Prevalensi Jenis Kekurangan Gizi Pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2008-2009

(1)

Prevalensi Jenis Kekurangan Gizi

pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik,

Medan

pada Tahun 2008 – 2009

Oleh:

Mohd Ikhwan bin Azmi

070100469

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Prevalensi Jenis Kekurangan Gizi

pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan

pada Tahun 2008 – 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Dijalankan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Mohd Ikhwan bin Azmi

070100469

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Jenis Kekurangan Gizi Pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2008 –

2009

Nama : MOHD IKHWAN BIN AZMI NIM : 070100469

Pembimbing Penguji I

(Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid, Sp.PD, Sp.GK) (dr. Yunita Sari Pane, MSi) NIP: 1950 1105 197903 1 004

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap, M.A.)

24 Nopember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Sireger, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198110 1 001


(4)

ABSTRAK

Masalah kekurangan gizi diderita hampir 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi dan diperkirakan 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi. Masalah kekurangan gizi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) pada anak umur bawah lima tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan pada tahun 2008 – 2009.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang menggunakan data yang tercatat pada rekam medis dari Bagian Poliklink Anak RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tanggal 1 Januari 2008 hingga 31 Disember 2009 dengan menggunakan teknik total sampling. Data dianalisa dengan menggunaka SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang dijalankan, jumlah kasus KEP pada anak umur bawah lima tahun yang dilaporkan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2008 – 2009 adalah sebanyak 48 kasus.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, kasus KEP pada tahun 2009 menunjukkan sedikit peningkatan berbanding pada tahun 2008 dengan 25 kasus (52,1%). Kelompok umur 1 – 2 tahun paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 35 kasus (72,9%). Kurang energi protein yang paling dominan adalah jenis marasmus dengan 38 kasus (79,2%). Penderita dengan jenis kelamin perempuan paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 27 orang.

Kata kunci: Kurang energi protein (KEP), tahun, umur, jenis KEP dan jenis kelamin


(5)

Abstract

Malnutrition affected about 15% of world population and most of the cases were reported from develop countries. It was estimated that, about five million children die every year from malnutrition. Malnutrition among children under five years old can give a negative impact to a country’s human resource because it will affect their physical and mental growth and development. The aim of this study is to know the prevalence of Protein Energy Malnutrition (PEM) among children under five years old at Haji Adam Malik General Hospital, Medan between 2008 – 2009 periods.

The design of this study is cross-sectional. The material of this study was taken from the patient’s medical record from Paediatric Polyclinic Department of Haji Adam Malik General Hospital, Medan period 1st January 2008 till 31st December 2009 using total sampling technique. The data was analyzed using SPSS programme and presented through table. 48 cases of PEM were reported at Haji Adam Malik General Hospital, Medan period 1st January 2008 till 31st December 2009.

From the study, year 2009 shows a slight increase from 2008 with 25 cases (52,1%) reported. Conclucion: The most frequent incident was children aged between 1 – 2 years old with 35 cases (72,9%). Marasmus PEM was the dominant cases with 38 cases (79,2%). Girls were the most reported compare to boys with 27 cases.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. karena dengan rahmat dan kurniaNya dapat saya menyelesaikan penelitian ini untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan program Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Judul yang saya ambil untuk KTI ini adalah Prevalensi Jenis Kekurangan Gizi Pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2008 – 2009.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyedari masih jauh dari sempurna. Saya tetap mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat menyempurnakan Karys Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini,saya ingin mengucapkan terima kasih kepad semua pihak yang telah banyak membantu melalui bimbingan, dukungan, motivasi dan doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih mendalam kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU.

2. Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid, SpPD, SpGK, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan tunjuk ajar dan meluangkan waktu dalam proses pembuatan KTI ini.

3. dr. Dina Keumala Sari, MG,SpGK, selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing saya dalam pembuatan KTI ini.

4. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU Medan terutama staf IKK yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama saya menyusun KTI ini.

5. Pihak RSUP Haji Adam Malk, Medan yang telah memberikan kerjasama baik dari segi pengambilan data dan saran dalam menyiapkan KTI ini 6. Kedua orang tua yang telah banyak memberi dukungan moral maupun


(7)

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 10 Mei 2010, Penulis,

(Mohd Ikhwan bin Azmi) NIM: 070100469


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR ISTILAH ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Malnutrisi ... 4

2.2 Kurang Energi Protein ... 4

2.2.1 Marasmus ... 5

2.2.2 Kwashiorkor ... 6

2.3 Makronutrien ... 8

2.3.1 Protein ... 8

2.3.2 Karbohidrat ... 9

2.3.3 Lemak ... 10

2.4 Mikronutrien ... 11

2.4.1 Vitamin ... 11

2.4.1.1 Vitamin Larut Lemak ... 11

2.4.1.2 Vitamin Larut Air ... 13

2.4.2 Mineral ... 16


(9)

2.5.1 Antropometri ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 19

3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Definisi Operasional ... 19

3.2.1 Aspek Pengukuran ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Jenis Penelitian ... 23

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Hasil Penelitian... 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2 Deskripsi Individu ... 25

5.1.3 Hasil Analisa Data ... 26

5.2 Pembahasan ... 29

5.2.1 Distribusi frekuansi berdasarkan jenis kelamin ... 30

5.2.2 Distribusi frekuansi berdasarkan umur ... 30

5.2.3 Jumlah Kasus KEP Menurut Jenis KEP dengan Kelompok Umur ... 31

5.2.4 Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Tahun masuk ... 31

5.2.5 Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Jenis KEP ... 32

5.2.6 Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Tabel WHO/NCHS ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kebutuhan energi harian………...……….. 5

Tabel 2.2 Kebutuhan protein harian………..………. 8

Tabel 2.3 Nilai protein dalam berbagai bahan makanan (gram/100gram)... 9 Tabel 2.4 Nilai karbohidrat dalam berbagai bahan makanan (gram/100gram)………... 10 Tabel 2.5 Nilai lemak dalam berbagai bahan makanan (gram/100gram)……….. 10 Tabel 2.6 Angka kecukupan vitamin A……….. 11

Tabel 2.7 Angka kecukupan vitamin D……….. 12

Tabel 2.8 Angka kecukupan vitamin E………….……….. 12

Tabel 2.9 Angka kecukupan vitamin K……….………. 13

Tabel 2.10 Angka kecukupan vitamin B1………. 13

Tabel 2.11 Angka kecukupan vitamin B2………. 14

Tabel 2.12 Angka kecukupan niasin………... 14

Tabel 2.13 Angka kecukupan vitamin B6………. 15

Tabel 2.14 Angka kecukupan vitamin B12……… 15

Tabel 2.15 Angka kecukupan asam folat……….. 15

Tabel 2.16 Angka kecukupan vitamin C……….. 16

Tabel 2.17 Angka kecukupan besi……… 17

Tabel 2.31 Klasifikasi KEP……….. 18

Tabel 3.1 Klasifikasi KEP……….. 21

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur………... 25

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi KEP Berdasarkan Jenis KEP…………. 26

Tabel 5.3 Jenis KEP dengan Kelompok umur……… 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Marasmus……… 6

Gambar 2.2 Kwashiorkor ………... 7

Gambar 3.1 Kerangka konsep………. 19

Gambar 3.2 Kurva distribusi normal………... 22


(12)

DAFTAR ISTILAH

I. KEP = Kurang Energi Protein II. BB = Berat Badan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

 Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup

 Lampiran II: Nilai Gizi dalam Makanan

 Lampiran III: Acuan Normal HWO/NCHS

 Lampiran IV: Surat Izin Penelitian

 Lampiran V: Surat Izin Studi Pendahuluan

 Lampiran VI: Data Induk


(14)

ABSTRAK

Masalah kekurangan gizi diderita hampir 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi dan diperkirakan 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi. Masalah kekurangan gizi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) pada anak umur bawah lima tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan pada tahun 2008 – 2009.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang menggunakan data yang tercatat pada rekam medis dari Bagian Poliklink Anak RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tanggal 1 Januari 2008 hingga 31 Disember 2009 dengan menggunakan teknik total sampling. Data dianalisa dengan menggunaka SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang dijalankan, jumlah kasus KEP pada anak umur bawah lima tahun yang dilaporkan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2008 – 2009 adalah sebanyak 48 kasus.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, kasus KEP pada tahun 2009 menunjukkan sedikit peningkatan berbanding pada tahun 2008 dengan 25 kasus (52,1%). Kelompok umur 1 – 2 tahun paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 35 kasus (72,9%). Kurang energi protein yang paling dominan adalah jenis marasmus dengan 38 kasus (79,2%). Penderita dengan jenis kelamin perempuan paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 27 orang.

Kata kunci: Kurang energi protein (KEP), tahun, umur, jenis KEP dan jenis kelamin


(15)

Abstract

Malnutrition affected about 15% of world population and most of the cases were reported from develop countries. It was estimated that, about five million children die every year from malnutrition. Malnutrition among children under five years old can give a negative impact to a country’s human resource because it will affect their physical and mental growth and development. The aim of this study is to know the prevalence of Protein Energy Malnutrition (PEM) among children under five years old at Haji Adam Malik General Hospital, Medan between 2008 – 2009 periods.

The design of this study is cross-sectional. The material of this study was taken from the patient’s medical record from Paediatric Polyclinic Department of Haji Adam Malik General Hospital, Medan period 1st January 2008 till 31st December 2009 using total sampling technique. The data was analyzed using SPSS programme and presented through table. 48 cases of PEM were reported at Haji Adam Malik General Hospital, Medan period 1st January 2008 till 31st December 2009.

From the study, year 2009 shows a slight increase from 2008 with 25 cases (52,1%) reported. Conclucion: The most frequent incident was children aged between 1 – 2 years old with 35 cases (72,9%). Marasmus PEM was the dominant cases with 38 cases (79,2%). Girls were the most reported compare to boys with 27 cases.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Data statistik daripada United Nation

Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi

di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah daripada 10,9 juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi (FAO, 2009).

Penelitian yang dilakukan, menyatakan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe, Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Selain itu, hasil laporan riset kesehatan dasar nasional 2007 bagi status gizi provinsi Sumatera Utara menurut berat badan per umur (BB/U) mencatatkan angka gizi buruk 8,4% dan angka gizi kurang 14,3% (Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).

Menurut data daripada World Hunger Organization, terdapat empat jenis masalah kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World Hunger Organization, 2009). Masalah malnutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat memberikan


(17)

dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per umur (BB/U) pada anak balita mencapai 5,4% dan gizi kurang sebesar 13% (Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk memberikan masukan pada pihak yang terlibat dalam menangani masalah kekurangan gizi pada anak agar dapat dilakukan penanganan yang sesuai dan tepat agar masalah ini dapat ditangani secara tuntas. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan seluruh lapisan masyarakat, kota Medan khususnya dan Sumatera Utara umumya.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian adalah bagaimana prevalensi KEP pada anak umur bawah lima tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan pada tahun 2008 – 2009.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum:

Mengetahui prevalensi KEP pada anak umur bawah lima tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan pada tahun 2008 – 2009.

1.3.2. Tujuan khusus:

1. Mengetahui karakteristik deskriptif sosial yang ada pada penderita KEP pada anak umur bawah lima tahun meliputi umur dan jenis kelamin. 2. Mengetahui sebaran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) pada anak

umur bawah lima tahun di RSUP HAM, Medan.

3. Mengetahui prevalensi KEP pada anak umur bawah lima tahun di RSUP HAM, Medan.


(18)

1.4Manfaat Penelitian:

1.4.1. Peneliti:

Diharapkan dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mengasah daya analisa dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

1.4.2. Pendidikan:

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

1.4.3. Masyarakat:

Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan informasi yang benar bagi masyarakat tentang prevalensi kekurangan gizi pada anak umur bawah lima tahun di Kota Medan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malnutrisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral ( Wardlaw et al, 2004).

2.2 Kurang Energi Protein (KEP)

Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).

Kurang energi protein bisa terjadi karena adanya beberapa faktor yang secara bersamaan menyebabkan penyakit ini, antara lain ialah faktor sosial dan ekonomi contohnya masalah kemiskinan dan faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang padat dan tidak bersih. Selain itu, pemberiaan Air Susu Ibu (ASI)


(20)

dan makanan tambahan yang tidak adekuat juga menjadi penyebabkan terjadinya masalah KEP (Kleigmen et al, 2007).

Parameter keparahan dan klasifikasi KEP dapat diukur dengan menggunakan indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap usia (TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau. Departemen Kesehatan RI (2000) merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia. Anak dikatakan menderita KEP apabila berada di bawah -2 Z-score dari setiap indikator (Arisman, 2010).

Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan kwashiorkor (Kleigmen et al, 2007).

Tabel 2.1 Kebutuhan energi harian

Umur Energi (Kkal)

0-6 bulan 550

7-12 bulan 650

1-3 tahun 1000

4-6 tahun 1550

7-9 tahun 1800

(Sumber:

2.2.1 Marasmus

Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita marasmus, pertumbuhannya akan berkurang atau terhenti, sering berjaga pada waktu malam, mengalami konstipasi atau diare. Diare pada penderita marasmus akan terlihat berupa bercak hijau tua yang terdiri dari sedikit lendir dan sedikit tinja.


(21)

Gangguan pada kulit adalah tugor kulit akan menghilang dan penderita terlihat keriput. Apabila gejala bertambah berat lemak pada bagian pipi akan menghilang dan penderita terlihat seperti wajah seorang tua. Vena superfisialis akan terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol dan mata tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas dan tampak atropi (Hassan et al, 2005).

Gambar 2.1 Marasmus

(Dikutip dari: http://www.childclinic.net)

2.2.2 Kwashiorkor

Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit (Hassan et al, 2005).

Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy


(22)

pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi (Hassan et al, 2005).

Gambar 2.2 Kwashiorkor

(Dikutip dari: http://adam.about.com)

2.3 Makronutrien 2.3.1 Protein

Protein adalah molekul makro yang terdiri dari rantai-rantai panjang asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen; beberapa asam amino mengadung unsur-unsur tambahan seperti fosfor dan besi yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptide (Tortora G.J. and Derrickson B., 2006).

Terdapat enam jenis protein di dalam tubuh manusia yang dibagi berdasarkan fungsinya yaitu, protein struktural, protein regulatori, protein


(23)

kontraksi, protein imun, protein transport, dan protein katalitik (Tortora G.J. and Derrickson B., 2006). Pada tabel 2.2 adalah nilai kebutuhan protein harian.

Tabel 2.2 Kebutuhan protein harian

Umur Protein (g)

0-6 bulan 10

7-12 bulan 16

1-3 tahun 25

4-6 tahun 39

7-9 tahun 45

(Sumber:

Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging, unggas,dan sumber protein nabati adalah kacang-kacangan. Bahan makanan hewani kaya dengan protein bermutu tinggi. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi (Arisman, 2006). Kandungan protein dalam beberapa bahan makanan pada dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai protein dalam berbagai bahan makanan (gram/100 gram)

Bahan makanan (100 g) Nilai protein (g) Bahan makanan (100g) Nilai protein (g)

Kacang kedelai 34,9 Tepung susu 24,6

Kacang tanah terkelupas

25,3 Kentang 2

Kacang hijau 22,2 Roti putih 8

Tahu 7,8 Mie kering 7,9

Daging sapi 18,8 Jagung kuning, pipil 9,2

(Sumber: Almatsier S., 2006)

2.3.2 Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkal. Sebagian karbohidrat berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak (Almatsier, 2006).


(24)

Sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Sebagian besar sayur dan buha tidak banyak mengandung karbohidrat. Bahan makanna hewani seperti daging, ayam dan telur sedikit mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, ubi, singkong, jagung, sagu, dan talas (Arisman, 2006). Kandungan karbohidrat dalam beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Nilai karbohidrat dalam berbagai bahan makanan (gram/100 gram) Bahan makanan(100 g) Nilai karbohidrat (g) Bahan makanan(100 g) Nilai karbohidrat (g)

Gula pasir 94 Tahu 1,6

Jelli/jem 64,5 Apel 14,9

Bihun 82 Wortel 9,3

Kacang tanah 23,6 Telur ayam 0,7

Tempe 12,7 Susu sapi 43

(Sumber: Almatsier S., 2006)

2.3.3 Lemak

Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang bersifat tidak larut dalam air (hidrofobik). Lemak juga termasuk dalam sumber energi manusia selain bertindak sebagai koenzim bagi vitamin larut lemak (Champ and Harvey, 2005). Lemak juga berfungsi sebagai sumber energi yang menghasilkan 9 Kkal untuk setiap gram yaitu kira-kira tiga kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Lemak disimpan sebanyak 50% di subkutan, 45% di sekeliling organ dalam rongga perut dan 5% di jaringan intramuskuler (Almatsier S., 2006).


(25)

Tabel 2.5 Nilai lemak dalam berbagai bahan makanan (gram/100 gram)

Bahan makanan (100 g)

Nilai lemak (g) Bahan makanan (100 g) Nilai lemak (g)

Minyak kelapa sawit 100 Kacang tanah

terkepulas

42,8

Ayam 25 Tepung susu 30

Daging sapi 14 Susu sapi segar 3,5

Telur bebek 14,3 biskut 14,4

Telur ayam 11,5 Mie kering 11,8

(Sumber: Almatsier S., 2006)

2.4 Mikronutrien 2.4.1 Vitamin

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil dan kebanyakkannya tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin terbagi kepada dua jenis yaitu vitamin larut lemak ( vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut air (vitamin B1, B2, niasin, B6, B12, , asam pantotenat, asam folat, biotin, vit.C). Vitamin berperan dalam reaksi metabolisme energi dan pertumbuhan (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005).

2.4.1.1 Vitamin larut lemak

Vitamin A diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh, berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang dan dalam pertumbuhan tulang dan gigi . β-karotin di dalam vitamin A bertindak sebagai antioksidan terhadap radikal bebas (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin A dinyatakan pada tabel 2.6.


(26)

Tabel 2.6 Angka kecukupan vitamin A

Golongan umur Vitamin A (RE)

0 - 6 bulan 357

7 – 12 bulan 400

1 – 3 tahun 400

4 – 6 tahun 450

7 – 9 tahun 500

(Sumber:

Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan fosfor dari saluran cerna. Vitamin D bekerja bersamaan dengan hormon paratiroid dalam mengekalkan keseimbangan ion kalsium (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin D dinyatakan dalam tabel 2.7.

Tabel 2.7 Angka kecukupan vitamin D

Golongan umur Vitamin D (μg)

0 - 6 bulan 5

7 – 12 bulan 5

1 – 3 tahun 5

4 – 6 tahun 5

7 – 9 tahun 5

(Sumber:

Vitamin E atau tokoferol terlibat di dalam pembentukan sel darah merah, penyembuhan luka dan bertindak sebagai antioksidan terhadap radikal bebas (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin E dinyatakan dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8 Angka kecukupan vitamin E

Golongan umur Vitamin E (mg)

0 - 6 bulan 4

7 – 12 bulan 5

1 – 3 tahun 6

4 – 6 tahun 7

7 – 9 tahun 7


(27)

Vitamin K berfungsi sebagai koenzim untuk faktor-faktor pembekuan (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin K dinyatakan dalam tabel 2.9.

Tabel 2.9 Angka kecukupan vitamin K

Golongan umur Vitamin K (μg)

0 - 6 bulan 5

7 – 12 bulan 10

1 – 3 tahun 15

4 – 6 tahun 20

7 – 9 tahun 25

(Sumber

2.4.1.2 Vitamin larut air

Vitamin B1 atau tiamin berperan dalam metabolism karbohidrat dan sintesa neurotransmitter acetylcholine (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin B1 dinyatakan dalam tabel 2.10.

Tabel 2.10 Angka kecukupan vitamin B1

Golongan umur Vitamin B1 (mg)

0 - 6 bulan 0,3

7 – 12 bulan 0,4

1 – 3 tahun 0,5

4 – 6 tahun 0,6

7 – 9 tahun 0,9

(Sumber:

Vitamin B2 atau riboflavin berfungsi sebagai komponen koenzim contohnya Flavin Adenin Dinukleotida (FAD) dan Flavin Adenin Mononukleotida (FMN) dalam metabolism karbohidrat dna protein terutama di dalam sel mata, mukosa usus dan darah (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin B2 dinyatakan dalam tabel 2.11.


(28)

Tabel 2.11 Angka kecukupan vitamin B2

Golongan umur Vitamin B2(mg)

0 - 6 bulan 0,3

7 – 12 bulan 0,4

1 – 3 tahun 0,5

4 – 6 tahun 0,6

7 – 9 tahun 0,9

(Sumber:

Niasin adalah komponen essensial Nikotinamida Adenin Dinukleotida

Fosfat (NADP) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) yaitu koenzim

bagi reaksi oksidasi-reduksi. Di dalam metabolism lemak, niasin berfungsi membantu pemecahan triglaserida dan menginhibisi penghasilan kolesterol (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan niasin dinyatakan dalam tabel 2.12.

Tabel 2.12 Angka kecukupan niasin

Golongan umur Niasin (mg)

0 - 6 bulan 2

7 – 12 bulan 4

1 – 3 tahun 5

4 – 6 tahun 8

7 – 9 tahun 10

(Sumber:

B6 atau piridoksin adalah koenzim metabolisme asam amino dan

triglyceride dan membantu dalam pembentukan antibodi (Tortora G.J. and


(29)

Tabel 2.13 Angka kecukupan vitamin B6

Golongan umur Vitamin B6 (mg)

0 - 6 bulan 0,1

7 – 12 bulan 0,3

1 – 3 tahun 0,5

4 – 6 tahun 0,6

7 – 9 tahun 1

(Sumber:

B12 atau kobalamin adalah koenzim yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah dan asam amino methionine (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin B12 dinyatakan dalam tabel 2.14.

Tabel 2.14 Angka kecukupan vitamin B12

Golongan umur Vitamin B12 (mg)

0 - 6 bulan 0,4

7 – 12 bulan 0,1

1 – 3 tahun 0,5

4 – 6 tahun 0,7

7 – 9 tahun 0,9

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Asam folat berperan sebagai koenzim dalam sistem sintesa enzim basa nitrogen untuk DNA dan RNA. Asam folat juga diperlukan untuk produksi normal sel darah merah dan sel darah putih (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan asam folat dinyatakan dalam tabel 2.15.

Tabel 2.15 Angka kecukupan asam folat

Golongan umur Asam folat (μg)

0 - 6 bulan 65

7 – 12 bulan 80

1 – 3 tahun 150

4 – 9 tahun 200


(30)

Vitamin C merangsang sintesa protein, penyembuhan luka dan bertindak sebagai antioksidan (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan vitamin B6 dinyatakan dalam tabel 2.16.

Tabel 2.16 Angka kecukupan vitamin C

Golongan umur Vitamin C (mg)

0 - 6 bulan 40

7 – 12 bulan 40

1 – 3 tahun 40

4 – 6 tahun 45

7 – 9 tahun 45

(Sumber:

2.4.2 Mineral

Mineral meliput i kira-kira 4% daripada berat badan manusia. Mineral memegang pelbagai peran di dalam tubuh yaitu merupakan sebagian dari matrik tulang, meregulasi reaksi enzimatik, mengawal pH dan cairan tubuh dan terlibat di dalam proses osmosis air dan pelbagai ion. Mineral digolongkan di dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral Makro dibutuhkan lebih dari 100 mg sehari. Antara contoh-contoh mineral ialah kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), dan kalium (K).Mineral mikro ialah mineral yang dibutuhkan kurang dari 15 mg sehari. Antara contoh- contoh mineral mikro ialah besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se) (Sumber: Almatsier S., 2006).

Besi (Fe) paling banyak ditemukan di dalam sel darah merah yaitu kira-kira 66%. Besi adalah komponen dari hemoglobin yang mengikat oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (Tortora G.J. and Derrickson B., 2005). Angka kecukupan rata-rata sehari untuk besi dapat dilihat pada tabel 2.17.


(31)

Tabel 2.17 Angka kecukupan besi

Golongan umur Besi (mg)

0 - 6 bulan 0,5

7 – 12 bulan 7

1 – 3 tahun 8

4 – 6 tahun 9

7 – 9 tahun 10

(Sumber:

2.5 Penilaian Status Gizi 2.5.1 Antropometri

Pengukuran antropometri paling sering digunakan untuk mengukur gangguan tumbuh kembang. Antropometri digunakan secara meluas karena cukup praktis dengan pendekatan non- invasif dalam mengukur status nutrisi individu atau masyarakat. Ukuran antropometri adalah berupa penimbangan berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkaran kepala dan lapisan lemak bawah kulit yang menggunakan ukuran dan standar tertentu. Indeks antropometri yang paling sering digunakan ialah BB/U, TB/U dan BB/TB (Cogill B., 2003).

Indeks BB/U dapat digunakan untuk mengenal pasti masalah berat badan rendah menurut umur yang spesifik. Kelebihan BB/U adalah dapat mengenal pasti masalah malnutrisi baik akut dan/atau kronik, walaupun indeks BB/U tidak dapat membedakan samada penderita menderita malnutrisi akut atau kronik. Indeks TB/U dapat digunakan untuk mengenal pasti masalah malnutrisi yang kronik. Untuk anak bawah dua tahun, istilah panjang badan-umur digunakan sementara istilah TB/U digunakan untuk anak dua tahun dan ke atas. TB/U yang rendah menandakan tumbuh kembang yang terbantut. Indeks BB/TB digunakan untuk mengenal pasti samada malnutrisi yang dialami adalah akut ataupun baru saat ini. BB/TB berguna untuk mengukur efek malnutrisi jangka pendek samada karena penyakit ataupun perubahan pola makan (Cogill B., 2003).


(32)

Parameter keparahan dan klasifikasi KEP dapat diukur dengan menggunakan indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap usia (TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau. Departemen Kesehatan RI (2000), berdasarkan Temu Pakar Gizi di Bogor tanggal 19-20 Januari dan di Semarang tanggal 24-26 Mei tahun 2000, merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku antropometis di Indonesia. (Arisman, 2010). Keparahan KEP dapat dilihat pada tabel 2.31 dari setiap indiator yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB (Arisman, 2010).

Tabel 2.31 Klasifikasi KEP

Indeks Simpangan Baku Status gizi

BB/U 2 SD

-2 sampai +2 SD < -2 sampai -3 SD < -3 SD

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk

TB/U Normal

Pendek

-2 sampai +2 SD < -2

BB/TB 2 SD

-2 sampai +2 SD < -2 sampai -3 SD < -3 SD

Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Gambar 3.1: Kerangka konsep

3.2 Definisi operasional

1. Umur anak yang akan diteliti adalah berumur diantara 1-5 tahun. Cara ukur adalah dengan cara observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a) 1 – 2 tahun b) 2 – 3 tahun c) 3 – 4 tahun d) 4 – 5 tahun Skala ukur: skala ordinal

Kurang Energi Protein (KEP)

Umur

Jenis kelamin

BB/TB

Jenis KEP

Klasifikasi KEP Tahun


(34)

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien KEP pada saat penelitian dilaksanakan. Cara ukur adalah cara obervasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a) Laki-laki b) Perempuan Skala ukur: skala nominal

3. BB/TB adalah berat badan per tinggi badan pasien KEP pada saat penelitian dilaksanakan. Cara ukur adalah cara observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Skala ukur adalah skala ratio

4. Tahun masuk adalah waktu dimana pasien dinyatakan menderita KEP dan dinyatakan dalam tahun. Cara ukur adalah observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

.

a) Tahun 2008 b) Tahun 2009 Skala ukur: skala nominal

5. Jenis KEP adalah jenis KEP pasien KEP pada saat penelitian dilaksanakan. Cara ukur adalah cara observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a) Marasmus b) Kwashiorkor

c) Marasmik kwashiorkor Skala ukur: skala nominal

6. Klasifikasi KEP adalah klasifikasi pasien KEP pada saat penelitian dilakukan. Klasifikasi KEP ditentukan dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh WHO/NCHS berdasarkan perbandingan BB/TB. Cara ukur yang digunakan adalah cara observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil pengukuran adalah:

a) ≥2 SD: gemuk

b) -2SD sampai +2SD: normal c) <-2SD sampai -3SD: kurus d) <-3SD: sangat kurus


(35)

Skala ukur: skala ordinal

3.2.1 Aspek pengukuran

Kurang energi protein akan dinilai berdasarkan BB/TB pada saat anak menerima rawatan di RSUP HAM, Medan.

Tabel 3.1 Klasifikasi KEP

Indeks Simpangan Baku Status gizi BB/U ≥ 2 SD

-2 sampai +2 SD < -2 sampai -3 SD < -3 SD

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk

TB/U -2 sampai +2 SD < -2 SD

Normal Pendek

BB/TB ≥ 2 SD -2 sampai +2 SD

< -2 sampai -3 SD < -3 SD

Gemuk Normal

Kurus Sangat Kurus

(Sumber: Arisman, 2010)

Gambar 3.2 Kurva distribusi normal


(36)

Anak akan dikatakan mengalami KEP samada kurus ataupun sangat kurus jika indeks BB/TB berada di bawah -2 Z-score.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang menggunakan data yang tercatat pada rekam medis dari Bagian Poliklink Anak RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tanggal 1 Januari 2008 hingga 31 Disember 2009. Disebut penelitian deskriptif karena penelitian ini ingin melihat prevalensi jenis kekurangan gizi pada anak usia bawah lima tahun. Disebut penelitian

cross-sectional karena dalam penelitian ini, data dari rekam medis hanya diambil satu

kali sahaja.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan seluruh lapisan masyarakat kota Medan khususnya dan Sumatera Utara umunya.

Pengambilan data dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-3 bulan Agustus dan dilanjutkan dengan pengolahan data pada bulan September 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penilitian

Populasi penelitian ialah semua data penderita yang didiagnosa menderita kekurangan gizi di Bagian Anak RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tanggal 1 Januari 2008 hingga 31 Disember 2009. Penelitian ini menggunakan total

sampling sebagai teknik pengambilan data yakni mengambil sampel dari seluruh


(38)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data bagi penelitian ini adalah sebagaimana langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpul data rekam medis mengenai gizi buruk pada anak yang pernah dan sedang mendapatkan perawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Mencatat data yang diperlukan seperti terlampir dalam formula data. 3. Hasilnya terutama nilai BB/TB disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Penyajian data dalam bentuk diagram dan tabel dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, terletak di kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17 yang merupakan rumah sakit tipe A di Medan. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan. Rumah sakit ini memiliki fasilitas rekam medis yang lengkap dari pelbagai penyakit dan golongan umur pasien dari anak-anak hingga lansia.

5.1.2 Deskripsi Individu

Penelitian dilakukan secara deskriptif, dengan mengambil data daripada rekam medis periode 1 Januari 2208 hingga 31 Desember 2009. Berdasarkan teknik total sampling,ditemukan sebanyak 48 sampel penderita KEP di RSUP Haji Adam Malik, Medan; terdiri daripada anak laki-laki dan perempuan yang berumur diantara satu hingga lima tahun. Turut diteliti juga adalah jenis kelamin, dan diagnosa penyakit KEP.

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 48 sampel penelitian, diperoleh distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur yang tercantum pada table 5.1.


(40)

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Variabel n (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 21 (43,8) Perempuan 27 (56,3)

Umur (tahun)

1 – 2 35 (72,9) >2 – 3 3 (6,3) >3 – 4 3 (6,3) >4 – 5 7 (14,6)

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan bahwa distribusi frekwensi umur sampel yang paling banyak adalah dari 1 – 2 tahun dengan 35 orang (72,9%), diikuti dengan umur dari 4 – 5 tahun dengan 7 orang (14,6%) dan umur dari 2 – 3 tahun dan umur dari 3 – 4 tahun dengan masing-masing 3 orang (6,3%). Didapatkan juga bahwa, jenis kelamin perempuan sedikit lebih tinggi berbanding laki-laki yaitu perempuan 27 orang (56,3%) dan laki-laki 21 orang (43,8%).

5.1.3 Hasil Analisa Data

a. Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 48 sampel, diperoleh jumlah kasus KEP menurut kelompok umur yang padat dilihat pada table 5.2.


(41)

Table 5.2 Jenis KEP dengan Kelompok umur

Jenis KEP menurut kelompok umur

Marasmus Kwashiorkor Marasmik kwashiorkor

Total

1 – 2 28 6 1 35

2 – 3 3 0 0 3

3 – 4 2 0 1 3

4 – 5 5 2 0 7

Total 38 8 2 48

Berdasarkan table 5.2, kelompok umur 1 – 2 tahun adalah sampel yang paling banyak menderita keluhan KEP jenis marasmus dan kwashiorkor.

b. Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Tahun masuk

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 48 sampel, diperoleh jumlah kasus KEP menurut kelompok umur yang padat dilihat pada table 5.3.

Tabel 5.3 Jenis KEP Berdasarkan Tahun Berjalan

Jenis KEP menurut tahun berjalan

Marasmus Kwashiorkor Marasmik kwshiorkor

Total

2008 19 2 2 23

2009 19 6 0 25

Total 38 8 2 48

Berdasarkan table 5.3, pada tahun 2008 didapatkan 19 sampel marasmus, 2 sampel kwashiorkor dan 2 sampel marasmik kwashiorkor. Pada tahun 2009 pula, didapatkan 19 sampel marasmus, 6 sampel kwashiorkor tetapi tidak didapatkan sebarang sampel marasmik kwashiorkor.


(42)

c. Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Jenis KEP

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 48 sampel, diperoleh distribusi frekuensi KEP yang pada dilihat pada table 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi KEP Berdasarkan Jenis KEP

KEP n (%)

Marasmus 38 (79,2)

Kwashiorkor 8 (16,7) Marasmik

kwashiorkor

2 (4,2)

Jumlah 48

Gambar 5.1 Pie-Diagram Jenis Penyakit


(43)

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 38 sampel (79,2%) penderita marasmus, 8 sampel penderita kwashiorkor (16,7%) dan 2 sampel penderita marasmik kwashiorkor (4,2%).

d. Jenis KEP berdasarkan tabel WHO/NCHS

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 48 sampel, diperoleh jenis KEP berdasarkan tabel WHO/NCHS yang pada dilihat pada table 5.3.

Tabel 5.5 Jenis KEP berdasarkan Tabel WHO/NCHS

Jenis KEP menurut tabel WHO/NCHS

Marasmus Kwashiorkor Marasmik kwashiorkor

Total

-2 - -3 22 2 0 24

<-3 16 6 2 24

Total 38 8 2 48

Berdasarkan tabel 5.5, sebanyak 22 sampel penderita marasmus dan 2 sampel penderita kwashiorkor diklasifikasikan sebagai kurus (-2 - -3) dan 16 sampel pamderita marasmus, 6 sampel penderita kwashiorkor dan 2 sampel penderita marasmik kwashiorkor diklasifikasikan sebagai sangat kurus (<-3).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara mengkaji data dari rekam medis. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:


(44)

5.2.1 Distribusi frekuansi berdasarkan jenis kelamin:

Pada penelitian ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan sedikit lebih tinggi dengan 27 sampel (56,3%) berbanding dengan jenis kelamin laki-laki dengan 21 sampel (43,8%). Menurut Norhayati et al (1997) dalam Hesham (2005), menyatakan bahwa tiada beda yang signifikan bagi status gizi dan kejadian kurang gizi bagi jenis kelmain laki-laki dan perempuan. Selain itu, menurut Mbago M.C.Y. dan Namfua P.D. (1992) dan Raja’a Y.A. et al (2001) dalam Hesham (2005), nutrisi pada anak laki-laki adalah lebih baik daripada nutrisi pada anak perempuan (Hesham et al, 2005).

5.2.2 Distribusi frekuansi berdasarkan umur:

Distribusi frekuensi umur pula menunjukkan umur 1 – 2 tahun paling banyak dilaporkan dengan 35 sampel (72,9%), diikuti umur 4 – 5 tahun dengan 7 sampel (14,6%) dan umur 2 – 3 tahun dan umur 3 – 4 tahun dengan masing-masing 3 sampel (6,3%). Ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trowell, Davies dan Dean dalam Magotra M.L., Sincar P.K. dan Katira O.P. yang melaporkan daripada 1141 kasus marasmus, 85% kasus adalah pada anak berusia antara 1 – 2 tahun dan 69% kasus adalah pada anak-anak yang berusia antara 1 – 3 tahun (Magotra M.L., Sincar P.K. dan Katira O.P., 1976). Di samping itu, menurut Li Y. et al (1999) daripada 2019 anak, sebanyak 15,8% menderita KEP sedang dan 3,1% menderita KEP berat dan kebanyakkan anak-anak mengalami masalah tinggi badan kurang menurut umur seawal usia dua tahun pertama (Li Y. et al, 1999). Menurut Osman A. dan Zaleha M.I. (1995) dalam Hesham (2005) sebab mengapa anak umur bawah dua tahun lebih rentan terhadap KEP adalah karena pemberian awal makanan pendamping ASI yaitu seawal 4 – 6 bulan, pengenalan lambat makanan pejal, pengenalan awal kepada makanan dewasa dan pemberian makanan yang tidak berkhasiat (Hesham, 2005)


(45)

5.2.3 Jumlah Kasus KEP Menurut Jenis KEP dengan Kelompok Umur:

Hasil penelitian dari 48 sampel berdasarkan kelompok umur, didapatkan kelompok umur 1 – 2 tahun paling banyak yaitu 35 orang penderita KEP dengan 28 orang penderita marasmus, 6 orang penderita kwashiorkor dan seorang penderita marasmik kwashiorkor. Ini diikuti dengan kelompok umur 4 -5 tahun dengan 5 orang penderita marasmus dan 2 orang penderita kwashiorkor. Selain itu, pada kelompok umur 2 – 3 tahun mencatatkan 3 kasus KEP dengan kesemuanya penderita marasmus dan pada kelompok umur 3 – 4 tahun sebanyak 3 kasus juga dengan 2 orang penderita marasmus dan seorang penderita marasmik kwashiorkor. Hasil penelitian ini tidak banyak berbeda dengan penilitian yang dilakukan oleh Mukherjee et al dalam Magotra M. L., Sincar P. K. dan Katira O. P., menemukan semua kasus marasmus pada penderita yang berumur dibawah dua tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Magotra M. L., Sincar P. K. dan Katira O. P. pula menyatakan bahwa anak-anak yang berumur diantara 1 – 5 tahun lebih rentan untuk menderita KEP. Selain itu, dalam penelitian ini juga didapatkan mean bagi penderita KEP adalah 22,8 bulan dengan mean bagi penderita marasmus adalah 18 bulan, mean bagi penderita kwashiorkor adalah 28 bulan dan mean bagi penderita marasmik kwashiorkor adalah 18 bulan. (Magotra M. L., Sincar P. K. dan Katira O. P., 1976)

5.2.4 Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Tahun masuk:

Pada tahun 2008 sebanyak 23 kasus (47,9%) KEP dan pada tahun 2009 sebanyak 25 kasus (52,1%) KEP dilaporkan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Ditinjau dari tahun masuk berdasarkan jenis KEP, pada tahun 2008, sebanyak 19 orang penderita marasmus, 2 orang penderita kwashiorkor dan 2 orang penderita marasmik kwashiorkor. Pada tahun 2009 pula, sebanyak 19 orang penderita marasmus, 6 orang penderita kwashiorkor dan tidak didapatkan penderita marasmik kwashiorkor.


(46)

5.2.5 Jumlah Kasus KEP Berdasarkan Jenis KEP:

Dilihat dari jenis KEP, pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah jenis KEP yang banyak ditemukan adalah jenis marasmus dengan 38 sampel (79,2%), diikuti jenis kwashiorkor dengan 8 sampel (16,7%) dan jenis marasmik kwashiorkor dengan 2 sampel (4,2%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Jean V.D., James P.C., John S. dan Charles F.S.di Navajo Reservation, USA yang menemukan bahwa daripada 44 sampel penderita KEP, 29 (66%) adalah sampel penderita marasmus dan 15 (34%) sampel penderita kwashiorkor. (Jean V.D., James P.C., John S. dan Charles F.S., 1969 )

5.2.6 Jenis KEP berdasarkan tabel WHO/NCHS:

Dilihat dari jenis KEP berdasarkan tabel WHO/NCHS, dari 48 sampel, sebanyak 22 sampel penderita marasmus dan 2 sampel penderita kwashiorkor dilaporkan kurus yaitu berada pada simpangan baku 2- - 3. Selain itu, sebanyak 16 sampel penderita marasmus, 6 sampel penderita kwashiorkor dan 2 sampel penderita marasmik kwashiorkor dilaporkan sangat kurus yaitu berada pada simpangan baku <-3.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai prevalensi jenis kekurangan gizi pada anak umur bawah lima tahun di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2008 – 2009 diperoleh kesimpulan seperti berikut:

1. Jumlah kasus KEP pada anak umur bawah lima tahun yang dilaporkan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2008 – 2009 adalah sebanyak 48 kasus.

2. Kasus KEP pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan daripada 23 kasus (47,9%) pada tahun 2008 kepada 25 kasus (52,1%) pada tahun 2009.

3. Kasus KEP terbanyak pada kelompok umur 1 – 2 tahun yaitu sebanyak 35 kasus (72,9%) dan paling sedikit pada kelompok umur 2 -3 tahun dan 3 – 4 tahun dengan masing-masing 3 kasus (6,3%). 4. Kurang energi protein jenis marasmus paling banyak dilaporkan

dengan 38 kasus (79,2%) dan KEP jenis marasmik kwashiorkor paling sedikit dilaporkan dengan hanya 2 kasus (4,2%).

5. Penderita perempuan paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 27 orang.


(48)

6.2 Saran

1. Dirsarankan kepada para ibu atau penjaga yang terbabit agar melakukan pemantauan secara teratur khususnya apabila anak berada pada kelompok umur 1 – 2 tahun agar tanda-tanda awal KEP dapat dikenal pasti dengan segera untuk membendung masalah ini daripada berterusan.

2. Disarankan kepada pihak yang terbabit agar meningkatkan

penyuluhan tentang masalah kurang energi protein dan penanganan serta cara mengelakkannya secara berterusan karena melihat terjadinya peningkatan kasus dari tahun 2008 – 2009.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar ilmu Gizi, edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Champe, P.C., Harvey, R.A., 2005. Lippincott’s Illustrated Review: Biochemistry, 4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 173 – 219.

Cogill, B., 2003. Anthropometric Indicators Measurement Guide. Available from:

[Accessed 1 April 2010]

Hassan, R., Alatas, H., Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., et al, 2005. Gizi: In Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 11th ed. Jakarta: Infomedika Jakarta, 313 – 369.

Heird, W.C., 2007, Nutrition. In : Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., and Stanton B.F., Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Philadelphia : Saunders.

Hesham M.S., et al, Protein Energy Malnutrition and Soil Transmitted Helminthiasis among Orang Asli Children in Selangor, Malaysia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition. 2005. Available from:

Jean V.D, James P.C., John S., Charles F., Protein and Calorie Malnutrition Among Preschool Navajo Indian Children. The American Journal of Clinical Nutrition. Vol. 22 No. 10, October 1969. Available from:

Keane V., 2007. Assessment of Growth. In : Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., and Stanton B.F., Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Philadelphia : Saunders.

Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional, 2007. Jakarta: Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Didapat

dar

[Akses 1 Maret 2010].

Magotra M.L., Sircar P.K., Katira O.P., 1976. Protein Calorie Malnut rition, A Study of 160 Cases, Indian Journal of Pediatric, Vol. 43 No. 3. Available from: bla~


(50)

Martin, E.A., 2007 oxford Concise Colour Medical Dictionary, 4th ed. UK: Oxford University Press.

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2006. Hemoglobin. In: Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 3rd ed. USA: Mosby Elsevier, 300.

Sastroasmoro S., Ismael S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian klinis, Edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sherwood, L., 2007. Human Physiology: From Cells to Systems, 6th ed.USA: Thomson Brooks/Cole

Trotora, G.J., Derrickson, B., 2006. Principles of Anatomy and Physiology, 11th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc.

United Nation Foods and Agriculture organization, 2009. Available from:

Wahyuni A.S., Anemia Defisiensi Besi pada Balita, 2004. USU Digital Library. Wardlaw, M.G., Hampl, J.S., Disilvestro, R.A., 2004. What Nourishes you? In:


(51)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohd Ikhwan bin Azmi Tempat / Tanggal Lahir : Kelantan / 06 September 1988

Agama : Islam

Alamat : JKR 291, KRTS Guru Sek. Keb Legeh,

17700, Ayer Lanas, Kelantan Darul Naim Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Legeh

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Ayer Lanas 3. Sekolah Menengah Sains Tengku Muhammad Faris Petra

4. Certificate in Pre-Medical Studies, ACMS 5. Fakultas Kedokteran USU

Riwayat Pelatihan : 1. Krusus Bina Negara (BTN)

2. Program Sunatan Bakti Sosial 2008 & 2009 Riwayat Organisasi : 1. Ahli Jawatankuasa PM-USU


(52)

Lampiran II

NILAI GIZI DALAM MAKANAN

Nilai Vitamin A di dalam makanan ( Retino Ekivalen (RE) μg / 100g)

Bahan makanan (100g) Vitamin A (RE) Bahan makanan (100g) Vitamin A (RE)

Hati sapi 13170 Daun singkong 3300

Kuning telur ayam 600 Sawi 1940

Ikan sardin (kaleng) 250 Kangkung 1890

Wortel 3600 Keju 225

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai Vitamin D di dalam makanan (μg / 100g)

Bahan makanan (100g) Vitamin D

(μg)

Bahan makanan (100g) Vitamin D

(μg)

Susu sapi 0,01-0,03 ASI 0,04

Tepung susu 0,21 Keju 0,03-0,5

Mentega 0,76 Hati 0,2-1,1

Kuning telur 4,94 Krim 0,1-0,28

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai Vitamin E di dalam minyak tumbuh-tumbuhan (mg / 100g)

Minyak (100g) Vitamin E (mg)

Jagung 53 – 162

Kelapa 1 – 4

Kelapa sawit 33 – 73

Zaitun 5 – 15

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai Vitamin K di dalam makanan (μg / 100g)


(53)

Susu sapi 3 Kentang 3

Ayam 11 Keju 35

Daging sapi 7 Hati sapi 92

Hati ayam 7 Tomat 5

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai Vitamin B1 di dalam makanan (mg / 100g) Bahan makanan

(100g)

Vitamin B1 (mg) Bahan makanan (100g) Vitamin B1 (mg)

Jagung kuning 0,12 Hati ayam 0,36

Roti biasa 0,10 Hati sapi 0,30

Kacang kedelai 0,93 Kuning telur ayam 0,27

Kacang hijau 0,64 Tempe kedelai murni 0,17

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai Vitamin B2 di dalam makanan (mg / 100g) Bahan makanan

(100g)

Vitamin B2(mg) Bahan makanan (100g) Vitamin B2 (mg)

Hati ayam 1,42 Telur ayam 0,38

Susu segar 0,14 Telur bebek 0,37

Kacang kedelai 0,12 Udang 0,07

Es krim 1,2 Kacang tanah 0,2

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai niasin di dalam makanan (mg / 100g)

Bahan makanan (100g)

Niasin(mg) Bahan makanan (100g) Niasin (mg)

Kacang tanah lokal 13 Tempe kacang kedelai 3,6

Ayam 8 Kacang merah 2

Daging sapi 4,5 Udang segar 2,2

Hati sapi 12 Sardin 7,6


(54)

Nilai vitamin B6 di dalam makanan (mg / 100g) Bahan makanan

(100g)

vitamin B6(mg) Bahan makanan (100g) vitamin B6 (mg)

Daging sapi 0,42 Jagung 0,4

Kuning telur 0,31 Kacang kedelai 0,82

Hati ayam 0,72 Pisang 0,32

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai vitamin B12 di dalam makanan (mg / 100g)

Bahan makanan (100g)

vitamin B12(mg) Bahan makanan (100g) vitamin B12 (mg)

Daging sapi 1,4 Ayam 0,4

Hati sapi 52,7 Keju 1

Hati ayam 27,9 Susu sapi segar 0,4

Ikan tuna 3 Sardin 14,4

Kuning telur 6 Ikan kembung 2,4

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Nilai asam folat di dalam makanan (μg / 100g)

Bahan makanan (100g)

Asam folat(μg) Bahan makanan (100g) Asam folat (μg)

Hati ayam 1128 Jeruk mandarin 5,1

Hati sapi 250 Bayam 134

Ikan kembung 36,5 Kacang kedelai 210

Kepiting 56 Kacang hijau 121

(Sumber: Almatsier S., 2006)


(55)

Bahan makanan (100g)

Vitamin C(mg) Bahan makanan (100g) Vitamin C (mg)

Daun singkong 275 Jeruk manis 49

Sawi 102 Jeruk nipis 27

Bayam 60 Nenas 24

Tomat masak 40 Rambutan 58

Kangkung 30 Kol kembang 65

(Sumber: Almatsier S., 2006)

Kandungan besi dalam bahan makanan (mg/100 gram)

Bahan makanan (100g) Besi (mg) Bahan makanan (100g) Besi (mg)

Daging sapi 2,8 Tempe kacang kedelai

murni

100

Telur bebek 2,8 Biscuit 2,7

Telur ayam 2,7 Roti putih 1,5

(Sumber: Almatsier S., 2006)


(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

Lampiran VII

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 21 43.8 43.8 43.8

perempuan 27 56.3 56.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 35 72.9 72.9 72.9

2-3 3 6.3 6.3 79.2

3-4 3 6.3 6.3 85.4

4-5 7 14.6 14.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi KEP Berdasarkan Jenis KEP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid marasmus 38 79.2 79.2 79.2

kwashiorkor 8 16.7 16.7 95.8

marasmik kwashiorkor 2 4.2 4.2 100.0


(61)

Jenis KEP dengan Kelompok umur

Count

penyakit

Total marasmus kwashiorkor

marasmik kwashiorkor

tahun 1-2 28 6 1 35

2-3 3 0 0 3

3-4 2 0 1 3

4-5 5 2 0 7

Total 38 8 2 48

Jenis KEP Berdasarkan Tahun Berjalan

Count

penyakit

Total marasmus kwashiorkor

marasmik kwashiorkor

tanggal masuk 2008.00 19 2 2 23

2009.00 19 6 0 25


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran VII

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 21 43.8 43.8 43.8

perempuan 27 56.3 56.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 35 72.9 72.9 72.9

2-3 3 6.3 6.3 79.2

3-4 3 6.3 6.3 85.4

4-5 7 14.6 14.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi KEP Berdasarkan Jenis KEP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid marasmus 38 79.2 79.2 79.2

kwashiorkor 8 16.7 16.7 95.8

marasmik kwashiorkor 2 4.2 4.2 100.0


(6)

Jenis KEP dengan Kelompok umur

Count

penyakit

Total marasmus kwashiorkor

marasmik kwashiorkor

tahun 1-2 28 6 1 35

2-3 3 0 0 3

3-4 2 0 1 3

4-5 5 2 0 7

Total 38 8 2 48

Jenis KEP Berdasarkan Tahun Berjalan

Count

penyakit

Total marasmus kwashiorkor

marasmik kwashiorkor

tanggal masuk 2008.00 19 2 2 23

2009.00 19 6 0 25