Gambaran Tindakan Trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan Tahun 2008 - 2009

(1)

GAMBARAN TINDAKAN TRAKEOSTOMI DI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK, MEDAN

TAHUN 2008 - 2009

Oleh:

DINESHA PANISELVAM

NIM: 070100314

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN TINDAKAN TRAKEOSTOMI DI RUMAH SAKIT

UMUM HAJI ADAM MALIK, MEDAN

TAHUN 2008 - 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

DINESHA PANISELVAM

NIM: 070100314

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Gambaran Tindakan Trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan Tahun 2008 - 2009

Nama: Dinesha Paniselvam

Nim : 070100314

Dosen Pembimbing, Penguji I,

... ...

(dr. Aliandri, Sp.THT) (dr. Masita Dewi, Sp.M)

Penguji II,

... (dr. Rointan. S, Sp.KK)

Medan, 13 Disember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

……….

(Prof.Dr.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220-198011-1-001


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Aliandri, Sp. THT selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Staf-staf bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan


(5)

6. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

November 2010

Penulis,

Dinesha Paniselvam 070100314


(6)

ABSTRAK

Pendahuluan: Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru. Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai dari yang bersifat darurat maupun elektif.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2008 hingga 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Data diambil dari rekam medis mengenai seluruh penderita yang telah menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan, tahun 2008 – 2009.

Hasil: Jumlah tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2008 – 2009 adalah sebanyak 53 kasus, dengan jumlah pria sebanyak 33 kasus (62,3%), kelompok umur yang terbanyak menjalani tindakan trakeostomi adalah 61 tahun ke atas (15 kasus), dan sebanyak 39 kasus bersifat darurat. Obstruksi jalan nafas merupakan indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi (31 kasus).

Diskusi: Angka tindakan trakeostomi bervariasi di setiap negara dan berbeda mengikut tipe rumah sakit. Indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi sampai masa sekarang adalah obstruksi pada jalan nafas atas.


(7)

ABSTRACT

Introduction: Tracheostomy is a surgical procedure in which an opening is made into the trachea and maintained with a tube in order to establish direct communication with the external environment. Tracheostomy is a procedure performed for various indications either in emergency or elective tracheostomy. Methods: The aim of this research is to describe the demography and diagnostic indication of tracheostomy patients in Haji Adam Malik General Hospital from 2008 to 2009. This is a descriptive retrospective research with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using total sampling. Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Results: From 2008 – 2009, there were 53 tracheostomies performed in Haji Adam Malik General Hospital, Medan, 33 cases (62,3%) were male and the most

common age group was 61 years and above (15 cases). Emergency tracheostomies (39 cases) were higher than elective tracheostomies (14 cases). Airway obstruction (31cases) were the most common tracheostomy indication.

Conclusions: Tracheostomy is associated with significant variation in rates and outcomes across the countries and across different hospital types and the commonest indication for the procedure has remained relief of upper airway obstruction.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2


(9)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Anatomi Trakea... 4

2.2 Pengertian Trakeostomi... 4

2.3 Indikasi Trakeostomi... 4

2.4 Pembagian Trakeostomi ... 5

2.5 Jenis Tindakan Trakeostomi ... 6

2.6 Jenis Pipa Trakeostomi ... 6

2.7 Teknik Trakeostomi ... 7

2.8 Perawatan Pasca Trakeostomi ... 9

2.9 Komplikasi akibat Tindakan Trakeostomi ... 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL... 11

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 11

3.2 Defenisi Operasional... 11

3.3 Cara Ukur ... 12


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 13

4.1 Jenis Penelitian ... 13

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 13

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 13

4.4 Metode Pengumpulan Data... 14

4.5 Pengolahan dan Analisis Data... 14

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 15

5.1 Hasil Penelitian ... 15

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 15

5.1.2.Jumlah Tindakan Trakeostomi... 15

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Tindakan Trakeostomi... 16

5.1.4. Distribusi Karakteristik Sampel... 16

5.1.5. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan... 18

5.1.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi... 19


(11)

5.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur……….... 20

5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…………... 21

5.2.4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukan Tindakan.. 21

5.2.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi………. 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 23

6.1 Kesimpulan ... 23

6.2 Saran... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Tindakan Trakeostomi … 16

5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur………..….…….. 17 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin………... 18 5.4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan…….. 18 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Indikasi Tindakan Trakeostomi Untuk Mengatasi

Obstruksi Jalan Nafas………..……… 5

Gambar 2. Teknik Trakeostomi ……… 8


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Data Induk


(15)

ABSTRAK

Pendahuluan: Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru. Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai dari yang bersifat darurat maupun elektif.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2008 hingga 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Data diambil dari rekam medis mengenai seluruh penderita yang telah menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan, tahun 2008 – 2009.

Hasil: Jumlah tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2008 – 2009 adalah sebanyak 53 kasus, dengan jumlah pria sebanyak 33 kasus (62,3%), kelompok umur yang terbanyak menjalani tindakan trakeostomi adalah 61 tahun ke atas (15 kasus), dan sebanyak 39 kasus bersifat darurat. Obstruksi jalan nafas merupakan indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi (31 kasus).

Diskusi: Angka tindakan trakeostomi bervariasi di setiap negara dan berbeda mengikut tipe rumah sakit. Indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi sampai masa sekarang adalah obstruksi pada jalan nafas atas.


(16)

ABSTRACT

Introduction: Tracheostomy is a surgical procedure in which an opening is made into the trachea and maintained with a tube in order to establish direct communication with the external environment. Tracheostomy is a procedure performed for various indications either in emergency or elective tracheostomy. Methods: The aim of this research is to describe the demography and diagnostic indication of tracheostomy patients in Haji Adam Malik General Hospital from 2008 to 2009. This is a descriptive retrospective research with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using total sampling. Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Results: From 2008 – 2009, there were 53 tracheostomies performed in Haji Adam Malik General Hospital, Medan, 33 cases (62,3%) were male and the most

common age group was 61 years and above (15 cases). Emergency tracheostomies (39 cases) were higher than elective tracheostomies (14 cases). Airway obstruction (31cases) were the most common tracheostomy indication.

Conclusions: Tracheostomy is associated with significant variation in rates and outcomes across the countries and across different hospital types and the commonest indication for the procedure has remained relief of upper airway obstruction.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).

Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada tahun-tahun belakangan ini digunakan istilah yang lebih tepat yaitu trakeostomi. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif dengan persiapan sarana cukup yang dapat dilakukan secara baik. Perbedaan lain dari kedua jenis trakeostomi di atas adalah dari jenis insisinya. Pada trakeostomi darurat, insisi yang dilakukan adalah insisi vertikal yang memberikan keuntungan berupa pembukaan lapangan operasi yang dibutuhkan bagi kontrol jalan nafas secara cepat, sedangkan pada trakeostomi elektif insisi yang dilakukan adalah insisi horizontal karena lebih menguntungkan secara kosmetik (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).

Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai dari yang bersifat darurat maupun elektif. Sejumlah referensi menjelaskan prosedur trakeostomi namun pada dasarnya semua mengharuskan adanya persiapan pasien dan


(18)

alat yang baik. Menurut Endean et al. (2003), tindakan trakeostomi diindikasikan pada pasien: (1) yang memerlukan ventilasi mekanis dalam jangka panjang, (2) keganasan kepala dan leher yang akan dilakukan reseksi yang sulit dilakukan intubasi, (3) trauma maksilofasial disertai dengan resiko sumbatan jalan nafas, (4) sumbatan jalan nafas akibat dari trauma, luka bakar atau keduanya, (5) gangguan neurologis yang disertai dengan risiko sumbatan jalan nafas, (6) severe sleep apnea yang tidak dapat dilakukan intubasi.

Tindakan trakeostomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik (Kenneth, 2004). Tindakan trakeostomi ini banyak dilakukan pada praktek sehari-hari dokter, namun insidensinya dan demografinya di Medan belum diketahui secara pasti. Ini mendorong saya untuk melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk memaparkan demografi dan indikasi trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2008 hingga 2009?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2008 hingga 2009.


(19)

i. Mengetahui indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

ii. Mengetahui kelompok umur yang terbanyak menjalani tindakan trakeostomi.

iii. Mengetahui distribusi jenis kelamin pada tindakan trakeostomi.

iv. Mengetahui distribusi tindakan trakeostomi menurut waktu dilakukannya tindakan.

v. Mengetahui distribusi komplikasi akibat tindakan trakeostomi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

i. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tindakan trakeostomi sebagai salah salah satu pilihan dalam menjamin jalan nafas tetap bebas pada keadaan darurat.

ii. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data yang mendukung penelitian lain di masa akan datang tentang tindakan trakeostomi.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi trakea

Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid (Davies, 1997).

2.2 Pengertian Trakeostomi

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).

2.3 Indikasi trakeostomi


(21)

ii. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh seluruh oksigen yang dihirupkan akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.

iii. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma. iv. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan).

v. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.

vi. Cedera parah pada wajah dan leher.

vii.Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi (Robert, 1997).

Gambar 2.1: Indikasi tindakan trakeostomi untuk


(22)

2.4. Pembagian trakeostomi

Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

2.5. Jenis tindakan trakeostomi

i. Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

ii. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.

iii. Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator(Bradley, 1997).


(23)

2.6. Jenis pipa trakeostomi

1. Cuffed Tubes; Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

2. Uncuffed Tubes; Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.

3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam); Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.

4. Silver Negus Tubes; Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.

5. Fenestrated Tubes; Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004).

2.7. Teknik trakeostomi

Sebelum dilakukan pembedahan, maka alat-alat yang perlu dipersiapkan adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran yang sesuai untuk pasien. Pasien atau keluarganya yang akan dilakukan tindakan trakeostomi harus dijelaskan segala resiko tindakan trakeostomi termasuk kematian selama prosedur tindakan.


(24)

Posisi pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.

Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.

Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa. Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan


(25)

2.8. Perawatan pasca trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi sangatlah penting, karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar, dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi. Pasien dapat dirawat di ruang perawatan biasa dan perawatan trakeostomi sangatlah penting. Segera setelah tindakan trakeostomi dilakukan, foto Rontgen dada diambil untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi. Antibiotik diberikan untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi. Selain itu, mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri mengenai cara merawat pipa trakeostomi juga adalah penting (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).


(26)

2.9. Komplikasi akibat tindakan trakeostomi

Komplikasi dini yang sering terjadi adalah perdarahan, pneumotoraks terutama pada anak-anak, hilangnya jalan nafas, penempatan kanul yang sulit, laserasi trakea, ruptur balon, henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi dan paralisis saraf rekuren.

Perdarahan terjadi bila hemostasis saat trakeostomi tidak sempurna serta disertai naiknya tekanan arteri secara mendadak setelah tindakan operasi dan peningkatan tekanan vena karena batuk. Perdarahan diatasi dengan pemasangan kasa steril sekitar kanul. Apabila tidak berhasil maka dilakukan ligasi dengan melepas kanul.

Emfisema subkutan terjadi di sekitar stoma tetapi bisa juga meluas ke daerah muka dan dada, hal ini terjadi karena terlalu rapatnya jahitan luka insisi sehingga udara yang terperangkap di dalamnya dapat masuk ke dalam jaringan subkutan pada saat penderita batuk. Penanganannya dilakukan dengan multiple puncture dan longgarkan semua jahitan untuk mencegah komplikasi lanjut seperti pneumotoraks dan pneumomediastinum.

Sedangkan komplikasi pasca trakeostomi terdiri atas kematian pasien, perdarahan lanjutan pada arteri inominata, disfagia, aspirasi, pneumotoraks, emfisema, infeksi stoma, hilangnya jalan nafas, fistula trakeoesofagus dan stenosis trakea. Kematian pasien terjadi akibat hilangnya stimulasi hipoksia dari respirasi. Pasien hipoksia berat yang dilakukan tindakan trakeostomi, pada awalnya pasien akan bernafas lalu akan terjadu apnea. Hal ini terjadi akibat deinervasi fisiologis dari kemoreseptor perifer yang dipicu dari peningkatan tekanan oksigen tiba-tiba dari udara pernafasan (Spector, Faw, 1999).


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran tindakan trakestomi.

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Karakteristik sampel mencakup umur dan jenis kelamin pasien yang melakukan tindakan trakeostomi.

3.2.1.1.Umur dihitung dalam tahun menurut ulang tahun terakhir berdasarkan kalender Masehi.

3.2.1.2. Jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan.

Gambaran tindakan trakeostomi

• Indikasi tindakan trakeostomi


(28)

3.2.2. Indikasi tindakan trakeostomi adalah sebab dilakukan tindakan ini pada pasien tersebut.

3.2.3. Waktu dilakukan tindakan adalah kapan tindakan trakeostomi dilakukan pada pasien. Trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat yang dilakukan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif dengan persiapan sarana cukup yang dapat dilakukan secara baik. 3.2.4. Komplikasi akibat tindakan adalah kejadian yang berlaku karena

dilakukan tindakan trakeostomi pada pasien.

3.3 Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

3.4 Alat Ukur


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan karena rumah sakit ini mempunyai angka kejadian tindakan trakeostomi lebih banyak berbanding rumah sakit lain. Selain itu, lokasi ini juga telah dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang biasanya menjadi rujukan para peneliti di kota medan ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah setelah pembuatan proposal yaitu dari bulan Agustus hingga November 2010.


(30)

Populasi penelitian adalah seluruh penderita yang telah menjalani tindakan trakeostomi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/sampel. Data-data diambil dari rakam medis.

Kriteria inklusi:

i) Semua data rakam medis mengenai penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2008 hingga 2009.

Kriteria eksklusi:

i) Data rakam medis yang tidak lengkap.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu data pasien diambil dari rekam medis dimana data yang digunakan adalah mengenai tindakan trakeostomi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2008 hingga 2009.


(31)

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dilakukan dengan menganalisa data pasien yang diambil dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer Windows SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 17.0.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

5.1.2. Jumlah Tindakan Trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2008-2009

Selama periode tahun 2008 sampai dengan 2009, jumlah penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik


(33)

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Tindakan Trakeostomi

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Tindakan Trakeostomi

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui indikasi-indikasi dilakukan tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2008 hingga 2009. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi adalah untuk mengatasi obstruksi jalan nafas atas yaitu sebanyak 31 orang (58,5%), diikuti dengan cedera parah pada wajah dan leher sebanyak 6 orang (11,3%), penghisapan sekret sebanyak 5 orang (9,4%), mengurangi ruang rugi dan memasang respirator masing-masing sebanyak 4 orang (7,5%), dan indikasi yang terendah yaitu mengambil benda asing yaitu sebanyak 3 orang (5,7%).

5.1.4. Distribusi Karakteristik Sampel

Indikasi Tindakan Trakeostomi n (%)

a. Mengatasi obstruksi jalan nafas atas b. Cedera parah pada wajah dan leher c. Penghisapan sekret

d. Mengurangi ruang rugi e. Memasang respirator f. Mengambil benda asing

31 6 5 4 4 3 58,5 11,3 9,4 7,5 7,5 5,7


(34)

Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristik mencakup jenis kelamin dan umur penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dari tahun 2008 hingga 2009.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Kelompok Umur n (%)

i) 0 – 15 tahun 7 13,2

ii) 16 – 30 tahun 5 9,4

iii) 31 – 45 tahun 12 22,6

iv) 46 – 60 tahun 14 26,4

v) 61 > tahun 15 28,3

Total 53 100

Tabel 5.2. di atas menunjukkan distribusi sampel berdasarkan umur penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan tahun 2008 hingga 2009. Data pada tabel 5.2. memperlihatkan bahwa kelompok usia yang terbanyak menjalani tindakan trakeostomi adalah 61 tahun ke atas yaitu


(35)

mencatatkan sebanyak 14 orang ( 26,4%). Ini diikuti dengan kelompok usia di antara 31 hingga 45 tahun sebanyak 12 orang (22,6%) dan kelompok usia di antara 0 hingga 15 tahun sebanyak 7 orang (13,2%).

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (%)

Laki-laki 33 62,3

Perempuan 20 37,7

Total 53 100

Pada tabel 5.3. dapat dilihat bahwa jumlah penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan tahun 2008-2009 yang jenis kelamin laki-laki adalah lebih banyak yaitu sebanyak 33 orang dari total 53 orang. Sedangkan penderita dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 20 orang. Proporsi dari kedua jenis kelamin adalah masing-masing 62,3% untuk laki-laki dan 37,7% untuk perempuan.

5.1.5. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan


(36)

Darurat 39 73,6

Elektif 14 26,4

Total 53 100

Tabel 5.4. di atas menunjukkan jumlah tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2008 hingga 2009 menurut waktu dilakukannya tindakan yang dibagi kepada trakeostomi darurat dan elektif. Didapatkan bahwa trakeostomi darurat dilakukan lebih banyak yaitu terhadap 39 orang (73,4%) dibandingkan trakeostomi elektif yang dilakukan terhadap 14 orang (26,4%).

5.1.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi


(37)

Pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa daripada total 53 sampel, sebanyak 38 orang menunjukkan tidak ada komplikasi akibat tindakan trakeostomi dengan proporsi sebanyak 71,7% sedangkan sebanyak 15 orang menunjukkan timbulnya komplikasi akibat tindakan trakeostomi dengan proporsi sebanyak 28,3% yaitu perdarahan sebanyak 7 orang (13,2%), emfisema subkutan dan infeksi masing-masing sebanyak 3 orang (5,7%) dan penempatan kanul yang sulit sebanyak 2 orang (3,8%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Tindakan Trakeostomi

Indikasi terbanyak tindakan trakeostomi pada penelitian ini adalah mengatasi obstruksi jalan nafas atas yaitu sebanyak 31 orang (58,5%). Obstruksi total pada

Komplikasi N (%)

1. Tidak ada 2. Ada:

a. Perdarahan

b. Emfisema subkutan

c. Infeksi

d. Penempatan kanul yang

sulit 38 7 3 3 2 71,7 13,2 5,7 5,7 3,8


(38)

saluran nafas terutama disebabkan oleh tumor laring dapat menyebabkan keadaan sesak nafas atau respiratory distress sehingga pada keadaan gawat dibutuhkan tindakan trakeostomi untuk mempertahankan jalan nafas. (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).

Charlotte (2004) pada penelitiannya di Jos University Teaching Hospital, Nigeria mendapatkan indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi adalah sumbatan jalan nafas yaitu sebanyak 64,5%. Rahardjo (2007) pada penelitiannya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar mendapatkan sumbatan jalan nafas akibat tumor laring sebagai indikasi terbanyak pada trakeostomi darurat yaitu sebanyak 36%. Hal ini sama dengan hasil penelitian ini dimana obstruksi jalan nafas merupakan indikasi tertinggi dilakukan tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dati tahun 2008 hingga 2009.

5.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Kelompok umur tertinggi yang menjalani tindakan trakeostomi adalah 61 tahun dan ke atas yaitu kelompok usia tua dengan angka sebanyak 15 orang (28,3%). Hal ini adalah karena pada usia lanjut, fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan dan sistem imun juga mengalami perubahan dan mula berkurang. Peningkatan insidensi penyakit keganasan juga sesuai dengan umur dimana pada usia >65 tahun kejadian penyakit keganasan tiga kali lebih sering daripada usia muda (University of Washington, 2007).

Rahardjo (2007) pada penelitiannya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar mendapatkan kelompok umur tertinggi yang menjalani tindakan


(39)

5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tindakan trakeostomi dilakukan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu laki-laki sebanyak 33 orang (62,3%) manakala perempuan sebanyak 20 orang (37,7%). Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan (CDC, 2006) dan menurut American Medical Association, laki-laki lebih cenderung mendapat penyakit keganasan seperti karsinoma laring yang dapat menyebabkan sumbatan pada jalan nafas.

Charlotte (2004) pada penelitiannya di Jos University Teaching Hospital, Nigeria mendapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan yang menjalani tindakan trakeostomi adalah 4:1. Rahardjo (2007) pada penelitiannya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar mendapatkan proporsi dari kedua jenis kelamin adalah 68% untuk laki-laki dan 32% untuk perempuan. Hasil yang didapat dalam penelitian ini sama dengan yang didapat oleh Charlotte dan Rahardjo yaitu jumlah penderita laki-laki yang menjalani tindakan trakeostomi adalah lebih banyak dibandingkan perempuan.

5.2.4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan

Menurut waktu dilakukannya tindakan trakeostomi, didapatkan bahwa trakeostomi darurat dilakukan lebih banyak yaitu terhadap 39 orang (73,4%) dibandingkan trakeostomi elektif yang dilakukan terhadap 14 orang (26,4%). Pada keadaan darurat, khususnya pada pasien yang mengalami obstruksi jalan nafas dan


(40)

demi menyelamatkan nyawa pasien dibutuhkan tindakan trakeostomi yang merupakan suatu prosedur yang sederhana dan efektif untuk mempertahankan jalan nafas. (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

Charlotte (2004) pada penelitiannya di Jos University Teaching Hospital, Nigeria mendapatkan sebanyak 87% dilakukan trakeostomi darurat dan 13% dilakukan trakeostomi elektif. Rahardjo (2007) pada penelitiannya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar mendapatkan trakeostomi darurat dilakukan lebih banyak yaitu sebanyak 64,6% dibandingkan trakeostomi elektif. Hasil yang didapati dalam penelitian ini hampir sama dengan peneliti-peneliti lain.

5.2.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi

Sebanyak 71,7% menunjukkan tidak ada komplikasi manakala sebanyak 28,3% menunjukkan timbulnya komplikasi akibat tindakan trakeostomi. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengawasan dokter atau paramedis serta perawatan pasca trakeostomi yang bertambah baik. Menurut Reis, segera setelah tindakan trakeostomi dilakukan, foto Rontgen dada diambil untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi. Antibiotik diberikan untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi. Selain itu, mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri mengenai perawatan pasca trakeostomi juga adalah penting. Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge, pemeriksaan periodik kanul dalam, perawatan luka operasi di stoma dan pencegahan infeksi sekunder. Semua hal ini berpengaruh terhadap kesuksesan tindakan dan pencegahan komplikasi sehingga didapati dapat menurunkan prevalensi kejadian komplikasi akibat tindakan trakeostomi. (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Jumlah penderita yang menjalani tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2008-2009 adalah sebanyak 53 orang dengan perincian sebanyak 22 orang( 41,5%) pada tahun 2008 dan 31 orang (58,5%) pada tahun 2009.

6.1.1.2. Indikasi terbanyak dilakukan tindakan trakeostomi pada penelitian ini adalah untuk mengatasi obstruksi jalan nafas atas yaitu sebanyak 58,5%.

6.1.3.Distribusi kelompok umur yang terbanyak menjalani tindakan trakeostomi adalah 61 tahun dan lebih yaitu sebanyak 28,3%.

6.1.4.Selama periode tahun 2008 sampai dengan 2009 total penderita yang menjalani tindakan trakeostomi yang jenis kelamin laki-laki adalah lebih banyak yaitu sebanyak 62,3% sedangkan penderita dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 37,7%.

6.1.5.1Jika jumlah tindakan trakeostomi dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, didapatkan bahwa trakeostomi darurat dilakukan lebih banyak yaitu sebanyak 73,4% dibandingkan trakeostomi elektif (26,4%).


(42)

6.1.6.1Tindakan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa sebanyak 71,7% menunjukkan tidak ada komplikasi sedangkan 28,3% menunjukkan adanya komplikasi yaitu perdarahan sebagai komplikasi yang tertinggi (13,2%).

6.2. Saran

6.2.1. Perlunya pihak rumah sakit melakukan pengawasan, memberikan petunjuk serta mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi untuk mencegah komplikasi yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan nafas pasca tindakan trakeostomi .

6.2.2. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L., Boeis, L.R., and Hilger, P.A., 1994. Boeis- Buku Ajar Telinga Hidung dan Tenggorokkan. Edisi ke-6. Jakarta: 473-479.

Bradley, P.J., 1997. Management of Obstucted Airway and Tracheostomy in Laryngology and Head and Neck Surgery, Scott-Brown’s Otolaryngology, Volume 5, 6th Edition. London, Butterworth-Heinemann: 7 – 18.

Charlotte, W.L., 2004. Tracheostomy in American Medicine Journal, Volume 129 (5), Otolaryngology – Head and Neck Surgery, Jos University Teaching Hospital at Nigeria: 523.

Davies, J. 1997. Embriology and Anatomy of The Larynx, Respiratory Apparatus, Diaphragma and Esophagus. In: Paparella, Shumrick (eds). Otolaryngology. Volume 1. Philadelphia: 52-58.

Efiaty Arsyad Soepardi, dkk, 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokkan. Edisi ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Hal 204-209.

Endean et al., 2003. Tracheostomy. In: Logan Turner., Diseases of the nose, throat and ear. 5th ed. Bristol, John Wright and Sons: 1567-1573.


(44)

Feldman, S.A., Crawley, B.E., 1991. Tracheostomy and Artificial Ventilation in The Treatment of Respiratory Failure. 2nd ed. London, Edward Arnold Ltd,: 31-61.

Hadikawarta, A., Rusmarjono, Soepardi, E., 2004. Penanggulangan Sumbatan Laring Dalam Soepardi E.A, Iskandar N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, dan Kepala – Leher. Edisi Kelima. Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 201-212.

Jameson, H.J., 2007. Tracheostomy Clinical Guideline, Brighton and Sussex University. Available from:

[Accessed 10 July 10 2007].

Kenneth, C.Y., 2004. Airway Management and Tracheostomy in Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 5th Edition. Boston, McGraw-Hill: 541–548.

Lee, K.J., 2003. Tracheostomy in The Laryng in Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8th Edition. New York, McGraw-Hill: 774-779.

Montgomery, W., 1990. Surgery of The Upper Respiratory System. 2nd edition. Philadelphia, Lea & Febriger: 405-408.


(45)

Morgan, C.M., 2001. Tracheostomy in eMedicine Journal, Volume 2 (7) , Department of Surgery, Division of Otolaryngology, University of Alabama at Birmingham: 1- 12.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan : Rineka Cipta. Nursalam, Jakarta, pp. 79-92.

Rahardjo, S.P., 2007. Patient Demography and Diagnostic Indications of Tracheostomies Performed At Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. In: The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April 2009. Department of Oto-rhino-laryngology Head and Neck, Medical Faculty, Hasanuddin University.

Reis, C.E., 2000. Crichothyroidotomy, Tracheostomy, Airway and Ventilation,

Medstudent Homepage. Available from: URL :

[Accessed 15 April 2010].

Robert, H., 1997. Trakeostomi. In: Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 473-485.

Sastroasmoro Sudigo, Ismael Sofyan. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan, Jakarta. 2002; 110-128; 315-323.


(46)

Soetjipto D dan Mangunkusomu E, 2001. Penanggulan sumbatan laring. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 261-266.

Spector, G.J., and Faw, K.D., 1999. Insufisiensi Pernapasan dan Trakeostomi dalam Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Ballenger JJ, Alih Bahasa Bagian THT – KL RSCM-FKUI, Jilid I. Edisi ke-13. Jakarta, Binarupa Aksara: 435 – 462.

Steel, P.M., Evans, C.C., 1999. Physiology of The Larynx and Tracheobronchial Tree. In: Ballantyne, Grooves (eds). 1999. Scott-Brown's Diseases of The Ear, Nose and Throat. 4th ed. Vol I. Basic sciences. London, Butterworths: 433-475.

Thomson, A., 2007. Surgeries and Procedures. Available from: http://pennhealth.com/health_info/Surgery/tracheostomy.html. [Accessed on: 10 July 2007].

Weymuller, E.A., 2004. Acute Airway Management. In: Cummimg, C., ed. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 7th edition. St. Louis. Mosby Year Book Company: 2389-2391.

Wright, D., 1996. Tracheostomy and Laryngotomy. In: Ballantyne, J., (eds). Operative Surgery and Fundamental International Techniques. Nose and


(47)

(48)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinesha Paniselvam

Tempat / tanggal lahir : Perak / 06 Disember 1989

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Dr.Mansur, Gang Sehat, No.26 Medan,

Indonesia.

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2005 SMA Kelas III-2006/2007

Fakultas Kedokteran USU- sekarang Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI


(49)

(50)

No No RM Umur Jenis Kelamin

Tahun Waktu Indikasi Kelompok

Umur

Komplikasi

1 379007 36 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi

obstruksi jalan nafas atas

31-45 Tidak ada

2 427001 15 Laki-laki 2009 Elektif Mengurangi ruang rugi

0-15 Emfisema subkutan

3 310585 67 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi

obstruksi jalan nafas atas

61> Tidak ada

4 417394 17 Laki-laki 2009 Elektif Penghisapan sekret

16-30 Penempatan kanul yang

sulit

5 390557 55 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi

obstruksi jalan nafas atas

46-60 Tidak ada

6 392126 32 Perempuan 2008 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

31-45 Tidak ada

7 396934 65 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi

obstruksi jalan nafas atas

61> Tidak ada

8 366319 92 Laki-laki 2008 Elektif Penghisapan sekret

61> Penempatan kanul yang

sulit

9 370667 57 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi

obstruksi jalan

46-60 Tidak ada

DATA SPSS LAMPIRAN 4


(51)

11 426364 13 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

0-15 Perdarahan

12 422838 40 Perempuan 2009 Elektif Mengurangi ruang rugi

31-45 Tidak ada

13 422869 43 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

14 421222 49 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Perdarahan

15 428973 28 Laki-laki 2008 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

16-30 Tidak ada

16 418118 11 Perempuan 2008 Elektif Mengurangi ruang rugi

0-15 Tidak ada

17 421760 59 Perempuan 2009 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

46-60 Perdarahan

18 378562 28 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

16-30 Tidak ada

19 372618 8 Laki-laki 2008 Darurat Mengambil

benda asing

0-15 Tidak ada

20 366829 39 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

21 402287 33 Laki-laki 2009 Elektif Mengurangi ruang rugi


(52)

22 404891 52 Perempuan 2008 Elektif Memasang respirator

46-60 Tidak ada

23 374451 63 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

24 422877 86 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

25 412836 55 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Perdarahan

26 399775 12 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

0-15 Tidak ada

27 393354 72 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Infeksi

28 373961 47 Perempuan 2008 Elektif Penghisapan sekret

46-60 Tidak ada

29 378916 41 Laki-laki 2008 Elektif Penghisapan sekret

31-45 Tidak ada

30 399001 81 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

31 397163 75 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada


(53)

33 412868 36 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

34 425883 46 Perempuan 2009 Elektif Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

35 423166 33 Laki-laki 2009 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

31-45 Perdarahan

36 365348 10 Laki-laki 2009 Darurat Mengambil

benda asing

0-15 Tidak ada

37 421087 23 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

16-30 Tidak ada

38 427163 65 Perempuan 2009 Elektif Memasang

respirator

61> Tidak ada

39 424089 49 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

40 404891 71 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Emfisema subkutan

41 419775 9 Perempuan 2009 Darurat Mengambil

benda asing

0-15 Tidak ada

42 394060 76 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Infeksi

43 370289 21 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas


(54)

44 377726 57 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

45 375348 66 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Emfisema subkutan

46 394461 87 Perempuan 2009 Elektif Memasang

respirator

61> Tidak ada

47 393865 52 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Perdarahan

48 364980 42 Laki-laki 2009 Elektif Penghisapan sekret

31-45 Tidak ada

49 373166 62 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

50 421882 34 Laki-laki 2009 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

31-45 Tidak ada

51 426412 39 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

52 424644 51 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Infeksi

53 408949 48 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas


(55)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT SPSS

1. Jumlah Tindakan Trakeostomi dari Tahun 2008 hingga 2009

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2008 22 41.5 41.5 41.5

2009 31 58.5 58.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Dilakukan Tindakan Trakeostomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31 58.5 58.5 58.5

Mengurangi ruang rugi 4 7.5 7.5 66.0

Penghisapan sekret 5 9.4 9.4 75.5

Memasang respirator 4 7.5 7.5 83.0

Cedera parah pada wajah dan leher

6 11.3 11.3 94.3

Mengambil benda asing 3 5.7 5.7 100.0


(56)

3. Distribusi Karakteristik Sampel: Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 33 62.3 62.3 62.3

Perempuan 20 37.7 37.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

ii. Berdasarkan Kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-15 7 13.2 13.2 13.2

16-30 5 9.4 9.4 22.6

31-45 12 22.6 22.6 45.3

46-60 14 26.4 26.4 71.7

61> 15 28.3 28.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Darurat 39 73.6 73.6 73.6

Elektif 14 26.4 26.4 100.0


(57)

5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 38 71.7 71.7 71.7

Perdarahan 7 13.2 13.2 84.9

Emfisema subkutan 3 5.7 5.7 90.6

Infeksi 3 5.7 5.7 96.2

Penempatan kanul yang sulit 2 3.8 3.8 100.0


(1)

22 404891 52 Perempuan 2008 Elektif Memasang respirator

46-60 Tidak ada

23 374451 63 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

24 422877 86 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

25 412836 55 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Perdarahan

26 399775 12 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

0-15 Tidak ada

27 393354 72 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Infeksi

28 373961 47 Perempuan 2008 Elektif Penghisapan sekret

46-60 Tidak ada

29 378916 41 Laki-laki 2008 Elektif Penghisapan sekret

31-45 Tidak ada

30 399001 81 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

31 397163 75 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

32 416412 58 Laki-laki 2008 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher


(2)

33 412868 36 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

34 425883 46 Perempuan 2009 Elektif Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

35 423166 33 Laki-laki 2009 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

31-45 Perdarahan

36 365348 10 Laki-laki 2009 Darurat Mengambil benda asing

0-15 Tidak ada

37 421087 23 Laki-laki 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

16-30 Tidak ada

38 427163 65 Perempuan 2009 Elektif Memasang respirator

61> Tidak ada

39 424089 49 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

40 404891 71 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Emfisema subkutan

41 419775 9 Perempuan 2009 Darurat Mengambil benda asing

0-15 Tidak ada

42 394060 76 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Infeksi

43 370289 21 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas


(3)

44 377726 57 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Tidak ada

45 375348 66 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Emfisema subkutan

46 394461 87 Perempuan 2009 Elektif Memasang respirator

61> Tidak ada

47 393865 52 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Perdarahan

48 364980 42 Laki-laki 2009 Elektif Penghisapan sekret

31-45 Tidak ada

49 373166 62 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

61> Tidak ada

50 421882 34 Laki-laki 2009 Darurat Cedera parah pada wajah

dan leher

31-45 Tidak ada

51 426412 39 Perempuan 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31-45 Tidak ada

52 424644 51 Laki-laki 2009 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

46-60 Infeksi

53 408949 48 Perempuan 2008 Darurat Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas


(4)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT SPSS

1. Jumlah Tindakan Trakeostomi dari Tahun 2008 hingga 2009

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2008 22 41.5 41.5 41.5

2009 31 58.5 58.5 100.0 Total 53 100.0 100.0

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Indikasi Dilakukan Tindakan Trakeostomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Mengatasi obstruksi jalan

nafas atas

31 58.5 58.5 58.5

Mengurangi ruang rugi 4 7.5 7.5 66.0 Penghisapan sekret 5 9.4 9.4 75.5 Memasang respirator 4 7.5 7.5 83.0 Cedera parah pada wajah

dan leher

6 11.3 11.3 94.3

Mengambil benda asing 3 5.7 5.7 100.0


(5)

3. Distribusi Karakteristik Sampel:

Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 33 62.3 62.3 62.3

Perempuan 20 37.7 37.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

ii. Berdasarkan Kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0-15 7 13.2 13.2 13.2

16-30 5 9.4 9.4 22.6 31-45 12 22.6 22.6 45.3 46-60 14 26.4 26.4 71.7 61> 15 28.3 28.3 100.0 Total 53 100.0 100.0

4. Distribusi Sampel Menurut Waktu Dilakukannya Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Darurat 39 73.6 73.6 73.6

Elektif 14 26.4 26.4 100.0 Total 53 100.0 100.0


(6)

5. Distribusi Sampel Berdasarkan Komplikasi Akibat Tindakan Trakeostomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak ada 38 71.7 71.7 71.7

Perdarahan 7 13.2 13.2 84.9 Emfisema subkutan 3 5.7 5.7 90.6

Infeksi 3 5.7 5.7 96.2

Penempatan kanul yang sulit 2 3.8 3.8 100.0