15
belief, religious practice, religious feeling, religious knowledge, dan religious effect.
C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Resiliensi seseorang dapat meningkat ataupun menurun. Hal ini dikarenakan resiliensi itu sendiri merupakan proses dinamis individu. Dengan
kata lain, ketika individu mengalami suatu masalah atau dalam keadaan stress, ada hal-hal yang bisa dilakukan individu tersebut dalam rangka meningkatkan
resiliensi dirinya. Banyak peneliti yang mengidentifikasikan faktor-faktor spesifik yang
dapat mempengaruhi resiliensi seperti hubungan yang bisa dipercaya, dukung emosi dari luar keluarga, self-esteem, dukungan untuk menjadi mandiri,
harapan, mengambil resiko secara bertanggung jawab, merasa dicintai, prestasi di sekolah, percaya pada Tuhan dan moralitas, unconditional love untuk
seseorang Grotberg, 1995. Grotberg 1995 mengklasifikasikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi resiliensi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu I am faktor internal, I have faktor eksternal, dan I can kemampuan interpersonal dan
sosial. Hal-hal yang menguatkan resiliensi ini bisa didapatkan melalui pengabdian seseorang terhadap agama atau religiusitas.
Individu yang memiliki religiusitas tinggi sadar bahwa dirinya memiliki “Tuhan” yang mencintai semua umatnya tanpa syarat trusting relationship,
memberi batasan perbuatan-perbuatan yang baik dan buruk structure and
16
rules. Selain itu, melalui cerita mengenai “Tuhan” dan para pengikutnya nabi, rasul, seseorang diberikan sosok yang menjadi panutan role models. Semua
hal yang disebutkan ini termasuk faktor eksternal yang dapat menguatkan resiliensi seseorang.
Setiap agama mengajarkan tentang cinta kasih, dan orang yang benar- benar mengikuti ajaran agamanya akan mengembangkan rasa cinta pada orang
lain, membantu orang lain. Hal ini termasuk hal yang dapat menguatkan resiliensi loving, emphatic, and altruistic. Orang yang memiliki religiusitas
tinggi juga bisa bangga dan mensyukuri dirinya sebagai individu yang mempunyai berbagai kelebihan yang diberikan Tuhan. Orang yang memiliki
religiusitas tinggi juga menaruh kepercayaan dan harapan pada Tuhan filled with hope,faith, and trust. Dengan sudut pandang religius, seseorang dapat
melihat bahwa masih ada harapan atau rencana yang lebih baik yang akan diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Harapan dan makna hidup inilah yang
dibutuhkan oleh individu yang sedang mengalami keadaan stress. Semua hal yang disebutkan ini termasuk faktor internal yang dapat menguatkan resiliensi
seseorang. Dalam sebuah agama selalu diajarkan untuk berdoa. Melalui doa,
manusia dapat berkomunikasi dengan sosok yang diagungkan dalam agama tersebut. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan
perasaannya pada orang lain melalui doa. Melalui doa, individu juga mendapatkan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mendapat
petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
17
masalahnya. Sosok yang diagungkan dalam agama, seperti Tuhan, Allah, ataupun dewa-dewa lainnya, selalu ada dan menemani kapan saja. Di saat
seseorang mengalami masalah dan tidak tahu ingin menceritakan atau berbicara dengan siapa, mereka bisa mencari sosok tersebut. Sosok yang
dipercaya dan selalu ada untuk umatnya. Semua hal yang disebutkan ini termasuk kemampuan interpersonal yang dapat menguatkan resiliensi
seseorang. Ada banyak hal dari agama dan sifat religius seseorang yang secara
teoritis berhubungan dengan hal-hal yang dapat menguatkan resiliensi seseorang, baik itu internal maupun eksternal. Berdasarkan uraian mengenai
beberapa hal yang didapatkan sifat religius dan kaitannya dengan hal-hal yang menguatkan resiliensi seseorang, maka peneliti mempunyai hipotesis adanya
hubungan positif antara religiusitas dengan resiliensi.
D. HIPOTESIS PENELITIAN