BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pemberian pengelolaan kewenangan untuk mengelola perusahaan di Indonesia
dari pemilik shareholders kepada manajemen manajer menjadi salah satu fenomena yang sangat menarik untuk dikaji, terlebih mengingat dampak yang
ditimbulkan dari pemberian wewenang tersebut.Pemilik shareholders tidak lagi mampu mengelola usahanya secara langsung karena dampak dari semakin besar
dan luasnya usaha yang harus dikelola oleh pemilik. Pemberian wewenang terhadap manajemen tersebut memberikan dampak dan konsekuensi seperti
pendapat yang dikemukan oleh Berle dan Means 1934, bahwa adanya pemisahan kewenangan dan kepentingan antara pemilik principal dan
manajemen agent tersebut akan menimbulkan permasalahan keagenan agency problem.
Masalah keagenan tersebut timbul sebagai akibat dari sifat oportunistik manajemen agen yang cenderung untuk lebih mengutamakan kesejahteraannya
yang bertentangan dengan tujuan principal Jensen dan Meckling, 1976.Kesuksesan perusahaan dalam mencapai kinerja performance dianggap
manajemen agen sebagai hasil kinerja mereka sendiri tanpa melihat kontribusi yang besar dari pihak lain yang salah satunya adalah pemilik shareholders.
Dalam hubungannya dengan keagenan, beberapa ahli mengemukakan bahwa
1
Universitas Sumatera Utara
keberadaan agen dan prinsipal merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar timbulnya teori keagenan agency theory.
Menurut Sulistianto dan Wibisono 2003, manipulasi atau rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini sejalan dengan teori
agensi agency theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan principles untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada professional
agents yang lebih mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha. Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan 2000 yang juga
menggunakan pendekatan teori keagenan agency theory menyatakan bahwa “praktek earnings management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan
management agent dan pemilik principal yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya”. Pemisahan antara pemilik principal dan kepentingan management
agent memiliki sisi yang negeatif, dimana keluasan manajemen untuk memaksimalkan laba akan mengarah kepada proses memaksimalkan kepentingan
manajemen sendiri dengan biaya yang akan ditanggung oleh pemilik perusahaan Sulistyanto dan Wibisono, 2003. Menurut DuCharme et al. 2000, dan Salno et
al. 2000, konflik kepentingan ini semakin meningkat terutama karena principal tidak memiliki informasi mengenai aktivitas manajemen sehari-hari untuk
memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemilik.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan manipulasi data tersebut telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalam bisnis internasional. Chairman SEC
Securities Exchange Commision Arthur levitt dalam Yullyan 2006 mengatakan bahwa manajemen laba adalah salah satu penyebab runtuhnya perusahaan-
perusahaan terkemuka seperti Enron, Merck, Worldcom, dan mayoritas perusahaan yang ada di Amerika Serikat. Contoh paling diingat adalah kasus
Enron. Sebelum tahun 2002 Enron adalah perusahaan dengan pertumbuhan finansial yang pesat. Skandal mulai terungkap ketika pada awal 2002 perhitungan
atas total revenue Enron di tahun 2000 yang sebelumnya berjumlah 100.8 milyar USD menjadi hanya sembilan milyar USD. Skandal finansial “mengadolar” yang
disebabkan adanya misleading financial statement membawa dampak yang luar biasa antara lain: Enron pailit, kurangnya kepercayaan atas informasi keuangan,
rusaknya citra profesi akuntan di Amerika, dan hilangnya ratusan juta dolar uang yang diinvestasikan di Enron Arifin, 2005.
Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal pada suatu perusahaan. Menurut
Statement of FinancialAccounting Concept SFAC No. 1, informasi laba merupakan
komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang, dan
menaksir resiko dalam investasi. Laba merupakan indikator yang sering digunakan dalam menilai kinerja
perusahaan dan dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan, serta
Universitas Sumatera Utara
menjadi perhatian oleh para stakeholder.Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus sesuai dengan karakteristik laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan,
handal, dan dapat dibandingkan. Laba sering dimanipulasi dengan menggunakan komponen discretionary
accrual.Menurut Murhadi 2009 earning memiliki dua komponen utama yakni kas dan accounting adjustment yang disebut accrual.Penentuan arah dan
pengukuran dari akrual sangat dipengaruhi oleh pertimbangan pihak manajemen, sehingga akrual sangat mudah untuk di manipulasi.
Penelitian mengenai kualitas komite audit telah banyak dilakukan, beberapa penelitian terdahulu telah berhasil membuktikan keterkaitan antara
kualitas audit dengan praktik manajemen laba. Lin 2006 memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan dalam karakteristik komite audit, yaitu besarnya
ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan negatif pada praktik manipulasi laba yang diukur dari apakah perusahaan melakukan restatement atau
tidak. Penelitian oleh Putri 2011 memberikan bukti empiris bahwa ukuran
komite audit memberi pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Ini dapat memberi kontribusi dalam mengendalikan manajemen laba yang diukur
dengan discretionary accrual. Davis, Soo, Trompeter 2000 dikutip dari Priyanto 2010 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara audit tenure dengan
absolute discretionary accrual.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian oleh Sharma et al. 2009 di New Zealand menemukan bahwa semakin tinggi frekuensi pertemuan per tahunnya akan mengurangi independensi
audit komite dan komisaris independen. Bahkan, frekuensi pertemuan yang tinggi dapat mengakibatkan kepemilikan atau stock ownership yang besar pada komite
audit. Selain itu, beliau juga menemukan bahwa semakin tinggi reputasi auditor maka akan semakin sedikit jumlah pertemuan komite audit.
Hal tersebut didukung juga oleh penelitian Trihartati 2008 yang menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
adalah bahwa independensi secara signifikan berpengaruh negative terhadap manajemen laba.
Efektivitas kinerja dari komite audit dapat diukur melalui karakteristik yang dimiliki antara lain, independensi, ukuran, kompetensi yang dimiliki komite
audit dan aktivitas dari komite audit. Independensi komite audit berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas
perusahaan. Ukuran komite audit berhubungan dengan jumlah anggota komite audit. Kompetensi berhubungan dengan pengetahuan akuntansi dan keuangan.
Sedangkan aktivitas komite audit diwujudkan melalui frekuensi pertemuan dalam satu tahun.
Selain itu, masih sedikitnya penelitian yang mengu ji karakteristik komite audit terhadap praktik manajemen laba yang dinilai dengan pengukuran
komponen discretionary accrual. Oleh karena itu penelitian ini akan mengacu pada penelitian Putri 2011 dengan periode tahun 2007 – 2009.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012”. 1.2 Rumusan Masalah
Hasil yang tidak konsisten dalam penelitian sebelumnya mendorong perumusan masalah yang menarik bagi penulis untuk melakukan pengujian
kembali pengaruh karakteristik komite audit, yaitu: Independensi, Ukuran Komite Audit, Kompetensi dan Frekue nsi Pertemuan terhadap Manajemen Laba. Dari
pernyataan tersebut, penelitian ini akan menjawab masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1.Apakah Independensi Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah Kompetensi Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen laba? 4.ApakahFrekuensi Pertemuan Komite Audit berpengaruh terhadap
manajemenlaba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian