang lebih sadar akan penampilan luar dan presentasi tubuh. Iklan dan industri film adalah kreator utama citra tersebut. Seperti yang terjadi sekarang ini dimana perempuan yang cantik itu kulitnya putih sedangkan laki-laki yang ideal adalah yang bertubuh Kotak-Kotak (Six-pack) seperti di salah satu iklan susu yang peneliti paparkan di atas.

.

Menurut sejarahnya, perkembangan fitness5 tidak terlepas dari perkembangan olahraga binaraga6

4

http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/14/budaya-konsumerisme/

. Perkembangan olahraga ini bermula pada akhir abad ke-19. Pada akhir abad tersebut, masyarakat mulai tertarik dengan hal-hal berbau otot, bukan dikaitkan dengan kekerasan atau mempertahankan hidup,

5

Fitness itu sendiri adalah "kebugaran" atau kalau boleh lebih berani dielaborasi, fitness juga berarti "lebih dari sekedar sehat".

6

Binaraga merupakan terjemahan bahasa Indonesia untuk istilah dalam bahasa Inggris bodybuilding yang terbentuk dari kata "bina" yang berarti membangun, dan "raga" yang berarti tubuh.


(20)

melainkan seperti pada zaman Yunani kuno, dimana keindahan, kesehatan dan kesempurnaan tubuh manusia begitu di puja-puja pada saat itu. Olahraga binaraga pada zaman yunani kuno mengalami evolusi dari yang masih menggunakan olahraga angkat batu, menuju ke olahraga angkat beban modern (Weightlifting). Setiap negara menggapai perkembangan olahraga tersebut sesuai dengan budaya mereka sendiri. Seperti contoh di Eropa, weightlifting adalah sesuatu bentuk seni hiburan, dimana terdapat orang kuat professional yang dikenal dengan sebutan ‘strong man’ berlomba mengangkat beban seberat-beratnya untuk mendapatkan hadiah sejumlah uang7

Perkembangan dunia binaraga setiap tahunnya mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandainya dengan bermunculan kontes-kontes binaraga, di antaranya Mr. America yang diadakan NABBA (North Amerika Bodybuilders Associatian), Mr. Olimpia diadakan oleh IFBB (International Federation of Bodybuilders), dan Mr. World diadakan oleh (Atletic Union). Mr. Olympia merupakan kontes binaraga yang diakui sebagai kejuaraan international profetional dunia, setara dengan Wimbledon di tennis, dan US Open di Golf. Selain itu, kemajuan lainnya ditandai dengan bermunculannya binaraga – binaraga seperti Arnold Schwaneger, Clancy Ross, Bill Pearl, Chucks Sipes, Jack Dilenger, George Eiferman, Reg Park. sedangkan binaragawan terkenal di Indonesia antara lain Levi Rumbewas, Asrelawandi, Ade Rai, dan Ricky Syamsuri. Kini, juara tiga kali berturut-turut Jay Cutler adalah penyandang gelar

.

7


(21)

Mr. Olympia sebagai binaragawan teratas di dunia.

Gambar : Jay Cutler penyandang gelar Mr.Olimpia Dunia

Gambar : Arnold Scwarzenegger dan Ade Rai

Otoritas binaraga dunia adalah IFBB (International Federation of Body Building), sedangkan otoritas binaraga nasional Indonesia adalah PABBSI (Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia) 8

8

http://id.hicow.com/arnold-schwarzenegger/ronnie-coleman/gerak-badan-

.


(22)

Di era 90-an, IFBB sudah memiliki 160 negara anggota didalamnya. Presiden IFBB menyatakan bahwa IFBB merupakan organisasi olahraga terbesar ke empat di dunia saat itu. Klimaks dari kesuksesan binaraga adalah di saat binaraga mendapat pengakuan resmi dari IOC (International Olympic Commite) di tahun 1997 dan menjadikannya sebagai anggota komunitas olahraga amatir International.

Dampak binaraga bagi kebudayaan kian jelas. Hal ini terlihat dalam film-film laga banyak actor yang fisiknya menyerupai binaragawan. Sehingga masyarakat semakin terbiasa melihat otot, dalam film-film seperti Rambo atau film-film Jean-Cluede Van Damme, film 300 yang menceritakan tentang Spartan. Sehingga hal tersebut memberi paradigma tersendiri bahwa apabila ingin memberi kesan yang bagus terhadap orang lain maka harus memiliki postur tubuh yang bagus pula9.

Gambar : Rambo yang diperankan Sylveter Stallone dan Jean-Cluede Van Damme

9


(23)

Dari penjelasan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka jelas bahwa perkembangan fitness sangatlah pesat. Bisa kita lihat perkembangan-perkembangan setiap tahunnya yang berkembang secara cepat dan semakin kuat berdiri bahkan sampai menyebar ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, hingga masuk ke Kota- Kota besar di Indonesia sampai ke kota-kota kecil di Indonesia termasuk di Kota Lubuk Pakam.

Selain itu pengaruh globalisasi dan dampak budaya konsumen juga mempengaruhi perkembangan fitness melalui media massa dan elektronik. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik mengkaji masalah gaya hidup fitness di Lubuk Pakam karena perkembangan dan minat para pelaku fitness di daerah ini juga berkembang pesat. Penulis ingin mengungkap fenomena apa yang sebenarnya terjadi serta arti yang terkandung di dalam olahraga fitness tersebut.


(24)

1.2. Tinjauan Pustaka.

Menurut Kartodirjo (1987:53), gaya hidup merupakan suatu produksi dari stratifikasi sosial, sehingga faktor status (kedudukan) dan kekayaan dapat membentuk struktur gaya hidup. Gaya hidup ini, pada hakekatnya akan membentuk suatu eksklusifme yang tidak lain bertujuan untuk membedakan status antara golongan yang satu dengan yang lainnya dalam suatu stratifikasi sosial.

Winarno (1989:32) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan cara tindakan yang bersifat kebiasan yang dilandasi pengalaman-pengalaman dalam status dan perannya dalam kehidupan. Dengan kata lain, gaya hidup seseorang itu merupakan gambaran dari watak, status, prilaku, dan peranannya dalam masyarakat.

Penelitian mengenai gaya hidup, antara lain pernah diteliti oleh Rafika Mirza Nasution (2011) dengan judul Musik R&B ( Rhytem&Blues ) (Kajian Tentang Gaya Hidup Pemain Musik R&B di Kota Medan) melihat tentang musik bukan hanya sekadar musik yang didengarkan melalui telinga, musik juga membawa obyek-obyek kultural lain, seperti fashion atau cara berpakaian, tingkah laku, potongan rambut, dandanan, dan seterusnya yang disebut dengan gaya hidup, dan penelitian yang dilakukan Mardiana Harahap (2011) dengan judul Karaoke sebuah gaya hidup masyarakat perkotaaan mengkaji tentang karaoke yang dikenal pada awalnya adalah hiburan malam namun seiring berjalannya waktu mulai hadir karaoke yang mengklasifikasikan dirinya sebagai karaoke keluarga sehingga menjadikan aktifitas yang tampak sebagai gaya hidup masyarakat perkotaaan.


(25)

“Penampakan Luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Gaya dan desain menjadi lebih penting dari pada fungsi. Gaya menggantikan substansi, kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan, hal-hal yang yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar gaya hidup (Chaney,1996:16). Lebih jauh Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas semua yang kita miliki akan menjadi budaya tontonan (A Culture Of Spectacle). Semua orang ingin menjadi penonton dan sekaligus di tonton. Ingin melihat tapi sekaligus juga dilihat. Disinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan manusia modern, Kamu bergaya maka kamu ada ! Kalau kamu tidak bergaya, Siap- siaplah untuk dianggap ‘Tidak Ada”: diremehkan, diabaikan , atau bahkan dilecehkan. Itulah sebabnya mungkin orang sekarang perlu bersolek atau berias diri. Jadilah kita menjadi “Masyarakat Pesolek”(Dandy Society). Tidak usah susah-susah menjelaskan mengapa tidak sedikit pria dan wanita modern yang perlu tampil “Beda”, modis, necis, parlente, dandy.

Kini gaya hidup demikian bukan lagi monopoli artis, model, peragawan(wati), atau selebriti yang memang sengaja mempercantik diri untuk tampil di panggung. Tapi, gaya hidup golongan penganut Dandy Society itu kini sudah di tiru secara kreatif oleh masyarakat untuk tampil sehari-sehari, ke tempat kerja, seminar, arisan, undangan resepsi perkawinan, ceramah agama, atau sekedar jalan-jalan di mall.

Gaya hidup merupakan ciri dari masyarakat modern, atau yang biasa juga disebut dengan modernitas, maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri ataupun orang lain (Chaney, 1996: 40).


(26)

Lebih lanjut dijelaskan Chaney bahwa gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari-hari setiap orang dapat menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa harus menjelaskan apa yang dimaksud.

Selain itu pola konsumsi masyarakat kota juga menjadikan barang-barang atau pun jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan karena kebutuhan melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan petunjuk identitas sosial mereka. Identitas adalah struktur diri, suatu organisasi yang dinamis dari dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan, keyakinan-keyakinan yang terstruktur dengan sendirinya dalam diri individu selama perkembangan individu. Singkatnya, identitas adalah sesuatu yang ada pada diri kita yang tersusun atas keyakinan, dorongan, kemampuan, dan segala hal yang secara otomatis berkembang dalam diri sepanjang hidup10

Jean P Baudrilard yabg diterjemahkan oleh Wahyunto (2004, 56) Pola konsumsi merupakan salah satu faktor pendorong munculnya gaya hidup. Pola konsumsi masyarakat perkotaaan ini telah merubah nilai suatu produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi nilai simbolis, artinya pola konsumsi menjadikan barang-barang ataupun jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan dikarenakan kebutuhan mereka melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan penunjuk identitas sosial mereka. Perubahan nilai-nilai suatu barang dan jasa ini kemudian memunculkan gaya hidup masyarakat perkotaaan, Salah satu gaya hidup tersebut adalah Fitness.

.

10


(27)

Fitness11 merupakan gerakan sederhana yang dilakukan ketika mengangkat dummbells yang bermanfaat banyak bagi proses pembentukan tubuh ideal. Saat mengangkat beban, ada serat tipis otot yang robek, serat tipis yang terobek itu akan mengakselerasi proses pembentukan sintetis protein otot dengan memanfaatkan asam amino. Proses inilah yang nantinya membuat otot lebih ‘tahan banting’ terhadap cidera. Maka sebenarnya, ketika rutin latihan angkat beban, secara tidak langsung telah membentuk jaringan otot yang lebih kuat dan secara keseluruhan, tubuh akan merasa jarang sekali cedera atau stres karena otot-otot menjadi lebih lentur. Plus latihan beban dan serangkaian olahraga pembakar kalori selama program penurunan berat badan, akan membuat tubuh menjadi lebih ringan dan sehat.12

Fitness merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk kesehatan dan pembentukan tubuh yang ideal. Mike Featherstone mengelompokkan pembentukan tubuh atas dua kategori: tubuh dalam dan tubuh luar ("The Body in Consumer Culture" 1992: 97). Yang pertama berpusat pada pembentukan tubuh untuk kepentingan kesehatan dan fungsi maksimal tubuh dalam hubungannya dengan proses penuaan, sementara yang kedua berpusat pada tubuh dalam hubungannya dengan ruang sosial (termasuk didalamnya pendisiplinan tubuh dan dimensi estetik tubuh). Menurutnya dalam kebudayaan konsumen dua kategori itu berjalan secara bersama: pembentukan tubuh dalam menjadi alat untuk meningkatkan penampilan tubuh luar. Dalam kebudayaan

11

Fitness itu sendiri adalah "kebugaran" atau kalau boleh lebih berani dielaborasi, fitnes juga berarti "lebih dari sekedar sehat".

12


(28)

konsumen tubuh diproklamirkan sebagai wahana kesenangan, ia dibentuk berdasarkan hasrat dan bertujuan untuk mencapai citra ideal yang muda, sehat, bugar, dan menarik.

Mary Douglas adalah orang pertama yang melihat tubuh sebagai suatu sistem simbol. Dalam bukunya Purity and Danger (1966 :76) ia mengatakan,

“Sebagaimana segala sesuatu melamBangkan tubuh, demikian tubuh juga adalah simbol bagi segala sesuatu”.

Selain itu fitness juga merupakan suatu kegiatan berbentuk tindakan yang mana para pelakunya melakukan olahraga demi mencapai apa yang mereka inginkan atau harapkan. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (2002:180), menjelaskan bahwa tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat fisiologi, Atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia dalam gennya bersama kelahirannya (makan, minum, berjalan dengan kedua kakinya) juga di rombak olehnya menjadi suatu tindakan berkebudayaan .

Clifford Geertz dalam bukunya Tafsir Kebudayaan (1992:81), mengemukakan suatu definisi kebudayaan sebagai: (1) Suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan persaaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka. (2) Suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik, yang melalui tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap


(29)

kehidupan. (3) Suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber– sumber ekstrasomatik dari informasi.

Geertz melihat kebudayaan adalah sistem simbol, karena itu proses kebudayaan harus di pahami, diterjemahkan dan di interpretasi. Simbol-simbol yang menunjukkan suatu kebudayaan dilihat sebagai wahana dari konsepsi, dan kebudayaanlah yang memberikan unsur intelektual dalam proses sosial. Kebudayaan memberikan pedoman bagi tindakan didalamnya, karena menyediakan model dari apa yang dipandang sebagai realitas, dan pola-pola bagi perilaku sehingga memasuki ruang tindakan sosial.

Kini olahraga kebugaran (banyak orang menyebutnya fitness) memang sudah menjadi gaya hidup, bukan hanya pada masyarakat Kota besar, tetapi sudah merambah ke pinggiran kota, meski tempatnya tidak selalu nyaman yang penting terdapat bermacam macam alat untuk melatih otot tubuh. Fitness merupakan olahraga yang menyehatkan tubuh dan sebagai gaya hidup masyarakat yang mulai banyak diminati, tetapi pelaku fitness yang peneliti amati masih belum menyadari arti hidup sehat sepenuhnya, mereka melakukan kegiatan fitness tetapi tetap melakukan kebiasaan buruknya seperti merokok.

Binaraga adalah aplikasi gaya hidup fitness yang tertinggi dan setiap orang memiliki pilihan untuk mengaplikasikan gaya hidup fitness ini berdasarkan level yang dianggap cocok bagi aspirasinya, kondisi tubuhnya, tujuan fisiknya, maupun kapasitasnya. Tidak semua orang harus berorientasi pada binaraga untuk menjalankan gaya hidup fitness, tetapi semua orang yang ingin berorientasi pada


(30)

binaraga harus menempuh gaya hidup fitness. Lebih sederhananya, orang fitness tidak harus binaraga, tetapi kalau orang mau binaraga maka harus fitness13.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa fitness bukanlah suatu trend yang muncul dalam masyarakat lalu menghilang di makan perkembangan jaman tetapi fitness tersebut semakin kuat dan menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga bertahan sampai sekarang. Maka sehubungan dengan hal itu, berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memusatkan fokus penelitian tentang gaya hidup fitness di Kota Lubuk Pakam dan diuraikan dengan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apa alasan seseorang memilih berolahraga fitness ?

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan di dalam pusat kebugaran fitness ?

3. Bagaimana hubungan relasi antara sesama anggota fitness di dalam dan luar area pusat kebugaran fitness ?

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menjelaskan alasan seseorang memilih olahraga fitness, kegiatan yang dilakukan di pusat kebugaran fitness serta hubungan relasi antara sesama anggota fitness di dalam

13

http://binaraga.info.com


(31)

dan di luar area pusat kebugaran fitness yang ada di Lubuk Pakam, berfokus pada gaya hidup fitness di Kota Lubuk Pakam, Khususnya di jalan Dr Cipto No: 87 dimana terdapat tempat kebugaran yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbel Club Lubuk Pakam secara etnografi.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya antropologi , khasus studi gaya hidup termasuk gaya hidup fitness dimana termasuk salah satu fenomena sosial yang harus dijelaskan dan di perdalam lebih lanjut karena hal-hal itu dapat membantu sebagai informasi dan referensi bagi peneliti lainnya untuk meneliti gaya hidup lain yang semakin berkembang atau bermunculan diwaktu yang akan datang.

Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya informasi bagi masyarakat mengenai gaya hidup fitness dimana masyarakat dapat mengetahui bagaimana dan mengapa serta apa yang ada dibalik olahraga fitness tersebut.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya dan belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang gaya hidup masyarakat pelaku fitness di Lubuk Pakam dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal dan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat14

14

James P Spradley.(1997:12)


(32)

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, catatan harian (fieldnote) dan dokumentasi sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari keputakaan, buku-buku, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan dengan gaya hidup masyarakat pelaku fitness di Lubuk Pakam.

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung kegiatan-kegiatan di area fitness yang mana peneliti akan turut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan pelaku fitness, artinya peneliti mengobservasi perilaku, hubungan, apa yang dilakukan dengan merasakan sendiri hal yang dialami oleh informan yang diteliti. Diharapkan dengan melakukan observasi partisipasi peneliti dapat merasakan langsung apa yang dirasakan informan sehingga dapat memberikan data informasi yang baik dan valid .

Selain itu peneliti juga mengamati apa saja yang ada di dalam pusat kebugaran fitness seperti peralatan olahraga dan benda lain yang mendukung kegiatan yang ada di pusat kebugaran fitness serta proses yang terjadiselama kegiatan olahraga fitness dilakukan. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

Pertanyaan-pertanyaan awal hingga informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan kondisi objektif, sangat efektif dengan metode ini. Metode ini juga dapat lebih mendekatkan diri secara emosional kepada informan. Selain itu, data-data auentik dari sudut pandang masyarakat (emic view) juga dapat dimulai


(33)

dengan wawancara. Menurut Bungin (2007;107) wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang cukup lama.

Teknik wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dan terbuka dengan pelaku yang ada di Vikido Fitness Cobra Barbell Club. Untuk menjaga terstrukturnya wawancara mendalam, peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara kelapangan bersifat fleksibel. Artinya, bila selama melakukan wawancara peneliti menemukan jawaban-jawaban yang tidak di mengerti peneliti, Maka peneliti akan melakukan perubahan-perubahan terhadap pertanyaan yang telah disusun tersebut.

Peneliti juga melakukan rapport untuk mengembangkan dan membina kerjasama dan kepercayaan antara peneliti dengan informan yang ada di Vikido Fitness Cobra Barbell Club agar data yang didapat lebih valid dan mendalam tanpa adanya dinding pembatas yang membuat informan ragu untuk memberikan informasi. Salah satu caranya adalah peneliti berbaur dan mengakrabkan diri dengan informan sehingga membuat informan senang dan menganggap peneliti sahabatnya.

Peneliti juga mendapatkan bahan literatur (study pustaka) yang berhubungan dengan data-data gaya hidup masyarakat pelaku fitness di Lubuk Pakam dan literature mengenai metode penelitian sosial yang akan menghasilkan keterangan yang dapat membantu mempertajam analisis dan melengkapi data.


(34)

Jenis literatur dapat berupa buku-buku teori, laporan penelitian; skripsi, tesis, disertasi, artikel, opini dari surat kabar dan majalah serta media online seperti internet.

Untuk mempermudah dalam hal mengingat dan mempertajam data Peneliti menggunakan dokumentasi visual untuk menyimpan/mengarsipkan data yang telah didapat baik dari hasil obsevasi partisipasi dan wawancara mendalam. Bahan atau peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumen visual ini disajikan dalam bentuk foto, rekaman dan video tidak lupa juga catatan lapangan (fieldnote). Dengan adanya bahan visual ini peneliti akan dengan mudah mengingat apa yang telah dijelaskan oleh informan, selain itu bahan visual ini juga memudahkan peneliti dalam melakukan penyimpanan data yang telah diperoleh dari pusat kebugaran Vikido Fitness Cobra Barbell Club.

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya yang harus peneliti lakukan adalah menganalisis data. Tahap ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data akan dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil mengumpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan tentang gaya hidup fitness pada masyarakat di Kota Lubuk Pakam.

1.6. Rangkaian Pengalaman Lapangan

Hari pertama peneliti datang kelapangan pada tanggal 3 Juni 2012. Peneliti langsung menuju ke Kantor Kepala Desa di daerah lokasi penelitian. Beruntung peneliti memilki teman yang bekerja sebagai pegawai honor di kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II tersebut yang bernama Sakti Mara Tua Siahaan (24 Tahun).


(35)

Berkat dirinya peneliti tidak repot-repot untuk meminta informasi tentang penduduk yang ada di Kelurahan Lubuk Pakam I-II.

Sakti merupakan informan yang pertama kali peneliti jumpai sebelum peneliti mendapatkan informan lain dari Gaya Hidup Fitness. Setelah mendapatkan informasi dari Sakti, dia pun memberikan data-data kependudukan dari kantor tempat dia bekerja. Peneliti sengaja menunggu sampai kerjaan dikantornya selesai sehingga tidak mengganggu kesibukannya.

Berdasarkan informasi yang peneliti terima penduduk di Lubuk Pakam beraneka ragam, ada Jawa, Minangkabau, Cina, India, Batak, setelah selesai mendapatkan informasi peneliti pun pulang karena hari sudah mulai gelap. Pada keesokannya peneliti melakukan pengamatan terhadap lokasi penelitian yaitu tempat-tempat fitness yang berdomisili di Lubuk Pakam. Setelah beberapa pertimBangan peneliti memilih pusat kebugaran di jalan Dr Cipto No: 87 yang mana terdapat tempat kebugaran yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbel Club Lubuk Pakam.

Hal pertama yang peneliti lakukan adalah mencoba berbaur dengan pengguna sarana kebugaran di tempat tersebut dan ikut berolahraga tanpa membuka status peneliti sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di tempat tersebut agar data dan infomasi alami tanpa di buat-buat oleh para penguna fitness dan pemilik fitness. Peneliti berkenalan dengan pemilik fitness Vikido Fitness Cobra Barbell Club yang bernama Jhony Sitepu. Beliau sangat ramah dan suka bercanda yang membuat peneliti langsung akrab dengan beliau.

Banyak informasi yang peneliti terima dari Bang Jhony, diantaranya tentang teknik mengunakan alat fitness, pengenalan alat serta manfaatnya,


(36)

berbagai suplemen yang baik dan asupan makan untuk para pelaku fitness agar dapat memiliki tubuh yang diinginkan. Peneliti melakukan olahraga seminggu tiga kali dan kadang empat kali. Pengalaman pertama peneliti setelah melakukan olahraga di Vikido Fitness Cobra Barbell Club tubuh peneliti sangat sakit dan badan seperti demam. Bang Jhony mengatakan setelah peneliti selesai berolahraga besok harus datang lagi agar badan tidak bertambah sakit. Memang sakit yang peneliti alami luar biasa, bahkan untuk membuka baju dari badan saja harus di bantu orang lain.

Keesokan harinya peneliti datang lagi untuk berolahraga karena pada saat Bangun tidur badan peneliti seperti mau rontok dan sangat sakit untuk digerakkan. Setelah melakukan olahraga lagi badan peneliti seperti ringan dan kulit seperti tertarik kencang bahkan sakit nya pun sudah mulai hilang. Peneliti juga banyak berkenalan dengan pegguna sarana olahraga di Vikido Fitness Cobra Barbell Club yang mana semuanya sangat baik dan memiliki banyak informasi penting yang diperlukan peneliti. Proses perkenalan peneliti lakukan dengan mencoba meminta para informan untuk menjelaskan cara melakukan fitness yang benar karena peneliti masih baru di tempat tersebut. Para pelaku fitness yang ada di sana peneliti dapati begitu peduli dengan orang baru seperti peneliti karena selain peneliti ada juga orang baru yang lain yang tidak lama peneliti berkenalan dengannya. Ia bernama Yadi (25 Tahun) dengan postur tubuh yang agak lumayan gemuk.

Iwan (23 Tahun) ia merupakan pengguna sarana fitness yang setia datang ke Vikido Fitness Cobra Barbell Club. Melalui Iwan peneliti banyak mendapat informasi diantaranya:


(37)

”kebanyakan penguna sarana olahraga fitness merupakan lelaki dan mereka datang untuk membentuk badan yang atletis dan perut yang sixpack agar menjadi pusat perhatian lawan jenisnya”.

kelang satu hari kemudian peneliti datang lagi ke tempat fitness Bang Jhony mencoba mendekatkan diri dengan pelaku fitness yang lain di sana dan mencoba untuk lebih mengenal alat-alat yang ada di tempat tersebut dan mengamati teknik-teknik latihan untuk olahraga fitness. Selain itu ada juga latihan untuk membuat para pria semakin kuat dalam berhubungan intim dengan pasangan. Hal ini peneliti dapat dari informan yang bernama Tomi (35 Tahun) :

“Ada cara untuk buat kita bikin tahan lama bercinta dengan pasangan kita, caranya setiap kita fitness usahakan untuk melatih bagian bawah tubuh terutama paha dengan alat untuk melatih paha dengan menggunakan beban semampu kita, dengan kita melatih paha secara langsung betis kaki dan bokong juga akan ikut terlatih dengan sendirinya, sehingga membuat saluran peredaran darah semakin lancar dan membuat kita semakin kuat untuk bercinta dengan pasangan kita, kalau gak percaya tes aja selama tiga kali tiap datang kesini hasilnya mantap broo…”

Mendengar hal tersebut peneliti agak sedikit lucu karena tiba-tiba Bang Tommy menjelaskan hal seperti itu, tetapi ia mengatakan hal tersebut berdasarkan pengalaman dari yang ia alami sendiri. Memang berdasarkan kegiatan olahraga fitness yang dilakukan tidak heran kalau hal tersebut terjadi, karena tiap gerakan yang dilakukan selalu membuat badan semakin sehat dan bugar.

Dalam mencari data dari informan peneliti ada susah gampangnya karena pada umumnya informan peneliti memiliki badan yang sudah kelihatan berisi dan memiliki wajah yang agak sedikit galak sehingga terkadang membuat peneliti minder dan segan untuk mendekatinya tetapi setelah usaha untuk pendekatan


(38)

dengan mengajak ngobrol dan meminta cara melakukan fitness yang benar ternyata mereka sangat ramah dan peduli satu sama lain.

Pernah juga dalam melakukan fitness peneliti memainkan alat bench press untuk membentuk bagian dada di repitisi ke enam belas peneliti mulai kewalahan karena sudah tidak sanggup lagi mengangkat beban sehingga beban tersebut terus menimpa dada peneliti tidak lama kemudian teman-teman di fitness pun membantu peneliti untuk mengangkat beban tersebut ketempatnya. Hal tersebut sangat membuat peneliti kewalahan dan malu karena tidak mampu menyelesaikan repetisi sebanyak dua puluh kali hingga di tertawai oleh mereka dan peneliti di nasehati untuk melakukan repetisi cukup dua belas kali saja untuk pemula sedangkan dua puluh kali untuk yang sudah lama.


(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam sejak dahulu telah menjadi pusat pemerintah baik bagi pemerintah Kerajaan Negeri Serdang maupun bagi Pemerintahan Hindia Belanda dengan kedudukan controler yang berada di Perbaungan. Menempatkan wakil Sultannya di Lubuk Pakam yang bergelar Tengku Raja Muda atau Tengku Bendahara. Pada zaman pemerintahan Jepang, Lubuk Pakam menjadi tempat kedudukan yang konsisten dan pada pemerintahan Republik Indonesia merupakan tempat kedudukan Wedana (Bupati). Kewedanaan Hilir antara lain di bawah pimpinan:

1. Weldana Ja’far Siddik 2. Wedana Ombak Nasution 3. Wedana Tarif Siregar 4. Wedana Keras Surbakti

5. Wedana Datuk Anwaruddin dan

6. Wedana Bactiar Yunus (Wedana yang terakhir).

Sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1984 Pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa seiring pemindahan ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan ke Kota Lubuk Pakam, maka Kecamatan Lubuk Pakam dikembangkan menjadi 4 (empat) wilayah kecamatan dalam rangka


(40)

terciptanya daya guna hasil penyelenggaraan pemerintah serta pembinaan wilayah. Wilayah Lubuk Pakam dikembangkan menjadi lokasi kedudukan permerintahan Tingkat II Deli Serdang karena mengikuti perkembangan masyarakat dan negara. Perkembangan akan menimbulkan tugas-tugas baru bagi perangkat pemerintah yang ada di daerah masing-masing.

Kota Lubuk Pakam sebagai ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Pusat Pemerintahan Pemda Tingkat II Deli Serdang cukup strategis dan mempunyai prospek pengembangan wilayah yang cukup dominan dengan beberapa Kota satelitnya seperti Tanjung Morawa, Perbaungan, Galang dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan PP No. 7/1984 Pasal 1 dijelaskan bahwa pusat pemerintahan Kecamatan Lubuk Pakam ini berkedudukan di Kelurahan Lubuk Pakam I-II.

Kelurahan Lubuk Pakam I-II dulunya merupakan sebuah kampung yang sangat padat penduduknya yang kemudian di pecah menjadi tiga desa dan salah satunya desa berada di Kecamatan Lubuk Pakam. Desa-desa tersebut yakni Desa Pekan. Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III. Pada tahun 1980 pemerintah Kota menyuruh kepala kampung untuk merubah nama dari kampung menjadi desa dan sejak tahun 1981 keluar lagi peraturan dari pemerintah untuk merubahkan nama dari desa menjadi Kelurahan, oleh karena penduduk yang berada di kampung makin padat, maka 3 desa yakni Desa Pekan, Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III digabungkan menjadi satu dan terbentuklah satu Kelurahan yaitu Kelurahan Lubuk Pakam I-II.


(41)

Gambar : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II

Masyarakat yang mempunyai pendidikan yang layak yang bertempat tinggal di Kelurahan Lubuk Pakam I-II diangkat oleh pemerintah untuk dipekerjakan sabagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditempatkan di Kelurahan Lubuk Pakam I-II yang perangkat 5 orang yaitu sebagai Lurah. Sekretaris, Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan Umum, Kasi Kesejahteraan Sosial.

Menurut data Kelurahan Lubuk Pakam I-II, orang yang pertama kali mendiami Lubuk Pakam I-II adalah orang yang berkelompok etnik Minangkabau dan Batak. Lubuk Pakam I-II dikepalai oleh seorang kepala kampung yang dulunya bernama Mashud yang berkelompok Etnik Melayu. Pada tahun 1980-an, pedagang mulai berdatangan dari Galang, Perbaungan, Tanjung Morawa dan dari Kota Lubuk Pakam sendiri tetapi berbeda Kelurahan yang tujuan utamanya adalah berdagang, tetapi menetap di Lubuk Pakam I-II. Pada saat itu, penduduk di Kelurahan Lubak Pakam I-II terdiri dari berbagai kelompok etnik, diantaranya Minangkabau. Melayu, Batak dan lain-lain.


(42)

Semakin banyak penduduk yang ada, Kelurahan ini semakin banyak kemajuan karena terlihat dari kegiatan gotong royong membersihkan jalan disepanjang Kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Banyak pemBangunan-pemBangunan yang terjadi di Kelurahan tersebut. Oleh karena itu, Kelurahan Lubuk Pakam I-II dibagi manjadi 11 (sebelas) lingkungan yang masing-masingnya di pimpin oleh kepala lingkungan.

Kelurahan Lubuk Pakam I-II memiliki penduduk sekitar 9525 jiwa yang terdiri dari 2050 KK. Kelurahan ini bentuknya segi empat yang tidak beraturan. Pada tahun 2010 lalu Kelurahan ini sudah dibagi menjadi 11 (sebelas) lingkungan. Cara pembagiannya pun berdasarkan panjang dan lebarnya Kelurahan tersebut. Lingkungan 1 (satu) merupakan lingkungan yang paling atas dan memang berada di jalan utama masuk Kelurahan tersebut, lingkungan 2 (dua) sampai 8 (delapan) berada dibagian tengah dari Kelurahan, dan lingkungan 9 (sembilan) sampai 11 (sebelas) berada di bawah Kelurahan yang berdasarkan letaknya.

Jarak antara lingkungan 1 (satu) dan 2 (dua) sekitar 40 rumah atau sekitar 40 meter. Begitu juga jarak antara lingkungan 2 (dua) dengan 3 (tiga) sampai 11 (sebelas) berdasarkan panjangnya, sedangkan lebarnya sekitar 30 rumah atau 40 meter. Penduduk yang mendiami lingkungan 1 (satu) mayoritas berkelompok etnik Melayu dan Jawa yang beragama Islam, sebagian kelompok etnik Tionghoa perantauan, dan kelompok etnik Minangkabau. Sedangkan lingkungan 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok Minangkabau merupakan penduduk yang mayoritas, sebagian berkelompok etnik India, Melayu, Jawa dan Tionghoa, Lingkungan 9 (sembilan) sampai 11 (sebelas) mayoritas kelompok etnik Batak


(43)

Toba, Mandailing, Simalungun, sebagian kelompok etnik Melayu, India dan Tionghoa yang berada dilingkungan tersebut.

Karakter penduduk setiap lingkungan sangat berbeda-beda. Kelompok etnik Melayu dan Jawa yang berada dilingkungan 1 (satu) sangat ramah terhadap penduduk yang ada di sekitar tempat mereka tinggal. Begitu juga kelompok etnik Minangkabau, Aceh, Batak dan Banten disetiap lingkungan juga ramah terhadap kelompok etnik yang berbeda. Lain halnya dengan penduduk kelompok etnik Tionghoa yang acuh tak acuh, mereka hanya peduli dengan sesamanya, sehingga sering juga terjadi pemerasan terhadap kelompok etnik Tionghoa.

2.2. Letak Geografls dan Lingkungan Alam.

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 kabupaten atau Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar, sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan atau kesultanan yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.394,62 km2 secara georgrafis, Kabupaten Deli Serdang terletak pada koordinat 2° 57’ sampai 3° 16’ Lintang Utara, dan 98° 33’ sampai 99° 27’ Bujur timur. Kabupaten Deli Serdang juga


(44)

memiliki beberapa kecamatan didalamnya. Salah satunya adalah Kecamatan Lubuk Pakam.

a) Luas Daerah

Daerah Kecamatan Lubuk Pakam Luasnya lebih kurang dari 31119 Ha, yang terdiri dari 8 desa dan Kelurahan serta 105 dusun dengan ibu Kota kecamatan terletak di jalan Tengku Raja Muda.

b) Keadaan alam/topografi

Daerah pantai dengan ketinggian 0-8 m dpl. c) Iklim

Daerah Kecamatan Lubuk pakam beriklim sedang yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau, kedua musim ini dipengaruhi oleh kedua arah angin yang terdiri dari angin laut dan angin gunung. Angin laut membawa hujan sedangkan angin gunung membawa udara panas dan lebab. Curahan hujan yang menonjol di daerah kecamatan lubuk pakam terjadi pada bulan Maret, April, Juni sampai dengan Desember dan musim kemarau hanya pada bulan Januari, Februari dan Mei.

d) Batas Wilayah

Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Beringin Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pagar Berbau. Sebelah selatan : Berbatsan dengan Kecamatan Pagar Merbau. Sebelah barat : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Lubuk Pakam ini merupakan ibu Kota dari Kabupaten Deli Serdang, di kecamatan Lubuk Pakam terdapat 8 (delapan) desa atau Kelurahan, Kelurahan dan desa tersebut antara lain adalah Kelurahan Lubuk Pakam Pekan,


(45)

Kelurahan Lubuk Pakam I-II dan Kelurahan Lubuk Pakam III, Desa Sekip, Desa Bakaran Batu, Desa Kampung Samat, Desa Keramat dan Desa Paluh Kemiri.

Keadaan sosial ekonomi dari kecamatan ini bisa dikatakan sekarang sudah modern, salah satunya yang mendukung hal tersebut karena sarana transportasi di kecamatan ini berjalan lancar dan kecamatan ini juga tidak begitu jauh dari ibu Kota provinsi. Penduduk merupakan aset daerah, karena merupakan subjek sekaligus objek dari pemBangunan. Oleh karena faktor penduduk berkompetensi untuk di tinjau sehuhungan dengan pemBangunan suatu daerah, demi terwujudnya pemBangunanya.

Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2004 adalah sebesar 656,79 jiwa dan luas wilayahnya 3,34 Ha. Dari data kependudukan di atas maka Kabupaten Deli Serdang dapat digolongkan kelas Kota padat, dimana berdasarkan kriteria BPS (Badan Pusat Statistik) mengenai kelas Kota padat, Kota padat adalah Kota dengan jumlah penduduk di atas 100.000 jiwa.

Kecamatan Lubuk Pakam memiliki beberapa Kelurahan dan desa seperti yang telah terurai di atas. Salah satu Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Lubuk Pakam I-II yang menjadi pusat penelitian peneliti, karena di Kelurahan tersebut terdapat beberapa tempat-tempat kebugaran fitness. Kelurahan Lubuk Pakam I-II mempunyai luas total 300 Ha/Km2, Bangunan dan pekarangan mempunyai luas 222 Ha. Adapun batas wilayah Kelurahanan ini adalah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lubuk Pakam Pekan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Samat

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lubuk Pakam III


(46)

2.3. Kependudukan 2.3.1. Jumlah penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Lubuk Pakam I-II ini termasuk banyak penduduknya dan padat, yang mana jumlah total penduduknya mencapai 9525 jiwa, yang terdiri dan 3050 KK. Kelurahan ini terdiri dari 11 (sebelas) lingkungan dan setiap lingkungan dikepalai oleh (satu) kepala lingkungan.


(47)

Tabel 2.1

Nama lingkungan, total jumlah penduduk dan kepala keluarga

No Nama

Lingkungan Jumlah Penduduk

Jumlah Kepala Keluarga

1 Lingkungan I 743 170

2 Lingkungan II 106 170

3 Lingkungan III 698 131

4 Lingkungan IV 433 76

5 Lingkugan V 564 125

6 Lingkungan VI 22 8

7 LingkunganVlI 439 90

8 Lingkungan VIII

792 142

9 Liiigkungan IX 30 9

10 Lingkungan X 441 89

11 Lingkungan XI 484 104

Sumber : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II 2010

2.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Kompossisi berdasarkan umur, ini digunakan sabagai dasar kebijakan pemerintahan, misalnya kebijakan untuk membangun pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan juga kebijakan pemBangunan fisik, Komposisi penduduk berdasarkan umur ditujukan pada tabel 2 (dua).


(48)

Tabel 2.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah %

1 0-10 Tahun 1211 12,72

2 11-20 Tahun 2156 22,64

3 20-30 Tahun 2561 26,90

4 31-40 Tahun 2341 24,60

41-50 Tahun 492 5,17

6 51-60 Tahun 441 4,63

7 60 Tahun ke

atas

322 3,38

Total 9522 100

Sumber : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II 2010

Pengelompokan penduduk menurut umur berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya kelompok penduduk yang berumur 0-10 sebesar 12,72%, kelompok penduduk yang berumur 11-60 tahun sebesar 83,94% dan kelompok penduduk berumur 60 tahun ke atas berjumlah 3.38%. Pada pengelompokan tersebut dapat dikatakan bahwa daerah penelitian merupakan daerah yang berstruktur muda dan padat serta dapat dikatakan bahwa di Kelurahan ini tenaga kerja yang produktif lebih banyak tersedia.

Kelompok penduduk yang masih produktif dan kelompok penduduk yang tidak lagi produktif suatu wilayah atau daerah dapat dikatakan berstruktur dan yang berumur muda, apabila umur kelompok yang berusia di bawah 50 tahun jumlahnya besar, sedangkan kelompok penduduk usia 60 tahun ke atas kurang dari 3,00%. Suatu wilayah dikatakan berstruktur umur tua, apabila penduduk yang berumur 20 tahun ke bawah jumlahnya lebih kecil dari semua jumlah penduduk.


(49)

2.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II pada tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki 4295 orang (45,09%) dan perempuan sebanyak 5230 orang (54,90%). Berdasarkan angka dapat disimpulkan bahwa penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat melalui tabel 3 (tiga) di halaman sebelah.

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-Laki 4965 45,09

2 Perempuan 5230 54,90

Total 9525 100


(50)

2.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Selain terdiri di berbagai kelompok etnik, penduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II juga semuanya sudah memiliki agama atau kepercayaan yang sudah diakui keberadaannya di Indonesia oleh pemerintah. Agama-agama itu adalah Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Penduduk yang Memeluk agama Islam berjumlah 5026 orang. Kristen Protestan berjumlah 3533, Katolik berjumlah 145 orang, Budha berjumlah 629 orang dan Hindu berjumlah 156 orang.

Jumlah tersebut sama dengan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, artinya seluruh penduduk sudah memiliki/memeluk agama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel 4 (empat) di bawah ini.


(51)

Tabel 2.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 5062 53,14

2 Kristen Protestan 3533 37,09

3 Kristen Katolik 145 1,52

4 Budha 629 6,60

5 Hindu 156 1,63

Total 9525 100

Sumber : kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II 2010

Masyarakat di Kelurahan Lubuk Pakam I-II hidup beragama dengan toleransi cukup tinggi. Mereka tidak mengindahkan perbedaan beragama masyarakat lebih kepada hubungan saling membantu, menghargai dan saling bertegur sapa. Toleransi beragama cukup tinggi, terlihat bahwa pada waktu bulan Suci Ramadhan mereka sangat menghargai orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa.

Mereka tidak makan dan minum di depan umat Islam yang sedang berpuasa. Begitu juga pada hari-hari besar lainnya, seperti hari raya Idul Fitri umat yang beragama Islam memberikan makanan seperti kue kepada tetangganya yang berbeda agama dan begitu juga sebaliknya.

Toleransi ini juga biasa terlihat pada acara-acara pesta pernikahan, ulang tahun, sunatan dan lain-lain, sebagian masyarakat Kelurahan Lubuk Pakam I-II saling mengundang tanpa membedakan agamanya. Penganut agama Islam, Kristen maupun agama lainya memiliki berbagai organisasi kemasyarakatan.

Kegiatan remaja mesjid adalah organisasi umat yang beragama Islam dan mereka biasanya melakukan kegiatan gotong-royong, perwiritan maupun


(52)

pengajian. Begitu juga dengan remaja yang beragama Kristen dan yang beragama lainnya, mereka juga melakukan kegiatan bergotong-royong bersama serta mengumpulkan sumBangan dari setiap penduduk yang sakit, maka uang sumBangan tersebut diberikan kepada penduduk yang sedang sakit.

2.3.5. Kompisisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik

Masyarakat Kelurahan Lubuk Pakam I-II terdiri dari beberapa kelompok etnik seperti Jawa, Minangkabau, Melayu, Aceh, Batak, India dan Tionghoa. Setiap kelompok etnik memiliki bahasa sendiri. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel 5 (lima) di bawah ini.

Tabel 2.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik No Kelompok

Etnik Jumlah %

1 Minangkabau 2097 22,01

2 Melayu 1197 12,56

3 Jawa 739 7,75

4 Aceh 330 3,46

5 Banten 337 3,35

6 Mandailing 736 7,72

7 Karo 811 8,51

8 Batak Toba 852 8,94

9 Simalungun 743 7,94

10 Lain-Lain 1683 17,66

Total 9525 100

Sumber : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II

Pada tabel di atas jelas terlihat penduduk di Kelurahan ini memiliki bermacam-macam kelompok etnik. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat di Kelurahan ini menggunakan bahasa daerah masing-masing dengan sesama


(53)

kelompok etnik mereka, tetapi kebanyakan penduduk yang ada di Kelurahan Lubuk Pakam I-II ini mayoritasnya menggunakan bahasa Indonesia sesama yang bukan kelompok etniknya.

Mayoritas penduduk di Kelurahan ini adalah kelompok etnik Minangkabau, tetapi di antara mereka juga saling tolong-menolong antar kelompok etnik. Masyarakat tidak memandang perbedaan itu, ini dapat terlihat dari perkawinan antara kelompok etnik yang terjadi di Kelurahan ini. Kelompok etnik Minangkabau ada juga mengambil istri atau suami dari etnis Melayu, Jawa dan kelompok etnik lainya. Dalam pesta pun dijalankan dengan dua adat jika menikah dengan kelompok etnik, misalnya Batak Toba dengan Banten. Masyarakat hidup berdampingan dengan kelompok etnik yang lain tanpa membeda-bedakan kedudukannya.

Walaupun di Kelurahan Lubuk Pakam I-II terdapat banyak kelompok etnik Minangkabau. Namun etnik Padang Pariman menempati jumlah kelompok etnik yang lebih besar di Kelurahan Lubuk Pakam I-II dari pada kelompok etnik Minangkabau lainnya, yang berkisar 465 kepala keluarga.

2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena tanpa pekerjaan manusia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, setiap orang selalu berusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II memiliki jenis mata pencaharian dan pekerjaan masing-masing untuk dapat bertahan hidup. Jenis mata mata


(54)

pencaharian dan pekerjaan pokok penduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II bermacam-macam. Ada yang bekerja sebagai pedagang, Karyawan Swasta, Pegawai Negeri Sipil, Polisi dan lain-lain. Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 2.6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah %

1 Pegawai Negeri Sipil 54 4,49

2 Pegawai Swasta 359 29,86

3 Pensiunan 84 6,98

4 Polisi 4 0,33

5 Pedagang 461 38,35

6 Lain-lain 240 19,96

Total 1202 100

Sumber : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II 2010

Pada umumnya masyarakat Kelurahan Lubuk Pakam I-II bermata pencaharian sebagai pedagang dengan berbagai jenis dagangan seperti pakaian, bahan pangan, sayur-sayuran, alat-alat kantor dan lain-lain. Banyak juga yang bekerja sebagai karyawan swasta seperti bekerja di pabrik dan membuka tempat-tempat kecantikan seperti salon, tempat-tempat-tempat-tempat kebugaran seperti fitness center dan lain-lain.

2.5 .Sarana olahraga kebugaran di Lubuk Pakam

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1984 Pasal 1 ayat 2, dijelaskan seiring pemindahan IbuKota Kabupaten Deli Serdang dari Kota Medan ke Kota Lubuk Pakam, maka kecamatan Lubuk Pakam dikembangkan menjadi 4


(55)

wilayah kecamatan. Kecamatan Lubuk pakam dikembangkan menjadi lokasi kedudukan Pemerintah TK II Deli Serdang.

Kota Lubuk Pakam sebagai IbuKota Deli Serdang pusat pemerintahan daerah T.K II Deli Serdang cukup strategis dan memiliki prospek pengembangan wilayah dan pemBangunan yang cukup dominan dengan Kota yang lainnya. Lubuk Pakam saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pemBangunan di segala bidang baik fisik maupun non fisik. PemBangunan yang dilaksanakan meliputi pembagunan fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga hiburan dan transportasi dan fasilitas lainnya yang mendukung keberhasilan pemBangunan dan ekonomi.

Salah satu pemBangunan yang sedang hangatnya ialah tentang olahraga hiburan yang terletak di Kota Lubuk Pakam. Terdapat tiga tempat kebugaran yang ada di Lubuk Pakam yaitu: Vikido Fitness Cobra Barbell Club yang berada di jalan Dr Cipto No: 87, Olvi Fitness berada di jalan Serdang No: 89, dan Maestro Fitness di jalan AR, Fahruddin Komplek Pakam Citra lestari No: 49.

Berdasarkan pengamatan peneliti dari ketiga fitness tersebut peneliti memilih Vikido Fitness Cobra Barbell Club sebagai tempat penelitian yang cocok serta paling beragam latar belakang konsumennya baik dari etnik dan status sosialnya. Berbeda dengan yang lain hanya banyak didominasi oleh etnik Tionghoa saja.


(56)

Gambar : Vikido Fitness Cobra Barbell Club

Vikido Fitness Cobra Barbell Club didirikan oleh Jhony Sitepu pada tahun 1987 dimana berdirinya tempat fitness tersebut berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, karena merasa terpanggil melihat generasi muda dimana pada saat itu banyak menghabiskan waktu mudanya untuk hal yang tidak baik seperti narkoba, berjudi, dan berkelahi.

Terutama melihat anak yang putus sekolah Jhony Sitepu begitu prihatin, oleh sebab itu banyak anak muda yang putus sekolah diajaknya untuk berolahraga dan bagi yang putus sekolah digratiskan, asal mereka mau benar-benar dilatih untuk menjadi seorang petinju, angkat besi dan binaraga agar berprestasi. Selain itu tempat fitness ini juga merupakan tempat yang dijadikan lokasi penelitian bagi peneliti untuk mendapatkan data-data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan gaya hidup fitness.


(57)

2.6 . Pengguna Sarana Olahraga Kebugaran Fitness Di Lubuk Pakam.

Dengan berdirinya sarana olahraga kebugaran fitness di Lubuk Pakam membuat sebagian masyarakat menggunakan sarana tersebut untuk berolahraga. Masyarakat yang berolahraga di tempat tersebut beranekaragam dan tidak memandang dari status pekerjaan, agama, dan jenis kelamin. Seperti yang dikatakan oleh Iwan (23 Tahun) petinju dari Vikido Fitness Cobra Barbell Club:

“Orang yang maen fitness beraneka ragam suku orangnya ada orang batak, orang jawa, orang cina, sedangkan kalau dari pekerjaan ada yang berdagang, polisi, pegawai negeri dan swasta.”

Di Lubuk Pakam pada umumnya Sarana olahraga kebugaran fitness tidak berada di dalam hotel atau di dalam mall sehingga membuat biaya yang harus di bayar tidak terlalu besar sehingga membuat banyaknya pengguna sarana tersebut tidak didominasi oleh orang kaya saja tapi juga kalangan menengah. Biaya per-orang tergantung sarana fitnessnya, Minimal sekitar 8 ribu sampai 30 ribu rupiah dan untuk suplemennya sekitar 5 ribu sampai 10 ribu rupiah perbutirnya.

Para pengguna sarana kesehatan fitness memiiki sebutan nama bagi mereka yaitu “Fitness Mania”. Mereka disebut seperti itu karena mereka selalu berkumpul di tempat fitness dan selalu menyisakan atau meluangkan waktu mereka untuk datang ke tempat fitness walaupun hanya untuk datang saja dan mengobrol dengan yang lain.

Selain itu setiap mereka berjumpa dengan fitness mania di luar lingkungan fitness atau fitness mania lain di luar daerah, pembahasan yang mereka omongkan tidak jauh-jauh dari fitness dan bentuk tubuh. Tidak jarang mereka juga bertukar pikiran tentang informasi fitness, tempat fitness yang baru, dan suplemen yang baik.


(58)

2.7. Fitness dan Kesehatan.

Maja Yuda (2006:21) Fitness merupakan salah satu jenis olah tubuh yang berguna untuk kesehatan. Olah tubuh dalam fitness terbagi menjadi beberapa jenis latihan yang memiliki kegunaan masing-masing, yaitu :

1. Latihan Beban.

Latihan Beban Penggunaan beban sebagai alat bantu untuk meningkatkan kontraksi otot dapat termasuk dalam latihan beban. Otot yang menerima beban akan mengalami tekanan hingga mencapai titik kelelahan tertentu. Latihan beban sendiri dapat digolongkan berdasarkan beban yang digunakan seperti :

Beban tubuh : menggunakan tubuh sendiri sebagai beban baik secara sebagian maupun beban tubuh secara keseluruhan

Beban bebas : menggunakan pemberat bebas seperti barbell ataupun dumbbell Beban alat : menggunakan alat mekanik ataupun elektronik yang dihubungkan

dengan pemberat.

Tujuan penggunaan alat ini umumnya sebagai penyokong yang memudahkan pengguna dalam mengontrol pemberat tersebut.

2. Latihan Kardio.

Kardio berarti adalah jantung. Latihan ini lebih untuk meningkatkan detak jantung tanpa penggunaan beban. Pada umumnya, latihan ini digunakan untuk menurunkan berat badan ataupun sekedar menjaga kesehatan. Jenis latihan kardio sangat bervariasi mulai dari jogging, renang, bersepeda hingga aerobik.

Manusia pada dasarnya memiliki mekanisme untuk bertahan hidup. Namun dengan kemajuan zaman, maka terjadi perubahan gaya hidup yang


(59)

menyebabkan kita jadi relatif kurang bergerak. Kondisi ini membuat banyak fungsi tubuh kita menjadi berubah bahkan rusak akibat tidak terpakai, sehingga mekanisme untuk bertahan hidup dan menjaga kesehatan juga berkurang. Untuk itu manusia harus kembali bergerak untuk mengembalikan mekanisme tadi.

Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah Fitness. Dengan melakukan fitness yang baik dan benar, seseorang dapat terhindar dari berbagai penyakit seperti darah tinggi, kencing manis, sakit jantung dan lain-lain. Dengan latihan yang baik, fungsi-fungsi dalam tubuh kita akan tetap baik sehingga strukturnya pun tetap terjaga. Harus diingat bahwa fungsi menentukan struktur. Jadi misalnya kita tidak terbiasa lagi mengfungsikan kaki kita untuk berlari, maka struktur otot, tulang dan lain-lain juga akan berubah menjadi makin lemah. Berdasarkan penjelasan Bang Jhony Sitepu, fitness dapat menjaga kesehatan karena beberapa hal:

1. Memperbaiki mood.

2. Mencegah terjadinya penyakit-penyakit khronis tertentu. 3. Mengatur berat badan.

4. Memperkuat jantung dan paru.

5. Membuat kualitas tidur jadi lebih baik. 6. Membuat kehidupan jadi lebih gembira.

7. Memperbaiki kualitas kehidupan seksual dan banyak lagi lainnya. Selanjutnya Bang Jhony Sitepu mengatakan :

“Setiap orang yang mengikuti kegiatan fitness secara teratur dalam arti kata bahwa mereka melakukan kegiatan fitness minimal 3 kali seminggu dengan waktu berolahraga selama 1


(60)

jam aja, terlihat kondisi mental dan fisik mereka lebih baik dari pada orang yang tidak melakukan kegiatan fitness. Dalam fitness juga diajarkan tentang cara melakukan olahraga yang benar, waktu memakan karbohidrat, lemak dan protein yang berguna untuk menghilangkan lemak dan meningkatkan otot jadi dengan fitness kita juga belajar disiplin”.

Dengan demikian fitness berpengaruh besar terhadap kesehatan tubuh seseorang, selain itu dengan melakukan fitness seseorang akan belajar hidup untuk disiplin demi untuk tercapainya kondisi tubuh yang dinginkan.


(61)

BAB III.

PELAKU DAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN DI TEMPAT FITNESS.

3.1.Para Pelaku Fitness.

Berolahraga fitness pada umumnya dilakukan untuk membuat tubuh sehat dan mendapatkan tubuh yang diinginkan. Dalam melakukan fitness terdapat pengguna atau pelaku fitness dimana pelaku fitness tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Lubuk Pakam bahwa para pelaku fitness didominasi oleh kaum pria sedangkan kaum wanita hanya terdapat beberapa saja karena tempat fitness yang tersedia tidak menyediakan senam aerobik yang kebanyakan diperuntukan untuk wanita.

Fitness di Lubuk Pakam kebanyakan untuk memompa otot untuk lebih besar dan kuat. Berdasarkan hal tersebut Peneliti melihat tempat fitness di Lubuk Pakam tedapat unsur-unsur maskulinitas yang mana selalu dikaitkan dengan kaum pria, seperti yang dikatakan oleh Wahyu (23 Tahun) kepada peneliti:

“Dalam dunia fitness paling banyak yang main itu laki-laki karena mereka ingin punya badan yang tegap dan kuat supaya disegani sama orang, apalagi perempuan kan suka tu ma badan yang berisi gitu”.

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa fitness mengandung unsur maskulin, karena wahyu ingin terlihat garang (macho) disegani oleh orang lain dan disukai para wanita dengan cara dirinya mengikuti fitness.

Selain itu para pelaku fitness juga bukan hanya di tekuni dari satu kalangan saja seperti kalangan orang kaya tapi sudah merambah keseluruh kalangan baik atas dan menengah, hal tersebut terlihat dari lokasi Vikido Fitness Cobra Barbell Club di Lubuk Pakam tempat Peneliti melakukan penelitian, di


(62)

sana intensitas pengguna sarana kesehatan fitness cukup tinggi serta beragam kalangan sehingga pada saat di dalam mereka semua bergaul dan membaur tanpa memandang status.

Disini peneliti membagi pelaku fitness pria dan wanita menjadi dua yaitu kalangan anak muda berkisar umur 17 sampai 30 dan kalangan orang tua berkisar umur 31 ke atas.

3.1.1. Kalangan Muda.

Pada umumnya kalangan anak muda paling banyak memenuhi tempat kebugaran fitness. Itu disebabkan karena mereka masih mencari jati diri mereka untuk dikenal sebagai apa dilingkungannya, maka dengan fitness mereka akan dikenal oleh lingkungannya, karena pada saat fitness tidak hanya berolahraga saja tetapi mereka juga bersosialisasi dan saling mengenal antara satu dengan yang lain.

Tidak jarang dari perkenalan di fitness mereka bisa berkumpul di tempat lain dan bisa saling tolong menolong kalau antara satu temannya ada yang tertimpa masalah. Selain itu kalangan muda ini selalu setia kepada tempat fitness yang selalu didatanginya, seperti para pelaku fitness di Vikido Fitnes Cobra Barbell Club, mereka akan selalu berolahraga disitu. karena berbagai alasan yang salah satu nya tempat fitness tersebut paling banyak anggota dan paling disegani di Lubuk Pakam. Seperti yang dikatakan oleh Tyo (25 Tahun):

“Kalau kita fitness tempat Bang Jhony enak, karena orang lain yang tidak fitness atau fitness di tempat lain pasti akan segan dan gak akan berani buat masalah dengan kita karena mereka gak mau buat masalah kalau kita dah jadi anggota Bang Jhony dan biasanya anggota fitness Bang Jhony yang lain akan membantu kita kalau kita di ganggu orang lain”.


(1)

Nama : Yadi Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Nama : Denianto Usia : 30 Tahun Pekerjaan : Pungusaha

Nama : Eco Sitorus

Usia : 24

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Nama : Lina Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Kantor Pemerintah

Nama : Shinta Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Kantor Pemerintah

Nama : Zunaidi Usia : 41 Tahun

Pekerjaan : Pedagang Pakaian

Nama : Tommy Usia : 35 Tahun

Pekerjaan : Pemilik rumah makan

Nama : A Guan Usia : 40 Tahun Pekerjaan : Pengusaha


(2)

Nama : A Liong Usia : 42 Tahun Pekerjaan : Pemilik apotik

Nama : Rina Usia : 35 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Nama : Murmainah Usia : 40 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama : Anita Usia : 27 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama : Rizky Usia : 33 Tahun Pekerjaan : Petani

Nama : Suhartono Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama : AN Usia : 22 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Nama : PR Usia : 23 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta


(3)

Nama : Putri Usia : 23 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa


(4)

INTERVIEWGUIDE GAYA HIDUP FITNESS

(Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Fitness di kota Lubuk Pakam)

Dalam penelitian ini akan menggunakan interviewguide sebagai pedoman dan lebih mempermudah melakukan penelitian.

Teknik Pengumpulan

Data Sumber Data

Instrumen Pengumpulan

Data Jenis Data yang dibutuhkan

Observasi Lokasi

Masyarakat. penguna sarana

fitness, sarana kebugaran fitness.

Mata dan Kamera

-Kondisi pemukiman dan Mata pencaharian. -Gambaran umum etnis Kota Lubuk Pakam.

-Aktifitas yang dilakukan di dalam fitness.

-Letak geografis dan lingkungan alam.

-Alat-alat yang terdapat di pusat kebugaran fitness.

-Pengguna sarana kebugaran fitness.

-Aktifitas yang dilakukan penguna fitness diluar pusat kebugaran fitness.

-Ciri-ciri penguna fitness.

Wawancara Mendalam

Informan Pokok : Pengguna sarana kebugaran fitness, pemilik fitness, orang yang ada di sekitar pusat kebugaran fitness.

Interviewguide

-Sejarah berdirinya Tempat Vikido Fitness Cobra Barbell Club.

-Apa saja mata pencaharian pengguna sarana kebugaran fitness.

-Bagaimana sarana kebugaran fitness yang terdapat di Kota Lubuk Pakam.

-Persiapan sebelum

melakukan kegiatan fitness. -Kegiatan yang dilakukan setelah berolahraga di fitness.


(5)

sarana kebugaran fitness dalam melakukan fitness.

-Bagaimana proses waktu melakukan olahraga

fitness.

-Bagaimana ukuran/konsepsi beban alat yang baik dan tidak baik dalam melakukan olahraga fitness.

-Bagaimana perawatan yang dilakukan pemilik pusat kebugaran fitness.

-Ada tidak persiapan dalam melakukan fitness.

-Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat melihat hasil dari fitness.

-Bagaimana pengetahuan pengguna sarana kebugaran fitness dalam berlatih, mengatur pola makan, istirahat dalam menentukan keberhasilan dalam melakukan fitness.

-Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan gaya hidup fitness.

-Apa saja hasil yang di dapat dalam mengikuti gaya hidup fitness.

-Adakah faktor-faktor negative dalam melakukan fitness. -Adakah pengaruh lain yang dirasakan pengguna sarana kebugaran fitness selain kesehatan.

-Apa yang dirasakan apabila tidak melakukan fitness.

-Apakah fitness merupakan suatu kebutuhan bagi pelakunya.

Data

Skunder Dokumen, buku,

-Sejarah Kota Lubuk Pakam Monografi masyarakat di Kota Lubuk Pakam

-Pembagian administrasi masyarakat kota Lubuk Pakam berdasarkanWilayah. -Kependudukan di kota Lubuk


(6)

internet,,jurnal, kepustakaan.

Pakam.

-pengetahuan tentang Fitness.

-Macam dan jenis alat fitness. Jenis-jenis gerakan dalam melakukan fitness.

-Teori-teori tentang gaya hidup. Dunia Fitness.