Sejarah Kriptografi LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Kriptografi

Kriptografi memiliki sejarah yang panjang. Penulisan rahasia ini dapat dilacak kembali ke 3000 tahun SM saat digunakan oleh bangsa Mesir. Mereka menggunakan hieroglyphics untuk tulisan mereka agar tidak mudah dimengerti oleh orang yang tidak diharapkan. Hieroglyphics diturunkan dari bahasa Yunani yakni hieroglyphica yang berarti ukiran rahasia. Hieroglyphcs berevolusi menjadi hieratic, yaitu stylized script yang lebih mudah digunakan. Dony, 2009 Gambar 2.1 Egyptian Hieroglyphs Sumber : www.wikipedia.org Sekitar 400 SM, kriptografi militer digunakan oleh bangsa Spartan dalam bentuk sepotong papyrus atau perkamen dibungkus dengan batang kayu. Sistem ini disebut dengan Scytale. Sekitar 50 SM, Julius Caesar, kaisar Roma, menggunakan cipher subsitusi untuk mengirim pesan ke Marcus Tullius Cicero. Pada cipher ini, huruf-huruf alphabet disubtitusikan dengan huruf-huruf yang lain pada alphabet yang sama. Karena hanya satu alphabet yang digunakan, cipher ini merupakan subsitusi monoalfabetik. Cipher Universitas Sumatera Utara semacam ini mencakup penggeseran alphabet dengan 3 tiga huruf dan mensubsitusikan huruf tersebut. Subsitusi ini kadang disebut dengan C3. Di India, cryptography digunakan oleh pecinta untuk berkumunikasi tanpa diketahui orang lain. Bukti itu ditemukan dalam buku Kama Sutra yang merekomendasikan bagaimana wanita seharusnya mempelajari seni memahami tulisan menggunakan cipher. Pada abad ke-15, Leo Battista Alberti menemukan suatu metode wheel cipher, lalu mengembangkannya menjadi alat enkripsi dan dekripsi. Metode ini kemudian dikembangkan ulang oleh Thomas Jefferson yang kemudian dinamakan Jefferson Wheel Cipher. Selanjutnya metode tersebut dikembangkan lagi oleh Bazeries yang kemudian dinamakan Bazaries Cylinder. Metode tersebut terus dikembangkan menjadi M94, dan versi-versi setelahnya. Bentuk wheel cipher yang pada saat itu masih dikenal sebagai cipher disk, ditemukan pertama kali oleh Leon Alberti. Terdapat dua buah potongan silinder, yaitu potongan silinder dalam dan potongan silinder luar. Masing-masing potongan silinder berlabel seluruh alfabet dengan susunan yang tidak harus terurut sama. Potongan silinder luar merupakan alfabet untuk plaintext dan potongan silinder dalam untuk ciphertext. Pada perang dunia kedua, Jerman menggunakan enigma, atau juga disebut mesin rotor, yang oleh Hitler dimanfaatkan untuk mengirim pesan kepada tentaranya. Enigma yang digunakan Jerman bisa mengenkripsi satu pesan yang memiliki 15 miliyar kemungkinan untuk didekripsikan. Dari kemungkinan-kemungkinan tersebut, Jerman tidak percaya bahwa pesan yang dikirim melalui enigma tersebut bisa dipecahkan. Namun pada kenyataannya pesan tersebut bisa didekripsikan oleh pihak sekutu. Selama bertahun-tahun, cryptography menjadi bidang khusus yang hanya dipelajari oleh pihak militer untuk mengamankan komunikasi mereka dari pihak luar. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi, 30 tahun terakhir ini, cryptography tidak hanya dimonopoli oleh pihak militer saja. Hal yang sama juga dilakukan oleh individu-individu yang menginginkan pesan dan komunikasi mereka tidak diketahui oleh pihak lain. Apalagi pada zaman sekarang ini, dimana persaingan begitu ketat sehingga mereka mengeluarkan biaya lebih hanya untuk menjaga privasi mereka.

2.2 Pengertian Kriptografi