b. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Dapat
dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank dalam melihat efisiensi bagi pihak
manajemen bank. Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
1. Primary ratio
Rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki oleh bank sudah memadai. Atau sejauh
mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.
Primary ratio= Equity Capital x100 Total Assets
2. Risk Asset Ratio
Rasio untuk mengukur kemungkinan penurunan risk assets
3. Secondary Risk Ratio
Rasio untuk mengukur penurunan asset yang mempunyai resiko lebih tinggi.
4. Capital Ratio
Rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan,
terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.
5. Capital Adequacy Ratio
Rasio yang mengukur besarnya kewajiban penyediaan modal minimum.
c. Rasio RentabilitasProfitabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba. Rasio ini untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan kemampuan laba yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan.Rasio rentabilitasprofitabilitas diantaranya adalah:
1. Gross Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentase laba dari kegiatan usaha murni dari bank yang
bersangkutan dikurangi biaya-biaya.
2. Net Profit Margin
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan
operasi pokoknya.
3. Return On Equity Capital
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada
untuk mendapatkan income.
4. Return On Total Assets
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola kemampuan aktivanya.
5. Rate returns on Loans
Rasio yang mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola perkreditannya.
2.2.3.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap 2004:195, analisis laporan keuangan bertujuan untuk :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas , lebih
dalam dari pada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara
kasap mata eksplicit dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan implicit
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam
laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern mapun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat
di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan, rating. f.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
g. Dapat menentukan rating peringkat perusahaan
menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h. Dapat menentukan situasi perusahaan dengan
perusahaan lain dengan periode sebelumnya dengan standar industri normal atau standar ideal.
i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang
dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
j. Dapat memprediksi potensi apa yang mungkin dialami
perusahaan di masa yang akan datang.
2.2.4 Kredit
Kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. Dalam memberikan kredit kepada debitur, kreditur terlebih dahulu
melakukan penilaian terhadap prestasi masa lalu kondisi sekarang dan prestasi masa depan calon debitur.
2.2.4.1 Pengertian Kredit
Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa latin, yaitu credere, yang berarti kepercayaan.
Maksudnya, pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian kredit diatur
dalam Pasal 1 angka 12, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Sedangkan dalam Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Undang-Undang yang
Diubah, Pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11,
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2.2.4.2 Tujuan Kredit
Pemberian fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai yang tergantung dari tujuan bank
itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak terlepas dari misi bank itu didirikan.
Dalam praktiknya tujuan pemberian kredit menurut Kasmir 2003: 105 adalah:
1. Mencari keuntungan bagi bankkreditur, berupa
pemberian bunga, imbalan, biaya administrasi, provisi, dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan
kepada nasabah debitur.
2. Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur.
Bahwa dengan adanya pemberian kredit berupa pemberian kredit investasi atau kredit modal
kerja bagi debitur, diharapkan dapat meningkatkan usahanya.
3. Untuk membantu Pemerintah. bahwa, dengan
banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank- bank, hal ini berarti dapat meningkatkan
pembangunan disegala sektor, khususnya disektor ekonomi.
Secara garis besar keuntungan besar bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia
perbankan adalah sebagai berikut: a.
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan
membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih mengangur.
b. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk
yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat, diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang
ada jelas akan menghemat devisa negara.
c. Meningkatkan devisa negara, apabila kredit yang
dibiayai untuk kebutuhan ekspor. d.
Meningkatkan jumlah barang dan jasa , jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan
dapat meningkatkan produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat
mempunyai banyak pilihan. e.
Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
2.2.4.3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit pada dasarnya adalah pemenuhan jasa untk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka
melancarkan perdagangan dan melancarkan produksi dan jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada
akhirnya ditujukan untuk meningktakan taraf hidup orang banyak. Adapun fungsi kredit menurut Kasmir 2003: 107-
108 adalah: 1.
Untuk meningkatkan daya guna uang. 2.
Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
4. Untuk meningkatkan peredaran barang.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6. Kredit dapat mengaktifkan atau meningkatkan aktifitas-
aktifitas atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.
7. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan
pemerataan pendapatan nasional. 8.
Untuk meningktakan hubungan ekonomi internasional.
2.2.4.4 Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, menurut Kasmir 2003: 74-76
adalah sebagai berikut: a.
Kepercayaan yaitu keyakinan pemberik kredit bank bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang
dan jasa akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.
b. Kesepakatan. Di samping unsur kepercayaan di dalam
kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan
ini dituang dalam suatu perjanjian di mana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu. Setiap kredit yang diberikan pasti
memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini menyangkut masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. d.
Resiko. Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal
mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti
bencana alam. e.
Balas jasa. Akibat dari fasilitas kredit, bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu.
Keuntungan atas pemberian suatu kredit dan jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank
yang berprinsip konvensional. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.
2.2.4.5 Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha mengakibatkan beragam pula akan kebutuhan jenis kreditnya. Menurut Kasmir
2003: 76-79 jenis-jenis kredit dilihat dari beberapa segi antara lain:
a. Segi Kegunaan