PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) antara PEROKOK dan TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PSIK SEMESTER 6 dan 8 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) antara PEROKOK dan TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PSIK SEMESTER 6 dan 8

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh NURFAZRIN H. AKUBA

20120320083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nurfazrin H. Akuba NIM : 20120320083

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari ditemukan atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil tiruan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 03 Juli 2016 Yang membuat pernyataan,


(3)

iii

rahmat-Nya dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbedaan Heart Rate Variability Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY”. Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam membuat karya tulis ilmiah ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya. 2. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Hangsen H. Akuba dan ibunda Arlin

Y. Mohu yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta motivasi dan doa tiada henti untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini. 3. Adikku Lisdawaty H. Akuba yang memberikan semangat.

4. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Nurvita Risdiana S.kep.,NS,.M,Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan proposal ini.


(4)

iv

6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

7. R Mohamad Fachrur Rozy, Redha Pranasari, Kusuma Deri Pratama anggota kelompok yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

8. Alma, Ifit, Miranda, Ayu, Rahma, Tiara, Izmi dan Yuli yang selalu memberikan semangat.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 03 Juni 2016 Penulis


(5)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian terkait ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori... 9

1. Merokok ... 9

2. Rokok ... 9

a. Definisi Rokok ... 9

b. Kandungan dalam Rokok ... 9

3. Efek Merokok pada Tubuh ... 12

4. Sistem Saraf Otonom ... 14

a. Sistem Saraf Simpatis ... 14

b. Sistem Saraf Parasimpatis ... 15

4. Merokok dan Gangguan Saraf Otonom ... 17

5. Electrocardigram (EKG) ... 18

6. Heart Rate Variability (HRV) ... 19

a. Definisi HRV ... 19

b. Analisis HRV ... 20

1) Waktu Domain ... 20

2) Frekuensi Domain ... 21

B. Kerangka Konsep ... 23

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Definisi Oprasional ... 26

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 27

G. Jalannya Penelitian... 27

H. Pengelolaan Data dan Analisa Data ... 28


(6)

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 33

B. Karakteristik Responden ... 34

C. Hasil Penelitian ... 35

D. Pembahasan ... 38

E. Kekuatan Penelitian ... 43

F. Kelemahan Peneliti ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(7)

vii

Tabel 4.1 Heart Rate Variability (HRV) Tidak Perokok ... 35 Tabel 4.2 Heart Rate Variability (HRV) Perokok ... 36 Tabel 4.3 Analisa Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok ... 37


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Electrocardiogram (EKG) ... 19

Gambar 2.2 Rumus SDNN ... 21

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 23

Gambar 4.1 Responden Semester 6 dan 8 ... 34

Gambar 4.2 Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari ... 34


(9)

ix HRV : Heart Rate Variability

Hz : Herz

LF : Low Frequency

LF/HF : Low Frequency/High Frequency PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan Riskesda : Riset Kesehatan Daerah

RMSSD : Square Root of the Mean Square Differences of Successive R-R intervals


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran II : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran III : Kuesioner Perokok

Lampiran IV : Etik Penelitian Lampiran V : Hasil Analisa Data Lampiran VI : Surat Izin Penelitian


(11)

xi

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc.

INTISARI

Latar Belakang: Merokok berdampak negatif pada kesehatan, salah satunya adalah ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang diduga berdampak pada rendahnya nilai HRV pada perokok dari pada yang tidak merokok. Rendahnya nilai HRV akan berdampak pada mortalitas dan morbiditas seorang perokok.

Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan HRV pada perokok dan tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6 dan 8 UMY.

Metodologi: Jenis penelitian ini non eksperimen dengan desain penelitian deskriptif komparasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian 40 mahasiswa dibagi mejadi 20 mahasiswa perokok dan 20 mahasiswa tidak perokok dengan teknik purposive sampling dan instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner merokok dan pengukuran Heart Rate Variability (HRV) diukur menggunakan Electrocardiogram (EKG). Uji statistik menggunakan Mann Whitney.

Hasil: Nilai rerata dan standar deviasi pada kelompok tidak perokok 64.3 ± 3.31 dan kelompok perokok 52.35 ± 5.54. Hasil uji statistik dengan Mann Whitney p = 0.038 (p < 0.05) yang artinya terdapat perbedaan HRV pada kelompok perokok dan kelompok tidak perokok. Nilai rerata HRV pada perokok lebih rendah dibandingkan tidak perokok.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan, HRV lebih rendah pada kelompok merokok dibandingkan dengan kelompok tidak perokok.


(12)

xii

Nurfazrin H. Akuba (2012) : The differences of Heart Rate Variability (HRV) Between Smokers and Non Smokers in 6th and 8t th Nursing Students Universitas Muhammadiyah Yogayakarta

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc. ABSTRACT

Background: Smoking is a negative impact on health. It make the autonomic nervous system imbalance. Therefor, heart rate variability in smokers are lower than non smokers.

Objective: This research purpose is to know the differences HRV between smokers and non smokers in 6th and 8th nursing students Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Methodology: This research was non-experimental study with descriptive comparative design and cross sectional approach. This research samples was 40 male students which choosen by purposive sampling techniques. Inclution criteria divided into smokers and non smokers with questionnaire. Heart Rate Variability (HRV) was measured by Electrocardiogram (ECG). The data was analyzed by Mann Whithey.

Result: There are significant differences between HRV smokers and non smokers with p = 0.038 (p = < 0.05). HRV smokers lower than non smokers, it was analyzed by Mann Whitney.

Conclusion: There are significant differences between HRV smokers and non smokers. HRV smokers lower than non smokers.

Keyword: Smoking, Heart Rate Variability, Autonomic Nervous System.


(13)

(14)

Nurfazrin H. Akuba (2012) : The differences of Heart Rate Variability (HRV) Between Smokers and Non Smokers in 6th and 8th Nursing Students Universitas Muhammadiyah Yogayakarta

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc. ABSTRACT

Background: Smoking is a negative impact on health. It make the autonomic nervous system imbalance. Therefore, heart rate variability in smokers are lower than non smokers.

Objective: This research purpose is to know the differences HRV between smokers and non smokers in 6th and 8th nursing students Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Methodology: This research was non-experimental study with descriptive comparative design and cross sectional approach. This research samples was 40 male students which choosen by purposive sampling techniques. Inclution criteria divided into smokers and non smokers with questionnaire. Heart Rate Variability (HRV) was measured by Electrocardiogram (ECG). The data was analyzed by Mann Whithey.

Result: There are significant differences between HRV smokers and non smokers with p = 0.038 (p = < 0.05). HRV smokers lower than non smokers, it was analyzed by Mann Whitney.

Conclusion: There are significant differences between HRV smokers and non smokers. HRV smokers lower than non smokers.


(15)

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc.

ABSTRACT

Latar Belakang: Merokok berdampak negatif pada kesehatan, salah satunya adalah ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang diduga berdampak pada rendahnya nilai HRV pada perokok dari pada yang tidak merokok. Rendahnya nilai HRV akan berdampak pada mortalitas dan morbiditas seorang perokok. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan HRV pada perokok dan tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6 dan 8 UMY.

Metodologi: Jenis penelitian ini non eksperimen dengan desain penelitian deskriptif komparasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian 40 mahasiswa dibagi mejadi 20 mahasiswa perokok dan 20 mahasiswa tidak perokok dengan teknik purposive sampling dan instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner merokok dan pengukuran Heart Rate Variability (HRV) diukur menggunakan Electrocardiogram (EKG). Uji statistik menggunakan Mann Whitney.

Hasil: Nilai rerata dan standar deviasi pada kelompok tidak perokok 64.3 ± 3.31 dan kelompok perokok 52.35 ± 5.54. Hasil uji statistik dengan Mann Whitney p = 0.038 (p < 0.05) yang artinya terdapat perbedaan HRV pada kelompok perokok dan kelompok tidak perokok. Nilai rerata HRV pada perokok lebih rendah dibandingkan tidak perokok.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan, HRV lebih rendah pada kelompok merokok dibandingkan dengan kelompok tidak perokok.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Merokok merupakan kebiasaan penduduk Indonesia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa jumlah perokok meningkat 2,1% per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju menurun sekitar 1,1% pertahun (Kemenkes, 2011). Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 juga menunjukkan, Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif yaitu 67,4% pada laki-laki dan 4,5% pada perempuan. Penggunaan tembakau didaerah pedesaan 39,1% dan perkotaan 33,0%. Konsumsi rokok dalam bentuk kretek, rokok putih dan lintingan sebanyak 34,6% dan dalam bentuk lainnya seperti pipa, cerutu dan shisa sebanyak 0,3%. Hasil Riskesdas (2013) melaporkan kelompok umur yang paling tinggi mengkonsumsi rokok adalah kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 27,2 % sedangkan usia 15-19 tahun sebanyak 11,2 %.

Mahasiswa merupakan kelompok remaja akhir dan kelompok dewasa awal dengan rata-rata usia 18-24 tahun. Mahasiswa yang belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (PSIK FKIK UMY) diharapkan memiliki kepedulian dan pengetahuan serta perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada mahasiswa yang belajar di fakultas non kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa mahasiswa kesehatan lebih tahu bahaya dan kandungan rokok dari pada


(17)

mahasiswa non kesehatan dan juga mahasiswa kesehatan yang harus menjadi contoh seberapa pentingnya kesehatan.

Perhatian terhadap bahaya penggunaan tembakau cenderung memfokuskan pada resiko penyakit jantung yang dialami oleh perokok. Penelitian oleh Afriyanti dkk (2015) bahwa kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak diarteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Faktor resiko yang mendorong terjadinya PJK yang bersumber dari perilaku adalah merokok. Penggunaan rokok secara kronis dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan kesehatan seperti meningkatan resiko jantung iskemik dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak (Harte & Meston, 2013).

Rokok mengandung sekitar 300 bahan kimiawi seperti tar, nikotin, benzovrin, aseton, metal-kloride, amonia dan karbon monoksida (Khoirotul dkk, 2014). Karbon monoksida dan nikotin yang ditemukan didalam rokok diduga sebagai penyebab utama terjadinya penyakit jantung. Selain itu kedua zat tersebut dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah dengan mekanisme menurunkan saraf parasimpatis dan meningkatkan saraf simpatis (Gondim dkk, 2014).

Harte & Meston (2013) menjelaskan bahwa perokok kronis menunjukan disfungsi otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Saraf simpatis dan parasimpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom dimana saraf simpatis berfungsi untuk mempersiapkan tubuh melawan dan mempercepat fungsi tubuh, sedangkan


(18)

3

saraf parasimpatis berfungsi untuk relaksasi dan mempersiapkan tubuh istirahat dan pulih. Menurut Harte & Meston (2013) merokok dapat menyebabkan ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Harte & Meston (2013) hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis tersebut di pengaruhi oleh serabut saraf aferen yang sensitif terhadap stimulus metabolik kimia dari kandungan rokok. Ketika serabut saraf aferen dirangsang akan kembali ke sistem saraf pusat yang memiliki rangsangan penghambat. Rangsangan penghambat kemudian kembali ke otak dan akan mengatifkan sistem saraf simpatis. Pengaktifan sistem saraf simpatis secara terus menerus mengakibatkan hiperaktivitas simpatis daripada parasimpatis (Middlekauff dkk, 2014). Peningkatan saraf simpatis tersebut dapat meningkatkan denyut jantung yang berpengaruh pada Heart Rate Variability (HRV). Oleh karena itu rokok mendatangkan kemudharatan seperti dalam dalil Al-Qur’an adalah

Dan Janganlah kalian menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan.” (Al-Baqoroh: 195). “Dan janganah kalian membunuh diri-diri kalian.” (An-Nisaa: 59). Dan dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” (Al-Baqoroh: 219).

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Corrales dkk, 2012). Heart Rate Variability (HRV) berfungsi menilai resiko kematian jantung secara mendadak. Oleh karena itu HRV yang tinggi selalu dikaitkan dengan fungsi jantung yang sehat, sedangkan HRV yang rendah rentan terhadap aritmia dan kematian jantung mendadak


(19)

(Harte & Meston, 2013). Pengukuran HRV dapat menggunakan domain waktu dan domain frekuensi, domain frekuensi terdiri dari frekuensi rendah (LF/Low Frequency) modulasi 0,04-0,15 Hz (Herz) dari perubahan R-R interval sesuai dengan kegiatan bersama simpatis dan parasimpatis, sedangkan frekuensi tinggi (HF/ High Frequency) modulasi 0,15-0,4 Hz dari perubahan R-R interval yang diatur terutama melalui persarafan dari jantung melalui saraf parasimpatis, rasio dari LF/HF mencerminkan keseimbangan simpatis dan parasimpatis. Domain waktu terdiri dari Standard Deviation of R-R interval (SDNN) dan Square Root of the Mean Squared differences of Successive R-R intervals (RMMSD). Standard Deviation of R-R interval (SDNN) adalah indeks dari total variasi yang mencerminkan total variabilitas, sedangkan RMMSD adalah indeks dari variasi beat-to-beat yang mencerminkan aktivitas parasimpatis (Makivic dkk, 2013).

Penelitian oleh Manzano dkk (2010) menjelaskan bahwa efek kronis dari merokok dapat menyebabkan kematian jantung serta resiko fatal terhadap aritmia, sedangkan efek akut merokok dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, pembuluh darah resistensi, dan mengakibatkan pelepasan saraf simpatis yang dapat mengubah indeks HRV. Efek merokok ditandai dengan penurunan SDNN, RMSSD, dan indeks HF, serta adanya peningkatan LF. R-R Interval akan menurun selama merokok dibandingkan dengan tidak merokok dan juga ditandai dengan peningkatan LF dan rasio LF/HF. Hal ini menunjukan adanya penurunan terhadap kegiatan parasimpatis dan peningkatan dalam aktivitas simpatis.


(20)

5

Renie dkk (2013) menjelaskan bahwa pada umumnya HRV tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok, akivitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol. Oleh sebab itu HRV yang rendah dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta ketidakseimbangan sistem saraf otonom. Penurunan HRV menjadi indikasi peningkatan sistem saraf simpatis dan adanya peningkatan detak jantung yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kejadian Cardiovascular Diseases (CVD) atau penyakit kardiovaskular.

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada 10 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti mengajukan pertanyaan, yaitu “Apakah anda seorang perokok?”. Dari hasil wawancara didapatkan 6 dari 10 informan merokok dan 4 dari 10 informan tidak pernah merokok. Peneliti juga melakukan pengukuran HRV pada mahasiswa perokok dan tidak perokok untuk mengetahui nilai dari perokok dan tidak perokok didapatkan nilai SDNN pada perokok 77 dan bukan perokok 83.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Semester 6 dan 8 UMY.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah “apakah ada perbedaan HRV perokok dan yang bukan perokok” pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 and 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui HRV tidak perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui HRV perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Praktis

Jika terbukti merokok dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi dasar seseorang untuk menghindari rokok atau berhenti merokok.


(22)

7

2. Teoritis

Jika terbukti merokok dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi tinjauan pustaka untuk peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

1. Harte & Meston (2013) Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. Peneliti ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 62 perokok pria yang terdaftar dalam 8 minggu program berhenti merokok melibatkan transdermal nikotin pengobatan patch. Pertama peserta dinilai (sambil merokok secara teratur), dipertengahan pengobatan (menggunakan patch dosis tinggi) dan tetap dipantau selama 4 minggu setelah penghentian patch. Hasil berhenti merokok sukses (n=20), dibandingkan dengan mereka yang kambuh (n=42) ditampilkan secara signifikan lebih tinggi SDNN, RMSSD, pNN50, LF dan HF yang terus dipantau. Penghentian merokok secara signifikan meningkatkan HRV pada perokok laki-laki kronis yang ditunjukan dengan peningkatan otonom modulasi jantung. Perbedaan peneitian ini adalah lokasi penelitian yang dilakukan peneliti yaitu di UMY, waktu penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan februari-mey 2016, dan variabel peneliti yaitu mahasiswa perokok dan tidak perokok.


(23)

2. Manzano, M., B., Vanderlei, M., L., Ramos, M., E., (2013) Acute Effect Of Smoking On Autonomic Modulation. Penelitian ini menganalisis data dari 25 relawan muda (16 laki-laki dan 9 perempuan) yang dipilih diantara peserta dari program berhenti merokok. Relawan menjalani analisis denyut jantung dalam posisi duduk. Selama 30 menit istirahat, 20 menit sambil merokok, dan 30 menit setelah merokok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Tukey atau tes Friedman diikuti dengan uji Dunn, yang diterapkan tergantung pada normalitas data, dengan p <0,05. Hasil untuk 20 menit sambil merokok ada penurunan di indeks SD1 (23,4 ± 9,2 vs 13,8 ± 4,8), rasio SD1 / SD2 (0.31 ± 0.08 vs 0,2 ± 0,04), RMSSD (32,7 ± 13 vs 19,1 ± 6,8), SDNN (47,6 ± 14,8 vs 35,5 ± 8,4), HFnu (32,5 ± 11,6 vs 19 ± 8.1), interval RR (816,8 ± 89 vs 696,5 ± 76,3) dalam waktu istirahat, sedangkan kenaikan indeks LFnu (67.5 ± 11,6 vs 81 ± 8,1) dan LF / rasio HF (2,6 ± 1,7 vs 5,4 ± 3,1). analisis visual plot menunjukkan dispersi rendah dari interval RR sambil merokok. Kecuali untuk rasio SD1 / SD2, indeks lainnya disajikan pemulihan nilai 30 menit setelah merokok.


(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Merokok

Merokok adalah kegiatan membakar rokok dan atau menghisap asap rokok. Merokok juga merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan dan penyebab kematian. Seseorang yang merokok, menghasilkan dua jenis asap yaitu asap utama (yang dihisap perokok) dan asap sampingan (hasil pembakaran dari ujung rokok). Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2. Rokok

a. Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah dan mengandung sekitar 300 bahan kimiawi yaitu tar, nikotin, benzovrin, aseton, metal-kloride, amonia dan karbon monoksida (Khoirotul dkk, 2014). b. Kandungan dalam Rokok

Rokok mengandung sekitar 5.000 bahan kimia yang bercampur bahan beracun dan karsinogenik (Talhout dkk, 2011). Cancer Research of UK (2014) juga menambahkan ada beberapa zat kimia yang terkandung didalam rokok antara lain :


(25)

1) Tar

Tar merupakan suatu partikel padat yang dihirup oleh perokok ketika mereka menyalakan rokok. Tar adalah bahan kimia yang menyebabkan kanker. Setelah mengendap, tar akan berubah menjadi zat berwarna hitam dan lengket serta merusak warna pada gigi perokok.

2) Arsenik

Arsenik merupakan salah satu bahan kimia yang paling berbahaya dalam rokok. Arsenik dapat menyebabkan kanker serta merusak jantung dan pembuluh darah. Disamping itu arsenik juga meningkatkan kerusakaan DNA serta dapat memperburuk efek dari bahan kimia lain dengan mengganggu kemampuan tubuh untuk memperbaiki DNA.

3) Benzena

Benzena adalah pelarut yang digunakan untuk memproduksi bahan kimia lainnya, termasuk bensin. Kandungan rokok yang satu ini dapat menyebabkan kanker, terutama leukemia.

4) Nikotin

Nikotin merupakan bahan adiktif dalam tembakau yang menyebabkan kecanduan atau ketergantungan sama seperti heroin atau kokain. Faktor ketergantungan dari nikotin inilah


(26)

11

yang menyebabkan seseorang sulit untuk mencoba berhenti merokok.

5) Karbon Monoksida (Co)

Karbon monoksida adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau. Karbon monoksida terbentuk ketika kita membakar bahan bakar berbasis karbon, seperti gas di kompor atau bensin dalam mobil. Karbon monoksida dapat mengurangi jumlah oksigen yang bisa diikat oleh sel-sel darah merah dalam tubuh seseorang.

6) Hidrogen Sianida

Hidrogen sianida merupakan gas beracun yang digunakan selama Perang Dunia II. Bahan kimia yang ada dalam asap tembakau ini merupakan bahan yang paling berbahaya bagi jantung dan pembuluh darah.

7) Nitrogen Oksida

Zat atau bahan kimia nitrogen oksida ini biasa ditemukan diasap tembakau rokok. Normalnya, tubuh kita juga memproduksi dan menggunakan nitrogen oksida dalam jumlah sedikit sebagai penghantar sinyal antar sel dan membantu melebarkan saluran pernafasan. Kandungan nitrogen oksida yang terlalu banyak dalam tubuh ketika seseorang menjadi perokok, maka nitrogen oksida yang akan melebarkan saluran pernafasan semaksimal mungkin sehingga paru-paru akan


(27)

mudah sekali menyerap nikotin dan bahan lainnya. Sedangkan ketika seseorang tidak merokok, proses produksi nitrogen oksida di dalam tubuh akan berhenti sehingga saluran pernapasan akan menyempit. Proses inilah yang menjadi salah satu penyebab perokok sering merasa sesak napas.

8) Amonia

Amonia merupakan bahan atau gas yang mempunyai bau yang sangat menyengat serta khas dan biasa ditemukan dalam beberapa pembersih toilet. Amonia dapat meningkatkan kekuatan adiktif nikotin, dengan mengubah nikotin menjadi gas yang lebih mudah diserap ke dalam paru-paru, saluran udara dan aliran darah.

3. Efek merokok pada tubuh

Efek merokok pada tubuh menurut Papathanasiou dkk, (2014): a. Fungsi pembuluh darah

Dalam kondisi normal, radikal bebas yang beredar dalam tubuh manusia dinetralkan oleh mekanisme defensif. Namun, jika konsentrasi radikal bebas dalam darah terus meningkatkan karena paparan berlebihan dari faktor berbahaya seperti merokok, maka radikal bebas dalam darah tidak dapat diatur dan dapat menyebabkan mutasi berbahaya yang merusak sel-sel. Disamping itu jumlah besar radikal bebas yang terkandung dalam asap rokok dapat meningkatkan stres oksidatif, mengurangi bioavailabilitas nitrat


(28)

13

oksida, gangguan vasodilatasi, dapat menyebabkan disfungsi endotel. Kerusakan endotel adalah kontribusi terhadap pembentukan dan perkembangan plak ateromatosa, dan mengurangi aliran darah melalui trombosis dan vasospasme, sehingga menyebabkan penyakit kardiovaskular.

b. Metabolisme lipid

Nikotin dalam rokok memiliki efek yang signifikan pada metabolisme lipid dan regulasi kadar lipid dalam darah. Merokok dikaitkan dengan konsentrasi serum yang meningkat secara signifikan dari kadar kolesterol total dan trigliserida. Nikotin merangsang pelepasan adrenalin oleh korteks adrenal menyebabkan konsentrasi serum meningkat dari asam lemak bebas yang mengakibatkan peningkatan lipolisis bersama dengan kapasitas trigliserida darah. Jadi, hiperkolesterolemia dan merokok merupakan salah satu faktor yang paling penting yang dapat menyebabkan penyakit arteri koroner.

c. Aterosklerosis

Nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan peningkatan lipolisis yang menyebabkan kadar asam lemak bebas didalam tubuh meningkat yang berujung pada stres oksidatif. Stres oksidatif ini dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi endotel serta peradangan pada pembuluh darah yang memberikan kontribusi


(29)

signifikan terhadap perkembangan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular.

4. Sistem saraf otonom

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf yang mengatur jantung, kelenjar-kelenjar dan otot involunter atau tidak dipengaruhi kehendak. Sistem saraf otonom terletak di dalam medula spinalis, batang otak dan hipotalamus. Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat sensoris dari saraf tepi yang mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis, batang otak atau hipotalamus, kemudian mengirimkan respon reflek yang tepat kembali ke organ viseral atau jaringan yang mengatur kegiatan. Isyarat otonom dikirimkan ke tubuh melalui dua subdivisi utama yaitu sistem simpatis dan parasimpatis (Dekker dkk, 2014).

a. Sistem saraf simpatis

Sistem ini merupakan sistem dua neuron. Sistem saraf simpatis sistem yang keluar dari segmen medula spinalis torakal pertama dan lumbal ke dua. Sistem saraf simpatis memainkan peran penting dalam respon melawan dan mempercepat fungsi tubuh. Sistem saraf simpatis dapat memicu meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi. Namun peningkatan sistem saraf simpatis yang terus-menerus dapat merusak sistem kardiovaskuler (Koskinen, 2014).

Guyton & Hall (1997) menjelaskan bahwa stress, perasaan cemas dan depresi, keadaan berbahaya serta nyeri dapat


(30)

15

mempengaruhi sistem saraf simpatis. Keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan akivitas otot yang lebih beasar yaitu seperti peningkatan tekanan arteri, peningkatan aliran darah, peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh, peningkatan konsentrasi gula darah, peningkatan glikolisis di hati dan otot, peningkatan kekuatan otot, peningkatan aktivitas mental dan peningkatan kecpatan koagulasi darah. Stress fisik atau mental biasanya mengaktifkan sistem simpatis, maka seringkali keadaan tersebut merupakan tujuan dari sistem simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stres, keadaan ini seringkali disebut respons stres simpatis. Kondisi stress, perasaan cemas dan depresi, rasa nyeri, serta bahaya yang mengancam dapat merangsang hipotalamus yang menjalarkan sinyal-sinyal kebawah melalui formasio retikularis otak dan masuk ke medula spinalis untuk menyebabkan pelepasan impuls simpatis yang masif. Keadaan ini disebut reaksi tanda bahaya (alarm reaction) dan keadaan (fight or flight reaction).

b. Sistem saraf parasimpatis

Sistem ini merupakan sistem dua neuron serat preganglionnya bermielin, sedangkang serat postganglionnya tidak bermielin. Sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat di daerah spinal hanya dari segmen medula spinalis sakral kedua, ketiga dan


(31)

keempat. Sistem saraf parasimpatis yaitu sistem yang berfungsi untuk mempersiapkan tubuh istirahat dan pulih (Koskinen, 2014). D’alessio dkk (2000) menjelaskan bahwa istirahat dan rileks dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis, karena pada saat istirahat dan rileks aktivitas parasimpatis bekerja dengan cara dilatasi pembulu darah yang menuju kesaluran pencernaan untuk membantu pencernaan, merangsang sekresi kelenjar ludah dan mempercepat gerak peristaltik untuk membantu penyerapan nutrisi, merangsang sekresi insulin selama fase penyerapan makanan untuk mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan dan energi.

Tabel 2.1 Organ-organ yang dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Organ Stimuli Saraf Simpatis Stimuli Saraf Parasimpatis Mata : Pupil Muskulus Siliaris Dilatasi Relaksasi Ringan Kontriksi Berkontraksi Glandula : Nasalis Lakrimalis Parotidea Submaksilaris Gastrika Pankreatika

Vasokontriksi dan sedikit sekresi

Stimulasi sekresi encer, banyak (mengandung banyak enzim-enzim bagi glandula yang mensekresi enzim)

Kelenjar Keringat Berkeringat hebat (kolinergik) Tidak ada Kelenjar Apokrin

Sekresi kental, adorifera Tidak ada Jantung

Otot Koroner

Meningkatkan kecepatan

Dilatasi β2, konstriksi α Melambatkan kecepatan Dilatasi Paru-paru : Bronkus Pembuluh Darah Dilatasi Konstriksi Ringan Kontriksi Dilatasi


(32)

17

Usus: Lumen Sfingter

Berkurangnya peristaltik dan tonus

Meningkatkan tonus.

Meningkatkan Relaksasi

Hati Melepaskan glukosa Sedikit sintesis glikogen Kandungan

Empedu

Relaksasi Kontraksi Ginjal Mengurangi pengeluaran Tidak ada Kandung Kemih : Otot Destrustor Trigonum Relaksasi Terangsang Terangsang Relaksasi

Penis Ejakulasi Ereksi

Pembuluh Darah Sistemik Abdominal Otot Kulit Konstriksi

Konstriksi (α adrenerik)

Dilatasi (β adrenerik)

Dilatasi (Kolinergik) Konstriksi. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Darah : Koagulasi Glukosa Meningkat Meningkat Tidak ada Tidak ada Metabolisme Basal

Meningkat sampai 100% Tidak ada Sekresi

Korteks Adrenalis

Meningkat Tidak ada

Aktivitas Mental

Meningkat Tidak ada

Muskulus Arktor Pili

Terangsang Tidak ada Otot-otot Rangka Meningkatkan glikogenolisis Meningkatkan kekuatan Tidak ada Tidak ada

Tabel 2.1 (Guyton & Hall, 1997) 5. Merokok dan Gangguan Saraf Otonom

Menurut Harte & Meston (2013) faktor yang dapat menyebabkan peningkatan saraf simpatis adalah rokok, dimana merokok dapat menyebabkan ketidakseimabangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis tersebut di pengaruhi oleh serabut saraf aferen yang sensitif


(33)

terhadap stimulus metabolik kimia dari kandungan rokok. Ketika serabut saraf aferen dirangsang akan kembali ke sistem saraf pusat yang memiliki rangsangan penghambat. Rangsangan penghambat kemudian kembali ke otak dan akan mengatifkan sistem saraf simpatis. Pengaktifan sistem saraf simpatis secara terus menerus mengakibatkan hiperaktivitas simpatis dari pada parasimpatis (Middlekauff dkk, 2014). 6. Electrocardiogram (EKG)

Electrocardiogram (EKG) adalah serangkaian gambaran yang mencerminkan aktivitas listrik jantung. Gambaran aktivitas listrik jantung didapatkan dari mesin EKG yang direrekam melalui kabel-kabel yang disebut dengan elektroda. Mesin EKG adalah alat yang mampu merekam aktivitas listrik jantung kemudian menggambarkannya dalam bentuk grafik (Alim, 2010). Oleh sebab itu dari mesin EKG kita dapat mengetahui HRV dengan diukur melalui R-R interval.

Elektrokardiogram normal terdiri atas dari sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan sebuah gelombang T. Kompleks QRS terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang P itu disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium depolarisasi sebelum berkontraksi. Kompleks QRS disebabkan potensial listrik yang dibangkitkan sewaktuventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sewaktu geombang depolarisasi menyebar melewati venrikel. Oleh karena itu gelombang P maupun komponen-komponen kompleks


(34)

19

QRS disebut sebagai gelombang depolarisasi, sedangkan gelombang T disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan seaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi (Guyton & Hall, 1997).

Gambar 2.1 (Alim, 2010). 7. Heart Rate Variability (HRV)

a. Definisi HRV

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Corrales dkk, 2012). Pada umumnya HRV yang tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah, sedangkan HRV yang rendah dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Renie, 2013). Kluttig (2010) menjelaskan bahwa penurunan HRV sebagai tanda dari disfungsi otonom yang berkaitan dengan peningkatan resiko miokard infark dan mortalitas kardiovaskuar. Penurunan HRV telah terbukti dengan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular, sehingga disfungsi otonom bisa menjadi mediator


(35)

dari faktor resiko kardiovaskular dengan cardiovascular disease (CVD).

b. Analisis HRV 1) Domain Waktu

Domain waktu terdiri dari Standard Deviation of R-R interval (SDNN) dan Square Root of the Mean Squared differences of Successive R-R intervals (RMMSD). Standard Deviation of R-R interval (SDNN) adalah indeks dari total variasi yang mencerminkan total variabilitas, sedangkan RMMSD indeks dari variasi beat-to-beat yang mencerminkan aktivitas parasimpatis. Pengukuran SDNN individu yang memiliki nilai mean SDNN diatas 50 dikategorikan sangat tinggi (normal) artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik, 35-49 dikategorikan tinggi (mid-normal) artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping secara normal, 20-34 dikategorikan rendah artinya resiko penyakit stress dan melemahnya sistem saraf otonom, 19 kebawah dikategorikan sangat rendah artinya resiko tinggi terhadap penyakit stres kronik yang berhubungan dengan disfungsi sistem saraf otonom (Makivic dkk, 2013).


(36)

21

SDNN = √

N∑ [ I n − 1]² N

n−2

Gambar 2.2 (Wang, 2012) 2) Domain Frekuensi

Domain frekuensi terdiri dari frekuensi rendah (LF/Low Frequency) modulasi 0.04-0.15 Hz (Herz). Hal ini mencerminkan aktivitas simpatis dan parasimpatis. Namun pada umumnya indikator LF kuat dengan aktivitas simpatis. Pengaruh parasimpatis diwakili LF ketika laju respirasi lebih rendah dari 7 napas per menit atau selama pengambilan napas dalam. Dengan demikian ketika individu dalam relaksasi dengan napas yang lambat, nilai LF bisa sangat tinggi. Hal ini menunjukan peningkatan aktivitas parasimpatis dari pada peningkatan regulasi simpatis. Frekuensi tinggi (HF/High Frequency) modulasi 0.15-0.4 Hz. Hal ini mencerminkan aktivitas parasimpatis. High frequency (HF) juga di kenal sebagai “Respiratory” karena sesuai dengan variasi NN yang disebabkan oleh respiratory (fenomena ini dikenal dengan Respiratory Sinus Arrhytmia (RSA)) dan rasio dari LF/HF adalah kekuatan antara LF dan HF. Hal ini menunjukan keseimbangan keseluruhan antara sistem simpatis dan parasimpartis. Nilai yang lebih tinggi mencerminkan aktivitas simpatis, sedangkan nilai yang rendah di dominasi oleh sistem parasimpatis. Rasio ini keseluruhan dapat digunakan untuk


(37)

membantu mengukur keseimbangan antara simpatis dan parasimpatis (Makivic dkk, 2013).


(38)

23

HRV : Time Domain :

SDNN dikategorikan

sangat tinggi diatas 50, tinggi 35-49, rendah 20-34, sangat rendah

19 kebawah RMMSD Frekuensi Domain: HF LF Rasio LF/HF Faktor faktor yang

mempengaruhi sistem saraf otonom : 1. Aktivitas Fisik 2. Stress

3. Cemas

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Keterangan :

Diteliti Tidak diteliti

C. Hipotesis

Hipotesis diterima jika p value < 0.05 adalah Ha artinya ada perbedaan Heart Rate Variability antara kelompok perokok dan tidak perokok, namun tidak diterima jika p value > 0.05 adalah Ho artinya tidak ada perbedaan Heart Rate Variability antara kelompok perokok dan tidak perokok.

Sistem Saraf Otonom Simpatis Parasimpatis Perokok Tidak Perokok


(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan desain penelitian descriptive comparative, yang menunjukan perbedaan HRV perokok dan tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6 dan 8 UMY. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu atau hanya satu kali (Nursalam, 2013). B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki program studi ilmu keperawatan semester 6 dan 8 yang berjumlah 79 orang mahasiswa.

2. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu mahasiswa semester 6 dan 8.

Metode pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penempatan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah peneliti), sehingga sampel tersebut


(40)

25

dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 mahasiswa. Masing-masingnya adalah 20 perokok dan 20 tidak perokok.

Tabel 3.1 Kriteria inklusi

Kelompok Perokok Kelompok Tidak Perokok

1. Laki-laki berusia 18-24 tahun, sehat jasmani dan rohani. 2. Laki-laki yang perokok aktif. 3. Dalam keadaan tenang, tidak

cemas.

4. Dua jam sebelum pengukuran tidak melakukan aktifitas berat. 5. Dua jam sebelum pengukuran

tidak boleh merokok.

6. Dua jam sebelum pengukuran tidak mengkonsumsi makanan berat.

7. Dua jam sebelum pengukuran tidak mengkonsumsi minuman berkafein, teh ataupun kopi. 8. Lama merokok 1-10 tahun dan

rata-rata jumlah rokok yang dihisap minimal 1 batang atau lebih per hari.

1. Laki-laki yang berusia 18-23 tahun, sehat jasmani dan rohani.

2. Laki-laki yang tidak perokok/belum pernah merokok sama sekali. 3. Dalam keadaan tenang

tidak cemas.

4. Dua jam sebelum pengukuran tidak melakukan aktifitas berat. 5. Dua jam sebelum

pengukuran tidak mengkonsumsi makanan berat.

6. Dua jam sebelum pengukuran tidak mengkonsumsi minuman berkafein, teh ataupun kopi.

Kriteria eksiklusi dalam penelitian ini adalah laki-laki yang memiliki penyakit jantung dan saluran pernapasan.

C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan UMY pada bulan Februari-Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang memberikan nilai berbeda terhadap sesuatu dan didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran


(41)

atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas atau independent dalam penelitian ini adalah perokok dan tidak perokok.

2. Variabel terikat atau dependent dalam penelitian ini adalah HRV E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. HRV Variabilitas denyut jantung yang diukur dari R-R interval dengan menggunakan EKG.

EKG yang diukur satu kali dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang.

SDNN dihitung dengan rumus

SDNN = √N ∑1 [ I n − 1]²

N

n−2

dan dikategorikan sangat tinggi jika nilai mean SDNN diatas 50, tinggi 35-49, rendah 20-34, sangat rendah 19 kebawah.

Ordinal

2. Perokok Aktifitas meghisap rokok secara rutin minimal 1 batang sehari atau lebih tiap hari sekurang-kurangnya selama 1 tahun.

Kuesioner, menanyaka n kepada responden tentang perokok atau tidak, jumlah rokok yang dihisap dan lamanya merokok. Mahasiswa perokok dengan rata-rata jumlah rokok yang dihisap minimal 1 batang atau lebih per hari dan lama merokok 1-10 tahun.

Ordinal

3. Tidak Perokok

Individu yang tidak pernah mengkonsumsi rokok.


(42)

27

F. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat EKG

Alat EKG ini digunakan untuk mengetahui HRV dengan diukur melalui R-R interval nilainya dapat dikategorikan sangat tinggi, tinggi, rendah atau sangat rendah.

2. Kuesioner merokok merupakan instrument dari Aripin 2015 yang berisi pertanyaan tentang “Apakah anda seorang perokok?”, “Berapa jumlah rokok yang sering anda konsumsi per hari?”, “Sudah berapa lama anda merokok?". Pertanyaan tentang apakah anda seorang perokok dikategorikan menjadi “Iya dan Tidak”, untuk jawaban iya diberikan nilai 1 dan tidak diberikan nilai 2.

G. Jalannya Penelitian

Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses-proses sebagai berikut:

1. Responden mendapat Informed Concent. Jika responden setuju mengisi Informed Concent dijadikan responden penelitan.

2. Peneliti akan memberikan penjelasan maksud dan tujuan sebelum melakukan pengukuran HRV.

3. Peneliti melakukan pengukuran HRV yaitu

a. Pengukuran dilakukan pada jam 8 pagi sampai dengan jam 12 siang. b. Dua jam sebelum pengukuran responden tidak boleh beraktivitas berat, makan makanan yang berat, minum minuman yang mengandung kafein, teh dan kopi.


(43)

c. Responden yang diukur harus dalam keadaan tenang, tidak cemas. d. Posisi responden duduk tidak lebih dari 15 derajat, kaki harus

menyentuh lantai atau diberikan sandaran kaki.

e. Ruang pengukuran harus tenang dan bebas dari gangguan. f. Pasien diukur EKG nya selama 5 menit

g. Hasil EKG yang dihitung yaitu R-R interval, Total Heart Beat, Mean R-R, dan selanjutnya dimasukan dalam rumus SDNN.

h. Setelah diketahui hasilnya dikategorikan sangat tinggi jika nilai mean SDNN lebih dari 50, tinggi 35-49, rendah 20-34, sangat rendah dibawah 19.

4. Hasil pengukuran dikumpulkan dan dilakukan penilaian pada SPSS. H. Pengelolaan Data dan Analisa Data

1. Metode Pengelolaan Data

Analisa pengelolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer. Menurut Hidayat (2007) seluruh data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengelolaan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memeriksa data (Editing)

Editing dilakukan dengan cara mengecek kembali hasil yang sudah dicatat, jika ada kesalahan dalam melakukan pencatatan hasil maka peneliti akan meminta ketersediaan responden untuk melakukan pengukuran kembali.


(44)

29

b. Mengkode data (Coding)

Pemberian kode yang bertujuan untuk mempermudah dalam pengelolaan data dan proses selanjutnya melalui tindakan mengklarifikasi data. Peneliti memberikan tanda atau kode tertentu pada setiap jawaban responden dalam kuesioner yang bertujuan untuk lebih memudahkan peneliti saat menganalisis data (Notoatmodjo, 2010). Pemberian kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Perokok: 1 dan Bukan Perokok: 2.

c. Memasukkan data (Entry)

Entry adalah kegiatan memasukkan data dalam master komputer atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigenensi.

d. Menyusun data (Tabulating)

Pada tahap tabulating data yang telah diperoleh kemudian diberi kode, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel atau program-program pengelolaan yang terdapat dikomputer.

2. Analisa Data

Analisa data menggunakan SPSS. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan karakeristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,


(45)

2010). Pada penelitian ini analisa univariat yang digunakan untuk mengetahui HRV perokok dan untuk mengetahui HRV tidak perokok.

Data yang sudah didapatkan akan dihitung jumlah dan presentase tiap kelompok. Data yang sudah ada disusun dalam tabel kemudian diinterpretasikan. Data kategorik akan disajikan dalam bentuk persentase dan frekuensi.

b. Analisa bivariat yaitu digunakan yaitu untuk mengetahui perbedaan HRV perokok dan tidak perokok dengan menggunakan program SPSS. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mean Whitney dengan dua persyaratan pertama skala pengukuran kategorik (ordinal), kedua data dua kelompok yang tidak berpasangan (Dahlan, 2013). Hipotesis diterima jika p value < 0.05 adalah Ha artinya ada perbedaan HRV pada perokok dan tidak perokok.

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti juga harus memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :

1. Inform consent

Inform consent atau lembar persetujuan yang diberikan sebelum dilakukan penelitian untuk mendapatkan legalitas pengambilan data dari


(46)

31

responden serta untuk menghormati hak responden sebagai manusia. Inform consent bertujuan untuk memberikan gambaran penelitian, teknis pelaksanaan hingga dampak yang mungkin akan timbul dari penelitian ini.

2. Anonimity

Peneliti harus merahasiakan nama responden yang akan diteliti dan menggantinya dengan kode nama pada lembar pengumpulan data atau pada hasil penelitian yang akan dipublikasikan.

3. Confidentiality

Merupakan salah satu etika keperawatan dalam menjamin kerahasiaan identitas responden dalam hasil penelitian, baik yang bersifat tekstual maupun masalah lainnya. Seluruh informasi dirahasiakan oleh peneliti dan akan menampilkan kelompok data tertentu yang dibutuhkan untuk disajikan dalam laporan hasil dan sebagainya.


(47)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukkan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang beralamat Jl. Lingkar Selatan, Kecamatan Kasian, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa. Kampus UMY memiliki sepuluh fakultas. Salah satunya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, yang terdiri dari Prodi Kedokteran Umum, Prodi Kedoteran Gigi, Prodi Farmasi dan Prodi Ilmu Keperawatan (PSIK). PSIK merupakan salah satu bagian dari fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Yogyakarta yang terakreditasi A. Kegiatan perkuliahan beserta praktikum diadakan dari senin sampai hari sabtu. Selain itu, setiap mata kuliah yang diikuti diwajibkan masuk 75% dan praktikum wajib diikuti 100% oleh mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa laki-laki Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 pada tanggal 28 April 2016.

Mahasiswa PSIK UMY sebagian besar adalah anak kost yang memiliki lingkungan yang berbeda-beda dan pergaulan yang berbeda pula, sehingga dapat mempengaruhi perilaku masing-masing, seperti kebiasaan merokok dikalangan mahasiswa. Mahasiswa PSIK UMY seharusnya sudah tahu dan mengerti tentang bahaya dan efek yang ditimbulkan dari merokok, dan juga dikampus sudah ada peringatan tentang dilarang merokok sesuai dengan kesepakatan Majelis dilingkungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) No. 031/PER/1.6/H/2010


(48)

33

Majelis Pendidikan Dasar Menengah (DIKDASMEN) No. 117/PER/1.4/F/2010 Majelis Perguruan Tinggi (DIKTI) No. 299/KEP/1.3/D/2010 dan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) No. 28/PER/1.7/H/2010 yang mengharuskan penerapan Kawasan Tanpa Rokok di dalam lingkungan Muhammadiyah, namun masih ada yang saya lihat merokok dikantin dan dilapangan basket kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang yang merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa perokok dan tidak perokok PSIK UMY dengan jumlah mahasiswa 2013 8 orang (20%) dan 2012 32 orang (80%) dengan rata-rata usia berkisar 19-23 tahun. Rata-rata mahasiswa perokok adalah perokok ringan dengan jumah rokok yang dihisap bervariasi antar individu. Tujuh belas mahasiswa mengkonsumi rokok 1-10 batang perhari, 2 mahasiswa 11-20 batang perhari, 1 orang mahasiswa lebih dari 21 batang perhari dengan rata-rata lama merokok 10 tahun.


(49)

17

2

1

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY

1-10 batang 11-20 batang > 21 batang

8

32

0 5 10 15 20 25 30 35

Jumlah Responden Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY

Mahasiswa Semester 6 Mahasiswa Semester 8 Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.1 Jumlah Responden Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.2 Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY


(50)

35

Berdasarkan gambar 4.2 bahwa mayoritas mahasiswa yang mengkonsumsi tembakau perhari sebanyak 17 responden dengan rokok yang dikonsumsi yaitu 1-10 batang perhari dan lamanya merokok 1-10 tahun.

C. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat

a. Heart Rate Variability (HRV) Pada Tidak Perokok

Tabel 4.1 Heart Rate Variability (HRV) pada Kelompok Tidak Perokok Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY tahun 2016 (n=20)

Tidak Perokok

Jumlah (n) Rerata ± SD Presentase (%)

Sangat Tinggi 20 64.3 ± 3.31 100.0

Tinggi - - -

Rendah - - -

Sangat Rendah - - -

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa seluruh responden tidak perokok dengan jumlah 20 responden memiliki kategori HRV yang sangat tinggi. Heart Rate Variability (HRV) yang sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik.


(51)

b. Heart Rate Variability (HRV) Pada Perokok

Tabel 4.2 Heart Rate Variability (HRV) pada Kelompok Perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY tahun 2016 (n=20)

Perokok Jumlah (n) Rerata ± SD Presentase (%) Sangat Tinggi 16 54.31 ± 2.54 80.0

Tinggi 3 48.33 ± 1.15 15.0

Rendah 1 33 ± 1 5.0

Sangat Rendah - - -

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa mayoritas mahasiswa perokok memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi. Artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Namun ada 1 responden yang memiliki HRV rendah, artinya HRV yang rendah resiko penyakit stres dan melemahnya sistem saraf otonom.

2. Analisa Bivariat Perbedaan Heart Rate Variability (HRV) Pada Perokok dan Tidak Perokok

Tabel 4.3 Hasil Uji Man Whitney HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY (n=40)

Sumber: Data Primer 2016

Kategori Rerata HRV ± SD pada Tidak

Perokok

Rerata HRV ± SD pada Perokok

Pvalue Perbedaan Heart

Rate Variability (HRV) Perokok dan

Tidak Perokok


(52)

37

Rerata 64.3 ±SD 3.31

Rerata 52.35 ±SD 5.54

0 10 20 30 40 50 60 70

Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa PSIK Semester 6 dan 8 UMY

Tidak Perokok Perokok

Tabel 4.3 menunjukan pvalue 0.038 (p = < 0.05) yang artinya bahwa ada perbedaan HRV pada perokok dan tidak perokok. Meskipun ke dua kelompok memiliki kategori HRV yang sangat tinggi, namun nilai dari rerata kelompok perokok dan tidak perokok berbeda, lebih tinggi nilai tidak perokok dari pada perokok.

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.3 Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6


(53)

D. Pembahasan

1. Heart Rate Variability (HRV) Tidak Perokok

Hasil penelitian pada kelompok tidak perokok dengan jumlah responden 20 mahasiswa memiliki nilai rerata dan standar deviasi 64.3 ± 3.31. Keseluruhan responden memiliki HRV dengan kategori yang sangat tinggi. Kategori HRV sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Menurut Renie (2013) HRV yang sangat tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah. Selain memiliki HRV yang sangat tinggi, seseorang yang tidak merokok memiliki faktor resiko yang lebih sedikit terkena gangguan kesehatan seperti penyakit paru-paru, penyakit jantung dll, karena seseorang yang tidak merokok tidak terpapar oleh zat-zat berbahaya yang ada didalam rokok. Seseorang yang tidak merokok memiliki kemungkinan lebih kecil terkena gangguan kesehatan dari pada perokok, karena nikotin yang ada didalam rokok dapat mengganggu irama jantung dan juga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung sedangkan karbonmonoksida menyebakan pasokan oksigen ke jantung menjadi berkurang begitupun dengan otak dan seluruh organ tubuh lainnya (Prasetya, 2012).

Gaya hidup yang sehat seperti aktivitas fisik, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat dari penyakit kardiovaskular dan juga mengurangi kemungkinan untuk penurunan HRV sebagai tanda dari disfungsi otonom yang berkaitan


(54)

39

dengan peningkatan resiko miokard infark dan mortalitas kardiovaskular. Penurunan HRV telah terbukti berhubungan dengan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular, sehingga disfungsi otonom bisa menjadi mediator dari faktor resiko kardiovaskular dengan cardiovascular disease (CVD) (Kluttig, 2010).

2. Heart Rate Variability (HRV) Perokok

Hasil penelitian pada kelompok perokok dengan jumlah responden 20 mahasiswa memiliki nilai rerata dan standar deviasi yang berbeda sesuai dengan kategori. Kategori HRV sangat tinggi memiliki nilai rerata dan satandar deviasi 54.31 ± 2.54, kategori tinggi 48.33 ± 1.15, dan kategori rendah 33 ± 1. Pada kelompok perokok memiliki kategori HRV yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh banyanya rokok yang dikonsumsi perhari. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi maka semakin cepat pula untuk perubahan indeks HRV. Middlekauff dkk, (2014) Perubahan indeks HRV ini dapat mencerminkan adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hal tersebut dapat dilihat dengan pengukuran HRV pada perokok. Manzano (2010) menjelaskan bahwa efek kronis dari merokok dapat menyebabkan kematian jantung serta resiko fatal terhadap aritmia, sedangkan efek akut merokok dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, pembuluh darah resistensi, dan mengakibatkan pengaktifan saraf simpatis yang dapat mengubah indeks Heart Rate Variability (HRV).


(55)

Gondim (2014) Kandungan karbon monoksida dan nikotin yang ditemukan didalam rokok diduga sebagai penyebab utama terjadinya penyakit jantung. Selain itu kedua zat tersebut dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah dengan mekanisme menurunkan saraf parasimpatis dan meningkatkan saraf simpatis.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.1 mayoritas responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi. Heart Rate Varibility (HRV) dengan kategori sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Namun ada 1 responden yang memiliki kategori HRV yang rendah. Kategori HRV yang rendah artinya resiko penyakit stress dan dapat melemahnya sistem saraf otonom yang mengatur keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Heart Rate Variability (HRV) pada perokok dalam penelitian ini memiliki mayoritas HRV dengan kategori yang sangat tinggi karena responden dalam penelitian ini termasuk dalam kategori perokok ringan. Pernyataan ini sesuai dengan Harte dkk (2013) yang menyatakan bahwa perokok kronis menunjukan disfungsi sistem saraf otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan tidak perokok. Selain itu usia responden dalam penelitian ini tergolong dalam usia dewasa awal. Menurut Yukishita (2010) bahwa umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan. Usia yang lebih tua dikaitkan dengan


(56)

41

penurunan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High Frequency (LF/HF). Hal ini menujukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan keseimbangan sympathovagal meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda sudah memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang belajar di bidang studi ilmu keperawatan, sehingga memiliki kepedulian dan pengetahuan serta perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada mahasiswa yang belajar di fakultas non kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa mahasiswa kesehatan lebih tahu bahaya dan kandungan rokok dari pada mahasiswa non kesehatan dan juga mahasiswa kesehatan yang harus menjadi contoh seberapa pentingnya kesehatan. Hal ini dijelaskan dengan penelitian Pradono dan Sulistyowati (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dapat mengembangkan kapasitas kehidupan yang efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan.

3. Perbedaan Heart Rate Variability (HRV) Perokok dan Tidak Perokok

Uji Man Whitney pvalue = 0.038 (p = < 0.05) yang bermakna bahwa ada perbedaan HRV perokok dan tidak perokok. Nilai rerata dan standar deviasi pada kelompok tidak perokok 64.3 ± 3.31 dan pada kelompok tidak perokok 52.35 ± 5.54. Hal ini dikarenakan bahwa semua responden yang tidak merokok memiliki kategori HRV yang sangat


(57)

tinggi dibandingkan dengan yang perokok. Pernyataan ini sesuai dengan Harte & Meston (2013) yang menjelaskan bahwa perokok kronis menunjukan disfungsi otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan tidak perokok. Ketidakseimbangan sistem saraf otonom pada perokok dapat memicu hiperaktivitas sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis yang dapat meningkatkan denyut jantung yang berpengaruh pada HRV. Renie (2013) menjelaskan bahwa pada umumnya HRV tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok, akivitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol. Oleh sebab itu HRV yang rendah dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta ketidakseimbangan sistem saraf otonom. Penurunan HRV menjadi indikasi peningkatan sistem saraf simpatis dan adanya peningkatan detak jantung yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kejadian Cardiovascular Diseases (CVD) atau penyakit kardiovaskular. Penelitian oleh Afriyanti dkk (2015) bahwa kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak diarteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Faktor resiko yang mendorong terjadinya PJK yang bersumber dari perilaku adalah merokok.


(58)

43

4. Kekuatan Penelitan

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat EKG untuk mengukur HRV, sehingga bisa meminimalkan data bias. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini rata-rata jurnalnya terbaru dan penelitian ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia.

5. Kelemahan Penelitian

Pengukuran Heart Rate Variability (HRV) tidak cukup dilakukan dengan satu kali pengukuran, sehingga hal ini membutuhkan tenaga untuk mengumpulkan dan menyesuaikan jadwal dengan responden serta perlu mengendalikan faktor-faktor lain seperti jam makan, aktivitas yang berat, stress, istirahat responden karena hal ini sangat mempengaruhi hasil pengukuran.


(59)

44 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian perbedaan heart rate variability (HRV) perokok dan tidak perokok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah :

1. Heart rate variability (HRV) pada mahasiswa tidak perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah niilai rerata dan standar deviasi pada mahasiswa tidak perokok 64.3 ± 3.31, serta keseluruhan mahasiswa memiliki nilai HRV dengan kategori sangat tinggi (100.0%).

2. Heart rate variability (HRV) pada mahasiswa perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memiliki nilai rerata dan standar deviasi yang berbeda-beda sesuai dengan kategori yang dimiliki. Kategori HRV sangat tinggi memiliki nilai rerata dan satandar deviasi 54.31 ± 2.54, kategori tinggi 48.33 ± 1.15, dan kategori rendah 33 ± 1, serta mayoritas mahasiswa perokok memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi (80.0%).


(60)

45

3. Nilai rerata dan standar deviasi pada mahasiswa perokok 52.35 ± 5.54 dan pada mahasiswa tidak perokok 64.3 ± 3.31. Terdapat perbedaan antara kelompok HRV perokok dan tidak perokok dengan uji Man Whitney pvalue = 0.038 (p = < 0.05) dan nilai HRV pada kelompok perokok lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak perokok.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran dapat disampaikan sesuai hasil pembahasan yaitu :

1. Bagi Universitas Muhammadiyah Yoyakarta

Diharapkan kampus dapat membuat peraturan dilarang merokok serta membuat sanksi jika kedapatan merokok di area kampus. Kampus dapat membuat larangan berupa poster disetiap gedung serta sanksi yang berat diterima jika mahasiswa kedapatan merokok diarea kampus.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa yang merokok seharusnya berhenti merokok agar bisa menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya terutamanya pada mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil dari penelitan ini dengan menggunakan metode lain dari HRV untuk mengukur HRV pada perokok dan tidak perokok.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R., Pangemanan, J., Pallar, S., (2015). Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Jurnal e-Clinic (eCl),

Vol.3, No 1, Januari-April 2015.

Alim, M., A., (2010). Buku Saku Belajar EKG Cetakan kedua.Yogyakarta: Intan Cendikia.

Al-Qur’an surah Al-Baqarah : 195, Al-Baqarah : 219, An-Nisaa : 59.

Cancer Research UK., (2014). Smoking and Cancer. London: Cancer Research UK. Corrales, M., M., Torres, C., B., Esquive, G., A., Salazar, G., M., Orellana, N., J., (2012). Normal values of heart rate variability at rest in a young, healthy and active Mexican population. Health, Vol. 4, No. 7, May 2012: 377-385. D’alessio, D., A., Kieffer, T., J., Taborsky, K., J., (2000). Activation of the

Parasympathetic Nervous System Is Necessary for Normal Meal-Induced Insulin Secretion in Rhesus Macaques. Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. Vol. 86, No. 3.

Dahlan, M., S., (2013). Statistika Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dekker, M., J., Schouten, G., E., Klootwijk, P., Pool, J., Cees, A., S., Daan, K., (2014). Heart Rate Variability from Short Electrocardiographic Recordings Predicts Mortality from All Causes in Middle-aged and Elderly Men. American Journal of Epidemiology, Vol. 142, No. 10. March 2014: 899-908. Global Adult Tobacco Survey (GATS, 2011). Indonesia Report 2011. World Health

Organization. Gondim, M., R., Breno, Q., F., Carolina, F., S., Raphael, M., R., (2011). Are

smoking and passive smoking related with heart rate variability in male adolescents. Einstein, Vol. 1, No. 13, September 2014: 27-33.

Guyton, A., C., & Hall, J., E., (1997). Fisiologi Kedokteran Ed. 9. Jakarta : EGC, 1997.

Harte, B., C., & Meston, M., C., (2013). Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. USA: Department of Psychiatry, Boston University School of Medicine.

Hidayat., A., A., (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes) (2011). Informasi Tentang Penanggulangan Masalah Merokok. Jakarta: Kementrian.


(62)

47

Khoirotul, A., A., Kurniawati1, F., Tika, D., Saroh, D., (2014). Media Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD Tentang Bahaya Merokok. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Kemas 10 (1), (2014) 7-13.

Kluttig, A., Schumann, B., Swenne, A., C., (2010). Association of Health Behaviour with Heart Rate Variability: a Population-based Study. BMC Cardiovascular Disorders 2010, 10:58.

Koskinen, T., (2014). Heart Rate Variability in Young Adults. Turky: University of Turku.

Makivic, B., Nikic, D., M., Willis, S., M., (2013). Heart Rate Variability (HRV) as a Tool for Diagnostic and Monitoring Performance in Sport and Physical Activities. Journal of the American Society of Exercise Physiologists, Vol. 16, No. 3. June 2013: 103-131.

Manzano, M., B., Vanderlei, M., L., Ramos, M., E., Ramos, D., (2010). Acute Effects of Smoking on Autonomic Modulation: Analysis by Poincare Plot. Brazilian Society of Cardiology, Vol. 96, No. 2, May 2011: 154-160.

Middlekauff, R., H., Park, J., Moheimani, S., R., (2014). Adverse Effects of Cigarette and Noncigarette Smoke Exposure on the Autonomic Nervous System. Journal of the American College of Cardiology, Vol. 64, No. 16, May 2014: 1740-1750.

Mughni, S., A., Husni, L., A., (2010). Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Lingkungan Muhammadiyah. Yogyakarta : Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Notoatmodjo., S., (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Papathanasiou, G., Mamali, A., Papaflorato, S., Zerva, E., (2014). Effects of Smoking on Cardiovascular Function: The Role of Nicotine and Carbon Monoxide. Health Science Journal, Vol. 8, No. 02, 274-290.

Pradono, J., Sulistyowati, N., (2013). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17 No. 1 Januari 2014: 89–95

Prasetya, L., D., (2012). Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja.

Renie, L., K., Hemingway, H., Kumari, M., (2013). Effects of Moderate and Vigorous Physical Activity on Heart Rate Variability in a British Study of


(63)

Civil Servants. American Journal of Epidemiology, Vol.158, No. 2, May 2013: 135-143.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013). Penggunaan Tembakau. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Talhout, R., Thomas, S., Ewa, F., Jan, V., B., Piet, W., Antoon. O., (2011). Hazardous Compounds in Tobacco Smoke. Journal of Environmental Research and Public Health, Diakses 23 February 2011,file:///D:/KTI/Proposal%20BAB%20I%20III/JURNAL%20FIX/TAL HOUT%20dkk%202011.pdf.

Wang, M., H., and Huang, C., S., (2012). SDNN/RMSSD as a Surrogate for LF/HF: A Revised Investigation. Research Article, Volume 2012, 8 pages.

Yukishita, T., Lee, K., Kobayashi , A., (2010). Age and Sex-Dependent Alterations in Heart Rate Variability: Profiling the Characteristics of Men and Women in Their 30s.


(64)

(65)

Lampiran I

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.

Responden Di tempat

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nama : Nurfazrin H. Akuba NIM : 20120320083

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) PEROKOK DAN TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEMESTER 6 dan 8 UMY”.

Sehubungan dengan hal diatas, saya mengaharap bantuan Kakak/Adik untuk bersedia menjadi responden selama penelitian ini berlangsung. Saya akan menjaga kerahasiaan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain kecuali keperluan penelitian.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kesediaan Kakak/Adik sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 22 April 2016 Peneliti Nurfazrin H. Akuba


(66)

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Dengan Hormat,

Dengan menandatangani lembar ini, saya: Nama/inisial :

Umur :

Jenis kelamin :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Nurfazrin H. Akuba, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul

“PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) PEROKOK DAN TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEMESTER 6 dan 8 UMY”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 2016 Responden


(67)

Nama/Inisial :

Usia :

Angkatan :

Riwayat penyakit sekarang : Riwayat penyakit dahulu :

Berilah tanda silang (x) pada pertanyaan dibawah ini 1. Apakah anda seorang perokok?

a. Iya b. Tidak

(apabila iya lanjut menjawab pertanyaan nomor 2) 2. Berapa rokok yang sering anda konsumsi?

a. 1-10 batang rokok perhari b. 11-20 batang rokok perhari c. Lebih dari 21 batang perhari 3. Sudah berapa lama anda merokok?

a. 1-10 tahun b. 11-20 tahun c. > 21 tahun

4. Apakah anda sering mengkonsumsi kopi? a. Iya

b. Tidak

5. Seberapa sering anda mengkonsumsinya? Lainnya________


(68)

(1)

otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hal tersebut dapat dilihat dengan pengukuran HRV pada perokok9. Kandungan karbon monoksida dan nikotin yang ditemukan didalam rokok diduga sebagai penyebab utama terjadinya penyakit jantung. Selain itu kedua zat tersebut dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah dengan mekanisme menurunkan saraf parasimpatis dan meningkatkan saraf simpatis4.

Heart Rate Variability (HRV) pada perokok dalam penelitian ini memiliki mayoritas HRV dengan kategori yang sangat tinggi karena responden dalam penelitian ini termasuk dalam kategori perokok

ringan. Hal-hal yang mempengaruhi HRV adalah lama merokok dan usia. Perokok kronis menunjukan disfungsi sistem saraf otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan tidak perokok6. Umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan. Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penurunan High Frequency (HF) dan peningkatan Low

Frequency/High Frequency

(LF/HF). Hal ini menujukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan keseimbangan sympathovagal meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda sudah memiliki HRV yang rendah


(2)

menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom10. 2. Heart Rate Variability Tidak

Perokok

Selain memiliki HRV yang sangat tinggi, seseorang yang tidak merokok memiliki faktor resiko yang lebih sedikit terkena gangguan kesehatan seperti penyakit paru-paru, penyakit jantung dll, karena seseorang yang tidak merokok tidak terpapar zat-zat berbahaya yang ada didalam rokok. Seseorang yang tidak merokok memiliki kemungkinan lebih kecil terkena gangguan kesehatan dari pada perokok, karena nikotin yang ada didalam rokok dapat mengganggu irama jantung dan juga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah

jantung sedangkan

karbonmonoksida menyebakan

pasokan oksigen ke jantung menjadi berkurang begitupun dengan otak dan seluruh organ tubuh lainnya11.

Gaya hidup yang sehat seperti aktivitas fisik, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat dari penyakit kardiovaskular dan juga mengurangi kemungkinan untuk penurunan HRV sebagai tanda dari disfungsi otonom yang berkaitan dengan peningkatan resiko miokard infark dan mortalitas kardiovaskular. Penurunan HRV telah terbukti berhubungan dengan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular, sehingga disfungsi otonom bisa menjadi mediator dari faktor resiko kardiovaskular dengan


(3)

3. Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok

Perokok menunjukan disfungsi otonom, hal ini dibuktikan oleh HRV yang rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Ketidakseimbangan sistem saraf otonom pada perokok dapat memicu hiperaktivitas sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis yang dapat meningkatkan denyut jantung yang berpengaruh pada HRV6.

Umumnya HRV tinggi dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok, akivitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol. Oleh sebab itu HRV yang rendah dikaitkan dengan mortalitas dan

morbiditas yang tinggi serta ketidakseimbangan sistem saraf otonom. Penurunan HRV menjadi indikasi peningkatan sistem saraf simpatis dan adanya peningkatan detak jantung yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kejadian Cardiovascular Diseases

(CVD) atau penyakit kardiovaskular13. Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak diarteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Faktor resiko yang mendorong terjadinya PJK yang bersumber dari perilaku adalah merokok5.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan


(4)

dari penelitian perbedaan heart rate variability (HRV) perokok dan tidak perokok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah :

1. Heart rate variability (HRV) pada mahasiswa perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan

8 Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta memiliki nilai rerata dan standar deviasi yang berbeda-beda sesuai dengan kategori yang dimiliki. Kategori HRV sangat tinggi memiliki nilai rerata dan satandar deviasi 54.31 ± 2.54, kategori tinggi 48.33 ± 1.15, dan kategori rendah 33 ± 1, serta mayoritas mahasiswa

perokok memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi (80.0%).

2. Heart rate variability (HRV) pada mahasiswa tidak perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan

8 Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta adalah niilai rerata dan standar deviasi pada mahasiswa tidak perokok 64.3 ± 3.31, serta keseluruhan mahasiswa memiliki nilai HRV dengan kategori sangat tinggi (100.0%)

3. Nilai rerata dan standar deviasi pada mahasiswa perokok 52.35 ± 5.54 dan pada mahasiswa tidak perokok 64.3 ± 3.31. Terdapat perbedaan antara kelompok HRV perokok dan


(5)

tidak perokok dengan uji

Man Whitney pvalue = 0.038 (p = < 0.05) dan nilai rerata kelompok tidak perokok lebih tinggi dibandingan dengan kelompok perokok. VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A., C., & Hall, J., E., (1997). Fisiologi Kedokteran Ed. 9. Jakarta : EGC, 1997. 2. Dekker, M., J., Schouten, G.,

E., Klootwijk, P., Pool, J., Cees, A., S., Daan, K., (2014). Heart Rate Variability from Short Electrocardiographic

Recordings Predicts Mortality from All Causes in Middle-aged and Elderly Men. American Journal of Epidemiology, Vol. 142, No. 10. March 2014: 899-908. 3. Harte, B., C., & Meston, M.,

C., (2013). Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. USA: Department of Psychiatry, Boston University School of Medicine.

4. Global Adult Tobacco Survey

(GATS, 2011). Indonesia Report 2011. World Health Organization.

5. Afriyanti, R., Pangemanan, J., Pallar, S., (2015). Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kejadian

Penyakit Jantung Koroner.

Jurnal e-Clinic (eCl), Vol.3, No 1, Januari-April 2015. 6. Gondim, M., R., Breno, Q.,

F., Carolina, F., S., Raphael, M., R., (2011). Are smoking and passive smoking related with heart rate variability in male adolescents. Einstein,

Vol. 1, No. 13, September 2014: 27-33.

7. Makivic, B., Nikic, D., M., Willis, S., M., (2013). Heart Rate Variability (HRV) as a Tool for Diagnostic and Monitoring Performance in Sport and Physical Activities.

Journal of the American

Society of Exercise

Physiologists, Vol. 16, No. 3. June 2013: 103-131.

8. Kluttig, A., Schumann, B., Swenne, A., C., (2010). Association of Health Behaviour with Heart Rate Variability: a Population-based Study. BMC Cardiovascular Disorders

2010, 10:58.

9. Koskinen, T., (2014). Heart Rate Variability in Young Adults. Turky: University of Turku.

10.Prasetya, L., D., (2012). Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja.

11.Mughni, S., A., Husni, L., A., (2010). Pedoman Penerapan

Kawasan Tanpa Rokok

Lingkungan Muhammadiyah. Yogyakarta : Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.


(6)

12.Hidayat., A., A., (2007).

Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Salemba

Medika.

13.Notoatmodjo., S., (2010).

Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.